Kegawatdaruratan di bidang THT-KL mencakup kondisi yang membutuhkan diagnosis dan penanganan segera seperti otitis media supuratif kronik dengan komplikasi intratemporal atau intrakranial, vertigo perifer akibat penyakit Meniere atau BPPV, tuli mendadak, serta rinosinusitis akut dengan komplikasi seperti orbital selulitis atau abses intrakranial untuk mencegah morbiditas dan mortalitas.
2. Kegawatdaruratan di bidang THT-KL
• Kasus/kejadian yang perlu mendapat
perhatian
- perlu diagnosis tepat
- perlu penanganan segera
- kemungkinan terjadi komplikasi
- menyebabkan morbiditas
- mengancam jiwa
2
Lenny 2016
3. • Kegawatdaruratan di bidang THT-KL
1. Bidang Otologi (Telinga)
2. Bidang Rinologi (hidung)
3. Bidang Faringo-Laringologi (tenggorok)
4. Benda asing di bidang THT-KL
3
Lenny 2016
4. Kegawatdaruratan bidang Otologi
1. Otitis media supuratif kronik dengan
komplikasi
2. Vertigo perifer
3. Tuli mendadak (Sudden Sensory Neural
Hearing Loss)
4. Paresis N Facialis perifer
4
Lenny 2016
5. 1. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
dengan komplikasi
• Otitis media supuratif kronik
Radang kronis mukosa dan tulang telinga tengah dan
mastoid dengan ditandai :
- perforasi membran timpani
- riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) :
>2 bulan
,terus menerus atau hilang timbul
sekret encer /kental, bening/nanah
- penurunan pendengaran
5
Lenny 2016
6. Otitis Media Supuratif Kronik...........
• Hati- hati :
”keluar cairan dari telinga
disertai
- nyeri kepala hebat, demam, kaku leher, muntah
proyektil, penurunan kesadaran, kejang
- pusing berputar sampai muntah
- muka menceng, sulit menutup mata satu sisi
- bengkak kemerahan di belakang telinga sampai
keluar nanah, dapat meluas ke leher
TANDA KOMPLIKASI
6
Lenny 2016
7. Otitis Media Supuratif Kronik .............
• Komplikasi OMSK : Intratemporal dan Intrakranial
7
Lenny 2016
9. Parese saraf fasialis
Terapi :
1. Mastoidektomi urgent
2. Decompresi saraf
fasialis
9
Lenny 2016
Otitis Media Supuratif Kronik...........
Penilaian derajat paresis N Facialis menggunakan
kriteria dari House-Brackmann
Sudut bibir mata
dahi
10. Derajat Karakteristik
Derajat 1 :
Normal
Fungsi fasial normal di semua area
Derajat 2 :
Disfungsi ringan
Makroskopis
Kelemahan ringan dilihat pada inspeksi yang teliti
Kemungkinan adanya sinkinesis yang sangat ringan
Pada keadaan istirahat : simetris dan tonus normal
Gerakan
Dahi : fungsi sedang sampai baik
Mata: menutup komplit dengan usaha minimal
Mulut: asimetri ringan
Diagnosis.....
Kriteria House-Brackmann
11. Derajat Karakteristik
Derajat 3 :
Disfungsi
sedang
Makroskopis
Kelemahan tampak nyata
Terlihat adanya sinkinesis, kontraktur atau spasme
hemifasial tetapi tidak berat
Pada keadaan istirahat : simetris dan tonus normal
Gerakan
Dahi: fungsi pergerakan ringan sampai sedang
Mata: menutup komplit dengan usaha
Mulut: kelemahan ringan dengan usaha maksimal
Diagnosis.....
Kriteria House-Brackmann
12. Derajat 4 :
Disfungsi sedang berat
Makroskopis
Kelemahan tampak nyata dan asimetri
Pada keadaan istirahat : simetris dan tonus normal
Gerakan
Dahi : fungsi (-)
Mata: menutup tidak komplit
Mulut: asimetri dengan usaha maksimal
Derajat 5 :
Disfungsi berat
Makroskopis
Sedikit pergerakan yang terlihat
Pada keadaan istirahat : asimetri
Gerakan
Dahi : fungsi (-)
Mata: menutup tidak komplit
Mulut: sedikit pergerakan
Derajat 6 :
Paralisis total
Tidak ada pergerakan
Diagnosis.....
13. 1. Antibiotika dosis tinggi parenteral (ceftriaxon)
2. Kultur dan sensitivitas tes
3. Anti emetik dan terapi cairan
4. labirintitis kronika mastoidektomi dinding runtuh
graft periost atau graft fascia muskulus temporalis.
5. labirintitis osifikan implantasi kohlea
Labirinititis
13
Lenny 2016
Otitis Media Supuratif Kronik...........
14. Terapi
1. Antibiotik dosis tinggi kombinasi
(Cefftriaxon, metronidazol, gentamicin)
2. Perawatan bersama dengan Bedah Saraf
3. Operatif :
untuk mengatasi herniasi, evakuasi abses bersama dengan
mastoidektomi
Abses lobus temporalis
Abses serebelum
15. 2. Vertigo
• Vertigo merupakan gejala adanya gangguan
vestibuler
• Menurut penyebabnya vertigo dibagi menjadi
dua yaitu
- sentral dimana kelainan terdapat di vestibular
nuklei, batang otak, serebelum atau serebrum,
- perifer dimana kelainan terdapat di kanalis
semisirkularis, utrikulus dan sakulus
15
Lenny 2016
16. Vertigo.....
• Diagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
cermat
Tentukan
1. keluhan benar vertigo ?
vertigo : ilusi rotasional, linier, gerakan seperti berputar
2. durasi vertigo ?
3. hubungan dengan posisi kepala/gerakan kepala ?
4. keluhan otalgi, otore, penurunan pendengaran, rasa
penuh di telinga, tinitus ?
5. pernah operasi telinga, trauma kepala ?
6. pernah minum obat (kina, aspirin, gol. streptomisin atau
aminoglikosida) ? 16
17. Gejala klinis
Perifer Sentral
Intensitas Berat Tidak berat
Kelelahan Kelelahan, adaptasi Tidak ada
Gejala penyerta Mual, keringat dingin,
penurunan
pendengaran, tinitus,
pengaruh gerakan kepala
+
Kelemahan, mati rasa,
sering jatuh
Arah nistagmus Unidirectional
Fase cepat kearah sehat
Bidirectional
Lenny 2016
18. Vertigo...............
Gejala klinis
Perifer Sentral
Tipe nistagmus Horisontal & torsional Lainnya
Fiksasi visual + -
Gejala
neurologi
- Seringkali +
Postural
instability
Jatuh kesatu arah, dapat
berjalan
Gangguan
keseimbangan berat,
sering jatuh waktu
berjalan
18
Lenny 2016
19. Vertigo................
Waktu Perifer Sentral
Detik BPPV VB-TIA
Menit Fistula perilimp VB-TIA, Migrain
Jam Penyakit Meniere Migrain
Minggu Neuronitis vestibuler,
Labirintitis
Stroke
Hari
Bulan
Neurinoma akustik
Intoksikasi obat
Multiple sklerosis
Degenerasi serebelar
19
Lenny 2016
29. 3. Tuli mendadak
(Sudden Sensory Neural Hearing Loss)
• Definisi
ketulian secara tiba-tiba atau progresif dalam
beberapa jam atau hari batasan waktu : 12-24 jam
sampai 5-7 hari
• Kebanyakan unilateral
• tuli sensori neural (tuli saraf) total atau parsial
• penyebabnya tidak dapat langsung diketahui
• dapat disertai tinitus dan vertigo
29
Lenny 2016
30. • Pemeriksaan
- Liang dan gendang telinga normal
- Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan audiometri , Pemeriksaan
laboratorium, Pemeriksaan keseimbangan,
Pemeriksaan radiologi
30
Lenny 2016
Tuli mendadak..............
31. • Terapi
- Tirah baring sempurna untuk istirahat fisik dan mental
selama dua minggu.
- Vasodilator yang cukup kuat
pemberian Complamin injeksi
3 x 1200 mg(4 ampul) selama 3 hari
3 x 900 mg (3 ampul) selama 3 hari
3 x 600 mg (2 ampul) selama 3 hari
3 x 300 mg (1 ampul) selama 3 hari
- Prednisone
4 x 10 mg ( 2 tablet ),’tapering off’ tiap 3 hari
31
Lenny 2016
Tuli mendadak..............
32. - Vitamin C 500 mg 1 x 1 tablet/hari
- Neurotropik
- Diit rendah garam dan rendah kolesterol
- Inhalasi oksigen 4 x 15 menit (2 liter/menit)
- Obat anti virus sesuai dengan virus penyebab
- Hiperbarik oksigen terapi (HBO)
32
Lenny 2016
Tuli mendadak..............
34. a. Rinosinusitis akut dengan komplikasi
• Banyak ditemukan pada era pre antibiotik,
saat ini mulai jarang
• Angka morbiditas dan mortalitas 5-10 %
• Sebagian besar kasus rinosinusitis tanpa komplikasi
berhasil terapi medika mentosa dengan rawat jalan
• Sebagian kecil kasus infeksi meluas
perlu terapi lebih agresif
Fokkens W, Lund V, Mullol J, 2007
Bleier BS and Thaler ER, 2008
34
Lenny 2016
35. Rinosinusitis akut..........
• Rinosinusitis akut
Menurut European Position Paper on Rhinosinusitis
and nasal polyps (EPOSS) 2012:
inflamasi pada hidung dan sinus paranasal dengan
2 atau lebih gejala yang bersifat akut (< 12 minggu)
terdiri dari :
* hidung buntu/obstruksi/kongesti nasal
* hidung keluar cairan (anterior/post nasal drip)
± nyeri wajah/ nyeri tekan
± berkurang/hilangnya kemampuan penghidu
35
Lenny 2016
36. • Perluasan rinosinusitis ke organ sekitar
melalui : penyebaran secara langsung atau
tromboplebitis vaskularis
Kuman penyebab
• S.pneumoniae
• S.aureus
• Spesies Streptococus yang lain
• Kuman-kuman anaerob (Fusobacterium sp.)
• Batang gram negatif
• Staphylococcus epidermidis
Bleier BS and Thaler ER, 2008
36
Lenny 2016
Rinosinusitis akut..........
37. Komplikasi rinosinusitis akut
Jenis Lokasi Klinis
Jauh Paru Asma, bronkitis
Sistemik Sepsis , septik syok
Lokal Orbital (klasifikasi Chandler)
I. Preseptal selulitis
II. Orbital selulitis
III. Abses Subperiosteal
IV. Abses Orbital
V. Trombosis Sinus Kavernosus
Intrakranial -Meningitis,
- Abses (epidural, subdural, intraserebral)
- Trombosis dural sinus (Sinus Sagitalis
Superior, Sinus kavernosus)
Tulang Tumor Pott`s puffy
37
Lenny 2016
Rinosinusitis akut..........
39. • Terapi
Multi disiplin THT-KL, MATA, Bedah Saraf
- Terapi non operatif :
* Orbita :
AB dosis tinggi Intravena (Sefalosporin generasi III)
* Intrakranial :
AB dosis tinggi intravena (Sefalosporin generasi III) +
simptomatis sesuai klinis ( kortikosteroid, manitol, anti
konvulsan dll)
* Kultur dan resistensi kuman
39
Lenny 2016
Rinosinusitis akut..........
40. - Terapi operatif
Indikasi :
* Komplikasi orbita :
penyakit menjadi progresif berat atau
pemberian AB selama 48-72 jam tidak ada
perbaikan klinis
* Komplikasi intrakranial :
sesuai indikasi (decompresi, debridement
mencegah herniasi)
* Terapi operatif dilakukan one step atau two step.
40
Lenny 2016
Rinosinusitis akut..........
42. Epistaksis...............
• Etiologi
Lenny 2016 42
Lokal
Trauma
- hidung dikorek
- sisi/ bersin terlalu
keras
- olahraga
- Kecelakaan lalu
lintas
- tindakan dokter
Radang
- rinitis akut
- sinusitis
maksilaris
- difteri nasi
- ulkus lues/ lepra/
TBC
Tumor
- karsinoma nasi
- angiofibroma
nasofaring
juvenilis
43. • Etiologi
Lenny 2016 43
Umum
Penyakit
darah
- trombosit
openi
- hemofili
- leukemi
Penyakit
pembuluh
darah
- Arterio-
sklerosis
- hipertensi
Tekanan
udara
rendah
- pegunung
an
- pesawat
terbang
Infeksi
- influenza
- pneumoni
a
- demam
dengue
Tekanan
vena tinggi
- pertusis
- penyakit
jantung
pulmonal
Epistaksis............
45. Abses Leher Dalam
• Infeksi pada ruang potensial sepanjang leher
• Terdiri dari abses pada :
Ruang Suprahyoid
ruang submandibular, parafaring, peritonsil, masticator,
temporal dan parotis
Ruang Infrahyoid
ruang visceral anterior
Lenny 2016
45
Abses peritonsil
Abses submandibula
Trismus
46. Abses leher dalam............
• Kuman Penyebab :
Streptoooccus, Staphylococcus, kuman anaerob,
Bacterioides atau kuman campuran
• Faktor predisposisi:
- riwayat sakit gigi dan oral higiene buruk
-riwayat benda asing pada tenggorok ( duri ikan/tulang)
- diabetes mellitus
• Terapi:
- prinsip utama : evakuasi abses melalui insisi drainase
- pemberian antibiotik sesuai kuman
- kontrol sumber infeksi dan faktor predisposisi
Lenny 2016 46
47. Lenny 2016 47
Abses leher dalam............
terjadi mediastinitis, tamponade
jantung, sampai kematian mendadak.
*perlu perhatian khusus*
- ruang potensial leher saling berhubungan
infeksi pada salah satu ruang leher dalam dapat
menyebar ke ruang lain
- terdapat jalur yang menghubungkan ruang leher dalam
dengan mediastinum
infeksi dapat menyebar ke mediastinum
50. Lenny 2016 50
Laringomalasia
Kista laring
Papiloma laring
Benda asing
“kacang “
pada trakea
Midline
paralisis
korda vokalis
Difteri tonsil-
faring
CA laring
51. STADIUM GEJALA DAN TANDA
I Suara stridor, frekuensi napas ,retraksi suprasternal
II Suara stridor, frekuensi napas , retraksi supra
sternal dan epigastrium. Penderita mulai gelisah
III Suara stridor, frekuensi napas , retraksi
suprasternal, epigastrial, interkosta, penderita
sangat gelisah
IV Suara stridor, frekuensi napas , retraksi suprasternal,
epigastrial, interkosta Penderita sangat gelisah dan
ketakutan disertai sianosis
Lenny 2016
51
SJNA.............
52. Langkah-Langkah Tindakan pada SJNA
• Pastikan adanya tanda-tanda SJNA:
Stridor inspirasi, frekuensi napas, retraksi, sianosis dan
keadaan penderita
• Lakukan oksigenasi
• Tentukan stadium SJNA
* SJNA stadium 3-4
trakeotomi cito
Lenny 2016 52
SJNA.............
Tumor laring:
- Penyempitan
“airway”
62. -Perhatikan keadaan umum penderita
Perlu pertimbangkan:
pemasangan infus, tranfusi darah, pemberian
antibiotika dan obat koagulansia (vitamin K, asam
traneksamat, karbazokhrom)
- Pasien harus diperiksa dalam keadaan duduk
kecuali jika terlalu lemah
dibaringkan dengan meletakkan bantal di
belakang punggungnya, kecuali keadaan syok
Lenny 2016 62
Penatalaksaan Epistaksis
63. Lakukan secara berurutan :
• bersihkan bekuan darah
sumber perdarahan terlihat dan tidak
menghalangi vasokonstriksi
• Digital pressure
jepit ala nasi selama 5-15 menit
• Vasokonstriktor dapat digunakan :
solusio tetrakain atau lidokain-efedrin 1%
• Untuk melakukan kaustik
digunakan TCA (asam triklorasetat) 100% atau
nitras argenti (AgNO3) 20-30%.
Lenny 2016 63
Epistaksis............
64. • Pemasangan tampon anterior
jika pada perdarahan anterior masih terus
berlangsung
• Tampon anterior
- Kassa + boorzalf, kloramfenikol, gentamisin
- Spongostan, merocel atau surgicel, balon
epistat, foley kateter
• Tampon dapat dipertahankan selama 1-2 hari
Lenny 2016 64
Epistaksis............
65. • Perdarahan posterior
lakukan pemasangan tampon posterior (tampon
Belloque). Tampon ini harus tepat menutup
koana (nares posterior).
• Epistaksis berat dan berulang yang tidak dapat
diatasi dengan tampon anterior maupun
posterior, dilakukan ligasi arteri karotis eksterna
atau embolisasi arteri
Lenny 2016 65
Epistaksis............
75. • Ektraksi cerumen dengan hook tajam
• Ektrsksi cerimen dengan irigasi MAE
Bila cerumen obturan terlalu keras, letak dekat
menbran timpani atau terbentuk kolestatosis
ekterna sebaiklnya berikan tetes telinga dan
rujuk
Lenny 2016 75