4. Anatomi
Sistem
Pendengaran
(Telinga Luar)
Nama Organ Fungsi
Daun Telinga (pinna) Mengumpulkan gelombang suara
dan menyalurkannya ke saluran
telinga
Saluran Telinga (canalis
auditorius externa)
Menangkap suara dan melindungi
gendang telinga.
Gendang Telinga (membrane
timpani)
Sebagai lapisan pelindung
terdepan untuk menjaga telinga
tengah dari paparan bakteri,
debu, atau benda asing lainnya.
5. Anatomi
Sistem
Pendengaran
(Telinga Tengah)
Nama Organ Fungsi
Palu (maleus) Menghantarkan getaran suara
ke tulang landasan.
Landasan (incus) Mentransmisikan getaran suara
dari tulang martil ke tulang
sanggurdi.
Sangggurdi (stapes) Menerima getaran suara
dari tulang landasan dan
diantar ke membran di telinga
dalam melalui tingkap oval.
Tuba Eustachius Menghubungkan telinga tengah
dengan rongga nasofaring.
Fungsi utama yaitu proteksi,
aerasi dan drainase.
6. Nama Organ Fungsi
Koklea (rumah siput) Merubah energi/gelombang
suara menjadi impuls listrik dan
meneruskannya melalui saraf
pendengaran ke otak.
Saluran Semisirkuler Menjaga keseimbangan tubuh
Saluran Vestibular Penghubung antara koklea dan
saluran semisirkular. Bersama
saluran semisirkular, bagian ini
juga berperan dalam menjaga
keseimbangan tubuh.
Anatomi
Sistem
Pendengaran
(Telinga Dalam)
9. Definisi dan Etiologi OMSK
Otitis Media Supurasi Kronik (OMSK) adalah penyakit peradangan kronis di telinga
tengah yang ditandai adanya perforasi membran timpani, dengan/tanpa otorea
persisten. (Kemenkes, 2018)
Penyebab infeksi OMSK dapat berupa bakteri maupun jamur. Bakteri penyebab
yang sering ditemukan pada pasien dengan OMSK berdasarkan suatu review dari
berbagai penelitian yaitu Pseudomonas aeruginosa (22-44%), Staphylococcus
aureus (17-37%), Klebsiella pneumoniae (4-7%), Proteus mirabilis (3-20%),
Eschericia coli (1-21%) dan Proteus vulgaris (0,9-3%). Bakteri anaerob juga dapat
menjadi penyebab, seperti Bacteroides sp. (4–8%), Clostridium sp.(3–6%),
Prevotella sp.(1–3%) dan Fusobacterium nucleatum (3-4%). Jamur yang kerap
ditemukan yaitu Aspergilus sp. (3-20%) dan Candida albicans (0,9-23%).
(Kemenkes, 2018)
10. Epidemiologi
OMSK
OMSK dengan komplikasi menyebabkan
28.000 kematian di dunia pada tahun 1990,
yang sebagian besar terjadi pada negara
berkembang. (Kemenkes, 2018)
Data lain menyebutkan bahwa sejak
Januari – Desember 2018 di poliklinik THT
RSCM terdapat 783 pasien OMSK tipe aman
dan 601 pasien tipe bahaya. Jumlah
prosedur operasi yang dilakukan dalam
jangka waktu yang sama adalah 81 operasi.
(Kemenkes, 2018)
Hasil penelitian menyatakan bahwa angka
prevalensi OMSK menurun dari 9% menjadi
5.1% setelah memperoleh tatalaksana
antibiotik spektrum luas dan operasi
eksplorasi mastoid (p<0.001). (Kemenkes,
2018)
11. Tipe- tipe OMSK
OMSK tipe tubotimpani OMSK tipe atikoantral
Pada OMSK tipe tubotimpani, perforasi
membran timpani terjadi di bagian
sentral. Tipe ini disebut juga dengan
tipe aman karena tidak berisiko
mengalami komplikasi yang lebih
serius.
Perforasi pada OMSK tipe atikoantral
terjadi di bagian atik atau marginal.
OMSK ini disebut juga sebagai OMSK
tipe bahaya karena sering berhubungan
dengan proses kerusakan tulang akibat
kolesteatoma, granulasi, atau osteitis
sehingga meningkatkan angka
komplikasi.
12. Faktor Risiko Terjadinya OMSK
(Pada anamnesis, pasien memiliki riwayat rhinitis alergi)
Lingkungan
Genetik
Riwayat ISPA
sebelumnya
Rhinitis Alergi
Gangguan Tuba
13. Tanda dan Gejala OMSK
Sekret telinga yang keluar
hilang timbul maupun terus
menerus selama minimal 2-
6 minggu.
Penurunan pendengaran
Rasa penuh di telinga
Tinitus
Demam tinggi
Vertigo
Fotofobia
Bengkak di belakang telinga
Otalgia
17. Identitas
Pasien
dan
Keluarga
Identitas Pasien
Nama: An. HS
Usia: 16 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin: Perempuan
NRM: 307-04-85
Tempat tanggal lahir:
Jakarta, 21 Maret 2007
Tanggal masuk: 05 April
2023 Pukul 11.06 WIB
Diagnosa: Krisis adrenal
pada pasien congenital
adrenal hiperplasia salt
losing
Tanggal pengkajian saat di
IGD Lt.3 : 06 April 2023
Identitas orang tua
Nama Ayah: Bpk. B
Nama Ibu: Ibu M
Pendidikan Ayah: SMA
Pendidikan Ibu: SMA
Pekerjaan Ayah: Swasta
Pekerjaan Ibu: IRT
Alamat: Tebet, Jakarta
Selatan
Agama: Islam
Suku: Betawi
18. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluhan Utama :
Pasien dating dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS denga suhu puncak 39⁰C. Nyeri pada bagian belakang
telinga sebelah kanan. Nyeri dirasakan hilang timbul seperti ditusuk- tusuk dengan durasi lebih dari 10 menit dan
hilang dengan meminum obat dan istirahat. Kemerahan pada telinga kanan. Terdapat cairan pada telinga kanan
sejak 3 hari SMRS. Pasien mengalami penurunan pendengaran sejak 3 hari SMRS.
Kondisi saat datang :
Kesadaran compos mentis
Tekanan darah 85/45 mmHg
Nadi 130 kali/menit
Pernafasan 25 kali/menit
Suhu 38⁰C
Saturasi Oksigen 98%
Nyeri VAS 3
19. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit sebelumnya: CAH tipe Saltlosing
Riwayat kehamilan ibu: Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.
Lahir cukup bulan dengan usia gestasi 36 minggu melalui proses per vaginam.
Riwayat kelahiran: BBL 3000 gram, PBL 50cm.
Riwayat imunisasi: Pasien sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
20. Lanjutan…
Riwayat gizi: Sejak lahir pasien mengkonsumsi ASI eklusif. ASI sampai usia 2
tahun.
Riwayat kesehatan keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang memiliki
Riwayat penyakit serupa.
Riwayat alergi: Tidak ada
Latar belakang keluarga (lingkungan dan ekonomi): Lingkungan rumah
bukan daerah yang padat penduduk.
21. Pengkajian Fisik
Pengkajian Primer Awal Masuk IGD
Airway : Clear, paten.
Breathing: RR 25 kali per menit, SpO2 98% udara ruang, tidak ada retraksi/napas cuping hidung.
Circulation : Nadi: 130 kali per menit, nadi teraba kuat takikardi, akral
hangat, dan tidak tampak pucat, CRT < 2 detik, turgor kulit baik, tidak
tampak sianosis.
Disability : kesadaran alert, GCS E4 M6 V5, pupil bulat isokor diameter
2mm/2mm.
Exposure: tidak tampak petechie atau purpura
22. Pengkajian Fisik
Pengkajian Sekunder Awal Masuk IGD
S (sign and symptom) : 3 hari SMRS pasien mengalami demam dan nyeri
telinga serta keluar cairan dari telinga kanan.
A ( allergies) : tidak ada alergi obat dan makanan.
M (medication) : Metilprednisolone
P (past illness) : Hiperplasia Akut Kongenital Tipe Kehilangan Garam
L ( last meal) : Makan biasa
E (event leading) : Demam
23. Pengkajian Fisik
Pengkajian Head to Toe Saat di IGD lt. 3
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Mulut : tidak ada sianosis, mukosa bibir lembab
Thorax: simetris, retraksi tidak ada
Abdomen: supel, bising usus positif, tidak ada organomegali, striae ada.
Ekstremitas: warna kulit normal, akral hangat, CRT < 2 detik
Genitalia : tidak ada kehitaman
Tanda-tanda vital: TD 97/65mmHg, Nadi 110 kali/menit, Nafas 20 kali/menit,
Suhu 37,9⁰C, Saturasi Oksigen 99%.
PEWS : 3 (Kuning)
BB: 48 kg TB: 153 cm
25. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan DPL tanggal 05 April 2023
Hb 14,3
Ht 40,4
Trombosit 302.000
Leukosit 14.810
HJ 0,1/0,0/70,7/12,7/16,5
GDS 101
Na/K/Cl 128/4,5/99
CRP 31,2
Pemerikasaan Urine tanggal 05 April 2023
Warna : kuning/keruh/
leukosit : 3-5
eritrosit : 2-4
silinder : negatif
kristal : negatif
bakteri : positif
pH: 6,0
albumin : +1
glukosa dan keton : negatif
darah/hb : +1
LEA/nitrit : negatif
26. Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan Gizi
Berat badan (BB): 48kg
Tinggi badan (TB): 151cm
Strongkids: 0 (Risiko ringan malnutrisi)
Diberikan diet TKTP 2100kkal via oral berupa makanan biasa dalam bentuk nasi lauk pauk.
Frekuensi 3x makanan utama dan 2x selingan.
Total energi: 2100kkal
Pengkajian Psikososial
Dalam keluarga tidak ada kebiasaan atau adat khusus.
27. Terapi
Medikasi
Terapi Golongan Fungsi
Fartison Kortikosteroid Memiliki kandungan
hydrocortisone yang
berfungsi antara lain sebagai
terapi pengobatan endokrin,
rematik, gangguan kulit,
alergi, gangguan
hematologi,penyakit terkait
system pernafasan, edema,
dan TB meningitis.
Ceftriaxone Antibiotik Cefalosporin Mengobati infeksi yang
terjadi akibat bakteri. Infeksi
bakteri di bagian tubuh
seperti paru-paru,telinga,
kulit, saluran kemih, darah,
dan peradangan selaput otak
dan sumsum tulang belakang
Paracetamol Analgesik, antipiretik Meredakan nyeri ringan,
akut, nyeri ringan hingga
sedang, demam.
28. Analisa Data
Data Masalah
Data Subjektif : Mengeluh demam
sejak 3 hari
Data Objektif : Suhu 38⁰C, Nadi 130
kali/menit
Hipertermia
Data Subjektif : Nyeri telinga dan
keluar cairan dari dalam telinga
kanan. Nyeri dirasakan hilang timbul
seperti ditusuk dan ditekan dengan
durasi lebih dari 10 menit.
Data Objektif : Nyeri VAS 3, Nadi 130
kal/menit
Nyeri Akut
Data Subjektif : Keluar cairan dari
telinga kanan (keluhan demam)
Data Objektif : Tampak kemerahan
pada area telinga kanan. Suhu 38⁰ C.
Leukosit 14.810, CRP 31,2.
Risiko infeksi
29. Rencana
Tindakan
Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
(SDKI)
Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Hipertermia berhubungan
dengan proses penyakit,
ditandai dengan peningkatan
suhu tubuh sejak 3 hari
yang lalu dan suhu 38⁰C.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam, termoregulasi
membaik dengan kriteria
hasil :
- Suhu tubuh membaik
(dalam batas normal)
- Suhu kulit membaik
- Takikardi menurun
1. Manajemen hipertermia
2. Edukasi termoregulasi
Observasi:
1. Identifikasi penyebab
hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor komplikasi
akibat hipertermia
Terapeutik:
1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
cairan elektrolit intravena
jika perlu
30. Rencana
Tindakan
Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
(SDKI)
Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisik (proses
inflamasi) yang ditandai dengan
keluhan nyeri pada telinga kanan
dan peningkatan frekuensi nadi.
Setelah dilakukan Tindakan
keperawatan selama 3x24 jam,
maka tingkat nyeri menurun
dengan kriteria hasil:
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Frekuensi nadi membaik
Manajemen nyeri
Observasi :
1. Mengidentifikasi
lokasi,karakteristik, durasi,
frekuensi, serta intensitas dan
kualitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Monitor efek samping
pemberian analgetik.
Terapeutik:
1. Berikan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1. Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
meredakan nyeri
2. Anjurkaan menggunakan
analgetikk secara tepat
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetic,
jika perlu
31. Rencana
Tindakan
Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
(SDKI)
Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Risiko infeksi berhubungan dengan
proses perjalanan penyakit (kondisi
penggunaan terapi steroid), ditandai
dengan kenaikan suhu tubuh, Suhu
38⁰C, kemerahan pada area telinga,
Leukosit 14.810, CRP 31,2.
Setelah dilakukan Tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, maka
tingkat infeksi menurun dengan kritera
hasil:
Tingkat infeksi menurun
- Kebersihan tangan meningkat
- Kadar sel darah putih membaik
Kontrol infeksi meningkat
- Kemampuan mengidentifikasi
faktor risiko meningkat
- Kemampuan melakuka strategi
control meningkat
- Kemampuan mengubah perilaku
meningkat
Manajemen pencegahan infeksi
Observasi:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
local dan sistemik
Terapeutik:
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan
3. Pertahankan tehnik aseptic pada
pasien
Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan yang
benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Pemantauan tanda vital
Observasi:
1. Monitor TTV
2. Identifikasi penyebab perubahan
TTV
Terapeutik:
1. Atur interval pemantauan sesuai
PEWS
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi:
1. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
32. Implementasi
dan Evaluasi
07 April 2023
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh sejak 3 hari yang lalu dan suhu 38⁰C.
Implementasi Evaluasi
Pukul 14.00 WIB
Manajemen hipertermia
Observasi:
1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Pukul 14.15
Terapeutik:
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
Pukul 18.00
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan elektrolit
intravena jika perlu
S: Ibu mengatakan demam
menurun
O: Kesadaran alert. Suhu
36,2⁰C, nafas 20 kali/menit,
nadi 81 kali/menit, tekanan
darah 100/71mmHg, saturasi
oksigen 99% room air. PEWS
hijau.
A: Hipertermia teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
33. Implementasi
dan Evaluasi
07 April 2023
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (proses inflamasi)
yang ditandai dengan keluhan nyeri pada telinga kanan dan peningkatan
frekuensi nadi.
Implementasi Evaluasi
Pukul 14.00 WIB
Manajemen nyeri.
Observasi:
1. Mengidentifikasi lokasi,karakteristik, durasi,
frekuensi, serta intensitas dan kualitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Monitor efek samping pemberian analgetik.
Terapeutik:
1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk
meredakan nyeri
2. Anjurkaan menggunakan analgetikk secara
tepat
Pukul 18.00
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian analgetic
S: Pasien mengatakan nyeri pada
telinga kanan hilang timbul. Dirasakan
seperti ditusuk-tusuk dengan lama
waktu lebih 10 menit.
O: Kesadaran alert. Nadi 81
kali/menit, suhu 36,2⁰C, nafas 20
kali/menit, satruasi oksigen 99% room
air, tekanan darah 100/71mmHg. Nyeri
VAS 3. PEWS hijau.
A: Nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
34. Implementasi
dan Evaluasi
07 April 2023
Risiko infeksi berhubungan dengan proses perjalanan penyakit (kondisi
penggunaan terapi steroid), ditandai dengan kenaikan suhu tubuh, Suhu 38⁰C,
kemerahan pada area telinga, Leukosit 14.810, CRP 31,2.
Implementasi Evaluasi
Pukul 14.00 WIB
Manajemen pencegahan infeksi
Observasi:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Terapeutik:
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
3. Pertahankan tehnik aseptic pada pasien
Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Pukul 18.00
Pemantauan tanda vital
Observasi:
1. Monitor TTV
2. Identifikasi penyebab perubahan TTV
Terapeutik:
1. Atur interval pemantauan sesuai PEWS
2. Dokumentasi hasil pemantauan
S: Ibu pasien mengatakan anak demam
hilang timbul, terdapat kemerahan
pada area belakang telinga kanan,
terdapat secret pada telinga kanan
O: Kesadaran alert. Suhu 36,2⁰C, nadi
81 kali/menit, nafas 20 kali/menit,
saturasi oksigen 99% room air, tekanan
darah 100/71mmHg. Tampak
kemerahan pada area belakang telinga
kanan. Terdapat secret pada telinga
kanan.
A: Risiko infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
35. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh sejak 3 hari yang lalu dan suhu 38⁰C.
Implementasi Evaluasi
Pukul 14.00 WIB
Manajemen hipertermia
Observasi:
1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Pukul 14.15
Terapeutik:
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
Pukul 18.00
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan elektrolit
intravena jika perlu
S: Ibu mengatakan demam
menurun
O: Kesadaran alert. Suhu 36⁰C,
nafas 18 kali/menit, nadi 77
kali/menit, tekanan darah
104/72mmHg, saturasi oksigen
98% room air. PEWS hijau.
A: Hipertermia teratasi
P:
Implementasi
dan Evaluasi
08 April 2023
36. Implementasi
dan Evaluasi
08 April 2023
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (proses inflamasi)
yang ditandai dengan keluhan nyeri pada telinga kanan dan peningkatan
frekuensi nadi.
Implementasi Evaluasi
Pukul 14.00 WIB
Manajemen nyeri.
Observasi:
1. Mengidentifikasi lokasi,karakteristik, durasi,
frekuensi, serta intensitas dan kualitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Monitor efek samping pemberian analgetik.
Terapeutik:
1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk
meredakan nyeri
2. Anjurkaan menggunakan analgetikk secara
tepat
Pukul 18.00
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian analgetic
S: Pasien mengatakan nyeri pada
telinga kanan berkurang. Dirasakan
seperti ditusuk-tusuk.
O: Kesadaran alert. Nadi 77
kali/menit, suhu 36⁰C, nafas 18
kali/menit, satruasi oksigen 98% room
air, tekanan darah 104/72mmHg. Nyeri
VAS 1. PEWS hijau.
A: Nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
37. Implementasi
dan Evaluasi
08 April 2023
Risiko infeksi berhubungan dengan proses perjalanan penyakit (kondisi
penggunaan terapi steroid), ditandai dengan kenaikan suhu tubuh, Suhu 38⁰C,
kemerahan pada area telinga, Leukosit 14.810, CRP 31,2.
Implementasi Evaluasi
Pukul 14.00 WIB
Manajemen pencegahan infeksi
Observasi:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Terapeutik:
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
3. Pertahankan tehnik aseptic pada pasien
Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Pukul 18.00
Pemantauan tanda vital
Observasi:
1. Monitor TTV
2. Identifikasi penyebab perubahan TTV
Terapeutik:
1. Atur interval pemantauan sesuai PEWS
2. Dokumentasi hasil pemantauan
S: Ibu pasien mengatakan anak demam
hilang timbul, terdapat kemerahan
pada area belakang telinga kanan,
terdapat secret pada telinga kanan
O: Kesadaran alert. Suhu 36,2⁰C, nadi
81 kali/menit, nafas 20 kali/menit,
saturasi oksigen 99% room air, tekanan
darah 100/71mmHg. Tampak
kemerahan pada area belakang telinga
kanan. Terdapat secret pada telinga
kanan.
A: Risiko infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi