Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Anak
1. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Anak
1. Pengertian perkembangan
Banyak ahli memberikan pengertian perkembangan yang berbeda
secara redaksional dan sudut pandang, namun dalam unsur-unsur
perkembangannya mereka tetap mengacu pada inti yang sama. Ikatan
Dokter Anak Indonesia memberikan pengertian perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dan struktur / fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan
sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002).
Menurut Harlimsyah (2007) perkembangan anak adalah segala
perubahan yang terjadi pada diri anak dilihat dari berbagai aspek antara
lain aspek fisik (motorik), emosi, kognitif dan psikososial (bagaimana
anak berinteraksi dengan lingkungan).
Perkembangan merupakan perubahan-perubahan psiko, fisik
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada
anak ditunjang oleh factor lingkungan dan proses belajar dalam masa
waktu tertentu, menuju kedewasaan (Zein, 2005).
Perkembangan adalah perubahan secara berangsur-angsur dan
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya
9
2. kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan
(maturation), dan Pembelajaran (learning) (Wong, 2000).
Dari berbagai pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam perkembangan terjadi proses perubahan yang teratur, hanya
kecepatan tiap individu berlainan bergantung pada faktor pendukung yang
ada dari proses perkembangan.
2. Ciri-ciri perkembangan
Perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan dan
memiliki ciri-ciri sehingga dapat diperhitungkan. Ciri-ciri tersebut
menurut Soetjiningsih (1995) sebagai berikut:
a. Perkembangan adalah proses yang kontinu dari konsepsi sampai
maturasi. Perkembangan sudah terjadi sejak didalam kandungan, dan
setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana perkembangan dapat
dengan mudah diamati.
b. Dalam periode tertentu ada masa percepatan atau masa perlambatan.
Terdapat 3 (tiga) periode perumbuhan cepat adalah pada masa janin,
masa bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas.
c. Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak, tetapi
kecepatannya berbeda.
d. Perkembangan dipengaruhi maturasi system saraf pusat. Bayi akan
menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan dan kakinya kalau melihat
sesuatu yang menarik, tetapi pada anak yang lebih besar reaksinya
hanya tertawa atau meraih benda tersebut.
10
3. e. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
f. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.
3. Faktor-faktor perkembangan
Menurut Nursalam (2005) ada dua faktor yang berpengaruh terhadap
perkembangan, yakni faktor intern dan ekstern.
a. Faktor Intern (alami)
Faktor intern adalah faktor yang diperoleh dari dalam individu itu
sendiri (Perry & Potter, 2005).
1). Genetika / Herediter
Faktor herediter merupakan faktor turunan secara genetik dari
orang tua kepada anak. Contoh faktor herediter adalah jenis
kelamin, ras, dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan
adanya intensitas dan kecepatan dalam pembelahan berhentinya
pertumbuhan tulang (Hidayat, 2006).
2). Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal, yaitu saat
janin berumur 4 bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang
cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon
pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar
tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang,
gigi, dan otak (Nursalam, 2005).
11
4. 3). Temperamen
Temperamen ditandai dengan alam perasaan psikologis dimana
anak dilahirkan dan termasuk tipe perilaku mudah, lambat sampai
hangat, dan sulit. Hal tersebut mempengaruhi interaksi antara
individu dan lingkungan (Kozier, 2004)
b. Faktor Eksernal (Lingkungan)
Faktor lingkungan merupakan faktor yang diperoleh dari luar
individu.
1). Keluarga
Keluarga memberi pengaruh melalui nilai, kepercayaan, adat
istiadat dan pola spesifik dari interaksi dan komunikasi. Fungsi
keluarga meliputi keinginan untuk bertahan hidup, rasa aman,
bantuan terhadap perkembangan emosi dan sosial, bantuan
dengan mempertahankan hubungan, penjelasan mengenai
masyarakat dan dunia serta bantuan dalam mepelajari peran dan
perilaku (Perry & Potter, 2005).
2). Kelompok teman sebaya
Kelompok teman sebaya memberi pelajaran lingkungan yang baru
dan berbeda. Kelompok teman sebaya memberi pola dan struktur
yang berbeda dalam hal interaksi dan komunikasi, memerlukan
gaya perilaku yang berbeda. Fungsi kelompok teman sebaya
termasuk membiarkan individu belajar mengenai kesuksesan dan
kegagalan; untuk memvalidasi dan menantang pemikiran, perasaan
12
5. dan konsep; untuk mendapatkan penerimaan, dukungan, dan
penolakan sebagai manusia unik yang merupakan bagian dari
keluarga; dan untuk mencapai tujuan kelompok dengan memenuhi
kebutuhan, tekanan dan harapan (Kozier, 2004).
3). Pengalaman hidup
Pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan individu
berkembang dengan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari
pada kebutuhan yang perlu dipelajari. Proses pembelajaran
meliputi beberapa tahapan: mengenali kebutuhan untuk
mengetahui tugas; penguasaan keterampilan untuk menjalankan
tugas; penguasaan tugas: penguasaan dalam menjalankan tugas,
yang membutuhkan kemampuan yang lebih meluas; integrasi ke
dalam seluruh fungsi; dan menggunakan keterampilan yang
diakumulasi serta pengalaman untuk mengembangkan penampilan
perilaku efektif (Perry & Potter, 2005).
4). Kesehatan lingkungan
Tingkat kesehatan mempengaruhi respons individu terhadap
lingkungan dan respons orang lain pada individu tersebut.
Sehingga proses perkembangan dapat terganggu bila kesehatan
lingkungan tidak kondusif (Perry & Potter, 2005).
5). Nutrisi
Pertumbuhan diatur oleh faktor makanan. Nutrisi yang adekuat
mempengaruhi apa dan bagaimana kebutuhan fisiologis, maupun
13
6. kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya dipenuhi
(Nursalam, 2005).
6). Istirahat, tidur dan olah raga
Keseimbangan antara istirahat atau tidur dan olahraga merupakan
hal yang penting untuk memudahkan tubuh. Gangguan yang
menghambat pertumbuhan, sedangkan keseimbangan mendorong
kesehatan fisiologis dan psikologis (Perry & Potter, 2005).
7). Status kesehatan
Sakit atau luka berpotensi mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan. Sifat dan durasi masalah kesehatan
mempengaruhi dampaknya. Sakit atau cedera yang
berkepanjangan bisa menyebabkan ketidakmampuan untuk
mengatasi dan menjawab kebutuhan dan tugas tahap
perkembangan (Hidayat, 2005).
8). Iklim/Cuaca
Iklim atau cuaca menjadi salah satu faktor tumbuh kembang anak.
Pada musim tertentu, makanan bergizi dapat mudah diperoleh,
atau sebaliknya justru menjadi sulit diperoleh (Hidayat, 2006).
4. Uji skrining
Uji skrining perkembangan anak adalah suatu tes atau prosedur
pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan dasar anak.
Ada berbagai macam jenis tes perkembangan diantaranya tes IQ
(Intelegensi Questions), Tes Prestasi, Tes Psikomotorik, Tes Proyeksi,
14
7. Tes Perilaku Adaptif, DDST /Denver II (Denver Development Scrining
Test) dan lain sebagainya.
Denver Development Screning Test (DDST)/Denver II, yaitu salah
satu tes atau metode skrining yang sering digunakan untuk menilai
perkembangan anak mulai usia 1 (satu) bulan sampai 6 (enam) tahun.
DDST/Denver II adalah salah satu dari metode skrining terhadap
kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ.
DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode
skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-29 menit), dapat
diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa
penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat
mengidentifikasikan antara 85 – 100% bayi dan anak-anak prasekolah
yang mengalami keterlambatan perkembangan.
5. Penilaian Perkembangan Anak
Penilaian DDST ini menilai perkembangan anak dalam empat
faktor diantaranya penilaian tehadap personal sosial, motorik kasar,
motorik halus, dan bahasa, dengan persyaratan tes ada lembar formulir
DDST II dan alat bantu atau peraga seperti benang wol merah, manik-
manik, kubus warna merah kuning hijau dan biru, permaianan anak bola
kecil, bola tenis kertas dan pensil. (Soetjiningsih, 1995)
Penilaian DDST meliputi apakah lulus (Passed = P), gagal (fail =
F), kemudian ditarik garis berdasarkan umur, kronologis yang
memotong garis lurus horizontal tugas perkembagan pada formulir
15
8. DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P
dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes
diklasifikasikan ke dalam normal dan abnormal.
a. Abnormal
Bila didapat dua atau lebih keterlambatan pada dua sektor atau lebih
dan bila dalam satu sektor atau lebih didapat dua atau lebih
keterlambatan.
b. Normal
Dikatakan normal bila minimal hanya ada satu keterlambatan dalam
satu sektor dari empat sektor yang ada.
Dalam pelaksanaan skrining dengan DDST ini, umur anak perlu
ditetapkan terlebih dahulu dengan menggunakan patokan 30 hari dalam
satu bulan, 12 bulan untuk satu tahun. Bila dalam perhitungan umur
kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah dan bila sama atau lebih dari 15
hari dibulatkan keatas.
Penting untuk dipahami bahwa dengan skrining dan mengetahui
adanya masalah pada perkembangan anak, tidak berarti bahwa diagnosis
pasti dari kelainan tersebut telah ditetapkan. Skrining hanyalah prosedur
rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak sehari-hari, yang dapat
memberikan petunjuk kalau ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian.
Sehingga masih diperlukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang
teliti dan pemeriksaan penunjang lainnya agar diagnosis dapat dibuat,
supaya intervensi dan pengobatan dapat dilakukan sebaik-baiknya.
16
9. 2. Anak Usia Prasekolah
Masa prasekolah merupakan masa-masa untuk bermain dan mulai
memasuki taman kanak-kanak. Batasan karakteristik anak usia prasekolah
adalah antara 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) tahun. (Hidayat, 2006). Pada
tahap perkembangan anak usia prasekolah ini, anak mulai menguasai
berbagai ketrampilan fisik, bahasa, dan anak pun mulai memiliki rasa percaya
diri untuk mengeksplorasi kemandiriannya (Harlock, 1998)
Anak prasekolah menyempurnakan penguasaan terhadap tubuh mereka
dan merasa cemas menunggu awal pendidikan formal. Banyak orang
menyadari hal ini merupakan masa yang paling menarik untuk orang tua
karena anak-anak menjadi kurang negatif, dapat lebih secara akurat membagi
pemikiran meraka, dan dapat lebih secara efektif berinteraksi dan
berkomunikasi. Perkembangan fisik terus berlangsung menjadi lambat dimana
perkembangan kognitif dan psikososial terjadi cepat (Perry & Potter, 2005)
Tahap perkembangan anak usia prasekolah dapat dilihat dari berbagai
aspek toeri. Wong (2000) dalam bukunya Wong`s Essential of Pediatric
Nursing memaparkan teori-teori perkembangan usia prasekolah sebagai
berikut:
a. Teori psikoseksual
Teori psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud
(1939), yang merupakan proses dalam perkembangan anak dengan
pertambahan pematangan fungsi struktur serta kejiwaan yang dapat
menimbulkan dorongan untuk mencari rangsangan dan kesenangan secara
17
10. umum untuk menjadikan diri anak menjadi orang dewasa. Perkembangan
psikoseksual yang terjadi pada usia prasekolah adalah tahap
oedipal/phalik. Pada tahap ini kepuasan pada anak terletak pada
rangsangan autoerotic yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari
beberapa daerah erogennya, serta suka pada lawan jenis. Anak laki-laki
cenderung suka pada ibunya dari pada ayahnya demikian sebaliknya anak
perempuan suka pada ayahnya.
b. Teori psikososial
Perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson (1963) bahwa anak dalam
perkembangannya selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Pada usia
prasekolah perkembangan yang terjadi adalah tahap inisiatif dan rasa
bersalah. Pada tahap ini anak akan memulai inisiatif dalam belajar mencari
pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktivitasnya, dan apabila
tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah
pada diri anak.
c. Teori perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif pada anak menurut Piaget (1952) membagi dengan
empat tahap, diantaranya tahap sensori motor, tahap praoperasional, tahap
konkret, dan tahap formal operasional. Anak usia prasekolah menurut teori
ini berada pada tahap praoperasional. Anak belum mampu
mengoperasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam
pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik, seperti dalam
penelitian Piaget anak selalu menunjukkan egosentrik seperti anak akan
18
11. memilih sesuatu atau ukuran yang besar walaupun isi sedikit. Masa ini
sifat pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama, seperti
seorang pria dikeluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah, pikiran
yang kedua adalah pikiran animisme selalu memperhatikan adanya benda
mati, seperti apabila anak terbentur benda mati maka anak akan
memukulnya kearah benda tersebut.
d. Teori perkembangan psikomoral
Perkembangan psikomoral ini dikemukakan oleh Kohlberg (1968) dalam
memandang tumbuh kembang anak yang ditinjau segi moralitas anak
dalam menghadapi kehidupan. Pada usia prasekolah anak berada pada
tahap premoral. Tahap ini memiliki ciri-ciri terdapat sedikit kewaspadaan
mengenai apa yang dimaksud dengan perilaku moral yang bisa diterima
secara sosial. Kontrol didapatkan dari luar dirinya. Anak menyerah
kepada kekuatan dan kepemilikan, dan hidup dinilai untuk jumlah dan
kekuatan dari kepemilikan.
Menurut Harlock (1998) ciri-ciri anak usia prasekolah, meliputi:
2. Secara fisik, otot-otot lebih kuat dan pertumbuhan tulang menjadi besar
dan keras, dan gigi masih gigi susu.
3. Secara motorik anak mampu memanipulasi obyek kecil (puzzle)
menggunakan balok-balok dalam berbagai ukuran dan bentuk.
4. Secara intelektual, anak mempunyai rasa ingin tahu, rasa emosi, iri dan
cemburu. Hal ini timbul karena anak tidak memiliki hal-hal yang dimiliki
oleh teman sebayanya.
19
12. 5. Secara sosial, anak mampu menjalin kontak sosial dengan orang-orang
yang ada diluar rumah, sehingga anak mempunyai minat yang lebih untuk
bermain pada temannya, orang-orang dewasa, saudara kandung di dalam
keluarga.
C. Personal Sosial Anak
Personal sosial anak terdapat suatu aspek yang saling berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 1995). Tingkah laku sosial diartikan bagaimana
seorang anak bereaksi terhadap orang-orang disekitarnya, pengaruh hubungan
itu pada dirinya dan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan (suryanah,
1996).
Perkembangan personal sosial misalnya anak mampu untuk mematuhi
aturan permainan sesuai dengan tingkat usianya. Pada perkembangan ini
permulaannya pengaruh terbesar dari ibu, tetapi kemudian bertambah banyak
orang dan pengalaman-pengalaman mempengaruhi perilaku anak-anak
(Harlock, 1998).
1. Faktor-Faktor Personal Sosial
Personal sosial prasekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor
perkembangan diantaranya faktor komunikasi ibu dan anak, stimulasi,
lingkungan, status gizi, faktor posisi anak dalam keluarga, status
kesehatan, kelompok teman sebaya (Soetjiningsih, 1995).
Orang tua (ibu) memiliki peranan sangat penting dalam
perkembangan personal sosial anak. Peran orangtua (ibu) yang dimaksud
20
13. adalah usaha langsung terhadap anak melalui komunikasi baik verbal
maupun nonverbal dan peran lain yang penting adalah dalam menciptakan
lingkungan rumah sebagai lingkungan sosial yang pertama dialami oleh
anak. Usaha langsung orangtua adalah dengan berkomunikasi dan
interaksi disetiap kesempatan yang ada dalam kehidupan sehari-hari
(Suherman, 2000).
Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan
luar individu (Soetjiningsih, 1995). Anak yang lebih banyak mendapatkan
stimulasi cenderung lebih cepat berkembanga. Stimulasi juga berfungsi
sebagai penguat(reinforcement). Memberikan stimlasi yang berulang dan
terus menerus pada setiap aspek perkembangan anak berarti telah
memberikan kesempatan paa anak untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal (Suherman, 2000).
Lingkungan memiliki peranan yang penting bagi perkembangan
personal sosial anak. Faktor ini melipuati musim, iklim, kehidupan sehari-
hari, dan status sosial ekonomi. Lingkungan yang kondusif akan
menciptakan keadaan yang aman dan nyaman bagi anak untuk
mengeksplorasi perilaku sosialnya. (Perry & Potter, 2005).
Setiowati (2006) mengemukakan bahwa anak yang memiliki
keadaan kekurangan gizi cenderung terganggu dalam perkembangan
personal sosialnya. Gizi merupakan sumber utama yang dibutuhkan anak
untuk mendukung aktivitas yang optimal sehingga keadaan gizi yang
21
14. sempurna akan memberikan kesempatan lebih besar bagi anak untuk
melakukan aktivitas dengan lingkungannya (Hidayat, 2006).
Faktor posisi anak dalam keluarga mempengaruhi perkembangan
personal sosial anak. Anak posisi pertama lebih cenderung menonjol pada
kemampuan kognitif akan tetapi cenderung terhambat pada
perkembangan motorik dan personal sosialnya. Hal ini dikarenakan
orangtua belum beradaptasi secara maksimal terhadap aspek-aspek
perkembangan anak. Disisi lain anak tidak mendapat stimulasi yang biasa
dilakukan saudara kandungnya. Tapi kecenderungan tersebut bergantung
pada keluarga (Hidayat, 2006).
Anak yang dalam keadaan sakit akan terganggu dalam proses
tumbuh kembangnya. Anak dengan sindrom down akan bermasalah
dengan kemampuan personal sosialnya. Anak dengan kondisi tubuh yang
sehat, percepatan untuk tmbuh kembangan sangat mudah. Namun
sebaliknya, apabila kondisi status kesehatan kurang baik akan terjadi
perlambatan (Nursalam, 2005).
Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan
teman sebaya. Tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk
memantau dengan siapa anak tersebut bergaul. Teman-teman sebaya
adalah dunia anak untuk bermain sehingga kemampuan dalam
pemenuhan kebutuhan pribadi dan perilaku sosial dapat terstimulasi
dengan optimal (Soetjiningsih, 1995).
22
15. 2. Parameter Personal sosial
Menurut Hidayat (2005) ada 4 (empat) aspek perkembangan yang
menjadi perhatian dalam tahap tumbuh kembang anak. Perkembangan
tersebut meliputi perkembangan motorik kasar, motorik halus,
perkembangan bahasa, dan perkembangan personal sosial.
Perkembangan personal sosial, anak dapat bermain dengan
permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan
sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan
terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga (Nursalam, 2005)
Perkembangan personal sosial memiliki parameter dalam tingkat
perkembangannya diantaranya : (1) menatap muka, (2) membalas
senyum pemeriksa, (3) tersenyum spontan, (4) mengamati tangannya, (5)
berusaha mencapai uraian, (6) makan sendiri, (7) tepuk tangan, (8)
menyatakan keinginan, (9) dag-dag dengan tangan, (10) main bola
dengan pemeriksa, (11) memainkan kegiatan, (12) minum dari cangkir,
(13) membantu dirumah, (14) menggunakan sendok atau garpu, (15)
membuka pakaian, (16) menyuapi boneka, (16) memakai baju, (17)
gosok gigi tanpa bantuan, (18) memakai t Shirt, (19) berpakaian tanpa
bantuan, (20) bermain ular tangga atau kartu (Soetjiningsih, 1995).
3. Stimulasi Perkembangan Personal Sosial
Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada anak adalah untuk
membantu anak mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Stimulasi dilakukan oleh orang tua (keluarga)
23
16. setiap ada kesempatan atau dalam kehidupan sehari-hari. Stimulasi
disesuaikan dengan umur dan prinsip stimulasi. Tindakan pemberian
stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan untkapan
rasa kasih sayang, berimain dengan anak,dan berbahagia bersama.
Stimulasi dilakukan bertahap dan berkelanjutan. Stimulasi yang
diperlukan untuk perkembangan personal sosial sebagai berikut:
D. Memberi kesempatan pada anak untuk mencoba melepas pakaian
sendiri.
E. Melatih anak agar mau ditinggal untuk sementara waktu.
F. melatih anak mencuci tangan dan kaki serta mengeringkan sendiri.
G. Melatih anak untuk mengenal sopan santun, berterima kasih, mencium
tangan dan lain-lain.
H. Melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ketetangga.
I. Melatih anak untuk bercakap-cakap, bergaul dengan teman sebaya.
4. Personal Sosial Anak Prasekolah
Dunia anak prasekolah meluas di luar keluarga ke dalam
lingkungan tetangga dimana anak-anak bertemu dengan anak-anak lain
dan orang dewasa. Keingintahuan mereka dan inisiatif yang berkembang
mengarah pada eksplorasi aktif terhadap lingkungan, dan perkembangan
keterampilan baru dan membuat taman baru. Anak prasekolah memiliki
kelebihan energi yang memungkinkan mereka untuk merencanakan dan
mencoba banyak kegiatan yang mungkin berada diluar kemampuan
24
17. mereka, seperti menuangkan susu dari tempatnya ke dalam mangkuk
sereal (Perry & Potter, 2005).
Rasa bersalah muncul dalam diri anak-anak pada saat mereka
berada diluar batasan kemampuan mereka dan merasa mereka tidak
berperilaku dengan benar. Erickson (1963) memberi rekomendasi bahwa
orang tua membantu anak-anak mereka mencapai keseimbangan
kesehatan antara inisiatif dan rasa bersalah dengan membiarkan mereka
melakukan hal-hal pada diri mereka sendiri sementara itu menetapkan
batasan yang tegas (Wong, 2000).
Permaianan anak prasekolah menjadi lebih sosial setelah mereka
berusia tiga tahun pada saat permainan tersebut berganti dari bermain
paralel ke bermain asosiatif. Kebanyakan anak usia 3 tahun bisa bermain
dengan satu anak yang lain dalam perilaku kerjasama dimana mereka
membuat sesuatu atau bermain peran seperti ibu dan anak. Pada usia
empat tahun, anak bermain dalam kelompok yang berisikan dua atau tiga
orang dan pada usia 5 tahun kelompok memiliki pemimpin sementara
untuk setiap kegiatan (Perry & Potter, 2005)
Dalam banyak aktivitas bermain, anak prasekolah memperlihatkan
kewaspadaan terhadap bentuk sosial. Anak memiliki kemampuan untuk
bermain secara sederhana, menangis bila dimarahi, membuat permintaan
sederhana dengan gaya tubuhnya, menunjukkan peningkatan kecemasan
terhadap perpisahan , dan mengenali anggota keluarga. Anak-anak sering
meniru atau mengulangi pengalaman sosial. Anak pada usia ini
25
18. mendapatkan bahasa dan perluasan hubungan sosial, belajar standar
peran, meningkatkan kontrol diri dan penguasaan, kemandirian, dan mulai
mengembangkan konsep diri (Hidayat, 2006).
D. Komunikasi Ibu
Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung, mandiri dan saling
terkait dengan orang lain di lingkungannya (keluarga). Untuk menciptakan
hubungan atau interaksi dengan lingkungannya, manusia membutuhkan
komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal (Monica, 1998).
Ibu adalah individu pertama yang berkomunikasi dengan bayi atau anak
yang dikandungnya (Latipun, 2002). Ibu dalam keluarga tidak hanya berperan
sebagai istri, teman hidup dan pasangan seksual bagi suami, tetapi bersama-
sama degan suami sebagai pengatur keluarga, pendidik anak-anaknya dan
sebagai makhluk sosial yang berperan aktif dalam lingkungan sosial. Ibu
merupakan guru pertama bagi anak.
Komunikasi merupakan suatu proses tukar menukar perasaan,
keinginan, kebutuhan dan pendapat (Arwani, 2002). Sedangkan menurut
William Ablig (dalam Purwanto, 1994) mendefinisikan komunikasi sebagai
proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung pengertian antar
individu.
Davis (1981) memberikan definisi tentang komunikasi sebagai
pemindahan informasi atau pengertian dari satu orang ke orang lain. Galvin
dan Brommel (1986) mendefinisikan komunikasi keluarga sebagai suatu
26
19. proses simbolik, transaksional untuk menciptakan dan mengungkapkan
pengertian dalam keluarga.
Keluarga sebagai bentuk penyatuan dua individu atau lebih memiliki
tujuan yang sama. Untuk mencapai hal itu dibutuhkan interaksi yang kondusif
melalui komunikasi yang efektif dalam keluarga (ibu dan anak).
1. Komponen Dalam Komunikasi
Gates (1999) dalam bukunya komunikasi interpersonal dalam
keperawatan membagi komponen komunikasi kedalam empat komponen
yaitu pengirim, pesan, penerima dan umpan balik.
Sementara Friedman (1987) membagi kedalam empat komponen:
pengirim, saluran, penerima, dan umpan balik. Sedangkan Potter & Perry
(1987) membagi komponen komunikasi menjadi enam kategori yaitu
referent, sender, message, receiver, channel, dan feedback. Referent
diartikan sebagai faktor yang mempengaruhi individu berkomunikasi
dengan orang lain. Hal ini bisa berbentuk objek atau benda tertentu,
pengalaman, emosi dan ide (Arwani, 2002).
2. Proses Komunikasi
Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Komunikator
1). Mengembangkan ide atau pikiran yang ingin disampaikan.
2). Mengkode ide atau pikiran dalam bentuk lambang verbal atau
nonverbal.
27
20. 3). Menyampaikan pesan melalui saluran komunikasi dan
menggunakan metode tertentu.
4). Menunggu umpan balik dari komunikan untuk mengetahui
keberhasilan komunikasi.
b. Komunikan
1) Menerima lambang-lambang yang disampaikan oleh
komunikator.
2) Membaca atau menyandi lambang verbal atau nonverbal yang
disampaikan oleh komunikator.
3) Menggunakan pesan yang telah disampaikan.
4) Memberikan umpan balik kepada komunikator (Purwanto, 1994)
3. Pola Komunikasi ibu dan anak
Komunikasi dalam keluarga (ibu dan anak) dibagi menjadi dua
yaitu verbal dan nonverbal. Kegiatan komunikasi verbal berbentuk
bahasa baik antar ibu dan anak maupun komunikasi dalam kelompok
(keluarga) sebagai alat untuk menyampaikan pesan atau perasaan.
Sedangkan komunikasi nonverbal biasa terbaca dari isyarat, gerak-
gerik, perilaku, gambar, lambang, dan sebagainya untuk menyampaikan
pesan maupun keinginan.
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan teliti dan afektif
dalam sebuah keluarga (ibu dan anak) adalah penting, hal ini karena
komunikasi merupakan bagian yang integral dalam kehidupan sehari-
hari keluarga. Komunikasi berfungsi dalam penyelesaian keluarga
28
21. terhadap fungsinya untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan anggota
keluarga (Clemen, 1998).
Kozier (2004) dalam bukunya Fundamental of nursing
mengungkapkan bahwa dalam keluarga terdapat dua bentuk pola
komunikasi, yakni komunikasi yang disampaikan melalui lisan dan
komunikasi yang disampaikan melalui bahasa tubuh baik disadari atau
tidak oleh anggota keluarga.
Menurut friedman (1998) komunikasi dalam keluarga (ibu dan
anak) dibagi menjadi dua, yaitu :
3. Komunikasi fungsional
Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci bagi sebuah
keluarga yang berhasil dan sehat, transmisi langsung dan
penyambutan terhadap pesan, komunikasi yang efektif adalah
mencocokkan arti, mencapai konsistensi dan mencapai kesesuaian
antara pesan yang diterima dan diharapkan. Komunikasi fungsional
dibagi menjadi dua yaitu:
1) Pengirim fungsional
Sarif (1967) dalam Friedman menyatakan bahwa pengirim yang
berkomunikasi dalam suatu acara fungsional dapat; (1) Secara
tegas menyatakan masalah atau kasusnya. (2) Pada saat yang
sama ia menjelaskan dan mengubah apa yang ia katakan,
misalnya :adik, nanti kalau main sama temen jangan rebutan
mainan ya biar temannya banyak. (3) Dan meminta umpan
29
22. balik. (4) Bersikap menerima umpan balik ketika ia
mendapatkannya
2) Penerima fungsional
Orang yang menerima pesan harus mampu membuat kajian
yang akurat terhadap maksud dari pesan. Penerima memahami
dan memberikan respons kepada pengirim pesan secara lebih
penuh. Penerima fungsional paling tidak dapat mendengar,
umpan balik dan validasi akan pesen yang diterima.
4. Komunikasi disfungsional
Komunikasi disfungsional dapat didefinisikan sebagai
pengirim dan penerima isi dan instruksi dari pesan yang tidak jelas/
tidak langsung dan atau ketidaksepadanan antara tingkat isi dan
perintah dari pesan. Komunikasi disfungsional dibagi menjadi dua
yiatu :
1) Pengirim disfungsional
Komunikasi dari seorang pengirim yang disfungsional seingkali
tidak efektif. Komunikasi dari seorang pengirim yang
disfungsional bersifat defensif secara pasif maupun aktif,
seringkali menghapuskan kemungkinan untuk mencari umpan
balik yang jelas. Komunikasi yang tidak jelas pada pengirim
terdiri dari lima kategori ”Asumsi-asumsi, ungkapan perasaan
yang tidak jelas, ekspresi yang menghakimi, ketidakmampuan
30
23. mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan, komunikasi yang tidak
cocok”
2) Penerima disfungsional
Jika penerimanya tidak berfungsi maka akan terjadi kegagalan
komunikasi karena pesan tidak diterima sebagaimana yang
diharapkan, penerima gagal dalam mendengar, memberi respon
yang tidak sepenuh hati, gagal menggali pesan-pesan pengirim
dan gagal memvalidasi pesan yang diterima.
E. Komunikasi Pada Anak Usia Prasekolah
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan nada suara, bicara lambat tidak terburu-buru, jika tidak dijawab
harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap
mendesak terhadap anak, berilah waktu kepada anak untuk merasa nyaman,
memberikan kesempatan kepada anak untuk menyatakan perhatian atau
ketakutan mereka (Wong, 2000)
Kita dapat memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak
mudah diajak komunikasi dan mengurangi rasa tidak nyaman, mengatur jarak
interaksi dengan anak. Gunakan berbagai teknik komunikasi, seperti salaman
dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas (Dewit ,
2001)
Komunikasi dengan anak membutuhkan sikap tertentu sehingga anak
dapat menerima kehadiran kita.
31
24. 1. Sikap berhadapan
Berhadapan merupakan bentuk sikap dimana seseorang langsung bertatap
muka atau berhadapan langsung dengan anak (seseorang yang diajak
komunikasi), sikap ini mempunyai arti bahwa komunikator siap untuk
berkomunikasi.
2. Sikap mempertahankan kontak.
Mempertahankan kontak mata merupakan kegiatan yang bertujuan
menghargai anak dan mengatakan adanya keinginan untuk tetap
berkomunikasi dengan cara selalu memperhatikan apa yang
diinformasikan atau disampaikan dengan tidak melakukan kegiatan yang
dapat mengalihkan perhatian dengan lainnya.
3. Sikap terbuka
Sikap ini merupakan bentuk sikap dengan memberikan posisi kaki tidak
melipat. Tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi yang
dilakukan selama dalam proses komunikasi, sehingga proses keterbukaan
diri dalam komunikasi dapat dilaksanakan.
4. Sikap tetap relaks
Merupakan sikap yang menunjukkan adanya keseimbangan antara
ketegangan dan relaksasi dalam memberi respons pada anak selama
komunikasi. Sikap ini sangat diperlukan sehingga saling memberikan
berbagai informasi yang diharapkan tanpa adanya sebuah paksaan
(Hidayat, 2008)
32
25. Dari pemaparan diatas dapat diketahui indikator pengukuran
keberhasilan komunikasi yaitu intensitas komunikasi, bentuk komunikasi dan
kualitas komunikasi.
33
26. F. KERANGKA TEORI
Gambar. 1. Skema Landasan Teori modifikasi dari :
(Perry & potter, 2005 ; Wong, 2000)
Komunikasi ibu dan
anak
Stimulasi
Lingkungan
Teman sebaya
Posisi anak dalam
keluarga
Status kesehatan
Gizi anak
Keturuanan
Perkembangan Personal
Sosial Anak Usia
Prasekolah
Usia anak
Pola Asuh orang tua
34
27. G. KERANGKA KONSEP
Berdasarkan uraian kerangka toeri tersebut dapat ditarik kerangka konsep
berikut :
H. VARIABEL PENELITIAN
Area yang diteliti sebagai berikut :
1. Variable Terikat (Dependent)
Dalam penelitian ini sebagai variabel terikat adalah perkembangan
personal sosial anak usia prasekolah
2. Variable Bebas (Independent)
Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas adalah komunikasi ibu.
I. HIPOTESIS
Rumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ha = “ada
hubungan antara komunikasi dalam keluarga (ibu dan anak) dengan
perkembangan personal sosial anak usia prasekolah”.
Komunikasi ibu dan
anak
Perkembangan personal
social anak usia
prasekolah (TK)
Gambar. 2. Skema Kerangka Konsep penelitian
35