2. Kita telah mempelajari empat macam kebenaran, dan agar mudah untuk memahaminya, maka kita sebut kebenaran logis atau kebenaran rasional. Dalam menanggapi suatu kebenaran dan kepastian dari ilmu pengetahuan terdapat dua pandangan, yaitu dari sudut pandang kaum rasionalis dan kaum yang menganut paham empirisme.
3. Kaum rasionalis beranggapan bahwa kebenaran ilmu itu mutlak benar dan tidak akan berubah. Karena mereka beranggapan kebenaran logis-rasional bersifat pasti dan tidak bersifat sementara. Sedangkan kaum emprises lebih moderat, karena ilmu pengetahuan tidak akan memberikan suatu gambaran yang pasti dan akurat, final dan absolute.
4. Kita juga harus menanggapi bahwa ilmu pengetahuan itu mengarahkan kita pada suatu kebenaran, mengkonversikan segala temuannya pada kebenaran. Ilmuwan harus memiliki sikap kritis karena metode ilmu pengetahuan merupakan satu – satunya metode yang dapat dipercaya dalam menyampaikan ide pikiran dan pendapat, kita tidak menganggap ilmu pengetahuan pasti benar dengan sendirinya karena ilmu pengetahuan dapat saja salah. Tetapi kita tidak boleh mengabsolutekan kesalahan ilmu pengetahuan, melainkan memahami kesalahan secara moderat sebagai tantangan untuk mencari kebenaran – kebanaran ilmu pengetahuan yang baru.
6. Falibilisme berasal dari dua sumber, yaitu sebagai konsekuensi dari metode ilmiah dan dari objek ilmiah. Metode ilmu pengetahuan tidak menghasilkan ilmu pengetahuan yang pasti benar dan universal, melainkan dapat juga salah. Berikut ini adalah beberapa indikasi metodologi yang dapat menjadi alasan falibilisme moderat :
7. Peneliti sendiri tidak pernah merasa pasti dengan apa yang telah dicapainya sendiri. Karena penelitian ilmiah sendiri didasari dengan keraguan, dan setiap pendapat yang mantap tidak akan membuat pikirannya tenang. Dan hasil penelitian itu sendiri bertahap mengalami konvergensi kebenaran, tidak menjadi hasil yang final.
8. Fokus utama dari kegiatan penelitian ilmiah adalah verifikasi atas hipotesis. Setelah dirumuskan, maka hipotesis akan diuji untuk diverifikasi. Dalam proses pengujian ini menggunakan penalaran secara induktif. Penalaran secara induktif itu sendiri adalah menilai rasio dari suatu peristiwa dalam keseluruhannya dengan rasio yang ditemukan secara eksperimental dalam suatu sampel.
9. Karena metode induksi selalu tidak lengkap. Karena kita tidak akan pernah berhasil mengumpulkan semua data yang seharusnya tercangkup untuk bisa menarik sebuah hipotesis tentang fakta tersebut.
10.
11. Objek ilmu pengetahuan itu real dan berubah – ubah. Dan objek ilmu pengetahuan itu sendiri adalah peristiwa – peristiwa alam. Alam tidak berada pada kondisi yang statis, karena mengalami suatu perubahan (evolusi). Berdasarkan asumsi dasar ini, kita akan bahas lebih lanjut tentang realitas objek dan pengembangan objek.
13. Objek ilmu pengetahuan dikatakan real atau nyata sekurang – kurangnya mengandung tiga arti. Pertama, yang nyata berarti lepas dari pemikiran manusia. Mengetahui apa yang belum pernah dipikirkan tetapi alam menyampaikannya. Bagi ilmuwan fakta – fakta itu membangkitkan rasa ingin tahu dan sekaligus mendorongnya untuk mencari penjelasan, hipotesis, atau teori. Kedua, relitas itu sendiri dapat dikatakan real apabila dapat dikenal. Ketiga, realitas yang dibicarakan oleh ilmu pengetahuan adalah realitas public, realitas yang menjadi perhatian banyak orang, yang lepas dari apa yang dipikirkan oleh individudan yang menjadi bahan informasi public.
15. Evolusi objek menyangkut dua aspek, yaitu objek pengetahuan ilmiah selalu berubah dan objek dari pengetahuan kita selalu berkembang kepada regularitas. Filsuf – filsuf Yunani seperto Aristoteles dan Herakleitos sudah menjelaskan bahwa perubahan merupakan cirri khas dari realitas apa saja, baik yang hidup maupun yang mati, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Evolusi merupakan kenyataan dasar dari setiap realitas.