1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep dan teori etika bisnis.
2. Beberapa poin penting yang dibahas antara lain definisi etika, prinsip-prinsip etika, kode etik perusahaan, hubungan antara hukum dan etika.
3. Kasus Toyota mengenai keluhan konsumen atas masalah kantung udara mobil yang tidak berfungsi dengan baik juga diulas.
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
ย
2, be & gg, umi lestari,hapzi ali,concepts and theories of business ethics,universitas mercubuana,2019
1. Nama : Umi Lestari Jurusan Magister Manajemen
NIM : 55118110041 Fakultas Pasca Sarjana
Mata Kuliah : Business Ethic and Good Governance Universitas Mercu Buana
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA,MPM
14 Maret 2019
Concepts and Theories of Business Ethics
A. The Meaning of Ethics
Ethics atau etika berasal dari kata Yunani ethos yang mengacu pada nilai-nilai, norma,
kepercayaan, dan harapan yang menentukan bagaimana orang-orang dalam suatu
budaya hidup dan bertindak. Pada tingkat yang paling dasar, etika berkaitan dengan
bagaimana kita bertindak dan bagaimana kita menjalani hidup kita. Etika melibatkan
pertanyaan paling monumental yang bisa ditanyakan manusia : Bagaimana
seharusnya kita hidup?. Etika dapat merujuk pada standar yang digunakan individu
untuk menjalani kehidupannya sendiri, dan standar yang digunakan individu untuk
hidup dalam komunitas dengan orang lain. Sebagai cabang filsafat, etika adalah
disiplin yang secara sistematis mempelajari pertanyaan tentang bagaimana kita harus
menjalani kehidupan kita (Hartman, et al. 2014).
Kamus oxford mendefinisikan etika sebagai "prinsip moral yang mengatur perilaku
seseorang atau bagaimana suatu kegiatan dilakukan". Sinonim dari etika dalam
Collins Thesaurus adalah hati nurani, kode moral, moralitas, filsafat moral, nilai-nilai
moral, prinsip, aturan perilaku, standar.
Menurut Weinstein (2017), Prinsip-prinsip etika yang membantu kita memecahkan
dilema etika dalam kehidupan sehari-hari adalah prinsip yang sama yang memberikan
panduan dalam bisnis, perawatan kesehatan, hukum, dan pendidikan adalah sebagai
berikut :
1. Jangan membahayakan
2. Jadikan segalanya Lebih Baik
3. Hormati orang lain
4. Bersikap adil
5. Peduli
Etika memiliki peranan penting dalam kehidupan. Juneja (2019), menjelaskan
pentingnya etika dalam suatu organisasi atau perusahaan sebagai berikut
2. 1. Memuaskan kebutuhan dasar manusia
Menjadi adil, jujur, dan etis adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.
2. Menciptakan Kredibilitas
Sebuah organisasi yang diyakini didorong oleh nilai-nilai moral akan dihormati di
masyarakat bahkan oleh mereka yang mungkin tidak mengetahui informasi
tentang bisnis dari organisasi tersebut.
3. Menyatukan Orang
Karyawan akan senang pada organisasi yang menerapkan nilai-nilai etika. Etika
adalah penghubung yang membawa karyawan dan pembuat keputusan pada
platform yang sama dan dapat menyelaraskan perilaku dalam organisasi menuju
pencapaian satu tujuan atau misi bersama.
4. Keuntungan jangka panjang
Organisasi yang dipandu oleh etika dan nilai-nilai akan menguntungkan dalam
jangka panjang, meskipun dalam jangka pendek akan nampak tidak
menguntungkan.
B. Code of Ethics
Kode didefinisikan sebagai "perwujudan dari serangkaian komitmen anggota
asosiasi," yang dijadikan sebagai " dasar dalam pengambilan keputusan etis untuk
melakukan pekerjaan profesional". Frankel (1989) dalam Walsham (1996)
menyatakan bahwa kode etik dapat membantu meyakinkan publik bahwa para
profesional pantas mendapatkan kepercayaan dan rasa hormatnya, serta
peningkatan imbalan sosial dan ekonomi .
Vicent (2015) mengemukakan bahwa perusahaan, organisasi, dan asosiasi swasta
seringkali memiliki kode etik tersendiri. Kode etik dapat ditulis atau dipahami secara
formal. Meskipun pemerintah tidak menegakkan kode etik ini, namun kode etik
biasanya akan ditegakkan secara internal dalam suatu organisasi. Pelanggaran
terhadap kode etik dalam beberapa kasus, menjadi alasan untuk penghentian
karyawan.
Manfat dari kode etik perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan
sebagai corporate culture
3. 2. Dapat membantu dalam menghilangkan grey area. Beberapa ambiguitas moral
yang sering merongrong kinerja perusahaan, dengan demikian dapat
dihindarkan
3. Kode etik dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab
sosialnya.
4. Kode etik menyediakan bagi perusahaan dalam dunia bisnis untuk mengatur
dirinya sendiri, dengan demikian Negara tidak perlu ikut campur tangan.
C. Introduction : Making The Case For Business Ethics
Berikut merupakan kasus terkait etika bisnis yang dihadapi oleh Toyota :
Toyota memiliki reputasi sebagai perusahaan mobil yang handal. Meskipun Toyota
memiliki banyak masalah di masa lalu dengan bagian-bagian mobil mereka tidak
berfungsi dengan baik atau tidak bekerja sama sekali. Dalam sebuah contoh baru-
baru ini pada bulan Oktober 2010, Andrew Mitchell mengunggah sebuah video di
YouTube yang memperlihatkan gambar-gambar kecelakaan yang di alami saat
mengendarai Toyota Yaris terutama pada fungsi kantong udaranya. Menanggapi
video tersebut Toyota membuat tuduhan kepada Andrew Mitchel bahwa mereka
sengaja merusak kendaraan untuk membuat tabrakan terlihat lebih buruk dari apa
yang terjadi. Toyota mengklaim bahwa mereka berusaha mendapatkan uang
melalui penipuan. Dari kasus ini masalah besar adalah Toyota tidak melihat
masalah yang baru timbul pada produknya tapi justru mengklaim adanya upaya
orang untuk melakukan penipuan. Dalam kasus di mana orang-orang mengeluh
kantung udara kendaraan tidak bekerja selama kecelakaan, Toyota seharusnya
mengambil tindakan dan bukan mengabaikan dan menganggap keluhan itu palsu
dan menuduh konsumen mereka menginginkan uang (Bohnwagner,2013)
D. Business Ethics as Ethical Decision Making
Peran pengambilan keputusan etis menjadi semakin penting ketika individu dalam
organisasi kontemporer menghadapi sejumlah tantangan etika yang mengharuskan
mereka terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Karyawan yang dihadapkan
dengan dilema etika seringkali dapat memilih dari berbagai solusi yang
memungkinkan (Lurie & Albin, 2007). Menurut Carlson et al (2002), pengambilan
keputusan etis adalah proses dimana individu menggunakan basis moral mereka
untuk menentukan apakah suatu masalah benar atau salah. Berikut adalah tujuh
4. panduan pengambilan keputusan etis menurut Davis (1999) seperti dikutip dari
https://serc.carleton.edu :
1. Mengatakan masalahnya
Contoh : ada sesuatu tentang keputusan ini yang membuat saya tidak nyaman
atau apakah saya memiliki konflik kepentingan?".
2. Memeriksa Fakta
Misalnya, orang yang terlibat, hukum, kode profesional, batasan praktis lainnya
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan (internal dan eksternal).
4. Mengembangkan daftar opsi
5. Menguji opsi dengan menggunakan tes sebagai berikut :
a) Uji bahaya: Apakah opsi ini lebih sedikit merugikan daripada alternatifnya?
b) Tes publisitas: Apakah saya ingin pilihan saya ini diterbitkan di surat kabar?
c) Uji defensibilitas: Dapatkah saya mempertahankan pilihan saya di hadapan
komite kongres atau panitia sejawat?
d) Tes reversibilitas: Apakah saya masih berpikir opsi ini adalah pilihan yang
baik jika saya terpengaruh olehnya?
e) Tes kolega: apa yang dikatakan kolega saya ketika saya menggambarkan
masalah saya dan menyarankan opsi ini sebagai solusi saya?
f) Tes profesional: apa yang mungkin dikatakan oleh badan pengelola profesi
saya untuk etika tentang opsi ini?
g) Uji organisasi: Apa yang dikatakan petugas etika atau penasihat hukum
perusahaan saya tentang ini?
6. Menentukan pilihan berdasarkan langkah 1-5.
7. Meninjau langkah 1-6 : Bagaimana dapat mengurangi kemungkinan bahwa
akan perlu membuat keputusan serupa lagi?
5. Sumber : https://serc.carleton.edu
E. Business Ethics as Personal Integrity and Social Responsibility
Memiliki integritas pribadi menyiratkan suatu tindakan dengan cara yang sesuai
dengan filosofi, nilai-nilai serta prinsip-prinsip seseorang; sedangkan integritas
profesional melibatkan tindakan sesuai dengan standar sosial dan moral profesi
(Sharrock,2014). Pada tingkat individu, integritas lebih dari sekadar etika karena
integritas akan berkaitan dengan karakter individu. Karakteristik individu diantaranya
adalah perhatian, penyayang, transparan, jujur, dan beretika. Dalam Turknett
Leadership Character Model, yang dikembangkan oleh psikolog Dr. Robert Turknett
integritas adalah pondasi dari model, dan tanpa integritas maka tidak ada pemimpin
yang bisa berhasil. Turknett Leadership Group mencatat bahwa individu yang
berintegritas tidak akan memutarbalikkan fakta untuk keuntungan pribadi, mereka
bersedia membela apa yang benar, akan berhati-hati untuk menepati janji dan dapat
diandalkan untuk mengatakan yang sebenarnya. Dalam model Turknett Leadership
Character Model, integritas adalah pondasi kepemimpinan yang melibatkan
keseimbangan antara rasa hormat dan tanggung jawab (Duggar, 2015)
Menurut Kenton (2019) Tanggung jawab sosial (social responbility) adalah gagasan
bahwa bisnis harus menyeimbangkan antara kegiatan menghasilkan laba dengan
kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. Organisasi Internasional untuk
Standardisasi (ISO) menekankan bahwa hubungan bisnis dengan masyarakat dan
lingkungannya merupakan faktor penting dalam operasi bisnis secara efisien dan
efektif. Tanggung jawab sosial, sebagaimana berlaku untuk bisnis, dikenal sebagai
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Sebagai contoh suatu perusahaan
6. memiliki kebijakan "hijau", dan menjadikannya sebagai tanggung jawab sosial serta
menjadi bagian integral dari model bisnisnya. Definisi lain menurut Sai (2019)
Tanggung jawab sosial menyiratkan perumusan tujuan bisnis, rencana, kebijakan
program, dan lain-lain, dengan penekanan tidak hanya pada konsep maksimalisasi
laba, tetapi juga berorientasi pada pemenuhan kewajiban sosial
F. Ethics and the Law
Menurut Drieier dalam Vicent (2015) sejalan dengan Kantian Teori, hukum akan
merujuk perilaku eksternal, sementara etika menunjukkan perilaku internal. Dari
perspektif ini, tugas hukum membutuhkan legalitas, sedangkan kewajiban moral
membutuhkan nilai dan kepercayaan yang membentuk karakter kita sebagai
manusia (Dreier 1985)
Vicent (2015) mengemukakan bahwa hukum akan menetapkan sanksi eksternal
kepada individu dan organisasi dalam bentuk denda atau dicabut kebebasannya.
Sedangkan, etika akan menghukum secara internal ketika tindakan kita
bertentangan dengan keyakinan dan nilai.
Hukum dan moralitas dapat dipahami sebagai dua sisi dari fenomena yang sama:
moralitas adalah etika subjektif dan hukum muncul sebagai etika obyektif
(Popa,2002). Badescu (2014) mengemukakan bahwa hukum didasarkan pada
moral, ruang lingkup hukum lebih sempit daripada ruang lingkup moral.
Terdapat hubungan antara hukum dan etika. Dalam beberapa kasus, hukum dan
etika saling tumpang tindih dan sesuatu yang dianggap tidak etis juga dianggap
suatu hal yang ilegal. Dalam situasi lain, hukum dan etika dianggap tidak tumpang
tindih. Dalam beberapa kasus, apa yang dianggap tidak etis masih legal, dan dalam
kasus lain, apa yang ilegal dianggap etis. Perilaku mungkin dianggap etis bagi satu
orang atau kelompok tetapi mungkin tidak dianggap etis oleh orang lain. Lebih lanjut
memperumit dikotomi perilaku ini, undang-undang mungkin telah disahkan, dan
secara efektif menyatakan posisi pemerintah, dan mungkin pendapat mayoritas,
tentang suatu perilaku. Akibatnya, dalam lingkungan bisnis yang beragam saat ini,
orang harus dapat mempertimbangkan bahwa hukum dan etika tidak selalu sama
(Anstead,1999)
Hukum dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan universal yang konsisten
dipublikasikan secara luas, diterima secara umum, dan biasanya hukum akan
ditegakkan. Aturan-aturan ini menggambarkan cara-cara di mana orang diminta
7. untuk bertindak dalam hubungan mereka dengan orang lain dalam suatu
masyarakat. Karena pemerintah menetapkan hukum, pemerintah dapat
menggunakan kekuatan polisi untuk menegakkan hukum. Karakteristik hukum
adalah sebagai berikut :
1. Konsisten - Jika dua persyaratan saling bertentangan, keduanya tidak dapat
disebut hukum, karena orang tidak dapat mematuhi keduanya.
2. Universal - Persyaratan harus berlaku untuk setiap orang dengan karakteristik
serupa yang menghadapi keadaan yang sama.
3. Diterbitkan - Persyaratan harus dipublikasikan, dalam bentuk tertulis, agar
dapat diakses oleh semua anggota masyarakat.
4. Diterima - Persyaratan harus dipatuhi secara umum.
5. Dipaksa - Anggota masyarakat harus dipaksa untuk mematuhi hukum jika
mereka tidak memilih untuk melakukannya secara sukarela
Sedangkan etika memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Etika mempelajari apa yang benar dan salah, dan kemudian melakukan hal
yang benar.
2. Sebagian besar keputusan etis memiliki konsekuensi yang panjang.
3. Sebagian besar keputusan etis memiliki banyak alternatif.
4. Sebagian besar keputusan etis memiliki hasil yang beragam.
5. Sebagian besar keputusan etis memiliki konsekuensi yang tidak pasti.
6. Sebagian besar keputusan etis memiliki implikasi pribadi.
Berikut adalah diagram yang menunjukan hubungan antara hukum dan etika
Anstead (1999)
8. G. Ethics as Practical Reason
Etika berperan sebagai bagian dari alasan praktis, penalaran tentang apa yang
harus kita lakukan, dan membedakannya dari alasan teoritis, yaitu penalaran
tentang apa yang harus kita percaya.
Penalaran praktis digunakan sebagai pedoman untuk tindakan, dan dikontraskan
dengan alasan teoretis, yang digunakan untuk memandu pemikiran. Terkadang
penalaran praktis adalah cara untuk menentukan apa yang harus dilakukan,
biasanya mengacu pada cara yang tepat atau otoritatif, karenanya beralasan, untuk
mencari tahu apa yang harus dilakukan. Dalam banyak hal, penalaran praktis hanya
bersifat instrumental, yaitu mengidentifikasi cara untuk mencapai hasil atau tujuan
tertentu, tetapi tidak ada yang mengatakan tentang tujuan mana yang harus dikejar
atau jenis tindakan mana yang baik atau buruk, wajib atau terlarang (OโNeill)
H. Ethics as measurement of Behavior
Etika berfungsi mengatur tingkah laku individu dan kelompok untuk memberikan
panduan bagi manusia agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moralitas, dan
sebagai refleksi pemikiran moral tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan yang dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah. Etika bisnis
merupakan suatu standar moral yang diimplementasikan pada institusi, teknologi,
transaksi, aktivitas, dan usaha-usaha yang ada pada organisasi bisnis. Perilaku etis
merupakan pedoman dari kebijakan-kebijakan tertulis, standar-standar tidak
tertulis, dan teladan dari pemimpin yang didasarkan pada domain hukum, domain
etika dan domain pilihan bebas.
I. Implementasi
Untuk implementasi etika bisnis sebagai tanggung jawab sosial dalam upaya untuk
menyeimbangkan antara kegiatan berorientasi laba dengan kegiatan yang
bermanfaat bagi masyarakat, saya akan membahas mengenai corporate social
responbility (CSR) yang dilakukan oleh Toyota.
Pada Januari 2005, Toyota Motor Corporation (TMC) mengumumkan Kontribusi
terhadap Pembangunan Berkelanjutan, sebuah interpretasi dari the Guiding
Principles at Toyota yang mempertimbangkan hubungan Toyota dengan para
pemangku kepentingan (stake holder), yang kemudian direvisi pada tahun 2008.
Penjelasanya adalah sebagai berikut :
9. 1. Pelanggan
a) Berdasarkan filosofi "Customer First", Toyota mengembangkan serta
menyediakan produk dan layanan berkualitas tinggi yang inovatif, aman dan
luar biasa yang memenuhi berbagai macam tuntutan/kebutuhan pelanggan
untuk memperkaya kehidupan orang di seluruh dunia.
b) Toyota akan berusaha untuk melindungi informasi pribadi pelanggan dan
semua orang yang terlibat dalam bisnis, sesuai dengan undang-undang
yang berlaku di masing-masing negara.
2. Mitra Bisnis
a) Toyota menghormati mitra bisnis seperti pemasok dan dealer serta
bekerja sama dengan rekan bisnis melalui hubungan jangka panjang
untuk mewujudkan pertumbuhan bersama berdasarkan saling percaya
b) Dalam mencari mitra bisnis baru, Toyota terbuka untuk setiap kandidat,
terlepas dari kebangsaan atau ukuran, dan mengevaluasi mereka
berdasarkan kekuatan mitra bisnis secara keseluruhan
c) Toyota menjaga persaingan yang adil dan bebas sesuai undang-undang
yang berlaku dimasing-masing negara.
3. Karyawan
a) Toyota menghormati karyawan dan percaya bahwa keberhasilan bisnis
Toyota adalah hasil dari kreativitas asing-masing individu dan kerja tim yang
baik.
b) Toyota mendukung kesempatan kerja yang sama, keragaman dan inklusi
untuk karyawan dan tidak ada praktek diskriminasi pada karyawan
c) Toyota berusaha keras untuk menyediakan kondisi kerja yang adil dan
menjaga lingkungan kerja yang aman dan sehat untuk semua karyawan.
d) Toyota menghormati hak asasi manusia dari setiap orang yang terlibat
dalam bisnis dan tidak menoleransi segala bentuk kerja paksa atau pekerja
anak.
e) Melalui komunikasi dan dialog dengan karyawan, Toyota membangun dan
berbagi nilai " Mutual Trust and Mutual Responsibility " dan bekerja bersama
untuk kesuksesan karyawan dan perusahaan. Toyota mengakui hak
karyawan untuk secara bebas berasosiai, atau tidak untuk berasosiasi,
mematuhi hukum negara tempat dimana Toyota beroperasi
10. f) Manajemen setiap perusahaan mengambil kepemimpinan dalam
menumbuhkan budaya perusahaan dan menerapkan kebijakan yang
mendorong perilaku etis.
4. Pemegang Saham
a) Toyota berusaha keras untuk meningkatkan nilai perusahaan sambil
mencapai pertumbuhan yang stabil dan jangka panjang untuk kepentingan
pemegang saham.
b) Toyota melaporkan mengenai hasil kinerja dan kondisi keuangan perusahaan
kepada pemegang saham dan investor secara tepat waktu dan adil
5. Lingkungan
Toyota bertujuan untuk mencapai pertumbuhan yang selaras dengan
lingkungan dan berupaya meminimalkan dampak lingkungan dari operasi
bisnis perusahaan, seperti upaya mengurangi dampak penggunaan kendaraan
dan proses operasi perusahaan terhadap perubahan iklim dan
keanekaragaman hayati. Toyota berusaha mengembangkan, membangun, dan
mempromosikan teknologi yang memungkinkan lingkungan dan ekonomi dapat
hidup berdampingan secara harmonis dan untuk membangun hubungan yang
erat dan kooperatif dengan spektrum luas antara individu dan organisasi yang
terlibat dalam pelestarian lingkungan.
6. Masyarakat
a) Toyota menerapkan filosofi kami "Respect For People " dengan
menghormati budaya, adat istiadat, sejarah dan hukum masing-masing
negara
b) Toyota terus mencari teknologi yang lebih aman, lebih bersih, dan unggul
yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan mobilitas yang
berkelanjutan
c) Toyota tidak menoleransi tindakan penyuapan terhadap atau oleh mitra
bisnis, pemerintah atau otoritas publik lainnya dan menjaga hubungan yang
jujur dan adil dengan pemerintah dan otoritas public.
7. Kontribusi Sosial
Di mana pun melakukan bisnis, Toyota akan secara aktif mempromosikan dan
terlibat baik secara individu maupun dengan mitra, dalam kegiatan sosial yang
11. membantu memperkuat masyarakat dan berkontribusi dalam pengayaan
masyarakat.
(https://www.toyota-global.com, 2019)
Daftar Pustaka
Anonim.2019. Ethical Decision-Making .https://serc.carleton.edu/geoethics/Decision-
Making
Anstead, M.S.1999. Law Versus Ethics in Management.
http://ansteadsue.tripod.com/ethics.htm
Bฤdescu, V.S2014. Etica รฎn afaceri (Business Ethics),Bucharest:Pro Universitaria
Publishing House
Bohnwagner,2013. Toyota Motor Corporation: Airbag Controversy (2010).
http://businessethicscases.blogspot.com
Carlson, D. S., Kacmar, K. M., & Wadsworth, L. L. (2002). The impact of moral intensity
dimensions on ethical decision making: Assessing the relevance of orientation. Journal
of Managerial Issues, 14, 15-30
Duggar, J.2015. The role of integrity in individual and effective corporate leadership.
Journal of Academic and Business Ethics
Hartman, P.L., Des Jardin, J., Mc Donald, C. 2014.Business Ethics : Decisions Making
For Personal Integrity & Social Responbility 4th Edition. New York : Mc Graw Hills
Education
Kenton, W.2019. Sosial Responbility. https://www.investopedia.com
Juneja, P.2019. Importance of Ethics. https://www.managementstudyguide.com
Lurie, Y., & Albin, R. (2007). Moral Dilemmas in Business Ethics: From Decision
Procedures to Edifying Perspectives. Journal of Business Ethics, 71, 195-207
OโNeill, Onora. Practical reason and ethics. https://www.rep.routledge.com
12. Popa, N. 2002. Teoria generalฤ a dreptului(The general theory of law), Bucharest: All
Beck Publishing House
Sai,Siddarth.2019. Social Responsibilities of Business: Definition and Case | Business.
http://www.yourarticlelibrary.com
Sharrock,J., Begg, A., Madinach, E. 2014. Handbook for Teacher Educators.
Rotterdam : SensePublishers
Vicent, M. Medina. 2015. Law and Ethics: A Necessary Complimentarity to Increase
Women's Presence in Business Managerial Positions. Journal of Academic
Perspectives
Weinstein, Bruce.2017. What's The Difference Between Ethics And Business Ethics?.
https://www.forbes.com
Walsham,G.1996. Ethical theory, codes of ethics and IS practice. Information Systems
Journal 6, 69-81
______________, 2019. Preamble of CSR Policy: Contribution towards Sustainable
Development. https://www.toyota-global.com/sustainability/csr/policy/
Modul Perkuliahan Business Ethic & Good Governance, Universitas Mercu Buana