SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
RESUME MASAIL FIQHIYAH
IDDAH, IHDAD, DAN HARTA BERSAMA WANITA
KARIR
Resume Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Masail Fiqhiyah
Dosen Pengampu : Dr. Isnawati Rais, M.A
Disusun Oleh :
Ahmad Zulfi Aufar 11150440000003
Hukum Keluarga 5B
FAKULTAS SYARIAH dan HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
1. IDDAH
A. Pengertian
Menurut bahasa kata Iddah berasal dari kata al-‘adad. Sedangkan kata al-
‘adad merupakan bentuk masdar dari kata kerja‘adda-yauddu yang berarti
menghitung. Kata al-‘adad memiliki arti ukuran dari sesuatu yang dihitung dan
jumlahnya. Adapun bentuk jama dari kata al-‘adad adalah ala’dad begitu pula
bentuk jama dari kata ‘Iddah adalah al-‘idad. Secara (etimologi) berarti:
“menghitung” atau “hitungan”. Kata ini digunakan untuk maksud Iddah karena
masa itu si perempuan yang beriddah menunggu berlakunya waktu1
Pengertian Iddah secara istilah, para ulama banyak memberikan pengertian
yang beragam, seperti Muhammad al-Jaziri memberikan pengertian bahwa iddah
merupakan masa tunggu seorang perempuan yang tidak hanya didasarkan pada
masa haid atau sucinya tetapi kadang-kadang juga didasarkan pada bilangan bulan
atau dengan melahirkan dan selama masa tersebut seorang perempuan dilarang
untuk menikah dengan laki-laki.2
B. Macam-macam Iddah dan Dasar Hukumnya
Wanita yang putus perkawinannya menurut Ibnu Rushd dikategorikan
dalam beberapa penggolongan:
1. Wanita yang pada saat putus perkawinannya masih belum pernah berhubungan
badan dengan suami. Menurut Ibnu Rushd, ijma menyatakan tidak berlakunya
iddah bagi wanita ini Berdasarkan firman Allah surat Al-Ahzab 49 :
1
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2006), hlm. 303.
2
Abd ar-Rahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, (Mesir: Maktabah
at-Tijariyah al-Kubra,1969), jilid 4, hlm. 513.
3
‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬
َ
‫أ‬َٰٓ َ
‫ي‬‫ٱ‬َ‫ِين‬
‫ذ‬
‫َّل‬ُ‫م‬ُ‫ت‬ۡ‫ح‬
َ
‫ك‬
َ
‫ن‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬
ْ
‫ا‬ٓ‫و‬ُ‫ن‬َ‫ام‬َ‫ء‬‫ٱ‬ِ‫ت‬َٰ َ‫ِن‬‫م‬
ۡ
‫ؤ‬ُ‫م‬
ۡ
‫ل‬‫ن‬
َ
‫أ‬ ِ‫ل‬ۡ‫ب‬
َ
‫ق‬ ‫ِن‬‫م‬ ‫ذ‬‫ن‬
ُ
‫وه‬ُ‫م‬ُ‫ت‬
ۡ
‫ق‬
‫ذ‬
‫ل‬ َ‫ط‬ ‫ذ‬‫م‬
ُ
‫ث‬
‫ا‬ ٗ‫اح‬َ َ‫س‬ ‫ذ‬‫ن‬
ُ
‫وه‬ُ‫ح‬ِ
‫ر‬ َ‫س‬َ‫و‬ ‫ذ‬‫ن‬
ُ
‫وه‬ُ‫ع‬ِ
‫ر‬‫ت‬َ‫م‬
َ
‫ف‬ۖ‫ا‬َ‫ه‬
َ
‫ون‬ُّ‫د‬َ‫ت‬ۡ‫ع‬
َ
‫ت‬ ٖ‫ة‬‫ذ‬‫ِد‬‫ع‬ ۡ‫ِن‬‫م‬ ‫ذ‬‫ن‬ِ‫ه‬ۡ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ع‬ ۡ‫م‬
ُ
‫ك‬
َ
‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬
َ
‫ف‬ ‫ذ‬‫ن‬
ُ
‫وه‬ ُّ‫س‬َ‫م‬
َ
‫ت‬
ٗ
‫ِيٗل‬
َ
‫َج‬٤٩
49. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-
perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu
mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka ´iddah bagimu
yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut´ah dan
lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya. (Q.S. al-Ahzab [33]:
49).
2. Wanita yang pada saat putus perkawinannya telah melakukan hubungan badan
dengan suami. Bagi wanita golongan ini berlaku hukum iddah. Iddah bagi
wanita ini ada tiga bentuk:
a) Iddah dengan quru’
Iddah jenis ini berlaku bagi wanita normal yang kebiasaannya
mengeluarkan darah haid. Ulama sepakat bahwa iddah wanita ini adalah
tiga quru. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surat al-Baqarah
(1) ayat 228:
َ‫و‬‫ٱ‬َ‫ط‬ُ‫م‬
ۡ
‫ل‬ُ‫ت‬َٰ َ
‫ق‬
‫ذ‬
‫ل‬ٖٖۚ‫ء‬ٓ‫و‬ُ‫ر‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ة‬
َ
‫ث‬َٰ َ
‫ل‬
َ
‫ث‬ ‫ذ‬‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫س‬
ُ
‫نف‬
َ
‫أ‬ِ‫ب‬ َ‫ن‬ ۡ‫ص‬‫ذ‬‫ب‬َ َ
‫َت‬َ‫ي‬
228. Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga
kali quru´.
b) Iddah dengan ashhur (bulan).
Iddah jenis ini berlaku bagi wanita yang ditinggal mati suaminya baik
telah disetubuhi atau belum, baik tergolong wanita yang biasa haid atau
bukan. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surat Al- Baqarah ayat
234:
4
َ‫و‬‫ٱ‬َ‫ِين‬
‫ذ‬
‫َّل‬ۡ‫م‬
ُ
‫ِنك‬‫م‬
َ
‫ن‬ۡ‫و‬
‫ذ‬
‫ف‬َ‫و‬َ‫ت‬ُ‫ي‬ۖ‫ا‬ٗ ۡ
‫ۡش‬
َ
‫ع‬َ‫و‬ ٖ‫ر‬ُ‫ه‬
ۡ
‫ش‬
َ
‫أ‬
َ
‫ة‬َ‫ع‬َ‫ب‬ۡ‫ر‬
َ
‫أ‬ ‫ذ‬‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫س‬
ُ
‫نف‬
َ
‫أ‬ِ‫ب‬ َ‫ن‬ ۡ‫ص‬‫ذ‬‫ب‬َ َ
‫َت‬َ‫ي‬ ‫ا‬ ٗ‫ج‬َٰ َ‫و‬ۡ‫ز‬
َ
‫أ‬
َ
‫ون‬ُ‫ر‬
َ
‫ذ‬َ‫ي‬َ‫و‬
ِ‫ب‬ ‫ذ‬‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫س‬
ُ
‫نف‬
َ
‫أ‬ ٓ ِ‫ِف‬ َ‫ن‬
ۡ
‫ل‬َ‫ع‬
َ
‫ف‬ ‫ا‬َ‫ِيم‬‫ف‬ ۡ‫م‬
ُ
‫ك‬ۡ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ع‬ َ‫اح‬َ‫ن‬ُ‫ج‬
َ
‫ٗل‬
َ
‫ف‬ ‫ذ‬‫ن‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬َ‫ج‬
َ
‫أ‬ َ‫ن‬
ۡ
‫غ‬
َ
‫ل‬َ‫ب‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬
َ
‫ف‬‫ٱ‬‫و‬ُ‫ر‬ۡ‫ع‬َ‫م‬
ۡ
‫ل‬ِ‫ف‬َ‫و‬‫ٱ‬ُ ‫ذ‬
‫ّلل‬
ٞ‫ري‬ِ‫ب‬
َ
‫خ‬
َ
‫ون‬
ُ
‫ل‬َ‫م‬ۡ‫ع‬
َ
‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬٢٣٤
234. Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan
dirinya (ber´iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah
habis ´iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka
berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa
yang kamu perbuat.
c) Iddah dengan melahirkan
Iddah jenis ini berlaku bagi wanita yang ketika ditalak dalam
keadaan hamil.Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. surat al-Talak ayat
4:
ُ‫ت‬ََٰ
‫ل‬ْ‫و‬
ُ
‫أ‬َ‫و‬‫ٱ‬ِ‫ل‬‫ا‬َ ۡ
‫ۡح‬
َ ۡ
‫ۡل‬َّۚ
‫ذ‬‫ن‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬
ۡ َ
‫ۡح‬ َ‫ن‬ۡ‫ع‬
َ
‫ض‬َ‫ي‬ ‫ن‬
َ
‫أ‬ ‫ذ‬‫ن‬ُ‫ه‬
ُ
‫ل‬َ‫ج‬
َ
‫أ‬
dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-
perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka
melahirkan kandungannya. (Q.S. at-Talaq: 4). 3
C. Akibat Hukum Iddah
Wanita yang ditalak atau ditinggal mati suaminya dikenai khitab
hukum iddah, yakni:
1. Larangan di-khitbah atau dilamar.
Sesuai surat al-Baqarah ayat 235:
3
Wahbah Zuhaily, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Terjemah: Abdul Hayyie al-Kattani,
(Jakarta, Gema Insan, 2010), jilid 9, hlm. 597.
5
َ
‫ل‬َ‫و‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫م‬ُ‫ت‬
ۡ
‫ض‬‫ذ‬‫ر‬
َ
‫ع‬ ‫ا‬َ‫ِيم‬‫ف‬ ۡ‫م‬
ُ
‫ك‬ۡ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ع‬ َ‫اح‬َ‫ن‬ُ‫ج‬‫ۦ‬ِ‫ة‬َ‫ب‬ ۡ‫ِط‬‫خ‬ ۡ‫ِن‬‫م‬ِ‫ء‬
ٓ
‫ا‬ َ‫س‬ِ
‫ر‬
‫ٱلن‬َ‫ِم‬‫ل‬
َ
‫ع‬ َّۚ
ۡ‫م‬
ُ
‫ك‬ِ‫س‬
ُ
‫نف‬
َ
‫أ‬ ٓ ِ‫ِف‬ ۡ‫م‬ُ‫نت‬َ‫ن‬
ۡ
‫ك‬
َ
‫أ‬ ۡ‫و‬
َ
‫أ‬
ُ ‫ذ‬
‫ٱّلل‬‫ن‬
َ
‫أ‬
ٓ ‫ذ‬
‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ًّ ِ‫س‬ ‫ذ‬‫ن‬
ُ
‫وه‬ُ‫ِد‬‫ع‬‫ا‬َ‫و‬
ُ
‫ت‬
‫ذ‬
‫ل‬ ‫ن‬ِ‫ك‬ََٰ
‫ل‬َ‫و‬ ‫ذ‬‫ن‬ُ‫ه‬
َ
‫ون‬ُ‫ر‬
ُ
‫ك‬
ۡ
‫ذ‬َ‫ت‬َ‫س‬ ۡ‫م‬
ُ
‫ك‬
‫ذ‬
‫ن‬
َ
‫أ‬َّۚ‫ا‬
ٗ
‫وف‬ُ‫ر‬ۡ‫ع‬‫ذ‬‫م‬
ٗ
‫ل‬ۡ‫و‬
َ
‫ق‬
ْ
‫وا‬
ُ
‫ول‬
ُ
‫ق‬
َ
‫ت‬
235. Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan
sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam
hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada
itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali
sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma´ruf. Dan janganlah
kamu berazam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis ´iddahnya. Dan
ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka
takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun
Hal ini dilarang karena dapat membangkitkan permusuhan dengan suami
(atau keluarga suami) yang awal
2. Larangan menikah atau dinikahi.
Sesuai surat al-Baqarah ayat 235
ُ
‫ع‬
ْ
‫وا‬ُ‫م‬ِ‫ز‬ۡ‫ع‬
َ
‫ت‬
َ
‫ل‬َ‫و‬
َ
‫ة‬َ‫د‬
ۡ
‫ق‬ِ‫ح‬
َ
‫َِك‬‫ر‬‫ٱل‬
َ
‫غ‬
ُ
‫ل‬ۡ‫ب‬َ‫ي‬ َٰ ‫ذ‬‫َّت‬َ‫ح‬ُ‫ب‬َٰ َ
‫ِت‬‫ك‬
ۡ
‫ٱل‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬َ‫ج‬
َ
‫أ‬َّۚ‫ۥ‬َ‫و‬
ْ
‫ا‬ٓ‫و‬ُ‫م‬
َ
‫ل‬
ۡ
‫ٱع‬
‫ذ‬
‫ن‬
َ
‫أ‬َ ‫ذ‬
‫ٱّلل‬ٓ ِ‫ِف‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫م‬
َ
‫ل‬ۡ‫ع‬َ‫ي‬
َ
‫ف‬ ۡ‫م‬
ُ
‫ك‬ِ‫س‬
ُ
‫نف‬
َ
‫أ‬َّۚ
ُ‫وه‬ُ‫ر‬
َ
‫ذ‬ۡ‫ٱح‬َ‫و‬
ْ
‫ا‬ٓ‫و‬ُ‫م‬
َ
‫ل‬
ۡ
‫ٱع‬
‫ذ‬
‫ن‬
َ
‫أ‬َ ‫ذ‬
‫ٱّلل‬ٞ‫ِيم‬‫ل‬َ‫ح‬ ٌ‫ور‬
ُ
‫ف‬
َ
‫غ‬٢٣٥
“dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis
„iddahnya. dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam
hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyantun.”
Hal ini dilarang karena wanita yang „iddah talak raj‟i masih memiliki hak
rujuk pada wanita itu. Selain itu tujuan wanita „iddah talak ba‟in atau wafat juga
menghindari kekacauan nasab.
3. Larangan keluar rumah
Menurut Ulama Hanafiyyah, wanita „iddah karena talak haram untuk keluar
rumah baik siang maupun malam. Hal ini didasarkan pada surat al-Talaq ayat 1
ٖٖۚ‫ة‬َ‫ن‬ِ
‫ر‬‫ي‬َ‫ب‬ُّ‫م‬ ٖ‫ة‬
َ
‫ش‬ِ‫ح‬َٰ َ
‫ف‬ِ‫ب‬ َ‫ِني‬‫ت‬
ۡ
‫أ‬َ‫ي‬ ‫ن‬
َ
‫أ‬
ٓ ‫ذ‬
‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ن‬ۡ‫ج‬ُ‫ر‬
ۡ َ
‫َي‬
َ
‫ل‬َ‫و‬
6
Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka
(diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang.
Selain ini, surat al-Talaq ayat 6 menyatakan bahwa:
‫ذ‬‫ن‬
ُ
‫وه‬ُ‫ِن‬‫ك‬ۡ‫س‬
َ
‫أ‬
َ
‫ل‬َ‫و‬ ۡ‫م‬
ُ
‫ك‬ِ‫د‬ۡ‫ج‬ُ‫و‬ ‫ِن‬‫ر‬‫م‬ ‫م‬ُ‫نت‬
َ
‫ك‬َ‫س‬
ُ
‫ث‬ۡ‫ي‬َ‫ح‬ ۡ‫ِن‬‫م‬َّۚ
‫ذ‬‫ن‬ِ‫ه‬ۡ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ع‬
ْ
‫وا‬
ُ
‫ق‬ِ
‫ر‬‫ي‬
َ
‫ض‬ُ ِ‫ِل‬ ‫ذ‬‫ن‬
ُ
‫وه‬ُّ‫ٓار‬
َ
‫ض‬
ُ
‫ت‬
6. Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan
(hati) mereka
Perintah ayat untuk menempatkan wanita di rumah berarti larangan untuk
mengeluarkan atau mengajak keluar wanita itu.4
Dengan demikian, wanita yang ditalak ataupun ditinggal mati suami
diharuskan melakukan iddah dengan konsekwensi larangan menerima pinangan,
melakukan pernikahan baru, dan keluar rumah.
4. Relevansi Iddah dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Modern
Iddah tetap relevan dengan adanya pengetahuan dan teknologi modern,
karena menetapkan iddah tersebut tidak terdapat satu segi saja, melainkan di
latarbelakangi oleh berbagai hal:
1. Pembersihan Rahim
Didalam islam penisbahan ketururnan suatu hal yang amat penting,
Oleh sebab itu, bagi wanita dilarang berpoliandri yaitu kawin dengan beberapa
pria didalam waktu yang bersamaan, karena penciptaan bayi hanya terjadi
didalam rahim wanita bukan pria. Bibit yang di tanamkan pria pada wanita
tidak diketahui secara langsung tetapi dapat diketahui dalam waktu jarak
tertentu. Cara ini adalah cara alamiah yang dapat dilakukan oleh setiap orang
tanpa membutuhkan peralatan yang sudah dicari, karena agama Islam
diperuntukkan bagi semua lapisan masyarakat sampai akhir masa. Itulah
sebabnya iddah wanita yang diceraikan dalam keadaan hamiladalah hanya
melahirkan bayi yang di kandungnya. Meskipun dalam penelitian modern
bahwa tidak akan terjadi 2 kali pembuahan pada satu rahim dalam satu
kehamilan, tetapi Islam cukup bijaksana dengan meralarang wanita yang
sedang memelihara bibit seorang pria untuk mencampurnya dengan proses
pemeliharaan dan pertumbuhan bayi yang akan dilahirkan, mungkin secara
4
Wahbah az-Zuhaily, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, hlm. 617-618.
7
medis seorang wanita yang digauli oleh beberapa orang pria dapat diketahui
secara pasti pemilik bibit yang dikandungnya, tetapi dari segi lain dapat
mempengaruhi anak yang akan dilahirkan. Misalnya dari segi pendidikan dan
psikologi akan merusak dan mengacaukan pada anak tersebut yang akhirnya
menimbulkan kekacauan dan kerusakan moral di tengah masyarakat.
2. Kesempatan Untuk Berduka Cita dan Berfikir
Dalam kasus cerai mati iddah merupakan masa duka dan bela sungkawa
seseorang yang ditinggal mati suaminya. Cerai karena kematian adalah suatu
musibah yang berada di luar kekuasaan manusia untuk menolaknya, dalam hal
ini mereka yang bercerai masih berada di dalam hubungan batin yang begitu
akrab, dalam suasana berkasih sayang dan mencintai.
Kemudian, wanita yang dalam iddah raj’I boleh kembali ruju’ dengan
suaminya selama masa iddahnya belum berakhir. Jadi iddah talak raj’I
merupakan tenggang waktu yang memungkinkan suami-istri yang telah
bercerai untuk berfikir dan merenungkan hubungan mereka. Masing-masing
menginstropeksi dirinya guna menciptakan hubungan yang lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern tidak dapat mengubah ketentuan
panjang pendeknya masa iddah yang telah ditetapkan dan dijelaskan dalam Al-
Quran dan as-sunnah. Meskipun ada keyakinan bahwa rahim wanita yang
dicerai itu bersih dan diantara suami-istri tidak mungkin rujuk kembali. Dengan
demikan, iddah dalam ajaran islam ini adalah ta’abbudi bukan ta’aqquli5
2. IHDAD
A. Pengertian
Ihdad secara etimologi adalah menahan atau menjauhi. Secara definitif,
sebagaimana tersebut dalam beberapa kitab fiqh, adalah menjauhi sesuatu yang
dapat menggoda laki-laki kepadanya selama menjalani masa iddah.6
B. Hukum Ihdad
Tentang kenapa dia harus berkabung, menjadi bahasan di kalangan ulama.
Hal yang berlaku terhadap perempuan yang bercerai dari suaminya karena kematian
suaminya. Inilah maksud semula dari ditetapkannya berkabung dalam islam.
5
Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyah: Kajian Hukum Islam Kontemporer.
Bandung; Angkasa 2005, hlm. 170.
6
Amir Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. hlm. 320-322
8
tujuannnya adalah untuk menghormati dan mengenang suaminya yang meninggal.
Dasar dari kewajiban berkabung untuk suami yang meninggal itu adalah sabda Nabi
yang bunyinya :
‫ﻻ‬‫حيل‬‫ﻻ‬‫مرأة‬‫تؤمن‬‫باّلل‬‫وايلوم‬‫الخر‬‫أن‬‫حتد‬‫ا‬ ‫ثٗلث‬ ‫فوق‬ ‫ميت‬ ‫ىلع‬‫ﻻ‬‫ىلع‬‫زوج‬
‫أربعة‬‫أشهر‬‫و‬‫عۡشا‬ .
" Tidak boleh seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir
berkabung untuk orang mati kecuali untuk suaminya selama empat bulan sepuluh
hari."
Adapun terhadap suami yang menceraikannya dalam bentuk thalaq bain,
ulama berbeda pendapat.
 Imam Malik tidak wajib berkabung untuk selain suami yang mati.
 Abu Hanifah berpendapat bahwa wajib berkabung untuk suami yang
meneraikannnya dalam bentuk bain, dikiaskan kepada suami yang mati.
 Imam Syafi’i mengatakan, bahwa berkabung untuk suami yang cerai bain
hanyalah sunnah.
 Ulama Syi’ah Imamiyah juga tidak mewajibkan suami yang bercerai dalam
bentuk bain untuk berkabung.
Terhadap perempuan yang menjalani iddah dari thalaq raj’i menurut
kesepakatan ulama tidak mesti perempuan menjalani masa berkabung, bahkan
lebiih baik dia melakukan sesuatu yang dapat menarik mantan suaminya yang
rujuk.
C. Hal-hal yang harus dijauhi ketika Ihdad
Adapun yang harus dijauhi oleh perempuan yang sedang berkabung
menurut kebanyakan ulama ada empat :
1. Memakai wangi-wangian, kecuali sekadar untuk mengilangkan bau badan,
baik dalam bentuk alat mandi atau parfum. Hal ini didasarkan kepada sabda
Nabi yang muttafaq alaih, yang berbunyi :
‫ﻻ‬‫إ‬ ‫طيبا‬ ‫تمس‬‫ﻻ‬‫عند‬‫أدىن‬‫طهرها‬‫إذا‬‫طهرت‬‫من‬‫حيضها‬‫بنبذة‬‫أو‬‫أظفار‬
9
Janganlah dia menyentuh wangi-wangian kecuali diwaktu mandi dari haid
seukuran kecil atau seujung kuku.
2. Menggunakan perhiasan, kecuali dalam batas yang sangat diperlukan.
3. Menghias diri, baik pada badan, muka atau pakaian yang bewarna.
4. Bermalam di luar rumah tempat tinggalnya. Ini didasarkan kepada pendapat
jumhur ulama yang mewajibkan perempuan yang kematian suami untuk ber
iddah dirumah suaminya.
D. Tujuan Ihdad
Tujuan dishariatkannya ihdad dilihat dari analisa beberapa definisi dan
dasar hukum di atas dapat dirumuskan:
1. Agar para laki-laki tidak mendekati dan tergoda wanita yang sedang iddah.
2. Agar wanita yang sedang „iddah tidak mendekati dan tergoda laki-laki.
Kedua hal ini oleh Ibnu Rushd disebut dengan sad al-dzari’ah. Artinya
menutup jalan keharaman. Jalan yang dimaksud adalah interaksi wanita iddah
dengan laki-laki (dua tujuan di atas) dan berhias atau bersolek. Sedangkan
keharamannya adalah pinangan (khitbah) dan pernikahan pada saat wanita dalam
masa „iddah. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa „illat hukum dishariatkannya
ihdad adalah menjaga sikap wanita dari terjerumus dalam perkawinan pada masa
„iddah yang dilarang.
Oleh karena tujuan ihdad sebagaimana tersebut di atas, maka sangat wajar
jika penekanan ulama dalam menulis fiqh ihdad pada dua hal:
1. Menanggalkan perhiasan atau bersolek.
2. Menghindarkan diri dari interaksi sosial.
Oleh karena itu segala hal yang mengarah pada dua hal tersebut dilarang
pada saat ihdad. Menurut ulama‟, pakaian dan perhiasan yang tidak boleh
10
digunakan pada masa iddah dan ihdad adalah pakaian yang dapat mempercantik
diri (zinah) dan mendorong percepatan pernikahan baru. 7
3. HARTA BERSAMA WANITA KARIR
A. Pengertian
Dilihat dari susunan katanya, wanita karir terdiri dari dua kata wanita dan
karier. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata wanita berarti perempuan
dewasa.8
Harta bersama yaitu harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi
harta bersama, dan Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta
benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah
penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. (Pasal 35
UU No. 1 Tahun 1974)
B. Hukum Harta Bersama Wanita Karir
Konsepsi Harta Bersama Berdasarkan Hukum Islam dan Kompilasi Hukum
Islam Pada dasarnya Hukum Islam tidak mengenal istilah percampuran harta
kekayaan antara suami atau istri karena pernikahan. Harta kekayaan istri tet ap
menjadi milik istri dan dikuasai penuh olehnya, demikian pula harta kekayaan
suami menjadi milik suami dan dikuasai penuh oleh suami.9
Secara umum, hukum Islam tidak melihat adanya harta gono-gini. Hukum
Islam lebih memandang adanya keterpisahan antara harta suami dan harta istri. Apa
yang dihasilkan oleh suami merupakan harta miliknya, demikian juga sebaliknya,
apa yang dihasilkan istri adalah harta miliknya. Menurut pendapat M. Yahya
Harahap, bahwa perspektif hukum Islam tentang gono-gini atau harta bersama
7
Edi Susilo, Iddah dan Ihdad Bagi Wanita Karir (Jakarta: The Indonesian
Journal of Islamic Family Law, 2016), hlm 286
8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,
cet. III, Jakarta, 1990, h. 1007
9
Ismuha, Pencaharian Bersama Suami Istri di Indonesia.( Jakarta: Bulan Bintang.
1978)
11
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Muhammad Syah bahwa pencaharian
bersama suami istri mestinya masuk dalam rub’u mu’amalah, tetapi ternyata tidak
dibicarakan secara khusus. Hal mungkin disebabkan karena pada umumnya
pengarang kitab-kitab fiqh adalah orang Arab yang tidak mengenal adanya
pencaharian bersama suami istri. Tetapi ada dibicarakan tentang kongsi yang dalam
bahasa Arab disebut syirkah. Oleh karena masalah pencaharian bersama suami istri
adalah termasuk perkongsian atau syirkah.
Pendapat dari Zahri Hamid dalam buku PokokPokok Hukum Perkawinan
Islam dan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia menyatakan, hukum Islam
mengatur sistem terpisahnya harta suami dan harta istri sepanjang yang
bersangkutan tidak menentukan lain (tidak ditentukan dalam perjanjian
perkawinan).
Hukum Islam juga memberikan kelonggaran kepada mereka berdua untuk
membuat perjanjian perkawinan sesuai dengan keinginan mereka berdua, dan
perjanjian tersebut akhirnya mengikat mereka secara hukum.
Ahmad Azhar Basyir dalam bukunya Hukum Perkawinan Islam
menyatakan, hukum Islam memberi hak kepada masing-masing pasangan, baik
suami atau istri untuk memiliki harta benda secara perseorangan yang tidak bisa
diganggu oleh masing-masing pihak. Suami yang menerima pemberian, warisan
dan sebagainya, berhak menguasai sepenuhnya harta yang diterimanya itu, tanpa
adanya campur tangan istrinya. Demikian halnya bagi istri yang menerima
pemberian, warisan, dan sebagainya, berhak menguasai sepenuhnya harta yang
diterimanya itu tanpa adanya campur tangan suaminya. Dengan demikian, harta
bawaan yang mereka miliki sebelum terjadinya perkawinan menjadi hak milik
masingmasing pasangan suami istri.
Berbicara mengenai hukum Islam khususnya mengenai harta bersama maka
secara yuridis formal tidak bisa dilepaskan keterkaitannya mengenai Kompilasi
Hukum Islam yang merupakan hasil ijtihad yang mengandung peraturan-peraturan
hukum Islam yang sesuai dengan kondisi kebutuhan hukum dan kesadaran hukum
umat Islam di Indonesia. Tetapi kompilasi hukum Islam bukan mazhab baru dalam
fiqh Islam, melainkan merupakan wujud dan penerapan berbagai mazhab fiqh yang
12
ada serta dilengkapi dengan institusi lain seperti fatwa ulama sebagai respon
terhadap masalah yang muncul, keputusan pengadilan lewat persidangan suatu
perkara oleh para hakim, dan undang-undang yang dibuat oleh badan legislatif,
untuk menjawab persoalan-persoalan yang ada di Indonesia sesuai dengan
kesadaran hukum masyarakat Islam Indonesia itu sendiri.10
10
Herawati, Andi. Kompilasi Hukum Islam (KHI) sebagai Hasil Ijtihad Ulama
Indonesia, Makassar, Jurnal Studia Islamika. 2011.Vol. 8 No. 2 Desember 2011, hlm. 321-
340,
13
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1990. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Ismuha. 1978. Pencaharian Bersama Suami Istri di Indonesia. Jakarta: Bulan
Bintang.
Jaziri, al, Abd ar-Rahman. 1969. Al- Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah. Mesir:
Maktabah at-Tijariyah al-Kubra.
Susilo, Edi. 2016. Iddah dan Ihdad Bagi Wanita Karir. Jakarta: The Indonesian
Journal of Islamic Family Law.
Syarifuddin, Amir. 2006. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Yanggo, Huzaimah Tahido. 2005. Masail Fiqhiyah: Kajian Hukum Islam
Kontemporer. Bandung; Angkasa.
Zuhaily, Wahbah. 2010. Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Terjemah: Abdul Hayyie al-
Kattani Jakarta, Gema Insan.

More Related Content

What's hot

Presentasi Ushul Fiqh 5 (Quran Sunnah)
Presentasi Ushul Fiqh 5 (Quran Sunnah)Presentasi Ushul Fiqh 5 (Quran Sunnah)
Presentasi Ushul Fiqh 5 (Quran Sunnah)
Marhamah Saleh
 
asbab an-nuzul
asbab an-nuzulasbab an-nuzul
asbab an-nuzul
Reza Rizki
 
(5) Ulumul quran
(5) Ulumul quran(5) Ulumul quran
(5) Ulumul quran
Ibnu Ahmad
 
Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3
Marhamah Saleh
 

What's hot (20)

Asbabun nuzul
Asbabun nuzulAsbabun nuzul
Asbabun nuzul
 
Asbabun nuzul
Asbabun nuzulAsbabun nuzul
Asbabun nuzul
 
Menepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang htMenepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang ht
 
Sebab nuzul
Sebab nuzulSebab nuzul
Sebab nuzul
 
Asbabun Nuzul
Asbabun NuzulAsbabun Nuzul
Asbabun Nuzul
 
Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)
 
Presentasi Ushul Fiqh 5 (Quran Sunnah)
Presentasi Ushul Fiqh 5 (Quran Sunnah)Presentasi Ushul Fiqh 5 (Quran Sunnah)
Presentasi Ushul Fiqh 5 (Quran Sunnah)
 
Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun Nuzul
 
Asbabun Nuzul dalam Alquran
Asbabun Nuzul dalam AlquranAsbabun Nuzul dalam Alquran
Asbabun Nuzul dalam Alquran
 
ASBABUN NUZUL
ASBABUN NUZULASBABUN NUZUL
ASBABUN NUZUL
 
asbab an-nuzul
asbab an-nuzulasbab an-nuzul
asbab an-nuzul
 
Ushul fiqh 2
Ushul fiqh 2Ushul fiqh 2
Ushul fiqh 2
 
Power Poin Asbabun nuzul dalam alquran
Power Poin Asbabun nuzul dalam alquranPower Poin Asbabun nuzul dalam alquran
Power Poin Asbabun nuzul dalam alquran
 
(5) Ulumul quran
(5) Ulumul quran(5) Ulumul quran
(5) Ulumul quran
 
Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3
 
Amar nahi
Amar nahiAmar nahi
Amar nahi
 
Iddah dan ihdad
Iddah dan ihdadIddah dan ihdad
Iddah dan ihdad
 
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
Al-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh MuamalahAl-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh Muamalah
 
Makalah studi qur'an
Makalah studi qur'anMakalah studi qur'an
Makalah studi qur'an
 

Similar to Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir

Ijtihad (dania inarah binti azmy)
Ijtihad (dania inarah binti azmy)Ijtihad (dania inarah binti azmy)
Ijtihad (dania inarah binti azmy)
Dania Azmy
 
Khuluk dan fasakh
Khuluk dan fasakhKhuluk dan fasakh
Khuluk dan fasakh
Rahmat Nie
 
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Marhamah Saleh
 
Ringkasan materi perkuliahan masail fiqhiyyah
Ringkasan materi perkuliahan masail fiqhiyyahRingkasan materi perkuliahan masail fiqhiyyah
Ringkasan materi perkuliahan masail fiqhiyyah
Aryiyza El-bariz
 
Dalil kewajiban berjilbab
Dalil kewajiban berjilbabDalil kewajiban berjilbab
Dalil kewajiban berjilbab
ilisthea
 
Iddah dan Rujuk
Iddah dan RujukIddah dan Rujuk
Iddah dan Rujuk
an nur
 
Quran, Sunnah, Ijma, Qiyas
Quran, Sunnah, Ijma, QiyasQuran, Sunnah, Ijma, Qiyas
Quran, Sunnah, Ijma, Qiyas
Marhamah Saleh
 
Keutamaan punya penghasilan.pptx
Keutamaan punya penghasilan.pptxKeutamaan punya penghasilan.pptx
Keutamaan punya penghasilan.pptx
Deput Putri
 

Similar to Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir (20)

Iddah
IddahIddah
Iddah
 
Ijtihad (dania inarah binti azmy)
Ijtihad (dania inarah binti azmy)Ijtihad (dania inarah binti azmy)
Ijtihad (dania inarah binti azmy)
 
Ijtihad
IjtihadIjtihad
Ijtihad
 
Agama iddah & rujuk materi xii
Agama iddah & rujuk materi xiiAgama iddah & rujuk materi xii
Agama iddah & rujuk materi xii
 
Khuluk dan fasakh
Khuluk dan fasakhKhuluk dan fasakh
Khuluk dan fasakh
 
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
 
Ringkasan materi perkuliahan masail fiqhiyyah
Ringkasan materi perkuliahan masail fiqhiyyahRingkasan materi perkuliahan masail fiqhiyyah
Ringkasan materi perkuliahan masail fiqhiyyah
 
DBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam Nasip
DBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam NasipDBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam Nasip
DBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam Nasip
 
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benarMutlaq dan muqoyyad sangat benar
Mutlaq dan muqoyyad sangat benar
 
Dalil kewajiban berjilbab
Dalil kewajiban berjilbabDalil kewajiban berjilbab
Dalil kewajiban berjilbab
 
Pndd . aga ma islam
Pndd . aga ma islamPndd . aga ma islam
Pndd . aga ma islam
 
Iddah dan Rujuk
Iddah dan RujukIddah dan Rujuk
Iddah dan Rujuk
 
THALAQ.pptx
THALAQ.pptxTHALAQ.pptx
THALAQ.pptx
 
Khitan untuk Perempuan
Khitan untuk PerempuanKhitan untuk Perempuan
Khitan untuk Perempuan
 
Rujuk dan Iddah
Rujuk dan IddahRujuk dan Iddah
Rujuk dan Iddah
 
Ikhtilath dalam dunia pendidikan
Ikhtilath dalam dunia pendidikan Ikhtilath dalam dunia pendidikan
Ikhtilath dalam dunia pendidikan
 
Ushul Fiqh-Dalil yang disepakati.pptx
Ushul Fiqh-Dalil yang disepakati.pptxUshul Fiqh-Dalil yang disepakati.pptx
Ushul Fiqh-Dalil yang disepakati.pptx
 
Quran, Sunnah, Ijma, Qiyas
Quran, Sunnah, Ijma, QiyasQuran, Sunnah, Ijma, Qiyas
Quran, Sunnah, Ijma, Qiyas
 
DBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam Nasip
DBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam NasipDBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam Nasip
DBKL Pengajian Siri #1 - Ustaz Md Salam Nasip
 
Keutamaan punya penghasilan.pptx
Keutamaan punya penghasilan.pptxKeutamaan punya penghasilan.pptx
Keutamaan punya penghasilan.pptx
 

More from AZA Zulfi

More from AZA Zulfi (20)

Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail FiqhiyahPoligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
 
Hukum Bank Asi dan Bank Sperma
Hukum Bank Asi dan Bank SpermaHukum Bank Asi dan Bank Sperma
Hukum Bank Asi dan Bank Sperma
 
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena Berzina
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena BerzinaHukum Menikahi Wanita Hamil Karena Berzina
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena Berzina
 
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin Gantung
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin GantungNikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin Gantung
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin Gantung
 
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail FiqhiyahNikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
 
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyah
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyahNikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyah
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyah
 
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail FiqhiyahPernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
 
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan Kloning
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan KloningPresentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan Kloning
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan Kloning
 
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan Kloning
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan KloningMakalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan Kloning
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan Kloning
 
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level MarketingMakalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
 
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafMakalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
 
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
 
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
 
Makalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM InternasionalMakalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM Internasional
 
Tasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_sawTasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_saw
 
Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran
Pengetahuan dan Ukuran KebenaranPengetahuan dan Ukuran Kebenaran
Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran
 
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .pptSejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
 
Demokrasi
DemokrasiDemokrasi
Demokrasi
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 
Masyarakat Madani
Masyarakat MadaniMasyarakat Madani
Masyarakat Madani
 

Recently uploaded

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Recently uploaded (20)

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 

Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir

  • 1. RESUME MASAIL FIQHIYAH IDDAH, IHDAD, DAN HARTA BERSAMA WANITA KARIR Resume Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Masail Fiqhiyah Dosen Pengampu : Dr. Isnawati Rais, M.A Disusun Oleh : Ahmad Zulfi Aufar 11150440000003 Hukum Keluarga 5B FAKULTAS SYARIAH dan HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
  • 2. 1. IDDAH A. Pengertian Menurut bahasa kata Iddah berasal dari kata al-‘adad. Sedangkan kata al- ‘adad merupakan bentuk masdar dari kata kerja‘adda-yauddu yang berarti menghitung. Kata al-‘adad memiliki arti ukuran dari sesuatu yang dihitung dan jumlahnya. Adapun bentuk jama dari kata al-‘adad adalah ala’dad begitu pula bentuk jama dari kata ‘Iddah adalah al-‘idad. Secara (etimologi) berarti: “menghitung” atau “hitungan”. Kata ini digunakan untuk maksud Iddah karena masa itu si perempuan yang beriddah menunggu berlakunya waktu1 Pengertian Iddah secara istilah, para ulama banyak memberikan pengertian yang beragam, seperti Muhammad al-Jaziri memberikan pengertian bahwa iddah merupakan masa tunggu seorang perempuan yang tidak hanya didasarkan pada masa haid atau sucinya tetapi kadang-kadang juga didasarkan pada bilangan bulan atau dengan melahirkan dan selama masa tersebut seorang perempuan dilarang untuk menikah dengan laki-laki.2 B. Macam-macam Iddah dan Dasar Hukumnya Wanita yang putus perkawinannya menurut Ibnu Rushd dikategorikan dalam beberapa penggolongan: 1. Wanita yang pada saat putus perkawinannya masih belum pernah berhubungan badan dengan suami. Menurut Ibnu Rushd, ijma menyatakan tidak berlakunya iddah bagi wanita ini Berdasarkan firman Allah surat Al-Ahzab 49 : 1 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 303. 2 Abd ar-Rahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, (Mesir: Maktabah at-Tijariyah al-Kubra,1969), jilid 4, hlm. 513.
  • 3. 3 ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬ َ ‫أ‬َٰٓ َ ‫ي‬‫ٱ‬َ‫ِين‬ ‫ذ‬ ‫َّل‬ُ‫م‬ُ‫ت‬ۡ‫ح‬ َ ‫ك‬ َ ‫ن‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ ْ ‫ا‬ٓ‫و‬ُ‫ن‬َ‫ام‬َ‫ء‬‫ٱ‬ِ‫ت‬َٰ َ‫ِن‬‫م‬ ۡ ‫ؤ‬ُ‫م‬ ۡ ‫ل‬‫ن‬ َ ‫أ‬ ِ‫ل‬ۡ‫ب‬ َ ‫ق‬ ‫ِن‬‫م‬ ‫ذ‬‫ن‬ ُ ‫وه‬ُ‫م‬ُ‫ت‬ ۡ ‫ق‬ ‫ذ‬ ‫ل‬ َ‫ط‬ ‫ذ‬‫م‬ ُ ‫ث‬ ‫ا‬ ٗ‫اح‬َ َ‫س‬ ‫ذ‬‫ن‬ ُ ‫وه‬ُ‫ح‬ِ ‫ر‬ َ‫س‬َ‫و‬ ‫ذ‬‫ن‬ ُ ‫وه‬ُ‫ع‬ِ ‫ر‬‫ت‬َ‫م‬ َ ‫ف‬ۖ‫ا‬َ‫ه‬ َ ‫ون‬ُّ‫د‬َ‫ت‬ۡ‫ع‬ َ ‫ت‬ ٖ‫ة‬‫ذ‬‫ِد‬‫ع‬ ۡ‫ِن‬‫م‬ ‫ذ‬‫ن‬ِ‫ه‬ۡ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ع‬ ۡ‫م‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ ‫ف‬ ‫ذ‬‫ن‬ ُ ‫وه‬ ُّ‫س‬َ‫م‬ َ ‫ت‬ ٗ ‫ِيٗل‬ َ ‫َج‬٤٩ 49. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka ´iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut´ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya. (Q.S. al-Ahzab [33]: 49). 2. Wanita yang pada saat putus perkawinannya telah melakukan hubungan badan dengan suami. Bagi wanita golongan ini berlaku hukum iddah. Iddah bagi wanita ini ada tiga bentuk: a) Iddah dengan quru’ Iddah jenis ini berlaku bagi wanita normal yang kebiasaannya mengeluarkan darah haid. Ulama sepakat bahwa iddah wanita ini adalah tiga quru. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surat al-Baqarah (1) ayat 228: َ‫و‬‫ٱ‬َ‫ط‬ُ‫م‬ ۡ ‫ل‬ُ‫ت‬َٰ َ ‫ق‬ ‫ذ‬ ‫ل‬ٖٖۚ‫ء‬ٓ‫و‬ُ‫ر‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ة‬ َ ‫ث‬َٰ َ ‫ل‬ َ ‫ث‬ ‫ذ‬‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫س‬ ُ ‫نف‬ َ ‫أ‬ِ‫ب‬ َ‫ن‬ ۡ‫ص‬‫ذ‬‫ب‬َ َ ‫َت‬َ‫ي‬ 228. Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru´. b) Iddah dengan ashhur (bulan). Iddah jenis ini berlaku bagi wanita yang ditinggal mati suaminya baik telah disetubuhi atau belum, baik tergolong wanita yang biasa haid atau bukan. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surat Al- Baqarah ayat 234:
  • 4. 4 َ‫و‬‫ٱ‬َ‫ِين‬ ‫ذ‬ ‫َّل‬ۡ‫م‬ ُ ‫ِنك‬‫م‬ َ ‫ن‬ۡ‫و‬ ‫ذ‬ ‫ف‬َ‫و‬َ‫ت‬ُ‫ي‬ۖ‫ا‬ٗ ۡ ‫ۡش‬ َ ‫ع‬َ‫و‬ ٖ‫ر‬ُ‫ه‬ ۡ ‫ش‬ َ ‫أ‬ َ ‫ة‬َ‫ع‬َ‫ب‬ۡ‫ر‬ َ ‫أ‬ ‫ذ‬‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫س‬ ُ ‫نف‬ َ ‫أ‬ِ‫ب‬ َ‫ن‬ ۡ‫ص‬‫ذ‬‫ب‬َ َ ‫َت‬َ‫ي‬ ‫ا‬ ٗ‫ج‬َٰ َ‫و‬ۡ‫ز‬ َ ‫أ‬ َ ‫ون‬ُ‫ر‬ َ ‫ذ‬َ‫ي‬َ‫و‬ ِ‫ب‬ ‫ذ‬‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫س‬ ُ ‫نف‬ َ ‫أ‬ ٓ ِ‫ِف‬ َ‫ن‬ ۡ ‫ل‬َ‫ع‬ َ ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ِيم‬‫ف‬ ۡ‫م‬ ُ ‫ك‬ۡ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ع‬ َ‫اح‬َ‫ن‬ُ‫ج‬ َ ‫ٗل‬ َ ‫ف‬ ‫ذ‬‫ن‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬َ‫ج‬ َ ‫أ‬ َ‫ن‬ ۡ ‫غ‬ َ ‫ل‬َ‫ب‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ ‫ف‬‫ٱ‬‫و‬ُ‫ر‬ۡ‫ع‬َ‫م‬ ۡ ‫ل‬ِ‫ف‬َ‫و‬‫ٱ‬ُ ‫ذ‬ ‫ّلل‬ ٞ‫ري‬ِ‫ب‬ َ ‫خ‬ َ ‫ون‬ ُ ‫ل‬َ‫م‬ۡ‫ع‬ َ ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬٢٣٤ 234. Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber´iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis ´iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. c) Iddah dengan melahirkan Iddah jenis ini berlaku bagi wanita yang ketika ditalak dalam keadaan hamil.Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. surat al-Talak ayat 4: ُ‫ت‬ََٰ ‫ل‬ْ‫و‬ ُ ‫أ‬َ‫و‬‫ٱ‬ِ‫ل‬‫ا‬َ ۡ ‫ۡح‬ َ ۡ ‫ۡل‬َّۚ ‫ذ‬‫ن‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ ۡ َ ‫ۡح‬ َ‫ن‬ۡ‫ع‬ َ ‫ض‬َ‫ي‬ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ‫ذ‬‫ن‬ُ‫ه‬ ُ ‫ل‬َ‫ج‬ َ ‫أ‬ dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan- perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (Q.S. at-Talaq: 4). 3 C. Akibat Hukum Iddah Wanita yang ditalak atau ditinggal mati suaminya dikenai khitab hukum iddah, yakni: 1. Larangan di-khitbah atau dilamar. Sesuai surat al-Baqarah ayat 235: 3 Wahbah Zuhaily, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Terjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, (Jakarta, Gema Insan, 2010), jilid 9, hlm. 597.
  • 5. 5 َ ‫ل‬َ‫و‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫م‬ُ‫ت‬ ۡ ‫ض‬‫ذ‬‫ر‬ َ ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ِيم‬‫ف‬ ۡ‫م‬ ُ ‫ك‬ۡ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ع‬ َ‫اح‬َ‫ن‬ُ‫ج‬‫ۦ‬ِ‫ة‬َ‫ب‬ ۡ‫ِط‬‫خ‬ ۡ‫ِن‬‫م‬ِ‫ء‬ ٓ ‫ا‬ َ‫س‬ِ ‫ر‬ ‫ٱلن‬َ‫ِم‬‫ل‬ َ ‫ع‬ َّۚ ۡ‫م‬ ُ ‫ك‬ِ‫س‬ ُ ‫نف‬ َ ‫أ‬ ٓ ِ‫ِف‬ ۡ‫م‬ُ‫نت‬َ‫ن‬ ۡ ‫ك‬ َ ‫أ‬ ۡ‫و‬ َ ‫أ‬ ُ ‫ذ‬ ‫ٱّلل‬‫ن‬ َ ‫أ‬ ٓ ‫ذ‬ ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ًّ ِ‫س‬ ‫ذ‬‫ن‬ ُ ‫وه‬ُ‫ِد‬‫ع‬‫ا‬َ‫و‬ ُ ‫ت‬ ‫ذ‬ ‫ل‬ ‫ن‬ِ‫ك‬ََٰ ‫ل‬َ‫و‬ ‫ذ‬‫ن‬ُ‫ه‬ َ ‫ون‬ُ‫ر‬ ُ ‫ك‬ ۡ ‫ذ‬َ‫ت‬َ‫س‬ ۡ‫م‬ ُ ‫ك‬ ‫ذ‬ ‫ن‬ َ ‫أ‬َّۚ‫ا‬ ٗ ‫وف‬ُ‫ر‬ۡ‫ع‬‫ذ‬‫م‬ ٗ ‫ل‬ۡ‫و‬ َ ‫ق‬ ْ ‫وا‬ ُ ‫ول‬ ُ ‫ق‬ َ ‫ت‬ 235. Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma´ruf. Dan janganlah kamu berazam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis ´iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun Hal ini dilarang karena dapat membangkitkan permusuhan dengan suami (atau keluarga suami) yang awal 2. Larangan menikah atau dinikahi. Sesuai surat al-Baqarah ayat 235 ُ ‫ع‬ ْ ‫وا‬ُ‫م‬ِ‫ز‬ۡ‫ع‬ َ ‫ت‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ َ ‫ة‬َ‫د‬ ۡ ‫ق‬ِ‫ح‬ َ ‫َِك‬‫ر‬‫ٱل‬ َ ‫غ‬ ُ ‫ل‬ۡ‫ب‬َ‫ي‬ َٰ ‫ذ‬‫َّت‬َ‫ح‬ُ‫ب‬َٰ َ ‫ِت‬‫ك‬ ۡ ‫ٱل‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬َ‫ج‬ َ ‫أ‬َّۚ‫ۥ‬َ‫و‬ ْ ‫ا‬ٓ‫و‬ُ‫م‬ َ ‫ل‬ ۡ ‫ٱع‬ ‫ذ‬ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ ‫ذ‬ ‫ٱّلل‬ٓ ِ‫ِف‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫م‬ َ ‫ل‬ۡ‫ع‬َ‫ي‬ َ ‫ف‬ ۡ‫م‬ ُ ‫ك‬ِ‫س‬ ُ ‫نف‬ َ ‫أ‬َّۚ ُ‫وه‬ُ‫ر‬ َ ‫ذ‬ۡ‫ٱح‬َ‫و‬ ْ ‫ا‬ٓ‫و‬ُ‫م‬ َ ‫ل‬ ۡ ‫ٱع‬ ‫ذ‬ ‫ن‬ َ ‫أ‬َ ‫ذ‬ ‫ٱّلل‬ٞ‫ِيم‬‫ل‬َ‫ح‬ ٌ‫ور‬ ُ ‫ف‬ َ ‫غ‬٢٣٥ “dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis „iddahnya. dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” Hal ini dilarang karena wanita yang „iddah talak raj‟i masih memiliki hak rujuk pada wanita itu. Selain itu tujuan wanita „iddah talak ba‟in atau wafat juga menghindari kekacauan nasab. 3. Larangan keluar rumah Menurut Ulama Hanafiyyah, wanita „iddah karena talak haram untuk keluar rumah baik siang maupun malam. Hal ini didasarkan pada surat al-Talaq ayat 1 ٖٖۚ‫ة‬َ‫ن‬ِ ‫ر‬‫ي‬َ‫ب‬ُّ‫م‬ ٖ‫ة‬ َ ‫ش‬ِ‫ح‬َٰ َ ‫ف‬ِ‫ب‬ َ‫ِني‬‫ت‬ ۡ ‫أ‬َ‫ي‬ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ٓ ‫ذ‬ ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ن‬ۡ‫ج‬ُ‫ر‬ ۡ َ ‫َي‬ َ ‫ل‬َ‫و‬
  • 6. 6 Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Selain ini, surat al-Talaq ayat 6 menyatakan bahwa: ‫ذ‬‫ن‬ ُ ‫وه‬ُ‫ِن‬‫ك‬ۡ‫س‬ َ ‫أ‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ ۡ‫م‬ ُ ‫ك‬ِ‫د‬ۡ‫ج‬ُ‫و‬ ‫ِن‬‫ر‬‫م‬ ‫م‬ُ‫نت‬ َ ‫ك‬َ‫س‬ ُ ‫ث‬ۡ‫ي‬َ‫ح‬ ۡ‫ِن‬‫م‬َّۚ ‫ذ‬‫ن‬ِ‫ه‬ۡ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ع‬ ْ ‫وا‬ ُ ‫ق‬ِ ‫ر‬‫ي‬ َ ‫ض‬ُ ِ‫ِل‬ ‫ذ‬‫ن‬ ُ ‫وه‬ُّ‫ٓار‬ َ ‫ض‬ ُ ‫ت‬ 6. Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka Perintah ayat untuk menempatkan wanita di rumah berarti larangan untuk mengeluarkan atau mengajak keluar wanita itu.4 Dengan demikian, wanita yang ditalak ataupun ditinggal mati suami diharuskan melakukan iddah dengan konsekwensi larangan menerima pinangan, melakukan pernikahan baru, dan keluar rumah. 4. Relevansi Iddah dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern Iddah tetap relevan dengan adanya pengetahuan dan teknologi modern, karena menetapkan iddah tersebut tidak terdapat satu segi saja, melainkan di latarbelakangi oleh berbagai hal: 1. Pembersihan Rahim Didalam islam penisbahan ketururnan suatu hal yang amat penting, Oleh sebab itu, bagi wanita dilarang berpoliandri yaitu kawin dengan beberapa pria didalam waktu yang bersamaan, karena penciptaan bayi hanya terjadi didalam rahim wanita bukan pria. Bibit yang di tanamkan pria pada wanita tidak diketahui secara langsung tetapi dapat diketahui dalam waktu jarak tertentu. Cara ini adalah cara alamiah yang dapat dilakukan oleh setiap orang tanpa membutuhkan peralatan yang sudah dicari, karena agama Islam diperuntukkan bagi semua lapisan masyarakat sampai akhir masa. Itulah sebabnya iddah wanita yang diceraikan dalam keadaan hamiladalah hanya melahirkan bayi yang di kandungnya. Meskipun dalam penelitian modern bahwa tidak akan terjadi 2 kali pembuahan pada satu rahim dalam satu kehamilan, tetapi Islam cukup bijaksana dengan meralarang wanita yang sedang memelihara bibit seorang pria untuk mencampurnya dengan proses pemeliharaan dan pertumbuhan bayi yang akan dilahirkan, mungkin secara 4 Wahbah az-Zuhaily, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, hlm. 617-618.
  • 7. 7 medis seorang wanita yang digauli oleh beberapa orang pria dapat diketahui secara pasti pemilik bibit yang dikandungnya, tetapi dari segi lain dapat mempengaruhi anak yang akan dilahirkan. Misalnya dari segi pendidikan dan psikologi akan merusak dan mengacaukan pada anak tersebut yang akhirnya menimbulkan kekacauan dan kerusakan moral di tengah masyarakat. 2. Kesempatan Untuk Berduka Cita dan Berfikir Dalam kasus cerai mati iddah merupakan masa duka dan bela sungkawa seseorang yang ditinggal mati suaminya. Cerai karena kematian adalah suatu musibah yang berada di luar kekuasaan manusia untuk menolaknya, dalam hal ini mereka yang bercerai masih berada di dalam hubungan batin yang begitu akrab, dalam suasana berkasih sayang dan mencintai. Kemudian, wanita yang dalam iddah raj’I boleh kembali ruju’ dengan suaminya selama masa iddahnya belum berakhir. Jadi iddah talak raj’I merupakan tenggang waktu yang memungkinkan suami-istri yang telah bercerai untuk berfikir dan merenungkan hubungan mereka. Masing-masing menginstropeksi dirinya guna menciptakan hubungan yang lebih baik. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern tidak dapat mengubah ketentuan panjang pendeknya masa iddah yang telah ditetapkan dan dijelaskan dalam Al- Quran dan as-sunnah. Meskipun ada keyakinan bahwa rahim wanita yang dicerai itu bersih dan diantara suami-istri tidak mungkin rujuk kembali. Dengan demikan, iddah dalam ajaran islam ini adalah ta’abbudi bukan ta’aqquli5 2. IHDAD A. Pengertian Ihdad secara etimologi adalah menahan atau menjauhi. Secara definitif, sebagaimana tersebut dalam beberapa kitab fiqh, adalah menjauhi sesuatu yang dapat menggoda laki-laki kepadanya selama menjalani masa iddah.6 B. Hukum Ihdad Tentang kenapa dia harus berkabung, menjadi bahasan di kalangan ulama. Hal yang berlaku terhadap perempuan yang bercerai dari suaminya karena kematian suaminya. Inilah maksud semula dari ditetapkannya berkabung dalam islam. 5 Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyah: Kajian Hukum Islam Kontemporer. Bandung; Angkasa 2005, hlm. 170. 6 Amir Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. hlm. 320-322
  • 8. 8 tujuannnya adalah untuk menghormati dan mengenang suaminya yang meninggal. Dasar dari kewajiban berkabung untuk suami yang meninggal itu adalah sabda Nabi yang bunyinya : ‫ﻻ‬‫حيل‬‫ﻻ‬‫مرأة‬‫تؤمن‬‫باّلل‬‫وايلوم‬‫الخر‬‫أن‬‫حتد‬‫ا‬ ‫ثٗلث‬ ‫فوق‬ ‫ميت‬ ‫ىلع‬‫ﻻ‬‫ىلع‬‫زوج‬ ‫أربعة‬‫أشهر‬‫و‬‫عۡشا‬ . " Tidak boleh seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkabung untuk orang mati kecuali untuk suaminya selama empat bulan sepuluh hari." Adapun terhadap suami yang menceraikannya dalam bentuk thalaq bain, ulama berbeda pendapat.  Imam Malik tidak wajib berkabung untuk selain suami yang mati.  Abu Hanifah berpendapat bahwa wajib berkabung untuk suami yang meneraikannnya dalam bentuk bain, dikiaskan kepada suami yang mati.  Imam Syafi’i mengatakan, bahwa berkabung untuk suami yang cerai bain hanyalah sunnah.  Ulama Syi’ah Imamiyah juga tidak mewajibkan suami yang bercerai dalam bentuk bain untuk berkabung. Terhadap perempuan yang menjalani iddah dari thalaq raj’i menurut kesepakatan ulama tidak mesti perempuan menjalani masa berkabung, bahkan lebiih baik dia melakukan sesuatu yang dapat menarik mantan suaminya yang rujuk. C. Hal-hal yang harus dijauhi ketika Ihdad Adapun yang harus dijauhi oleh perempuan yang sedang berkabung menurut kebanyakan ulama ada empat : 1. Memakai wangi-wangian, kecuali sekadar untuk mengilangkan bau badan, baik dalam bentuk alat mandi atau parfum. Hal ini didasarkan kepada sabda Nabi yang muttafaq alaih, yang berbunyi : ‫ﻻ‬‫إ‬ ‫طيبا‬ ‫تمس‬‫ﻻ‬‫عند‬‫أدىن‬‫طهرها‬‫إذا‬‫طهرت‬‫من‬‫حيضها‬‫بنبذة‬‫أو‬‫أظفار‬
  • 9. 9 Janganlah dia menyentuh wangi-wangian kecuali diwaktu mandi dari haid seukuran kecil atau seujung kuku. 2. Menggunakan perhiasan, kecuali dalam batas yang sangat diperlukan. 3. Menghias diri, baik pada badan, muka atau pakaian yang bewarna. 4. Bermalam di luar rumah tempat tinggalnya. Ini didasarkan kepada pendapat jumhur ulama yang mewajibkan perempuan yang kematian suami untuk ber iddah dirumah suaminya. D. Tujuan Ihdad Tujuan dishariatkannya ihdad dilihat dari analisa beberapa definisi dan dasar hukum di atas dapat dirumuskan: 1. Agar para laki-laki tidak mendekati dan tergoda wanita yang sedang iddah. 2. Agar wanita yang sedang „iddah tidak mendekati dan tergoda laki-laki. Kedua hal ini oleh Ibnu Rushd disebut dengan sad al-dzari’ah. Artinya menutup jalan keharaman. Jalan yang dimaksud adalah interaksi wanita iddah dengan laki-laki (dua tujuan di atas) dan berhias atau bersolek. Sedangkan keharamannya adalah pinangan (khitbah) dan pernikahan pada saat wanita dalam masa „iddah. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa „illat hukum dishariatkannya ihdad adalah menjaga sikap wanita dari terjerumus dalam perkawinan pada masa „iddah yang dilarang. Oleh karena tujuan ihdad sebagaimana tersebut di atas, maka sangat wajar jika penekanan ulama dalam menulis fiqh ihdad pada dua hal: 1. Menanggalkan perhiasan atau bersolek. 2. Menghindarkan diri dari interaksi sosial. Oleh karena itu segala hal yang mengarah pada dua hal tersebut dilarang pada saat ihdad. Menurut ulama‟, pakaian dan perhiasan yang tidak boleh
  • 10. 10 digunakan pada masa iddah dan ihdad adalah pakaian yang dapat mempercantik diri (zinah) dan mendorong percepatan pernikahan baru. 7 3. HARTA BERSAMA WANITA KARIR A. Pengertian Dilihat dari susunan katanya, wanita karir terdiri dari dua kata wanita dan karier. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata wanita berarti perempuan dewasa.8 Harta bersama yaitu harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama, dan Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. (Pasal 35 UU No. 1 Tahun 1974) B. Hukum Harta Bersama Wanita Karir Konsepsi Harta Bersama Berdasarkan Hukum Islam dan Kompilasi Hukum Islam Pada dasarnya Hukum Islam tidak mengenal istilah percampuran harta kekayaan antara suami atau istri karena pernikahan. Harta kekayaan istri tet ap menjadi milik istri dan dikuasai penuh olehnya, demikian pula harta kekayaan suami menjadi milik suami dan dikuasai penuh oleh suami.9 Secara umum, hukum Islam tidak melihat adanya harta gono-gini. Hukum Islam lebih memandang adanya keterpisahan antara harta suami dan harta istri. Apa yang dihasilkan oleh suami merupakan harta miliknya, demikian juga sebaliknya, apa yang dihasilkan istri adalah harta miliknya. Menurut pendapat M. Yahya Harahap, bahwa perspektif hukum Islam tentang gono-gini atau harta bersama 7 Edi Susilo, Iddah dan Ihdad Bagi Wanita Karir (Jakarta: The Indonesian Journal of Islamic Family Law, 2016), hlm 286 8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia , cet. III, Jakarta, 1990, h. 1007 9 Ismuha, Pencaharian Bersama Suami Istri di Indonesia.( Jakarta: Bulan Bintang. 1978)
  • 11. 11 sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Muhammad Syah bahwa pencaharian bersama suami istri mestinya masuk dalam rub’u mu’amalah, tetapi ternyata tidak dibicarakan secara khusus. Hal mungkin disebabkan karena pada umumnya pengarang kitab-kitab fiqh adalah orang Arab yang tidak mengenal adanya pencaharian bersama suami istri. Tetapi ada dibicarakan tentang kongsi yang dalam bahasa Arab disebut syirkah. Oleh karena masalah pencaharian bersama suami istri adalah termasuk perkongsian atau syirkah. Pendapat dari Zahri Hamid dalam buku PokokPokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia menyatakan, hukum Islam mengatur sistem terpisahnya harta suami dan harta istri sepanjang yang bersangkutan tidak menentukan lain (tidak ditentukan dalam perjanjian perkawinan). Hukum Islam juga memberikan kelonggaran kepada mereka berdua untuk membuat perjanjian perkawinan sesuai dengan keinginan mereka berdua, dan perjanjian tersebut akhirnya mengikat mereka secara hukum. Ahmad Azhar Basyir dalam bukunya Hukum Perkawinan Islam menyatakan, hukum Islam memberi hak kepada masing-masing pasangan, baik suami atau istri untuk memiliki harta benda secara perseorangan yang tidak bisa diganggu oleh masing-masing pihak. Suami yang menerima pemberian, warisan dan sebagainya, berhak menguasai sepenuhnya harta yang diterimanya itu, tanpa adanya campur tangan istrinya. Demikian halnya bagi istri yang menerima pemberian, warisan, dan sebagainya, berhak menguasai sepenuhnya harta yang diterimanya itu tanpa adanya campur tangan suaminya. Dengan demikian, harta bawaan yang mereka miliki sebelum terjadinya perkawinan menjadi hak milik masingmasing pasangan suami istri. Berbicara mengenai hukum Islam khususnya mengenai harta bersama maka secara yuridis formal tidak bisa dilepaskan keterkaitannya mengenai Kompilasi Hukum Islam yang merupakan hasil ijtihad yang mengandung peraturan-peraturan hukum Islam yang sesuai dengan kondisi kebutuhan hukum dan kesadaran hukum umat Islam di Indonesia. Tetapi kompilasi hukum Islam bukan mazhab baru dalam fiqh Islam, melainkan merupakan wujud dan penerapan berbagai mazhab fiqh yang
  • 12. 12 ada serta dilengkapi dengan institusi lain seperti fatwa ulama sebagai respon terhadap masalah yang muncul, keputusan pengadilan lewat persidangan suatu perkara oleh para hakim, dan undang-undang yang dibuat oleh badan legislatif, untuk menjawab persoalan-persoalan yang ada di Indonesia sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat Islam Indonesia itu sendiri.10 10 Herawati, Andi. Kompilasi Hukum Islam (KHI) sebagai Hasil Ijtihad Ulama Indonesia, Makassar, Jurnal Studia Islamika. 2011.Vol. 8 No. 2 Desember 2011, hlm. 321- 340,
  • 13. 13 DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Ismuha. 1978. Pencaharian Bersama Suami Istri di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang. Jaziri, al, Abd ar-Rahman. 1969. Al- Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah. Mesir: Maktabah at-Tijariyah al-Kubra. Susilo, Edi. 2016. Iddah dan Ihdad Bagi Wanita Karir. Jakarta: The Indonesian Journal of Islamic Family Law. Syarifuddin, Amir. 2006. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana. Yanggo, Huzaimah Tahido. 2005. Masail Fiqhiyah: Kajian Hukum Islam Kontemporer. Bandung; Angkasa. Zuhaily, Wahbah. 2010. Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Terjemah: Abdul Hayyie al- Kattani Jakarta, Gema Insan.