SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
TRANSFORMASI ORGANISASI: PENINGKATAN INTEGRITAS
DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA MUTU
Orasi Ilmiah Disampaikan Dalam Rangka Wisuda Sarjana
ke-XVI dan Magister ke-X STIA Bandung
Bandung, 1 Agustus 2023
Oleh:
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
(Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara
LAN RI)
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
STIA BANDUNG, 2023
TRANSFORMASI ORGANISASI: PENINGKATAN INTEGRITAS
DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA MUTU
Oleh: Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Yth. Kepala L2DIKTI Wilayah IV atau yang mewakili;
Yth. Ketua Pembina Yayasan Bina Administrasi (Bapak Dr.
Dada Rosada);
Yth. Ketua Pengurus Yayasan Bina Administrasi (Bapak Dr. Uce
Sugandha) dan jajarannya;
Yth. Senat Akademik STIA Bandung;
Yth. Ketua STIA Bandung, Dr. Barkah Rosadi, dan jajarannya;
Para undangan dan hadirin yang saya hormati,
Serta seluruh Wisudawan/wati beserta keluarga yang
berbahagia,
Assalamu'alaikum wr. Wb.,
Selamat pagi,
Salam sejahtera untuk semua,
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Budaya,
Salam Kebajikan.
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah saya berdiri
dihadapan jajaran sivitas akademika STIA Bandung serta
hadirin yang saya hormati, untuk menyampaikan beberapa
pokok buah pikiran dalam orasi ilmiah pada rangkaian Wisuda
Sarjana dan Magister STIA Bandung ini. Namun sebelumnya,
perkenankanlah saya menghaturkan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya atas kepercayaan yang
diberikan kepada saya untuk menyampaikan orasi ilmiah
dengan judul “Transformasi Organisasi: Peningkatan Integritas
dalam Mewujudkan Budaya Mutu”.
Tema ini bagi saya pribadi adalah tema yang berat dan
menantang. Saya katakan berat karena 2 (dua) alasan.
Pertama, mencari keterkaitan antar 3 (tiga) variabel yakni
transformasi organisasi, integritas, dan budaya mutu, sungguh
membutuhkan intellectual exercise yang besar. Kedua,
dukungan penelitian terdahulu tentang hubungan ketiga
variable tersebut beserta good practices-nya, juga sangat
terbatas.
Meskipun demikian, saya ingin mencoba untuk membangun
sebuah kerangka pikir bahwa integritas merupakan fondasi
bagi suatu organisasi untuk membangun budaya kualitas.
Mustahil rasanya budaya mutu bisa terlahir dari habitat
organisasi yang tidak berbasis integritas. Selanjutnya,
integritas dan budaya kualitas tadi menjadi syarat mutlak bagi
sebuah organisasi yang ingin melakukan transformasi menuju
sosok organisasi yang lebih cerdas, lincah, dan berkinerja
tinggi (smart, agile, and high-performing organization).
Sejalan dengan kerangka pikir tersebut, ijinkan saya
mengelaborasi lebih lanjut tentang kondisi integritas sector
publik di Indonesia. Berdasarkan data Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), indeks integritas nasional pada tahun 2022
adalah sebesar 71,94 poin. Skor ini mengalami penurunan
0,67% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 72,43 poin.
Indeks ini diperoleh dari survei penilaian integritas (SPI) yang
dilakukan KPK terhadap 98 kementerian/lembaga, 34
pemerintah provinsi, dan 508 pemerintah kabupaten/kota,
pada periode Juli-September 2022.
Selain penilaian integritas, KPK juga rutin mengukur tingkat
kepatuhan LHKPN di berbagai lingkungan pejabat, baik
eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Kepatuhan itu diukur
dari jumlah laporan LHKPN yang berstatus "lengkap", dibagi
dengan total jumlah pejabat yang wajib lapor. Untuk LHKPN
periode 2022 batas waktu pelaporannya sudah berakhir pada
31 Maret 2023. Namun, sampai batas waktu tersebut belum
ada satupun kementerian yang memiliki kepatuhan 100%.
Selaras dengan publikasi KPK, Ombudsman RI juga memiliki
instrumen untuk mengukur integritas pelayanan publik, yakni
Indeks Persepsi Maladministrasi. Pada triwulan I tahun 2022,
ORI menerima laporan/pengaduan masyarakat atas dugaan
maladministrasi dalam pelayanan publik sebanyak 2.706
laporan/pengaduan. Sepanjang triwulan I tersebut, 3 (tiga)
urutan tertinggi laporan masyarakat berdasarkan dugaan
maladministrasi yaitu Penundaan Berlarut 59,62%, Tidak
Memberikan Pelayanan 13,92%, dan Penyimpangan Prosedur
13,72%.
Sementara itu, Transparency International kembali merilis
laporan Global Corruption Barometer (GCB). Ini adalah survei
mengenai opini publik terkait korupsi dan praktik suap
berdasarkan persepsi dan pengalaman masyarakat. Survei
yang sebelumnya dilakukan pada tahun 2017 dan 2013 ini
menilai berbagai praktik korupsi dan suap seperti koneksi
personal, institusi yang paling korup, tingkat korupsi dalam
kurun waktu 12 bulan terakhir, kinerja pemerintah dalam
memberantas korupsi, serta peran masyarakat dalam
membuat perubahan untuk memberantas korupsi.
Survei GCB Indonesia yang dilakukan pada periode 15 Juni
sampai 24 Juli 2020 ini menghasilkan 10 kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kinerja Pemerintah dalam melakukan pemberantasan
korupsi dianggap stagnan.
2. Hanya 51% publik yang disurvei menilai kinerja KPK cukup
baik dalam satu tahun terakhir.
3. DPR dipersepsikan sebagai lembaga terkorup di Indonesia.
4. Sebanyak 3 dari 10 responden mengaku pernah membayar
suap ketika mengakses layanan publik.
5. Pengalaman suap masyarakat paling tinggi terjadi di
layanan Kepolisian (41%), jauh diatas rata-rata Asia (23%).
6. Lebih dari 80% responden yang disurvei menganggap
koneksi pribadi penting jika ingin mendapatkan kualitas
pelayanan publik yang lebih baik.
7. 1 dari 3 responden mengaku pernah ditawari untuk
menjualbelikan suaranya ketika Pemilu.
8. Lebih dari setengah korban pemerasan seksual yang
mengakses layanan publik adalah perempuan.
9. Sebanyak hampir 60% responden meyakini bahwa warga
biasa dapat membuat perubahan.
10. Kurang dari setengah responden sadar bahwa dirinya
memiliki hak atas akses informasi publik.
Tentu masih banyak data yang bisa kita observasi untuk
mengetahui gambaran integritas di negeri kita. Namun dari
sedikit data diatas kiranya kita dapat menarik kesepakatan
bahwa penguatan integritas terutama di sektor publik masih
membutuhkan kerja keras.
Bapak/ibu dan hadirin yang saya hormati,
Sebagaimana saya sampaikan diatas, integritas dan budaya
mutu saling berkaitan erat dan saling menguatkan satu sama
lain dalam menciptakan lingkungan kerja organisasi yan sehat.
Melalui keterpaduan antara integritas dan budaya mutu,
sebuah organisasi dapat mencapai keunggulan dan kesuksesan
jangka panjang. Kita dapat belajar dari beberapa perusahaan
di dunia yang dikenal memiliki budaya mutu yang tinggi
karena faktor integritas dari pimpinannya. Pemimpin yang
jujur, etis, dan memiliki integritas tinggi cenderung
menciptakan lingkungan di mana nilai-nilai tersebut
dipromosikan dan diterapkan dengan konsisten.
Berikut beberapa contoh perusahaan yang sering dianggap
memiliki budaya mutu tinggi karena peran pemimpin yang
berintegritas:
1. Johnson & Johnson (J&J): Perusahaan kesehatan dan
farmasi multinasional ini telah lama diakui karena budaya
mutunya yang tinggi. Pada tahun 1982, ketika muncul
krisis terkait produk Tylenol yang dicemari sianida,
Johnson & Johnson dengan cepat menarik semua produk
Tylenol dari pasar. Hal ini menunjukkan komitmen mereka
yang tinggi terhadap keselamatan konsumen.
Kemudian pada tahun 2021, J&J telah membayar ganti rugi
senilai lebih dari USD 2 miliar (Rp 133 triliun) terkait
dengan salah satu produk ikoniknya yang dindikasikan
mengandung asbes, yaitu bahan berbahaya penyebab
kanker ovarium. Asbes adalah mineral alami yang pernah
digunakan dalam beberapa bentuk bedak bayi dan
kosmetik di masa lalu. Karena kasus ini, pada akhirnya J&J
dinyatakan bangkrut atau pailit.
Sebenarnya para ilmuwan masih belum sepenuhnya setuju
tentang hubungan antara penggunaan bedak bayi dan
risiko kanker ovarium. Namun, tindakan J&J ini telah
dianggap sebagai contoh integritas dan tanggung jawab
perusahaan yang luar biasa terhadap pelanggan meski
menghadapi risiko kebangkrutan.
2. Toyota: perusahaan otomotif Jepang ini pernah
menghadapi masalah serius yang melibatkan penarikan
produk karena adanya cacat pada beberapa model mobil
mereka. Peristiwa ini disebut sebagai "Toyota Unintended
Acceleration Recall" yang terjadi pada tahun 2009 hingga
awal 2010.
Awalnya, beberapa pelanggan melaporkan bahwa mobil
Toyota mereka mengalami percepatan tak terduga
(akselerasi yang tidak diinginkan) padahal mereka
menginjak pedal gas. Masalah ini menyebabkan beberapa
kecelakaan, termasuk insiden yang fatal. Pihak berwenang
dan media mulai menyelidiki masalah ini, dan Toyota
kemudian mengumumkan penarikan massal mobil untuk
mengatasi masalah ini. Toyota menegaskan komitmen
mereka terhadap kualitas produk dan keselamatan
pelanggan. Mereka berjanji untuk meningkatkan sistem
pengujian dan kualitas produksi untuk mencegah masalah
serupa terjadi di masa depan.
Disamping contoh-contoh keberhasilan, ada juga
contoh-contoh perusahaan yang gagal menegakkan integritas
sehingga gagal pula dalam membangun budaya mutu.
Beberapa contoh kegagalan ini diantaranya adalah:
1. Volkswagen Dieselgate, produsen mobil terkenal asal
Jerman, terlibat dalam skandal yang dikenal sebagai
"Dieselgate" pada tahun 2015. Perusahaan ini
memanipulasi perangkat lunak di kendaraan diesel mereka
untuk mengurangi emisi nitrogen oksida selama pengujian,
sehingga terlihat lebih ramah lingkungan daripada
kenyataannya. Kejadian ini melibatkan ketidakjujuran dan
kekurangan integritas dari sejumlah karyawan dan
manajemen perusahaan, yang mengakibatkan dampak
serius pada reputasi dan kredibilitas Volkswagen.
2. Enron Corporation, perusahaan energi dan komoditas
Amerika Serikat, mengalami kegagalan besar-besaran pada
awal tahun 2000-an akibat skandal akuntansi yang
melibatkan manipulasi laporan keuangan. Praktek
akuntansi yang tidak jujur dan tidak etis ini dilakukan
untuk mengelabui investor dan menciptakan gambaran
palsu tentang keuangan perusahaan. Kegagalan dalam
memelihara budaya mutu yang berfokus pada etika dan
kejujuran menyebabkan keruntuhan perusahaan.
3. Wells Fargo, sebuah bank besar di Amerika Serikat,
menghadapi kontroversi besar pada tahun 2016 ketika
ditemukan bahwa sejumlah karyawan mereka membuat
rekening palsu tanpa persetujuan nasabah untuk
mencapai target penjualan yang ditetapkan oleh
manajemen. Skandal ini mengekspos masalah dalam
budaya perusahaan yang menempatkan tekanan terlalu
tinggi pada kinerja dan penjualan, yang pada gilirannya
mengorbankan integritas dan kepercayaan pelanggan.
Beberapa contoh baik keberhasilan maupun kegagalan diatas
menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi oleh
perusahaan atau organisasi dalam hal kualitas produk,
keamanan, dan integritas bisa menjadi kritis dan dapat
berdampak besar pada reputasi perusahaan/organisasi.
Respon dan tindakan perusahaan dalam menghadapi masalah
ini sangat menentukan bagaimana perusahaan dapat
memperbaiki dan memulihkan kepercayaan pelanggan dan
pemangku kepentingan lainnya. Bagi perusahaan, integritas
dan fokus pada budaya mutu adalah kunci untuk mencegah
dan mengatasi beragam masalah secara efektif.
Pertanyaannya, bagaimanakah suatu perusahaan atau
organisasi sektor publik dapat menjaga integritasnya agar
budaya mutu bisa ditingkatkan semakin baik? Dalam hal ini,
paling tidak terdapat 7 (tujuh) strategi dalam manajemen
mutu yang perlu dilakukan oleh setiap organisasi yang ingin
menjadi pemenang di era yang yang semakin kompetitif saat
ini. Ketujuh strategi tersebut meliputi:
1. Pemahaman terhadap Pelanggan. Setiap organisasi harus
memahami kebutuhan dan harapan pelanggan atau
stakeholders mereka dengan mendengarkan umpan balik,
melakukan survei, dan berinteraksi secara aktif dengan
pelanggan. Dengan memahami apa yang diinginkan
pelanggan, organisasi dapat menyesuaikan produk dan
layanan mereka sesuai dengan kebutuhan.
2. Penetapan Standar Kualitas. Setiap organisasi harus
menetapkan standar kualitas yang jelas untuk produk dan
layanan mereka. Standar ini harus mencakup segala hal
sejak pendaftaran, proses layanan, hingga delivery-nya.
Standar kualitas ini harus terukur dan dapat diukur untuk
memastikan pencapaian konsistensi mutu.
3. Pelatihan dan Pengembangan Pegawai. Pegawai dalam
suatu organisasi harus diberikan pelatihan yang sesuai
untuk memastikan mereka memahami dan mampu
mencapai standar kualitas yang ditetapkan. Kompetensi
yang tepat akan memberi kontribusi terhadap peningkatan
tanggung jawab masing-masing pegawai dalam mencapai
standar mutu secara menyeluruh.
4. Proses Kontrol Kualitas. Kontrol kualitas yang ketat sangat
penting untuk memastikan bahwa setiap produk atau
layanan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.
Proses ini melibatkan pemeriksaan, pengujian, dan
pemantauan secara berkala untuk mengidentifikasi dan
mengatasi masalah mutu sebelum mencapai pelanggan.
5. Pengukuran Kinerja. Mengukur kinerja kualitas adalah
langkah penting untuk mengevaluasi apakah sebuah
organisasi mencapai tujuan kualitasnya dan memuaskan
pelanggan. Indikator Kinerja Utama (Key Performance
Indicators) yang relevan harus dipantau secara teratur
untuk memastikan organisasi berada pada jalur yang
benar.
6. Perbaikan Berkelanjutan. Setiap organisasi wajib
menganut filosofi perbaikan berkelanjutan (continues
improvement). Ini berarti ia harus selalu mencari cara
untuk meningkatkan proses, mengidentifikasi penyebab
akar masalah, dan mengadopsi inovasi yang dapat
meningkatkan mutu produk dan layanan mereka secara
berkesinambungan.
7. Responsif terhadap Masalah Pelanggan. Jika ada masalah
atau keluhan dari pelanggan atau masyarakat pengguna
layanan, organisasi harus merespons dengan cepat dan
memberikan solusi yang memuaskan. Menghadapi
masalah dengan jujur dan transparan serta menawarkan
kompensasi jika diperlukan akan meningkatkan
kepercayaan dan kepuasan stakeholders.
Bapak/ibu dan hadirin yang saya hormati,
Kini saatnya kita mencoba mengkaitkan antara integritas dan
budaya mutu dengan transformasi sekor publik. Dalam
konteks transformasi, integritas dan budaya mutu memegang
peran kunci dalam menciptakan fondasi yang kuat dan
berkelanjutan untuk perubahan atau inovasi yang berdampak.
Kebetulan sekali, saat ini pemerintah telah memiliki Visi
Jangka Panjang hingga tahun 2045 yang sering kita kenal
dengan Visi Indonesia Emas. Saat kita merayakan
kemerdekaan yang ke-100 tahun nanti, Indonesia
diproyeksikan telah menjadi negara maju dengan pendapatan
per kapita sebesar US$ 23,199, kelas menengah mencapai 70%
total penduduk, serta produk domestik bruto (PDB) terbesar
ke-5 di dunia. Tidak hanya itu. Kemiskinan dan tingkat
pengangguran terbuka juga sudah harus mendekati 0%, tidak
ada lagi kabupaten dan desa tertinggal (saat ini masih
terdapat 62 kabupaten dan 14.566 desa tertinggal), tidak ada
lagi daerah yang kurang inovatif, tidak ada lagi
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dengan kualitas
kebijakan yang masih berada pada kategori kurang, dan
seterusnya.
Untuk mencapai itu semua, inovasi saja tidak cukup. Kita
membutuhkan perubahan yang berskala lebih besar, yang
lebih sistemik, dan lebih berdampak luas. Dan itulah yang kita
maknakan dengan transformasi. Era inovasi sudah berlalu, dan
kini saatnya kita merancang program transformasi untuk
mengakselerasi output dan outcomes dari program-program
pemerintah.
Mengapa kita harus mulai bergeser dari inovasi ke
transformasi? Sebab, inovasi lebih fokus pada penciptaan dan
penerapan ide baru atau konsep yang menghasilkan nilai
tambah, yang pada umumnya terjadi pada ruang lingkup yang
sempit. Sementara transformasi mengacu pada perubahan
yang mendasar dan menyeluruh dalam organisasi.
Hal ini selaras dengan pendapat Robert Gass (2012) yang
mengatakan bahwa transformasi adalah “profound,
fundamental change, altering the very nature of something.
Transformational change is both radical and sustainable”.
Demikian pula pendapat John Palinkas (2013) yang
menyatakan bahwa ”change can be small and incremental, or
it can be large and complex. Transformation is always large
and significant”.
Secara singkat, perbedaan transformasi dan inovasi dapat
dibedakan berdasarkan dimenasi sebagai berikut.
1. Ruang Lingkup: Transformasi lebih berfokus pada
perubahan menyeluruh dan besar, sementara inovasi lebih
berfokus pada penciptaan ide atau cara baru untuk
mencapai tujuan tertentu.
2. Sifat Perubahan: Transformasi melibatkan perubahan
struktural dan strategis dalam organisasi atau proses,
sementara inovasi dapat berarti perubahan inkremental
atau bahkan disrupsi yang lebih kecil.
3. Fokus: Transformasi berorientasi pada perbaikan besar
dalam kinerja dan adaptasi organisasi, sementara inovasi
berfokus pada penciptaan nilai dan keunikan baru.
4. Waktu: Transformasi sering berlangsung dalam jangka
waktu yang lebih lama, sedangkan inovasi dapat terjadi
dalam waktu yang lebih singkat, tergantung pada ide atau
produk yang dikembangkan.
Meskipun transformasi sektor publik sangat penting dalam
menunjang program pemerintahan saat ini, namun ia harus
dilakukan secara cermat dan hati-hati. Sebab, kajian dari
McKinsey (2021) menunjukkan bahwa hanya 22% dari
transformasi yang berhasil mencapai tujuannya, sementara
78% lainnya mengalami kegagalan.
Itulah sebabnya, harus dipahami bahwa transformasi
dilakukan bukan untuk transformasi, sebagaimana inovasi
dilakukan bukan untuk inovasi itu sendiri. Transformasi dan
inovasi hanyalah sebuah alat, instrumen, cara, atau metode
yang lebih cerdas untuk mencapai cita-cita organisasi. Dalam
kaitan ini, maka transformasi harus berlangsung dalam koridor
learning organization.
Dalam perspektif organisasi pembelajar, kemampuan
menghasilkan inovasi itu baru kesuksesan pada level first-loop.
Sementara pembelajaran yang baik mestinya harus
menjangkau sampai ke double-loop. Itulah sebabnya, output
inovasi harus menjadi input bagi proses pembelajaran tahapan
selanjutnya, dan begitu seterusnya. Dan perubahan output
menjadi input itu bukan perubahan istilah saja. Pada
hakikatnya itu juga sebuah transformasi sebuah sistem.
Dengan melakukan siklus “daur ulang” seperti ini (output
diolah menjadi input baru), maka output dari sebuah program
tidak mudah terjebak dalam sindrom keusangan. Sebagaimana
dikatakan oleh Alfin Toffler, segala sesuatu di dunia ini sangat
mudah obsolete alias usang, bahkan termasuk teknologi dan
inovasi itu sendiri. Kita bisa melihat ke belakang, berapa ribu
inovasi yang sudah dihasilkan dan tidak lagi diketahui
nasibnya, apalagi manfaatnya. Hal itu terjadi karena kegagalan
melakukan transformasi dari first-loop ke double-loop bahkan
multiple-loop tadi.
Transformasi organisasi juga membutuhkan kemampuan
adaptasi yang tinggi. Ketika lingkungan strategis organisasi
berubah, maka pimpinan organisasi harus mampu melakukan
mitigasi terhadap dampak perubahan tadi, untuk selanjutnya
menentukan respon terbaik berupa perubahan kebijakan.
Kegagalan melakukan mitigasi terhadap proses disrupsi, hanya
menjadikan organisasi tadi sebagai penonton yang gagal
mengambil manfaat dari perubahan tadi.
Ilustrasi kegagalan melakukan adaptasi bisa kita simak dari
pengalaman negara dan perubahan berikut ini:
1. Venezuela mengalami krisis ekonomi dan politik yang
parah karena kegagalan dalam melakukan transformasi
ekonomi yang diperlukan. Ketergantungan berlebihan
pada sumber daya alam, korupsi, dan kebijakan ekonomi
yang buruk menyebabkan inflasi tinggi, kemiskinan, dan
resesi yang berkepanjangan sejak tahun 2014 hingga 2021.
2. Uni Soviet sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi
negara industri maju. Sayangnya, ia gagal dalam
melakukan transformasi ekonomi dan politik yang
diperlukan. Perekonomian yang terpusat, birokrasi yang
besar, dan kurangnya insentif bagi inovasi dan usaha
individu menyebabkan stagnasi ekonomi dan akhirnya
runtuhnya negara ini pada tahun 1991.
3. Kodak adalah perusahaan yang pernah menjadi raksasa
dalam industri fotografi, gagal untuk beradaptasi dengan
cepat dengan perubahan teknologi digital. Mereka lebih
fokus pada film fotografi tradisional daripada
menginvestasikan dalam teknologi digital. Kegagalan
mereka untuk bertransformasi menyebabkan penurunan
tajam dalam pangsa pasar dan akhirnya menyebabkan
kebangkrutan perusahaan.
4. Blockbuster adalah salah satu penyedia utama rental
video fisik di dunia. Namun, ketika streaming video mulai
menjadi populer, Blockbuster gagal untuk melakukan
transisi ke model bisnis yang lebih digital. Mereka terus
mengandalkan toko fisik dan terlambat memasuki pasar
streaming. Akibatnya, mereka kehilangan pangsa pasar
dan menghadapi kebangkrutan.
Satu dimensi lagi yang teramat penting bagi keberhasilan
sebuah transformasi adalah komitmen dan integritas terhadap
transformasi itu sendiri. Pola pikir silo, egois, merasa diri lebih
baik dibanding orang/instansi lain, sudah harus dibuang
jauh-jauh. Sebaliknya, kerjasama, sinergi, kolaborasi, atau
gotong royong, harus menjadi opsi pertama dalam setiap
pelaksanaan program dan kegiatan.
Mari kita ambil analogi dari Tim Oranye Belanda yang berhasil
merebut Piala Eropa (Euro) pada tahun 1988. Tim asuhan
Rinus Michels tadi menerapkan filosofi total football, dimana
pemain tidak selfish di posisi masing-masing. Ada Ruud Gullit
dan Marco van Basten sebagai striker (penyerang), atau Frank
Rijkaard dan Ronald Koeman di posisi back (bek). Mereka
menyadari sepenuhnya bahwa penyerang sangat
membutuhkan gelandang, pemain sayap (winger)
membutuhkan bek, dan seterusnya. Mereka tidak berprinsip
“yang penting wilayah saya aman”, namun mereka juga saling
mengamankan wilayah pemain lainnya. Mereka tidak boleh
cuek dengan masalah orang lain.
Kapanpun mereka dibutuhkan oleh temannya, mereka siap
melapis dan memberikan backup. Dengan kolaborasi dan
mutual-trust diantara pemain, maka Belanda meraih juara
dengan mengalahkan Uni Soviet 2-0, setelah di semi final
mengalahkan Jerman Barat 2-1. Van Basten menjadi pemain
terbaik sekaligus top scorer dengan 5 gol. Tendangan voli kaki
kananya dari sudut sempit yang terkonversi menjadi gol ke
gawang Uni Soviet juga dinobatkan sebagai gol terindah.
Pengalaman Belanda dengan total football-nya terbukti
mampu mengubah tim yang tadinya biasa-biasa saja menjadi
tim terkuat di dunia pada saat itu. Itulah transformasi konkrit
tim Belanda yang ditopang oleh soliditas dan kekompakan
semua pemainnya. Namun ketika mereka gagal untuk
mempertahankan karakter total football tadi, maka hingga
sekarang Belanda tidak lagi sanggup meraih gelar-gelar
bergengsi.
Bapak/Ibu dan hadirin yang saya hormati,
Demikianlah beberapa pokok pikiran yang dapat saya
sampaikan, dengan permohonan maaf yang sebesar-besarnya
jika ada hal-hal yang kurang berkenan dihati hadirin sekalian,
serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
perhatian Bapak Ibu sekalian untuk sekedar mendengarkan
gagasan-gagasan singkat saya. Akhir kata, Semoga Tuhan Yang
Maha Kuasa senantiasa menunjukkan jalan dan merestui
segala tindakan kita dalam membangun bangsa Indonesia
yang inovatif, berintegritas, maju dan sejahtera.
Wabilahittaufiq wal hidayah
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Bandung, 1 Agustus 2023
Tri Widodo W. Utomo
DAFTAR BACAAN
John Palinkas, 2013, Change vs Transformation: What are the Differences?,
CIA Insight,
https://www.cioinsight.com/news-trends/the-difference-bet
ween-change-and-transformation/
John Vrushi, 2020, Global Corruption Barometer Asia 2020: Indonesia,
Jakarta, Transparency International Indonesia.
Komisi Pemberantasan Korupsi, 2022, Ikhtisar Kepatuhan LHKPN,
https://elhkpn.kpk.go.id/portal/user/petakepatuhan
Ombudsman RI, 2022, Laporan Triwulan I Tahun 2022, Jakarta.
Roberts Gass, 2012, What is Transformation? And How It Advances Social
Change, Social Tranformation Project
https://www.strategiesforsocialchange.com/wp-content/upl
oads/2016/01/what_is_transformation_2.0_lowrres.pdf
Roland Dillon, Elizabeth Murray, Scott Blackburn, and Neil Christie, 2022,
Public Sector Practice, Transforming government in a new
era: How engaged public servants, enabled by technology,
can deliver better outcomes in a time of disruption, McKinsey
& Company.

More Related Content

Similar to TRANSFORMASI ORGANISASI MEWUJUDKAN BUDAYA MUTU

2, be & gg, umi lestari,hapzi ali,concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, umi lestari,hapzi ali,concepts and theories of business ethic...2, be & gg, umi lestari,hapzi ali,concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, umi lestari,hapzi ali,concepts and theories of business ethic...umilestari9
 
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...FIkri Aulawi Rusmahafi
 
BE & GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali,ETIKA BISNIS (NILAI ETIKA) DALAM LING...
BE & GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali,ETIKA BISNIS (NILAI ETIKA) DALAM LING...BE & GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali,ETIKA BISNIS (NILAI ETIKA) DALAM LING...
BE & GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali,ETIKA BISNIS (NILAI ETIKA) DALAM LING...Riyoko Yudhi Wibowo
 
Aplikasi Total Quality Management Berlandaskan Good Governance dalam Meningka...
Aplikasi Total Quality Management Berlandaskan Good Governance dalam Meningka...Aplikasi Total Quality Management Berlandaskan Good Governance dalam Meningka...
Aplikasi Total Quality Management Berlandaskan Good Governance dalam Meningka...Dadang Solihin
 
Pengantar Komunikasi Korporasi - 1.pptx
Pengantar Komunikasi Korporasi - 1.pptxPengantar Komunikasi Korporasi - 1.pptx
Pengantar Komunikasi Korporasi - 1.pptxDef Mardin
 
Konsep Dasar Perencanaan dalam Konteks Reformasi Birokrasi
Konsep Dasar Perencanaan dalam Konteks Reformasi BirokrasiKonsep Dasar Perencanaan dalam Konteks Reformasi Birokrasi
Konsep Dasar Perencanaan dalam Konteks Reformasi BirokrasiDadang Solihin
 
BE & GG, Friska Y Siahaan, Hapzi Ali, Ethic & Business: Corporate Social Resp...
BE & GG, Friska Y Siahaan, Hapzi Ali, Ethic & Business: Corporate Social Resp...BE & GG, Friska Y Siahaan, Hapzi Ali, Ethic & Business: Corporate Social Resp...
BE & GG, Friska Y Siahaan, Hapzi Ali, Ethic & Business: Corporate Social Resp...Friska Siahaan
 
14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...
14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...
14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...FatinahGhiyats1
 
Csr terhadap nilai perusahaan
Csr terhadap nilai perusahaanCsr terhadap nilai perusahaan
Csr terhadap nilai perusahaanEdi Rasqa Ghanie
 
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...FIkri Aulawi Rusmahafi
 
2, be & gg, muhamad rinaldi, prof. dr.ir. hapzi ali, mm, cma, ethics and ...
2, be & gg, muhamad rinaldi, prof. dr.ir. hapzi ali, mm, cma, ethics and ...2, be & gg, muhamad rinaldi, prof. dr.ir. hapzi ali, mm, cma, ethics and ...
2, be & gg, muhamad rinaldi, prof. dr.ir. hapzi ali, mm, cma, ethics and ...MuhamadRinaldi3
 
BE & GG, Febi Nofita Sari, Hapzi Ali, The Corporate Culture: infact and impli...
BE & GG, Febi Nofita Sari, Hapzi Ali, The Corporate Culture: infact and impli...BE & GG, Febi Nofita Sari, Hapzi Ali, The Corporate Culture: infact and impli...
BE & GG, Febi Nofita Sari, Hapzi Ali, The Corporate Culture: infact and impli...Febi Nofita Sari
 

Similar to TRANSFORMASI ORGANISASI MEWUJUDKAN BUDAYA MUTU (20)

2, be & gg, umi lestari,hapzi ali,concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, umi lestari,hapzi ali,concepts and theories of business ethic...2, be & gg, umi lestari,hapzi ali,concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, umi lestari,hapzi ali,concepts and theories of business ethic...
 
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
 
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
 
BE & GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali,ETIKA BISNIS (NILAI ETIKA) DALAM LING...
BE & GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali,ETIKA BISNIS (NILAI ETIKA) DALAM LING...BE & GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali,ETIKA BISNIS (NILAI ETIKA) DALAM LING...
BE & GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali,ETIKA BISNIS (NILAI ETIKA) DALAM LING...
 
Menggagas Tanggung Jawab Sosial (TJS) Stakeholders Hulu Migas
Menggagas Tanggung Jawab Sosial (TJS) Stakeholders Hulu MigasMenggagas Tanggung Jawab Sosial (TJS) Stakeholders Hulu Migas
Menggagas Tanggung Jawab Sosial (TJS) Stakeholders Hulu Migas
 
Aplikasi Total Quality Management Berlandaskan Good Governance dalam Meningka...
Aplikasi Total Quality Management Berlandaskan Good Governance dalam Meningka...Aplikasi Total Quality Management Berlandaskan Good Governance dalam Meningka...
Aplikasi Total Quality Management Berlandaskan Good Governance dalam Meningka...
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposal
 
Pengantar Komunikasi Korporasi - 1.pptx
Pengantar Komunikasi Korporasi - 1.pptxPengantar Komunikasi Korporasi - 1.pptx
Pengantar Komunikasi Korporasi - 1.pptx
 
Konsep Dasar Perencanaan dalam Konteks Reformasi Birokrasi
Konsep Dasar Perencanaan dalam Konteks Reformasi BirokrasiKonsep Dasar Perencanaan dalam Konteks Reformasi Birokrasi
Konsep Dasar Perencanaan dalam Konteks Reformasi Birokrasi
 
Contoh kasus
Contoh kasusContoh kasus
Contoh kasus
 
BE & GG, Friska Y Siahaan, Hapzi Ali, Ethic & Business: Corporate Social Resp...
BE & GG, Friska Y Siahaan, Hapzi Ali, Ethic & Business: Corporate Social Resp...BE & GG, Friska Y Siahaan, Hapzi Ali, Ethic & Business: Corporate Social Resp...
BE & GG, Friska Y Siahaan, Hapzi Ali, Ethic & Business: Corporate Social Resp...
 
561 1105-1-sm
561 1105-1-sm561 1105-1-sm
561 1105-1-sm
 
14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...
14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...
14 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali corporate governance universitas mer...
 
1000 3070-1-pb
1000 3070-1-pb1000 3070-1-pb
1000 3070-1-pb
 
Csr terhadap nilai perusahaan
Csr terhadap nilai perusahaanCsr terhadap nilai perusahaan
Csr terhadap nilai perusahaan
 
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
 
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
 
2, be & gg, muhamad rinaldi, prof. dr.ir. hapzi ali, mm, cma, ethics and ...
2, be & gg, muhamad rinaldi, prof. dr.ir. hapzi ali, mm, cma, ethics and ...2, be & gg, muhamad rinaldi, prof. dr.ir. hapzi ali, mm, cma, ethics and ...
2, be & gg, muhamad rinaldi, prof. dr.ir. hapzi ali, mm, cma, ethics and ...
 
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
 
BE & GG, Febi Nofita Sari, Hapzi Ali, The Corporate Culture: infact and impli...
BE & GG, Febi Nofita Sari, Hapzi Ali, The Corporate Culture: infact and impli...BE & GG, Febi Nofita Sari, Hapzi Ali, The Corporate Culture: infact and impli...
BE & GG, Febi Nofita Sari, Hapzi Ali, The Corporate Culture: infact and impli...
 

More from Tri Widodo W. UTOMO

Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTri Widodo W. UTOMO
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluTri Widodo W. UTOMO
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNTri Widodo W. UTOMO
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTri Widodo W. UTOMO
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarTri Widodo W. UTOMO
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightTri Widodo W. UTOMO
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahTri Widodo W. UTOMO
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaTri Widodo W. UTOMO
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiTri Widodo W. UTOMO
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTri Widodo W. UTOMO
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakTri Widodo W. UTOMO
 
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiMenjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiTri Widodo W. UTOMO
 

More from Tri Widodo W. UTOMO (20)

Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang Panjang
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
 
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiMenjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
 

Recently uploaded

PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxrohiwanto
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfdrmdbriarren
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 

Recently uploaded (15)

PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 

TRANSFORMASI ORGANISASI MEWUJUDKAN BUDAYA MUTU

  • 1. TRANSFORMASI ORGANISASI: PENINGKATAN INTEGRITAS DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA MUTU Orasi Ilmiah Disampaikan Dalam Rangka Wisuda Sarjana ke-XVI dan Magister ke-X STIA Bandung Bandung, 1 Agustus 2023 Oleh: Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA (Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI) SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI STIA BANDUNG, 2023
  • 2. TRANSFORMASI ORGANISASI: PENINGKATAN INTEGRITAS DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA MUTU Oleh: Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA Yth. Kepala L2DIKTI Wilayah IV atau yang mewakili; Yth. Ketua Pembina Yayasan Bina Administrasi (Bapak Dr. Dada Rosada); Yth. Ketua Pengurus Yayasan Bina Administrasi (Bapak Dr. Uce Sugandha) dan jajarannya; Yth. Senat Akademik STIA Bandung; Yth. Ketua STIA Bandung, Dr. Barkah Rosadi, dan jajarannya; Para undangan dan hadirin yang saya hormati, Serta seluruh Wisudawan/wati beserta keluarga yang berbahagia, Assalamu'alaikum wr. Wb., Selamat pagi, Salam sejahtera untuk semua, Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Kebajikan. Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah saya berdiri dihadapan jajaran sivitas akademika STIA Bandung serta hadirin yang saya hormati, untuk menyampaikan beberapa pokok buah pikiran dalam orasi ilmiah pada rangkaian Wisuda Sarjana dan Magister STIA Bandung ini. Namun sebelumnya,
  • 3. perkenankanlah saya menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan orasi ilmiah dengan judul “Transformasi Organisasi: Peningkatan Integritas dalam Mewujudkan Budaya Mutu”. Tema ini bagi saya pribadi adalah tema yang berat dan menantang. Saya katakan berat karena 2 (dua) alasan. Pertama, mencari keterkaitan antar 3 (tiga) variabel yakni transformasi organisasi, integritas, dan budaya mutu, sungguh membutuhkan intellectual exercise yang besar. Kedua, dukungan penelitian terdahulu tentang hubungan ketiga variable tersebut beserta good practices-nya, juga sangat terbatas. Meskipun demikian, saya ingin mencoba untuk membangun sebuah kerangka pikir bahwa integritas merupakan fondasi bagi suatu organisasi untuk membangun budaya kualitas. Mustahil rasanya budaya mutu bisa terlahir dari habitat organisasi yang tidak berbasis integritas. Selanjutnya, integritas dan budaya kualitas tadi menjadi syarat mutlak bagi sebuah organisasi yang ingin melakukan transformasi menuju sosok organisasi yang lebih cerdas, lincah, dan berkinerja tinggi (smart, agile, and high-performing organization). Sejalan dengan kerangka pikir tersebut, ijinkan saya mengelaborasi lebih lanjut tentang kondisi integritas sector publik di Indonesia. Berdasarkan data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), indeks integritas nasional pada tahun 2022 adalah sebesar 71,94 poin. Skor ini mengalami penurunan 0,67% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 72,43 poin.
  • 4. Indeks ini diperoleh dari survei penilaian integritas (SPI) yang dilakukan KPK terhadap 98 kementerian/lembaga, 34 pemerintah provinsi, dan 508 pemerintah kabupaten/kota, pada periode Juli-September 2022. Selain penilaian integritas, KPK juga rutin mengukur tingkat kepatuhan LHKPN di berbagai lingkungan pejabat, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Kepatuhan itu diukur dari jumlah laporan LHKPN yang berstatus "lengkap", dibagi dengan total jumlah pejabat yang wajib lapor. Untuk LHKPN periode 2022 batas waktu pelaporannya sudah berakhir pada 31 Maret 2023. Namun, sampai batas waktu tersebut belum ada satupun kementerian yang memiliki kepatuhan 100%. Selaras dengan publikasi KPK, Ombudsman RI juga memiliki instrumen untuk mengukur integritas pelayanan publik, yakni Indeks Persepsi Maladministrasi. Pada triwulan I tahun 2022, ORI menerima laporan/pengaduan masyarakat atas dugaan maladministrasi dalam pelayanan publik sebanyak 2.706 laporan/pengaduan. Sepanjang triwulan I tersebut, 3 (tiga) urutan tertinggi laporan masyarakat berdasarkan dugaan maladministrasi yaitu Penundaan Berlarut 59,62%, Tidak Memberikan Pelayanan 13,92%, dan Penyimpangan Prosedur 13,72%. Sementara itu, Transparency International kembali merilis laporan Global Corruption Barometer (GCB). Ini adalah survei mengenai opini publik terkait korupsi dan praktik suap berdasarkan persepsi dan pengalaman masyarakat. Survei yang sebelumnya dilakukan pada tahun 2017 dan 2013 ini menilai berbagai praktik korupsi dan suap seperti koneksi
  • 5. personal, institusi yang paling korup, tingkat korupsi dalam kurun waktu 12 bulan terakhir, kinerja pemerintah dalam memberantas korupsi, serta peran masyarakat dalam membuat perubahan untuk memberantas korupsi. Survei GCB Indonesia yang dilakukan pada periode 15 Juni sampai 24 Juli 2020 ini menghasilkan 10 kesimpulan sebagai berikut: 1. Kinerja Pemerintah dalam melakukan pemberantasan korupsi dianggap stagnan. 2. Hanya 51% publik yang disurvei menilai kinerja KPK cukup baik dalam satu tahun terakhir. 3. DPR dipersepsikan sebagai lembaga terkorup di Indonesia. 4. Sebanyak 3 dari 10 responden mengaku pernah membayar suap ketika mengakses layanan publik. 5. Pengalaman suap masyarakat paling tinggi terjadi di layanan Kepolisian (41%), jauh diatas rata-rata Asia (23%). 6. Lebih dari 80% responden yang disurvei menganggap koneksi pribadi penting jika ingin mendapatkan kualitas pelayanan publik yang lebih baik. 7. 1 dari 3 responden mengaku pernah ditawari untuk menjualbelikan suaranya ketika Pemilu. 8. Lebih dari setengah korban pemerasan seksual yang mengakses layanan publik adalah perempuan. 9. Sebanyak hampir 60% responden meyakini bahwa warga biasa dapat membuat perubahan. 10. Kurang dari setengah responden sadar bahwa dirinya memiliki hak atas akses informasi publik.
  • 6. Tentu masih banyak data yang bisa kita observasi untuk mengetahui gambaran integritas di negeri kita. Namun dari sedikit data diatas kiranya kita dapat menarik kesepakatan bahwa penguatan integritas terutama di sektor publik masih membutuhkan kerja keras. Bapak/ibu dan hadirin yang saya hormati, Sebagaimana saya sampaikan diatas, integritas dan budaya mutu saling berkaitan erat dan saling menguatkan satu sama lain dalam menciptakan lingkungan kerja organisasi yan sehat. Melalui keterpaduan antara integritas dan budaya mutu, sebuah organisasi dapat mencapai keunggulan dan kesuksesan jangka panjang. Kita dapat belajar dari beberapa perusahaan di dunia yang dikenal memiliki budaya mutu yang tinggi karena faktor integritas dari pimpinannya. Pemimpin yang jujur, etis, dan memiliki integritas tinggi cenderung menciptakan lingkungan di mana nilai-nilai tersebut dipromosikan dan diterapkan dengan konsisten. Berikut beberapa contoh perusahaan yang sering dianggap memiliki budaya mutu tinggi karena peran pemimpin yang berintegritas: 1. Johnson & Johnson (J&J): Perusahaan kesehatan dan farmasi multinasional ini telah lama diakui karena budaya mutunya yang tinggi. Pada tahun 1982, ketika muncul krisis terkait produk Tylenol yang dicemari sianida, Johnson & Johnson dengan cepat menarik semua produk Tylenol dari pasar. Hal ini menunjukkan komitmen mereka yang tinggi terhadap keselamatan konsumen.
  • 7. Kemudian pada tahun 2021, J&J telah membayar ganti rugi senilai lebih dari USD 2 miliar (Rp 133 triliun) terkait dengan salah satu produk ikoniknya yang dindikasikan mengandung asbes, yaitu bahan berbahaya penyebab kanker ovarium. Asbes adalah mineral alami yang pernah digunakan dalam beberapa bentuk bedak bayi dan kosmetik di masa lalu. Karena kasus ini, pada akhirnya J&J dinyatakan bangkrut atau pailit. Sebenarnya para ilmuwan masih belum sepenuhnya setuju tentang hubungan antara penggunaan bedak bayi dan risiko kanker ovarium. Namun, tindakan J&J ini telah dianggap sebagai contoh integritas dan tanggung jawab perusahaan yang luar biasa terhadap pelanggan meski menghadapi risiko kebangkrutan. 2. Toyota: perusahaan otomotif Jepang ini pernah menghadapi masalah serius yang melibatkan penarikan produk karena adanya cacat pada beberapa model mobil mereka. Peristiwa ini disebut sebagai "Toyota Unintended Acceleration Recall" yang terjadi pada tahun 2009 hingga awal 2010. Awalnya, beberapa pelanggan melaporkan bahwa mobil Toyota mereka mengalami percepatan tak terduga (akselerasi yang tidak diinginkan) padahal mereka menginjak pedal gas. Masalah ini menyebabkan beberapa kecelakaan, termasuk insiden yang fatal. Pihak berwenang dan media mulai menyelidiki masalah ini, dan Toyota kemudian mengumumkan penarikan massal mobil untuk mengatasi masalah ini. Toyota menegaskan komitmen mereka terhadap kualitas produk dan keselamatan pelanggan. Mereka berjanji untuk meningkatkan sistem
  • 8. pengujian dan kualitas produksi untuk mencegah masalah serupa terjadi di masa depan. Disamping contoh-contoh keberhasilan, ada juga contoh-contoh perusahaan yang gagal menegakkan integritas sehingga gagal pula dalam membangun budaya mutu. Beberapa contoh kegagalan ini diantaranya adalah: 1. Volkswagen Dieselgate, produsen mobil terkenal asal Jerman, terlibat dalam skandal yang dikenal sebagai "Dieselgate" pada tahun 2015. Perusahaan ini memanipulasi perangkat lunak di kendaraan diesel mereka untuk mengurangi emisi nitrogen oksida selama pengujian, sehingga terlihat lebih ramah lingkungan daripada kenyataannya. Kejadian ini melibatkan ketidakjujuran dan kekurangan integritas dari sejumlah karyawan dan manajemen perusahaan, yang mengakibatkan dampak serius pada reputasi dan kredibilitas Volkswagen. 2. Enron Corporation, perusahaan energi dan komoditas Amerika Serikat, mengalami kegagalan besar-besaran pada awal tahun 2000-an akibat skandal akuntansi yang melibatkan manipulasi laporan keuangan. Praktek akuntansi yang tidak jujur dan tidak etis ini dilakukan untuk mengelabui investor dan menciptakan gambaran palsu tentang keuangan perusahaan. Kegagalan dalam memelihara budaya mutu yang berfokus pada etika dan kejujuran menyebabkan keruntuhan perusahaan. 3. Wells Fargo, sebuah bank besar di Amerika Serikat, menghadapi kontroversi besar pada tahun 2016 ketika ditemukan bahwa sejumlah karyawan mereka membuat rekening palsu tanpa persetujuan nasabah untuk
  • 9. mencapai target penjualan yang ditetapkan oleh manajemen. Skandal ini mengekspos masalah dalam budaya perusahaan yang menempatkan tekanan terlalu tinggi pada kinerja dan penjualan, yang pada gilirannya mengorbankan integritas dan kepercayaan pelanggan. Beberapa contoh baik keberhasilan maupun kegagalan diatas menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi oleh perusahaan atau organisasi dalam hal kualitas produk, keamanan, dan integritas bisa menjadi kritis dan dapat berdampak besar pada reputasi perusahaan/organisasi. Respon dan tindakan perusahaan dalam menghadapi masalah ini sangat menentukan bagaimana perusahaan dapat memperbaiki dan memulihkan kepercayaan pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya. Bagi perusahaan, integritas dan fokus pada budaya mutu adalah kunci untuk mencegah dan mengatasi beragam masalah secara efektif. Pertanyaannya, bagaimanakah suatu perusahaan atau organisasi sektor publik dapat menjaga integritasnya agar budaya mutu bisa ditingkatkan semakin baik? Dalam hal ini, paling tidak terdapat 7 (tujuh) strategi dalam manajemen mutu yang perlu dilakukan oleh setiap organisasi yang ingin menjadi pemenang di era yang yang semakin kompetitif saat ini. Ketujuh strategi tersebut meliputi: 1. Pemahaman terhadap Pelanggan. Setiap organisasi harus memahami kebutuhan dan harapan pelanggan atau stakeholders mereka dengan mendengarkan umpan balik, melakukan survei, dan berinteraksi secara aktif dengan pelanggan. Dengan memahami apa yang diinginkan
  • 10. pelanggan, organisasi dapat menyesuaikan produk dan layanan mereka sesuai dengan kebutuhan. 2. Penetapan Standar Kualitas. Setiap organisasi harus menetapkan standar kualitas yang jelas untuk produk dan layanan mereka. Standar ini harus mencakup segala hal sejak pendaftaran, proses layanan, hingga delivery-nya. Standar kualitas ini harus terukur dan dapat diukur untuk memastikan pencapaian konsistensi mutu. 3. Pelatihan dan Pengembangan Pegawai. Pegawai dalam suatu organisasi harus diberikan pelatihan yang sesuai untuk memastikan mereka memahami dan mampu mencapai standar kualitas yang ditetapkan. Kompetensi yang tepat akan memberi kontribusi terhadap peningkatan tanggung jawab masing-masing pegawai dalam mencapai standar mutu secara menyeluruh. 4. Proses Kontrol Kualitas. Kontrol kualitas yang ketat sangat penting untuk memastikan bahwa setiap produk atau layanan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Proses ini melibatkan pemeriksaan, pengujian, dan pemantauan secara berkala untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah mutu sebelum mencapai pelanggan. 5. Pengukuran Kinerja. Mengukur kinerja kualitas adalah langkah penting untuk mengevaluasi apakah sebuah organisasi mencapai tujuan kualitasnya dan memuaskan pelanggan. Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicators) yang relevan harus dipantau secara teratur untuk memastikan organisasi berada pada jalur yang benar. 6. Perbaikan Berkelanjutan. Setiap organisasi wajib menganut filosofi perbaikan berkelanjutan (continues improvement). Ini berarti ia harus selalu mencari cara
  • 11. untuk meningkatkan proses, mengidentifikasi penyebab akar masalah, dan mengadopsi inovasi yang dapat meningkatkan mutu produk dan layanan mereka secara berkesinambungan. 7. Responsif terhadap Masalah Pelanggan. Jika ada masalah atau keluhan dari pelanggan atau masyarakat pengguna layanan, organisasi harus merespons dengan cepat dan memberikan solusi yang memuaskan. Menghadapi masalah dengan jujur dan transparan serta menawarkan kompensasi jika diperlukan akan meningkatkan kepercayaan dan kepuasan stakeholders. Bapak/ibu dan hadirin yang saya hormati, Kini saatnya kita mencoba mengkaitkan antara integritas dan budaya mutu dengan transformasi sekor publik. Dalam konteks transformasi, integritas dan budaya mutu memegang peran kunci dalam menciptakan fondasi yang kuat dan berkelanjutan untuk perubahan atau inovasi yang berdampak. Kebetulan sekali, saat ini pemerintah telah memiliki Visi Jangka Panjang hingga tahun 2045 yang sering kita kenal dengan Visi Indonesia Emas. Saat kita merayakan kemerdekaan yang ke-100 tahun nanti, Indonesia diproyeksikan telah menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita sebesar US$ 23,199, kelas menengah mencapai 70% total penduduk, serta produk domestik bruto (PDB) terbesar ke-5 di dunia. Tidak hanya itu. Kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka juga sudah harus mendekati 0%, tidak ada lagi kabupaten dan desa tertinggal (saat ini masih terdapat 62 kabupaten dan 14.566 desa tertinggal), tidak ada
  • 12. lagi daerah yang kurang inovatif, tidak ada lagi kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dengan kualitas kebijakan yang masih berada pada kategori kurang, dan seterusnya. Untuk mencapai itu semua, inovasi saja tidak cukup. Kita membutuhkan perubahan yang berskala lebih besar, yang lebih sistemik, dan lebih berdampak luas. Dan itulah yang kita maknakan dengan transformasi. Era inovasi sudah berlalu, dan kini saatnya kita merancang program transformasi untuk mengakselerasi output dan outcomes dari program-program pemerintah. Mengapa kita harus mulai bergeser dari inovasi ke transformasi? Sebab, inovasi lebih fokus pada penciptaan dan penerapan ide baru atau konsep yang menghasilkan nilai tambah, yang pada umumnya terjadi pada ruang lingkup yang sempit. Sementara transformasi mengacu pada perubahan yang mendasar dan menyeluruh dalam organisasi. Hal ini selaras dengan pendapat Robert Gass (2012) yang mengatakan bahwa transformasi adalah “profound, fundamental change, altering the very nature of something. Transformational change is both radical and sustainable”. Demikian pula pendapat John Palinkas (2013) yang menyatakan bahwa ”change can be small and incremental, or it can be large and complex. Transformation is always large and significant”. Secara singkat, perbedaan transformasi dan inovasi dapat dibedakan berdasarkan dimenasi sebagai berikut.
  • 13. 1. Ruang Lingkup: Transformasi lebih berfokus pada perubahan menyeluruh dan besar, sementara inovasi lebih berfokus pada penciptaan ide atau cara baru untuk mencapai tujuan tertentu. 2. Sifat Perubahan: Transformasi melibatkan perubahan struktural dan strategis dalam organisasi atau proses, sementara inovasi dapat berarti perubahan inkremental atau bahkan disrupsi yang lebih kecil. 3. Fokus: Transformasi berorientasi pada perbaikan besar dalam kinerja dan adaptasi organisasi, sementara inovasi berfokus pada penciptaan nilai dan keunikan baru. 4. Waktu: Transformasi sering berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama, sedangkan inovasi dapat terjadi dalam waktu yang lebih singkat, tergantung pada ide atau produk yang dikembangkan. Meskipun transformasi sektor publik sangat penting dalam menunjang program pemerintahan saat ini, namun ia harus dilakukan secara cermat dan hati-hati. Sebab, kajian dari McKinsey (2021) menunjukkan bahwa hanya 22% dari transformasi yang berhasil mencapai tujuannya, sementara 78% lainnya mengalami kegagalan. Itulah sebabnya, harus dipahami bahwa transformasi dilakukan bukan untuk transformasi, sebagaimana inovasi dilakukan bukan untuk inovasi itu sendiri. Transformasi dan inovasi hanyalah sebuah alat, instrumen, cara, atau metode yang lebih cerdas untuk mencapai cita-cita organisasi. Dalam kaitan ini, maka transformasi harus berlangsung dalam koridor learning organization.
  • 14. Dalam perspektif organisasi pembelajar, kemampuan menghasilkan inovasi itu baru kesuksesan pada level first-loop. Sementara pembelajaran yang baik mestinya harus menjangkau sampai ke double-loop. Itulah sebabnya, output inovasi harus menjadi input bagi proses pembelajaran tahapan selanjutnya, dan begitu seterusnya. Dan perubahan output menjadi input itu bukan perubahan istilah saja. Pada hakikatnya itu juga sebuah transformasi sebuah sistem. Dengan melakukan siklus “daur ulang” seperti ini (output diolah menjadi input baru), maka output dari sebuah program tidak mudah terjebak dalam sindrom keusangan. Sebagaimana dikatakan oleh Alfin Toffler, segala sesuatu di dunia ini sangat mudah obsolete alias usang, bahkan termasuk teknologi dan inovasi itu sendiri. Kita bisa melihat ke belakang, berapa ribu inovasi yang sudah dihasilkan dan tidak lagi diketahui nasibnya, apalagi manfaatnya. Hal itu terjadi karena kegagalan melakukan transformasi dari first-loop ke double-loop bahkan multiple-loop tadi. Transformasi organisasi juga membutuhkan kemampuan adaptasi yang tinggi. Ketika lingkungan strategis organisasi berubah, maka pimpinan organisasi harus mampu melakukan mitigasi terhadap dampak perubahan tadi, untuk selanjutnya menentukan respon terbaik berupa perubahan kebijakan. Kegagalan melakukan mitigasi terhadap proses disrupsi, hanya menjadikan organisasi tadi sebagai penonton yang gagal mengambil manfaat dari perubahan tadi.
  • 15. Ilustrasi kegagalan melakukan adaptasi bisa kita simak dari pengalaman negara dan perubahan berikut ini: 1. Venezuela mengalami krisis ekonomi dan politik yang parah karena kegagalan dalam melakukan transformasi ekonomi yang diperlukan. Ketergantungan berlebihan pada sumber daya alam, korupsi, dan kebijakan ekonomi yang buruk menyebabkan inflasi tinggi, kemiskinan, dan resesi yang berkepanjangan sejak tahun 2014 hingga 2021. 2. Uni Soviet sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi negara industri maju. Sayangnya, ia gagal dalam melakukan transformasi ekonomi dan politik yang diperlukan. Perekonomian yang terpusat, birokrasi yang besar, dan kurangnya insentif bagi inovasi dan usaha individu menyebabkan stagnasi ekonomi dan akhirnya runtuhnya negara ini pada tahun 1991. 3. Kodak adalah perusahaan yang pernah menjadi raksasa dalam industri fotografi, gagal untuk beradaptasi dengan cepat dengan perubahan teknologi digital. Mereka lebih fokus pada film fotografi tradisional daripada menginvestasikan dalam teknologi digital. Kegagalan mereka untuk bertransformasi menyebabkan penurunan tajam dalam pangsa pasar dan akhirnya menyebabkan kebangkrutan perusahaan. 4. Blockbuster adalah salah satu penyedia utama rental video fisik di dunia. Namun, ketika streaming video mulai menjadi populer, Blockbuster gagal untuk melakukan transisi ke model bisnis yang lebih digital. Mereka terus mengandalkan toko fisik dan terlambat memasuki pasar streaming. Akibatnya, mereka kehilangan pangsa pasar dan menghadapi kebangkrutan.
  • 16. Satu dimensi lagi yang teramat penting bagi keberhasilan sebuah transformasi adalah komitmen dan integritas terhadap transformasi itu sendiri. Pola pikir silo, egois, merasa diri lebih baik dibanding orang/instansi lain, sudah harus dibuang jauh-jauh. Sebaliknya, kerjasama, sinergi, kolaborasi, atau gotong royong, harus menjadi opsi pertama dalam setiap pelaksanaan program dan kegiatan. Mari kita ambil analogi dari Tim Oranye Belanda yang berhasil merebut Piala Eropa (Euro) pada tahun 1988. Tim asuhan Rinus Michels tadi menerapkan filosofi total football, dimana pemain tidak selfish di posisi masing-masing. Ada Ruud Gullit dan Marco van Basten sebagai striker (penyerang), atau Frank Rijkaard dan Ronald Koeman di posisi back (bek). Mereka menyadari sepenuhnya bahwa penyerang sangat membutuhkan gelandang, pemain sayap (winger) membutuhkan bek, dan seterusnya. Mereka tidak berprinsip “yang penting wilayah saya aman”, namun mereka juga saling mengamankan wilayah pemain lainnya. Mereka tidak boleh cuek dengan masalah orang lain. Kapanpun mereka dibutuhkan oleh temannya, mereka siap melapis dan memberikan backup. Dengan kolaborasi dan mutual-trust diantara pemain, maka Belanda meraih juara dengan mengalahkan Uni Soviet 2-0, setelah di semi final mengalahkan Jerman Barat 2-1. Van Basten menjadi pemain terbaik sekaligus top scorer dengan 5 gol. Tendangan voli kaki kananya dari sudut sempit yang terkonversi menjadi gol ke gawang Uni Soviet juga dinobatkan sebagai gol terindah.
  • 17. Pengalaman Belanda dengan total football-nya terbukti mampu mengubah tim yang tadinya biasa-biasa saja menjadi tim terkuat di dunia pada saat itu. Itulah transformasi konkrit tim Belanda yang ditopang oleh soliditas dan kekompakan semua pemainnya. Namun ketika mereka gagal untuk mempertahankan karakter total football tadi, maka hingga sekarang Belanda tidak lagi sanggup meraih gelar-gelar bergengsi. Bapak/Ibu dan hadirin yang saya hormati, Demikianlah beberapa pokok pikiran yang dapat saya sampaikan, dengan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika ada hal-hal yang kurang berkenan dihati hadirin sekalian, serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas perhatian Bapak Ibu sekalian untuk sekedar mendengarkan gagasan-gagasan singkat saya. Akhir kata, Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa menunjukkan jalan dan merestui segala tindakan kita dalam membangun bangsa Indonesia yang inovatif, berintegritas, maju dan sejahtera. Wabilahittaufiq wal hidayah Wassalamu'alaikum wr.wb. Bandung, 1 Agustus 2023 Tri Widodo W. Utomo
  • 18. DAFTAR BACAAN John Palinkas, 2013, Change vs Transformation: What are the Differences?, CIA Insight, https://www.cioinsight.com/news-trends/the-difference-bet ween-change-and-transformation/ John Vrushi, 2020, Global Corruption Barometer Asia 2020: Indonesia, Jakarta, Transparency International Indonesia. Komisi Pemberantasan Korupsi, 2022, Ikhtisar Kepatuhan LHKPN, https://elhkpn.kpk.go.id/portal/user/petakepatuhan Ombudsman RI, 2022, Laporan Triwulan I Tahun 2022, Jakarta. Roberts Gass, 2012, What is Transformation? And How It Advances Social Change, Social Tranformation Project https://www.strategiesforsocialchange.com/wp-content/upl oads/2016/01/what_is_transformation_2.0_lowrres.pdf Roland Dillon, Elizabeth Murray, Scott Blackburn, and Neil Christie, 2022, Public Sector Practice, Transforming government in a new era: How engaged public servants, enabled by technology, can deliver better outcomes in a time of disruption, McKinsey & Company.