3. Identitas
Nama : Ny.P
Usia : 57 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Sudah menikah
Alamat : Matah Singodutan
No. RM : 1100XXXX
Tanggal Periksa : 7 Februari 2023
5. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke BP Puskesmas Selogiri dengan keluhan benjolan di kaki kanan
sejak 1 hari yang lalu, benjolan terasa perih dan panas. Awalnya keluhan ini terjadi
karena kaki pasien terkena air panas saat pasien hendak menuang air panas untuk
membuat teh. Keluhan diawali dengan kemeraha disertai rasa nyeri di area yang
terkena air panas. Setelah beberapa saat kulit menjadi ada benjolan yang berisi air.
Benjolan dan nyeri dirasakan terus menerus. Nyeri terasa bertambah ketika
disentuh dan tidak ada kondisi tertentu yang membuat nyerinya berkurang. Pasien
tidak mencoba untuk memecahkan benjolan maupun mengolesi apapun.. Sekarang
pasien mengatakan bahwa pada kakinya nyerinya berkurang namun benjolan
masih ada. Keluhan kesemutan disangkal. Pasien masih dapat menggerakan
kakinya dan terasa apabila di sentuh di pangkal kaki
8. Riwayat Kebiasaan dan Sosial Ekonomi
Pasien mengaku sering jarang menggunakan alas kaki saat di rumah. Pasien
memiliki kebiasaan sering tanpa alas kaki dan kurang menjaga kebersihan kaki..
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang datang melakukan pemeriksaan
dengan menggunakan BPJS.
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : GCS E4V5M6 compos mentis, kesan sakit ringan
Vital sign :
Tekanan darah : 120/85mmHg
Heart rate : 85 x/menit
Respiration rate : 18 x/menit
Suhu : 36,7C
VAS : 3
Berat Badan : 50 kg
11. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat
angkat
Perkusi : Konfigurasi jantung
kesan melebar (batas bawah kiri)
Auskultasi : Bunyi jantung I dan
II intenitas normal, reguler, bising (-)
Simetris, trakea di
tengah, JVP tidak
meningkat, kelenjar
getah bening tidak
membesar, nyeri tekan
(-), benjolan (-)
Inspeksi : Dinding perut sejajar
dengan dinding dada Auskultasi
: Peristaltik (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-),
hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Tympani, pekak beralih
(-)
Inspeksi : Pengembangan dada
kanan= kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan=kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : SDV (+/+), suara
tambahan (-/-), wheezing (-/-), RBK (-/-),
RBH (-/-)
Ekstrmitas : CRT <2 detik, oedem (-/-),
akral dingin (-/-), pucat (-)
12. Status Dermatovenerologis
Regio Cruralis Anterior dan Dorsum pedis dextra tampak bula multipel
Regio cruralis anterior dextra tampak bula 3x3x3 cm: combustio grade II A 4%
Regio dorsum pedis dextra tampak bula multiple 2x2x2 cm dan 3,5x3x3 cm :
combustion grade II A 1,5%
13. Pemeriksaan Penunjang
Pewarnaan dengan KOH 10% : tidak dilakukan
Pemeriksaan Patch test : tidak dilakukan
Pemeriksaan Histopatologi : tidak dilakukan
15. TataLaksana
Non Medikamentosa
Drainase bula
Dressing luka dengan kassa steril
Edukasi pasien terkait penyakit, pengobatan, prognosis, dan rekurensi.
Jaga kebersihan kaki.
Tidak boleh menggaruk atau memberikan sesuatu di area luka
17. Analisis Kasus
Tata laksana
benjolan di kaki kanan sejak 1 hari yang
lalu, benjolan terasa perih dan panas
kaki pasien terkena air panas saat
pasien hendak menuang air panas
untuk membuat teh.
Keluhan diawali dengan kemeraha
disertai rasa nyeri di area yang terkena
air panas. Setelah beberapa saat kulit
menjadi ada benjolan yang berisi air.
Benjolan dan nyeri dirasakan terus
menerus.
Pemeriksaan Fisik
Regio Cruralis Anterior dan Dorsum
pedis tampak bula multipel
Regio cruralis anterior dextra :
combustio grade II A 4%
Regio dorsum pedis dextra :
combustion grade II A 1,5%
18. Analisis Kasus
Tata laksana
Drainase bula
Dressing luka dengan kassa
steril
Tata laksana
Ciprofloksasin 500 mg tab 3x1
Asam Mefenamat 500 mg tab 3x1
Kloramfenikol salep kulit 2x1
19. Analisis Kasus Anamnesis
Anamnesis
benjolan di kaki kanan sejak 1 hari yang
lalu, benjolan terasa perih dan panas
kaki pasien terkena air panas saat
pasien hendak menuang air panas
untuk membuat teh.
Keluhan diawali dengan kemeraha
disertai rasa nyeri di area yang terkena
air panas. Setelah beberapa saat kulit
menjadi ada benjolan yang berisi air.
Benjolan dan nyeri dirasakan terus
menerus.
20. Analisis Kasus Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Regio Cruralis Anterior dan Dorsum
pedis tampak bula multipel
Regio cruralis anterior dextra tampak
bula 3x3x3 cm: combustio grade II A
4%
Regio dorsum pedis dextra tampak
bula multiple 2x2x2 cm dan 3,5x3x3
cm : combustion grade II A 1,5%
25. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka
bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua
sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler (Rahayuningsih, 2012)
Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindungi kita dari kotoran dan
infeksi. Jika banyak permukaan tubuh terbakar, hal ini bisa mengancam jiwa karena
terjadi kerusakan pembuluh darah ketidak-seimbangan elektrolit dan suhu tubuh,
gangguan pernafasan serta fungsi saraf (Adibah dan Winasis, 2014).
26. Etiologi
Luka bakar Termal
Luka bakar Kimia
Luka bakar elektrik
Luka bakar radiasi
31. Proses Penyembuhan Luka
1. Fase inflamasi
Fase terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar. Pada fase ini terjadi perubahan
vascular dan proliferase seluler.Daerah luka mengalamiagregasi trombosit dan
mengeluarkar serotonin serta mulai timbul epitalisasi.
2. Fase Fibi Oblastik
Fase yang dimulai pada hari ke 4 sampai 20 pasca luka bakar Pada fase ini timbul abrobast
yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis sebagai jaringan granulasi yang
berwarna kemerahan.
3. Fase Maturasi
Proses pematangan kolagen dan terjadi penurunan aktivitas seluler dan vaskuler. Hasil ini
berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari satu tahun dan berakhir jika sudah tidak ada
tanda-tanda inflamasi untuk akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat,
tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.
35. Tatalaksana
Langkah 1 : Penilaian awal dan resusitasi
Airway.
Tanyakan nama pasien, dengarkan adakah suara serak, ada
menandakan adanya luka bakar pada saluran napas atas
Berikan oksigen 100%. Waspadai keracunan CO. angka
saturasi keracunan CO tinggi. Periksa gas darah bila perlu.
Wheezing, takipnea, stridor, dan suara serak curiga ada
sumbatan jalan napas akibat trauma inhalasi atau edema
Pasien kesulitan/tidak bisa napas tanda2 obstruksi bebas
kan jalan napas. Bersihkan saluran napas atas : cross finger,
suction, intubasi.
Luka bakar inhalasi, total burn surface area > 30%, luka bakar
mengenasi wajah/leher/torso risiko obstruksi/sumbatan jalan
napas meningkat.
36. Tatalaksana
Breathing.
Gangguan bernapas dapat disebabkan oleh trauma
inhalasi asap, luka bakar dalam circumferential dada
atau abdomen, atau diakibatkan cedera dada lainnya.
Singkirkan keracunan CO jauhkan penderita dari
sumber, berikan oksigen 100%.
Bantu usaha ventilasi dengan intubasi, pembersihan
jalan napas, bila perlu bronkospoi untuk
membersihkan sekret yang kental.
Pertimbangan eskarotomi setelah pasien distabilkan.
37. Tatalaksana
Circulation
Peroleh akses intravena untuk memberikan cairan resusitasi.
Pilih tempat yang tidak terkena luka bakar.
Area terbakar boleh dijadikan sumber akses.
Usahakan mendapatkan akses sentral bila memungkinkan.
Pada keadaan syok target output urin 0,5cc/kg/BB (dewasa),
1cc/kg/BB (anak)
Pilihan pertama kristaloid, ex : ringer laktat.
Formula utama : baxter/parkland.
Kebutuhan cairan : 4cc/kg/% Luas area luka bakar
Setengah kebutuhan diberikan dalam 8 jam awal.
Sisanya dalam 16 jam, berikan secara tidak mendadak.
Ketika target tercapai (kira kira 24 jam), ubah cairan menjadi D5 atau
Normal saline dengan 20mEq KCl.
38.
39. Tatalaksana
Manajemen komplikasi
Usahakan pencegahan komplikasi lanjut untuk mendapatkan
prognosis yang baik.
Komplikasi yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut,
edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan
kontraktur.
Prognosis
Bergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar, dan
penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan
penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien.