Dokumen tersebut membahas tentang e-learning, yang didefinisikan sebagai kegiatan pembelajaran dan pelatihan menggunakan media elektronik dan teknologi informasi. Dibahas pula jenis, komponen, dan manfaat e-learning serta perkembangannya sejak tahun 1990 hingga saat ini. Learning management system (LMS) dijelaskan sebagai platform untuk mengelola administrasi dan konten e-learning.
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
Tugas sim, sarah farhani, yananto mihadi putra se, msi, pengenalan e learning, 2018
1. E-LEARNING
Elektonic Learning (E-Learning)
MenurutMenurut Effendi danZhuang(2005, p7), mengatakanbahwadefinisi e-learning sendiri
dapat mengacu untuk semua kegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi
informasi.
Menurut Mathis dan Jackson (2006, p344), e-learning diartikan sebagai penggunaan internet
atau intranet organisasi untuk melakukan pelatihan secara online.
Menurut Hussein, dalam jurnal Attitudes of Saudi Universities Faculty Members Towards using
Learning Management System (2012, 43) e-learning merupakan perkembangan penting dalam
mengambil keuntungan dari teknologi komputer dan perangkat lunak serta komunikasi dan informasi
yang berguna dalam memproses belajar mengajar.
Menurut Suteja et al dalam jurnal personalization sistem e-learning berbasis ontology makara
(2010, 193) manfaatperkembangan e-learning telahberhasil mencuri perhatianbanyakpihakbaikdunia
industri maupun dia pendidikan. Dalam dunia industri, kehadiran e-learning telah membantu
peningkatan kompetensi pegawai.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa e-learning adalah kegiatan-kegiatan
pembelajarandanpelatihanmulai dari prosessebelum, selama dan setelah proses belajar/berlatih itu
sendiri menggunakanmediaelektronikdanteknologi informasi melalui internetatauintranetorganisasi.
Sejarah E-Learning
E-learningataupembelajaranelektronikpertamakali diperkenalkanolehuniversitas llionisdi Urbana-
Champaigndenganmenggunakansisteminstruksiberbasis komputer(computerassistedinstruktion)
dan komputerbernamaPLATO.Sejaksaat itu,perkembanganE-Learningberkembangsejalandengan
perkembangandan kemajuanteknologi.BerikutperkembanganE-Learningdari masake masa :
A. Tahun1990 : Pada masa CBT (Computer-BasedTraining)di manamulai bermunculanaplikasiE-
LearningyangberjalandalamPCstandlone ataupun berbentukkemasanCD-ROM.Isi materi dalam
bentuktulisanmaupun multimedia(VideodanAudio) dalamformatmov,mpeg-1,atauavi.
b. Tahun1994 : SeiringdenganditerimanyaCBTolehmasyarakatsejaktahun 1994 CBT muncul dalam
bentukpaket-paketyanglebihmenarikdan diproduksi secaramasal.
c. Tahun 1997 : LMS (LearningManagementSystem).Seiringdengan perkembanganteknologi internet,
2. masyarakatdi duniamulai terkoneksi denganinternet.Kebutuhanakaninformasi yangdapatdiperoleh
dengancepatmulai dirasakansebagai kebutuhanmutlak danjaraksertalokasi bukanlah halanganlagi.
Dari sinilahmuncul LMS.PerkembanganLMSyangmakin pesatmembuatpemikiranbaruuntuk
mengatasi masalahinteroperabilityantarLMS yangsatu denganlainnyasecarastandar.Bentukstandar
yang muncul misalnyastandaryangdikeluarkan olehAICC(Airline IndustryCBTCommettee),IMS,IEEE
LOM, ARIADNE,dsb.
d. Tahun1999 sebagai tahunaplikasi E-learningberbasisWeb.Perkembangan LMSmenujuaplikasi e-
learningberbasisWebberkembangsecaratotal,baik untukpembelajar(learner) maupunadministrasi
belajarmengajarnya.LMS mulai digabungkandengansitus-situsinformasi,majalahdansuratkabar.
Isinyajugasemakinkayadenganperpaduanmultimedia,videostreamingsertapenampilaninteraktif
dalamberbagai pilihan formatdatayanglebihstandardanberukurankecil.
Fungsi E-Learning
Ada 3 (tiga) fungsi pembelajaranelektronikterhadapkegiatanpembelajarandi dalam kelas(Classroom
instruction),yaitusebagaisuplemenyangsifatnyapilihan/optional, pelengkap(komplemen),atau
pengganti (substitusi) (Siahaan,2002).
a. Suplemen
Dikatakanberfungsi sebagai supplemen(tambahan), apabilapesertadidik mempunyai kebebasan
memilih, apakahakanmemanfaatkanmateri pembelajaranelektronikatautidak.Dalam hal ini,tidak
ada kewajiban/ keharusanbagi pesertadidikuntukmengaksesmateri pembelajaranelektronik.
Sekalipunsifatnyaopsional,pesertadidikyang memanfaatkannyatentuakanmemiliki tambahan
pengetahuanatau wawasan.
b. Komplemen(Tambahan)
Dikatakanberfungsi sebagai komplemen(pelangkap) apabilamateri pembelajaranelektronik
diprogramkanuntukmelangkapimateri pembelajaranyangditerimasiswadi dalamkelas(Lewis,2002).
Sebagai Komplemenberarti materi pembelajaranelektronikdiprogramkanutnukmenjadi materi
reinforcement(pengayaan) atauremedial bagi pesertadidik di dalammengikutikegiatanpembelajaran
konvensional.Materi pembelajaranelektronikdikatakansebagaienrichment,apabilakepadapeserta
didikyangdapatdengancepat menguasai /memahami materi pelajaranyangdisampaikangurusecara
tatap muka(fastleaners) diberikankesempatanuntukmengaksesmateri pembelajaranelektronik
3. yang memangsecarakhususdikembangkanuntukmereka.Tujuannyaagarsemakinmemantapkan
tingkatpenguasaanpesertadidikterhadapmateri pelajaranyangdisajikangurudidalamkelas.
Dikatakansebagai program remedial,apabilakepadapesertadidikyangmengalami kesulitan
memahami materi pelajaranyangdisajikan gurusecaratatapmuka di kelas (Slow learners) diberikan
kesempatanuntukmemanfaatkanmateri pembelajaranelektronikyangmemangsecarakhusus
dirancanguntuk mereka.
c. Pengganti (Substitusi)
Beberapaperguruantinggi di Negara-negaramajumemberikanbeberapa alternatif model kegiatan
pembelajaran/perkuliahankepadapara mahasiswanya.Tujuannyaagarpara mahasiswadapatsecara
fleksibel mengelolakegiatanperkuliahannyasesuaidenganwaktudanaktivitaslain sehari-hari
mahasiswa.
Tipe-tipe E-Learning
Menurut Effendi dan Zhuang (2005, p7-8), e-learning dibedakan menjadi 2 yaitu:
Synchronous Training
Menurut Effendi dan Zhuang (2005,p7), synchronous berarti ‘pada waktu yang sama’.
Pada synchronoustraining mengharuskanpengajar dan pembelajar mengakses internet secara
bersamaan. Synchronoustraining sifatnyamiripkegiatanbelajarmengajardi ruangkeals,tetapi
bersifat virtual dan peserta bisa tersebar diseluruh dunia dan saling berhubungan melalui
internet. Oleh karena itu, synchronous training sering pula dinamakan virtual classroom.
Asynchronous Training
Menurut Effendi dan Zhuang (2005,p7-8) Asynchronous Training berarti ‘tidak pada
waktuyang sama’. AsynchronousTraining lebihpopulerdiduniae-learning karena memberikan
keuntungan yang lebih, yaitu dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Pembelajaran dapat
dijalankan di komputer manapun dan tidak melibatkan interaksi dengan pengajar atau pelajar
lain.
Learning Management System
MenurutAsiri dalamjurnal factors influencing the use of learning management system in Saudi
Arabian higher education : A theoretical framework (2012, 126) manajemen pembelajaran sistem
4. didefinisikan sebagai teknologi berbasis web yang membantu dalam perencanaan, distribusi dan
evaluasi tertentu di dalam proses pembelajaran.
Ada dua bagian utama e-learning, yaitu Learning Management System dan e-learning content
atau materi pelajaran e-learning yang akan dipelajari oleh pemakai. Menurut Zhuang (2005,p85-90),
Learning Management System adalah sistem yang memnbantu administrasi dan berfungsi sebagai
platform e-learning content, LMS juga sebagai sistem yang mengatur semua kegiatan e-learning.
Beberapa fungsi dasar LMS adalah:
a) Katalog
LMS yangbaikharus dapat menunjukanmateri pelatihan yang dimiliki. Materi-materi dapat
berupa pelajaran e-learning, artikel, tesis, hasil diskusi dan lain sebagainya. Katalog yang baik
harus dapat menampilkan informasi tentang suatu pelajaran dengan lengkap, meliputi judul,
tujuan, cakupan atau outline, durasi, target pelajar, tanggal tersedia, materi pendahuluan, tes
yang diikuti dan lain sebagainya.
b) Registrasi dan Persetujuan
Fungsi ini memungkinkanseorangcalonpesertapelatihanmendaftarkan diri secara online, baik
untukpelajaran onlinemaupundikelas.LMSyangbaikdapat pulamenyimpan datapendaftaran
dan persetujuanuntukmembantudepartemenpelatihandalammemonitor kegiatan e-learning
di kemudian hari.
c) Menjalankan dan memonitor e-learning
LMS harus menjalankan materi pelajaran e-learning dengan baik. Apabila komputer tidak
memilikikonfigurasiyangsesuai,makaLMSharus mengesankannyadan memberikaperingatan
kepada pengajar. LMS juga harus dapar merekam tentang berapa lama peserta pelatihan
mengaksesmateri pelatihan ataupelajaran,berapa kali, tanggal dan jam, dan lain sebagainya.
d) Evaluasi
LMS yang baik harus dapat melakukan bermacam evaluasi yang dapat mengukur keahlian
peserta pelatihan. Evaluasi harus dapat mengukut seberapa jauh peserta pelatihan menyerap
materi dan dapat mengukur seberapa jauh peserta pelatihan menyerap materi.
e) Komunikasi
LMS berguna pula sebagai sarana komunikasi bagi departemen pelatihan dan anggota
organisasi.LMS dapatmenyajikanataumemberikanpengumumankepadaparapelajartertentu.
5. Komunikasi disini dapatberarti pengajarmemberikan materi bacaan tambahan kepada peserta
pelatihan melalui sistem.
f) Laporan
Melalui LMS, para administrator pelatihan dapat memperoleh laporan berisi data pelatihan.
Atasan dan manajemen harus dapat mengakses sistem dan mencetak laporan secara langsung
tanpa meminta bantuan administrator.
g) Rencana Pelatihan
Seorang manajer dapat membuat rencana pelatihan untuk beberapa karyawan mengenai
analisa kebutuhan training. Jadi, berdasarkan rencana pelatihan, LMS secara otomatis
merekomendasikan program pelatihan yang sesuai dan mengatur.
h) Integrasi
LMS yangbaikdapat berkomunikasidanberintegrasi dengan sistem-sistem yang ada. Integrasi
dengan sistem SDM adalah hal yang paling vital. Dengan integrasi yang baik, LMS akan
mendapatkan daftar infornasi karyawan terbaru dari sistem SDMyang sudah ada. Jadi, apabila
pada sistem SDM terdapat perubahan data karyawan yang keluar, maka informasi dapat
digunakan untuk memperbaharui data pelatihan terkait.
Menurut Barrit et al (2004, p233), Learning Management System merupakan alat yang
digunakan untuk autentikasi, registrasi dan akses untuk pembelajaran.
SedangkanmenurutShanketal (2004,p43), Learning Management System adalah aplikasi yang
menangani tugas-tugasadministratif seperti membuat katalog materi, mendaftarkan user, menelusuri
user melalui materi dan menyediakan laporan mengenai user.
Komponen E-learning
6. Komponen-komponen pendukung dari proses e-Learning menurut Wahono dalam Adri (2007:4)
ada 3 komponen, antara lain :
Sistem dan Aplikasi e-Learning :
LMS atau lebihdikenal denganLearningManagementSystem adalahsuatuperangkat lunak atau
software yangdigunakanuntukmengelola(untukkeperluanadministrasi), dokumentasi, materi
dan bahan ajar pelatihan serta laporan kegiatan belajar mengajar secara online (terhubung ke
internet). Untuk mengembangkan e-Learning, saat ini telah tersedia banyak Learning
Management System, baik yang komersial ataupunyang bersifat Open Source, contohnya :
MOODLE. Secara umum, LMS menyediakan fitur standar untuk e-Learning , diantaranya:
• Fitur untuk ujian dan tugas, meliputi ujian (exam), tugas (assignment), dan penilaian.
• Fitur untuk diskusi dan komunikasi, meliputi forum diskusi (mailing list), instant messenger,
pengumuman, profil dan kontak instruktur, serta File and Directory Sharing.
• Fitur untuk materi pembelajaran, meliputi daftar pelajaran dan kategorinya, silabus, materi
pelajaran (berbasis teks atau multimedia), serta bahan pustaka.
Konten Elearning : Konten dan bahan ajar yang ada pada E-Learning system (Learning
ManagementSystem).Kontendan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content
(kontenberbentukmultimediainteraktif)atauTextbasedContent(kontenberbentukteksseperti
pada bukupelajaranbiasa).BiasadisimpandalamLearningManagementSystem (LMS) sehingga
dapat dijalankan oleh user kapanpun dan dimanapun.
KontenE-Learning:Kontendan bahanajar yangada pada e-Learningsystem (Learning Management
System).Kontendanbahanajarini bisadalambentukMultimedia-based Content (konten berbentuk
multimediainteraktif) atauText-basedContent (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran
biasa). Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh
siswakapanpundandimanapun.Depdiknascukupaktif bergerakdenganmembuatbanyakkompetisi
pembuatanmultimediapembelajaran.Pustekkomjugamengembangkanedukasi.netyangmem-free-
kan multimedia pembelajaran untuk SMP, SMA dan SMK. Juga mari kita beri applaus ke pak Gatot
7. (Biro PKLN) yang mulai memberikan insentif dan beasiswa untuk mahasiswa yang mengambil
konsentrasi ke Game Technology yang arahnya untuk pendidikan. Ini langkah menarik untuk
mempersiapkan perkembangan e-Learning dari sisi konten. Sedangkan Actor yang ada dalam
pelaksanakane-Learningbolehdikatakan sama dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu
perluadanyaguru (instruktur) yangmembimbing,siswayangmenerimabahanajardan administrator
yang mengelola administrasi dan proses belajar mengajar.
Sebenarnyamateri E-Learningtidakharusdidistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal
maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-
Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan
didistribusikanmelalui mediaCD/DVD,selanjutnyapembelajardapatmemanfatkanCD/DVD tersebut
dan belajar di tempat di mana dia berada.
E-Learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer.Pada umumnya perangkat
dilengkapi perangkat multimedia, dengan cd drive dan koneksi Internet ataupun Intranet lokal.
Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan intranet ataupun Internet, pembelajar dapat
berpartisipasi dalame-Learning.Jumlahpembelajaryangbisaikutberpartisipasi tidakdibatasi dengan
kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar
dibandingkan kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari pengajar.
E-Learning bisa mencakup pembelajaran secara formal maupun informal. E-Learning secara formal,
misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur
dan disusunberdasarkanjadwal yangtelahdisepakati pihak-pihak terkait (pengelola E-Learning dan
pembelajarsendiri).Pembelajaransepertiini biasanyatingkatinteraksinyatinggi dandiwajibkan oleh
perusahaan pada karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan
perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang
penyediaan jasa E-Learning untuk umum. E-Learning bisa juga dilakukan secara informal dengan
interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website
pribadi, organisasi/perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau
keterampilan tertentu pada masyarakat luas.
Maka, dapat disimpulkan E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan
8. komputer lain serta perangkat maupun aplikasi elektronik lain baik online maupun offline sepeti
CD/DVD, radio, fax, telepon, (melalui aplikasi e-mail, dll).
InfrastrukturElearning :InfrastrukturE-Learning,yaitudapatberupapersonalcomputer(PC),jaringan
komputer, internet dan perlengkapan multimedia.Termasuk didalamnya peralatan teleconference
apabila menggunakan layanan synchronous learning melalui teleconference.
Actor (orang terlibat dalam E-Learning) yang ada dalam pelaksanakan E-Learning boleh dikatakan
sama dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya guru (instruktur) yang
membimbing, siswa yang menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola administrasi dan
proses belajar mengajar.
Strategi E-learning
Menurut Moore, (2007, p1-7), Strategi e-learning adalah suatu komponen yang memiliki
hubungan solid dengan proses bisnis, budaya organisasional dan pengukuran yang berkelanjutan.
Strategi e-learning merupakanbagiandari strategi pembelajaranyanglebihluasyangditanamkandalam
perusahaan. Proses untuk mengembangkan strategi e-learning sama saja seperti mengembangkan
strategi pembelajaran. Strategi e-learning dapat merupakan sesuatu yang komprehensif, tetapi akan
lebih mudah jika dibagi menjadi beberapa area yang disebutkan dibawah ini secara khusus disajikan
berurutan dan dapat diselesaikan sesuai dengan kesempatan yang ada.
a. Area 1: Pembelajaran didalam perusahaan
Analisis pada daerah ini meliputi mendokumentasikan situasi yang saat ini ada di perusahaan
dan arah perubahan yang ingin dituju baik secara internal dan eksternal untuk program
pembelajaran
b. Area 2 : Pemilihan Konten
Area ini merupakan analisis mengenai cara yang digunakan dalam proses pemilihan konten
untukmenentukanbagaimanamemutuskansuatukontenyangcocok,topikyangdiinginkandan
mengidentifikasi konten yang sudah ada serta konten yang perlu dikembangkan dan dengan
cara apa disampaikannya.Pendekatan blended learning dapatdigunakanuntukmengidentifikasi
berbagai gaya penyampaian materi.
c. Area 3 : Pengaksesan, Pengmbilan dan Penggunaan Ulang
9. Area ini mengeksplore pengklarifikasian untuk mengelompokan konten didalam konteks. Di
dalamarea ini dilakukanpengeksplorasianmengenai bagaimanamengidentifikasi danmenandai
konten dengan cara yang memungkinkan penggunaan dapat mengaksesnya dengan benar.
d. Area 4 : Pemetaan dan Penggunaan Ulang Konten
Pemetaan mengeksplorasi bagaimana memetakan konten pada pembelajaran, kinerja dan
tujuanbisnisdenganmenarikdatadaninformasi dari sistemlain.Proses penggunaan ulang dan
penciptaan konten adalah mengevalusai konten terpilih berdasarkan atribut pengguna,
lingkunganpengguna,kinerjadan tujuan bisnis. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan ketika
menggunakan kembali suatu konten.
e. Area 5 : Metedeologi Pengembangan
Area ini mengidentifikasi model apa yang akan dipakai dalam strategi e-learning, bagaimana
cara berinteraksi dengan model dan bagaimana mengevaluasi hasil dari model tersebut
f. Area 6 : Teknologi
Pada area ini akan ditentukan fitur apa saja yang dibutuhkan dalam Learning Management
System (LSM). Proses ini akan mendokumentasikan kebutuhan teknikal dan fungsional serta
mengevaluasi aplikasi software yang menjawab kebutuhan.
g. Area 7 : Rencana Pemeliharaan
Areaini bertujuanuntukmengetahui bagaimanakonten,LMSdansistemlaindipelihara.Sebuah
rencana harus disusun untuk mendifinisikan kriteria pengukuran dan mekanisme sistem,
mengevaluasi waktuberlakusebuah konten dan mengidentifikasi siklus yang sistematis untuk
melakukan review.
h. Area 8 : Rencana Strategis Elearning
Rencana strategis meliputi proses untuk mengembangkan proyek, tugas, aktivitas,
ketergantungan, sumber daya dan jadwal pengimplementasi-an.
i. Area 9 : Pengukuran dan Evaluasi
Areaini mengeksplorasi bagaimana mengukur keberhasilan suatu program pelatihan di dalam
perusahaan.Bagaimanamenjawab pertanyaan mengenai nilai apa yang diperoleh perusahaan
setelah mengeluarkan uang, waktu dan usaha ada suatu kepentingan untuk mengukur apakah
teknologi yang diterapkan dapat berjalan, berapa jumlah orang yang masuk ke dalam konten,
dan apakah peserta pelatihan menyyukai konten atau pelatihan yang disediakan.
11. harus membawamodul pelatihanyangberatkemanapunAndapergi.ManfaatkangadgetAndauntuk
hal yang seperti ini.
• PengukuranHasil yangAkurat
DalampenggunaanpelatihandenganE-learningmakakaryawanbukannyatanpatanggungjawabdan
bebasatas kemudahanyangsudahdiberikan.
Sebagai salahsatuujianatau syarat kelulusanmakasetiapkaryawandalamsetiapjabatandiwajibkan
untukmenjawabataumenyelesaikansetiapquiz,soal,testatauujianyangdiberikanjugamelaluimateri
yang ada.SistemE-learningsudahmemilikidesainyanglengkapsampai denganscoringataupenilaian
jawabankaryawanyangsaat itu juga bisalangsungmengetahui hasilnya.Dari segi waktupunlebih
efisiendansingkatbukan?
• JangkauanTanpaBatas
DengansystemE-learningmakabisamenjangkausiapasaja,dimanasajatanpaterbataswaktudan
tempat.Dalammemanfaatkanduniamayajarakdan tempatseolahbukanlahsebuahhal yangbegitu
berarti.
Yang AndabutuhkanhanyalahgadgetataucomputerAndadan juga koneksi internetyangbaikmaka
semuapasti akan bisalebihmudah.Bahkantrainingdenganmenggunakanvideoconference punbisa
dilakukan semuacabangperusahaandalamsatuwaktuyangbersamaan.Bisacoba Andahitungberapa
besarpenghematanbiayayangbisadilakukandenganmemanfaatkansystemE-learningini.Pelatihan
tetapberjalanbaiknamuntanpaperlumengeluarkanbiayayangbesar.
Dari sekianbanyakkemudahandankelebihandalamfasilitasE-learningnamunmasihadarasa malas
bagi para karyawanyangmungkinmenganggapini terlalusantai,tidakadatekanansehinggajarangatau
bahkantidakpernahmembukamateri yangdikirimkanke emailnya.
Manfaat dan Peranan Elearning bagi Perusahaan
a. Meningkatkan interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur
(enhance interactivity). Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat
meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur,
antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar. Hal tersebut
berbeda dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam
12. kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini
disebabkan karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau
yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas.
b.Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran darimana dan kapan saja (time and place
flexibility).Mengingatsumberbelajaryangsudahdikemas secara elektronik dan tersedia untuk
diaksesolehpesertadidikmelalui internet,makapesertadidikdapatmelakukaninteraksidengan
sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan
pembelajaran,dapatdiserahkankepada guru/dosen/instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak
perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan dosen/instruktur.
c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).
Denganfleksibilitaswaktudantempat,makajumlahpeserta didik yang dapat dijangkau melalui
kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta
waktutidaklagi menjadi hambatansehingga,siapasaja,di mana saja, dan kapan saja, seseorang
dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar juga dilakukan melalui internet. Kesempatan
belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.
d.Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of
content as well as archivable capabilities). Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan
berbagai perangkat lunak (software) yang terus berkembang turut membantu mempermudah
pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau
pemutakhiranbahanbelajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat
dilakukansecaraperiodikdanmudah.Di sampingitu,penyempurnaanmetode penyajian materi
pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik
maupun atas hasil penilaian guru/dosen/instruktur selaku penanggungjawab atau pembina
materi pembelajaran itu sendiri.
e.Lebih mudah mendapatkan materi atau info. Jika kita menggunakan sistem pembelajaran
berbasis E-Learning, kita akan lebih mudah untuk mencari dan mendapatkan materi atau info.
Tinggal ketik apa yang kita cari, tunggu sebentar, kita langsung dapat materinya.
13. f. Bisa mendapatkan materi yang lebihbanyak. Kitabisamendapatkanbanyaksekali materi, tidak
hanya dari dalam negeri, bahkan kita bisa mencari materi yang berasal dari luar negeri yang
tentunyaakanmenambahwawasanbagi kitadanjuga bisauntukmeningkatkanhasil belajarkita.
g. Pembelajaran lebih efektif dan efisien waktu dan tenaga. Jika ada tugas, kita bisa mencari
bahan yangkitabutuhkandengancepat.Tidakharus ke sana ke mari untuk mendapatkan bahan
yang kitabutuhkan.Tinggal duduk di depan komputer atau laptop, lalu cari yang kita butuhkan.
Setelah itu, susun tugasnya dan selesai.
h.Penerapan e-learning pada suatu perusahaan dinilai sangat menguntungkan dari berbagai sisi
yaitu (anywhere, anytime, anyspace), dengan konten ini perusahaan dapat memberikan
pembelajaran dimana saja, kapan saja, dan diruang manapun selama didukung dengan
keberadaan jaringan internet tentunya. Selain itu perusahaan konten ini sangat membantu
perusahaan besar yang mempunyai banyak cabang, tidak perlu bersusah-payah mendatangi
cabang perusahaan satu-persatun karena e-learning dapat menjangkau semua cabang
perusahaan guna untuk melakukan training untuk karyawan perusahaan.
Hambatan dan tantangan bagi perusahaan dalam memanfaatkan e-learning
Beberapakendalayangmesti menjadibahanpertimbangandalammenerapkanteknologi webbase
learningadalah:
1. Faktor waktupengembanganRancangandanpengembanganwebbase learningmemerlukanwaktu
yang relatif lama.Hal ini terkaitdenganrancanganwebsitepembelajaran,rancanganmodul ataubahan
ajar, bahanlatihandanbahan ujiandari dosenmatakuliah.
2. Faktor BiayaBiayaimplementasi terkaitdenganbiayaaksesinternetsecarabulanan,biayaproduksi
awal yang relative besarseperti pengadaanperalatan(Komputer,jaringantelp/ADSL,peralatanjaringan
lokal,dll).Faktorbiayaakanmenjadi ringanjikasarana danprasaran pendukungtelahtersedia,sehingga
focusfactor biayahanya terletakpadabiayaaksesinternetdanbiayaperancanganwebsite.
3. Faktor ManusiaKualitasSDMmerupakanmasalahklasikyangselalu“menghantui”di PTAI,terutama
dibidangTeknologi Informasi.Bahkansampai saatini adaanggapandari beberapadosendi PTAIbahwa
internetadalah“pusatdosadan nista”.Sebuahungkapanyangsangatnaïf sekali untukmenutupi
kekurangandiri.Masihkurangnyaminatdanperhatianunsurakademikseperti dosen,pimpinandan
14. mahasiswapadaPTAImenambahpanjangfactortantangandalam penerapanwebbase learningdi PTAI.
Beberapasolusi alternatif yangdapatmenjadi pertimbangandalammengatasi masalahpenerapanweb
base learningini,diantaranya:
1. Untuk tahap awal hanya dirancangkhususwebbase learningyangsesuai dengankebutuhan.Artinya
hanyabeberapamatakuliahyangdianggaptelahsiapuntukdimuatdalamwebsite learning.
2. Alokasi danakhususmerupakanlangkahyangpalingtepatuntukmengatasi masalahpendanaan.
Kondisi ini ataumasalahkekuranganbiayatidakmenjadikanpengimplementasianwebbase learning
tertunda,karenakebanyakanPTAIsaatini telahmemilikiwebsiteakademikmandiri danbegitujuga
denganjaringanaksesinternet,sehinggadengankondisi yangsetidaknyaPTAIsudahmampumembuat
sebuahprototype pembelajaranberbasisweb.
3. Pengaruhmobilitasinformasi menjadikantantangantersendiri bagi mahasiswadandosenuntuk
mengikuti perkembanganilmudanteknologiterutamateknologi informasi.Kondisiini menjadikan
mahasiswadandosenuntukberusahamemicudiri untukmemanfaatkanfasilitasteknologidalam
mengimbangi mobilitasinformasi tersebut.Disampinghal tersebut,pelatihan,sosialisaiyangintensif
dan terjadwal merupakanlangkah yangtepatuntukmengtasipermasalahkualitassumberdaya
manusia.
Penerapan e-Learning di Perusahaan
E-learning telah berkembang menjadi suatu metode alternatif dalam memberi pelatihan karyawan
perusahaan di Indonesia. Namun, dalam perjalanannya masih banyak perusahaan yang gagal dalam
mengimplementasikannya.
Hal ini dapat diidentifikasi dengan tidak digunakannya lagi e-learning karena berbagai alasan. Padahal
perusahaansudahmenginvestasikandananyadalamjumlahyangtidaksedikit. E-learning hanya sempat
digunakan beberapa kali saja, tetapi selanjutnya nyaris tak terdengar alias gagal diterapkan.
Mengapa hal ini terjadi?
Banyakperusahaanberharap dengan menggunakan e-learning maka biaya pelatihan yang dikeluarkan
perusahaandapatdipotongmenjadi lebih rendah. Biaya akomodasi, transportasi, dan lokasi pelatihan
15. dapat dihilangkanataudiminimalkandenganadanyateknologi internet.Alasanini sebenarnyalogisjuga
dan diamini oleh banyak perusahaan.
Hal yangterbayangpertamakali olehperusahaantentang e-learning biasanyaadalahpelatihanberbasis
komputer dan internet sehingga yang dipersiapkan pertama kali oleh perusahaan untuk
mengimplementasikan e-learningadalahpengadaansistemaplikasi danmodulnyaterlebih dahulu. Asal
punya anggaran dana cukup, perusahaan dapat dengan mudah membeli dan memasang sistem
aplikasi e-learning yang canggih di perusahaan. Namun karena kelewat canggih dan rumit terkadang
membuat mereka kesulitan menjalankan aplikasi tersebut.
Dalamhal modul ataumateri e-learning, yangseringterjadi adalahperusahaanmembeli modul dengan
judul sesuai kebutuhan, tetapi tidak memperhatikan metode belajar yang ditawarkan sehingga
menyebabkankebingungansi penggunanya.Padahal manusia atau si penggunanya yang menjadi kunci
keberhasilan penerapan e-learning.
Olehkarenasudahterlanjur membeli sistem aplikasi atau modul e-learning, si pengguna dipaksa oleh
perusahaan untuk mengikutinya. Akibatnya adalah resistensi dari si pengguna. Kalimat yang biasanya
muncul dari mereka adalah “Bikin ribet aja nih!” atau “Boro-boro mau belajar, makenya aja
bingung!” atau kalimat ”Ah…Enakan belajar di kelas.” Akhirnya e-learning seperti hilang ditelan bumi
dan kembali ke metode lama.
Bagaimana sebaiknya?
Ketidakcocokanantara ketigafaktor,yaitu sistemaplikasi e-learning, modul belajar, dan manusia yang
akan menggunakan berakibat pada resistensi dan kegagalan dalam menerapkan e-learning. Menurut
BenjaminPitman, Ph.DdalambukunyaDesigning EffectiveE-learning,perusahaanharusbisa mengenali
kebutuhan si penggunanya terlebih dulu, baru kecanggihan aplikasi teknologi dan modul yang akan
digunakan. Terdapat empat faktor yang harus dipertimbangkan agar si pengguna merasa “cocok”
dengan modul dan teknologi yang akan digunakan.
1. faktor demografi. Diantaranya adalah lokasi bekerja, usia, tingkat pendidikan, dan jabatan
seseorang. Perusahaan yang memiliki karyawan kebanyakan usia muda dan rata-rata
16. berpendidikan tinggi biasanya tidak ada masalah dengan penggunaan teknologi dan terbiasa
menggunakan berbagai perangkat dan aplikasi komputer yang canggih.
2. faktor pengetahuan yang dimiliki. Modul pelatihan apa saja yang pernah diikuti? Seberapa
“canggih”kemampuanmerekamenggunakankomputer? Atau bagaimana latar belakang bisnis
mereka?Karyawan dari organisasi pendidikan atau lembaga non profit mungkin tidak terbiasa
denganjargon-jargonbisnis.HaIini mempengaruhi metode belajar dan modul e-learning yang
akan diberikan.
3. faktor motivasi karyawan. Apakah alasan mengikuti pelatihan karena dipaksa perusahaan
ataukahkarena memangadakeinginan untuk mengembangkan diri? Jika motivasi si pengguna
karena dipaksa belajar oleh perusahaan dan ditambah lagi dengan metode yang dianggap
menyusahkan maka e-learning tersebut akan mengalami kegagalan.
4. faktor lingkungan. Seberapa canggih teknologi yang sudah dipunyai? Bagaimana spesifikasi
komputeryangdimiliki? Bagaimanakah kecepatan internet yang akan digunakan? Pertanyaan-
pertanyaan tersebut harus terjawab terlebih dahulu. Jika kecepatan internetnya “pas-pasan”
maka sudah tentu sangat tidak disarankan menggunakan video conference yang memakan
bandwidth cukup banyak dan jika spesifikasi komputer yang tersedia adalah rendah maka
perusahaan sebaiknya menggunakan teknologi dengan format yang sederhana saja. Percuma
menggunakan modul e-learning “keren,” tetapi tidak bisa digunakan sama sekali karena
komputernya “jadul.”
Faktor tambahan lain yang tidak kalah penting adalah penerapan manajemen perubahan. Mengubah
budaya belajar karyawan perusahaan dari yang biasanya di dalam kelas menjadi belajar mandiri tanpa
“pengawasan” tidaklah mudah. Perlu dikelola dengan baik. Apabila manajemen perubahan dilakukan
secara terencana dan tepat maka menumbuhkan motivasi dan komitmen karyawan untuk belajar
mandiri bukanlah hal yang tidak mungkin untuk diwujudkan.
Pada akhirnyadengansemakintinggitingkatpersainganbisnis,kebutuhan pengembangan kompetensi
karyawandituntutuntuk dapat cepat meresponnya. Bagi perusahaan yang memiliki banyak karyawan,
tersebardi berbagai wilayah,dankaryawannyatidakdapatmeninggalkanlokasi kerjadalamwaktulama
maka e-learning bisa menjadi satu solusi untuk mewujudkannya.
17. Didukung dengan perencanaan dan manajemen perubahan yang matang, e-learning dapat menjadi
kendaraan yang efektif untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui pengembangan SDM-nya.
Kegagalan implementasi e-learning di perusahaan
1. Tidak memiliki strategi implementasi (blue print) yangkomprehensif. Seringkali perusahaannya
hanya berpikir dalam jangka pendek ketika memutuskan untuk mengimplementasikan e-
learning, bahkan hanya menganggap e-learning sebagai sebuah pilot project. Hal ini jelas
merupakansebuahkesalahanbesar.Penerapan e-learning harus dipikirkan dengan matang dan
terencana karena banyak hal yang terkait di dalamnya. Oleh karenanya, sebelum memutuskan
untukmengimplementasikane-learning, perusahaan harus sudah memikirkan langkah-langkah
strategisyangakan diterapkan,baikdalamjangkapendekdanjangkapanjanguntukmemastikan
kelangsunganimplementasi e-learning yang berdaya guna. Untuk itu, pada awalnya perusahaan
harus melakukanidentifikasidanpenggalianinformasi mengenai implementasi e-learning, baik
dengan memanfaatkan jasa konsultan e-learning atau pun melakukan adopsi (benchmark) dari
perusahaan lainnya yang sudah sukses mengimplementasikan e-learning. Selain itu, harus
dipastikanagarimplementasi e-learningtidakberdiri sendiri, tetapi terintegrasi denganlearning
management secara keseluruhan.
2. Ketidaksiapanmelakukan change management.Yang dimaksuddengan change management di
sini lebih dalam konteks people. Harus disadari bahwa keberhasilan implementasi e-learning
sangat tergantung dari penerimaan atau respons para penggunanya (dalam hal ini adalah
karyawanperusahaan).Implementasie-learningdapatdikatakan sukses apabila ada antusiasme
yang tinggi dari penggunanya, dan memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas SDM
dalam rangka mencapai target perusahaan. Salah satu tantangan yang perlu dipikirkan dengan
matang oleh manajemen adalah merubah proses atau budaya belajar (learning culture)
karyawanperusahaan.Apabilaselamaini prosespembelajaranlebihdidominasi dengan metode
konvensional, khususnya pelatihan di kelas (training classroom), di mana ada peran seorang
instruktur atau trainer yang memberikan pelatihan, maka dengan e-learning peran itu menjadi
hilang. Oleh karenanya, perusahaan harus membuat kebijakan yang tepat, yang dapat
memberikan rangsangan kepada para karyawan agar mau berpartisipasi secara aktif sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Pemberian reward kepada peserta
dengan result evaluation yang sangat baik, penugasan seorang supervisor untuk mengawasi
18. implementasi di setiap cabang atau unit kerja, dan kebijakan untuk menjadikan e-learning
sebagai salah satu tolak ukur kompetensi karyawan merupakan beberapa cara yang bisa
diterapkan.
3. Kurangnya support dari manajemen secara keseluruhan. Kesan yang seringkali muncul adalah
implementasi e-Learning di sebuah perusahaan hanya menjadi milik dan tanggung jawab satu
divisi saja,khususnyaTraining/LearningCenter.Kondisi demikianmembuatdivisi lainnya merasa
tidakdilibatkan,danhal ini menyebabkantimbulnyaresistensi terhadapimplementasi e-Learning
di perusahaan.Seharusnyaimplementasi e-Learningmenjadimiliksemua elemen di perusahaan
dengantujuanpengembangansumberdaya manusia demi kelancaran bisnis perusahaan. Harus
ada sinergi dari semuapihakdi perusahaanagarimplementasi e-Learningdapat berjalan dengan
baik dan makksimal, mulai dari proses pengembangan hingga pelaksanaannya,.
4. Ketidaksiapaninfrastruktur teknologi. Tanpa teknologi yangmemadai,mustahilimplementasi e-
learning dapat berjalan maksimal. Teknologi bukan hanya sekedar sarana pendukung, tetapi
menjadi syaratmutlakyangharusdipenuhi.Keberadaanteknologi yang memadai menjadi salah
satu faktor kunci keberhasilan implementasi e-learning di perusahaan. Salah satu contoh
kegagalan yang sering terjadi adalah masalah bandwith. Perusahaan tidak memperhitungkan
dengan cermat kapasitas bandwith yang dibutuhkan untuk implementasi e-learning dan
kaitannyadenganprosesoperasional perusahaan. Yang kemudian terjadi adalah keberadaan e-
learning justru dianggap menjadi penghambat proses operasional perusahaan. Kondisi ini
kemudian diikuti dengan langkah untuk mengurangi kapasitas bandwithuntuk penggunaan e-
learning. Dampaknya adalah proses pembelajaran via e-learning menjadi sangat lambat,
khususnyadalamprosespengunduhanmateri.Hal ini jelasmenimbulkan ketidaknyamanan bagi
para penggunanya. Ketika ini terjadi, dapat dikatakan bahwa penerapan e-learning telah
setengah jalan menuju kegagalannya, karena seperti yang telah saya jelaskan di poin
sebelumnya,keberhasilane-learning tergantung bagaimana penerimaan atau respons dari para
penggunanya.
5. Individu-individupelaksanayang kurang kompeten. Perusahaanmenganggapbahwae-learning
dapat dikelolaolehsiapasaja.Ini jelaspemahamanyangsangatsalah. Dapat dikatakan bahwa e-
learning merupakan perpaduan dari banyak unsur, seperti education, IT, art, dan multi-media.
Olehkarenanya,dibutuhkanfigur-figur yang memiliki pengetahuan terkait dengan unsur-unsur
tersebut. Figur yang tidak hanya paham bagaimana membuat sebuah materi yang berguna,
19. tetapi jugabagaimanamateri itumenarikbagi para pembelajarnya,sertadapatberfungsidengan
baik dalam koridor teknologi.
6. Penggunaan Learning Management System (LMS) yang tidak tepat sasaran. LMS adalah
software aplikasi yangberfungsi untuk menyimpan, mengelola, dan mendistribusikan berbagai
materi pelatihan, ujian atau test yang telah disiapkan. LMS dilengkapi dengan katalog online
sehingga pembelajar dapat mengakses, memilih, dan menjalankan berbagai materi pelatihan
yang ada. LMS mampu mencatat log atau trackingaktivitas setiap pembelajar yang
memanfaatkan e-learning.Adabanyakaplikasi LMS yang dapat dipilih dan digunakan, baik yang
sifatnya berbayar atau pun gratis. Setiap aplikasi LMS tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Agar tidak salah pilih, sebaiknya perusahaan perlu terlebih
dahulu melakukan identifikasi kebutuhan mereka akan LMS yang disesuaikan dengan sistem
pembelajaran yang akan dibangun dan diterapkan kedepannya.
7. Pemilihan vendor e-learning yang tidak tepat. Biasanya perusahaan memilih sebuah vendor e-
learningkarenaduaalasan,yaituharga yangrelatif murahdan namabesar.Hal itumemangtidak
salah,tetapi alangkahbaiknyabilapemilihan vendor e-learning disesuaikan dengan kebutuhan
dan strategi implementasi yang ada agar kedepannya implementasi e-learning dapat berjalan
denganefektif danefisien.Sebagai contohnya,perusahaanmemilih vendor A karena harga yang
ditawarkan jauh lebih murah dibandingkan kompetitornya. Tetapi ternyata kualitas modul e-
learningyangdihasilkansangatmengecewakandanjauhdari ekspektasi perusahaan, serta tidak
menarik minat karyawan untuk mempelajarinya. Contoh lainnya adalah perusahaan memilih
vendor B karena nama besarnya di bidang e-learning. Secara kualitas memang bagus, tetapi
belakanganbarudiketahui bahwamodul yangdihasilkan memiliki satu kelemahan utama, yaitu
tidakdapat di-update oleh pihak internal perusahaan karena ada keterbatasan komponen yang
hanya dimiliki oleh vendor tersebut. Jadilah perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan
apabila ingin melakukan perubahan yang bersifat update. Padahal perusahaan sudah
mengalokasikan SDMkhusus yang bertugas untuk melakukan perubahan atau modifikasi.
8. Penyusunan kursus atau materi e-learning yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau strategi
bisnis perusahaan (business strategy). Hal ini merupakan kondisi yang tidak hanya terjadi pada
implementasi e-learning, tetapi secara lebih luas juga pada pelaksanaan training di banyak
perusahaan. Ketika menyusun sebuah training, pihak yang terkait sering kali tidak
mempertimbangkan implikasinya bagi strategi bisnis perusahaan. Mereka beranggapan bahwa
20. karyawan perlu tahu tentang sebuah materi training, tanpa memikirkan alasan, tujuan, atau
dampaknyasecaralangsungbagi karyawandan perusahaan.Langkahyangsebaiknyadilakukandi
awal adalah melakukan training needs analysis (TNA) berbasis kompetensi yang mengacu
pada corporate strategy, businessstrategy, dan functional strategies. Hasil dari proses tersebut
nantinyatertuangdalamsebuahmatriks implication of business strategy for training, yang akan
dijadikan acuan dalam menyusun sebuah training atau eContent bagi karyawan perusahaan.
9. Modul e-learning yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip instructional design (tidak efektif).
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan contoh indikasi. Pertama adalah developer minded,
bukanuserminded.Dalammengembangkansebuahmodul e-learning, seharusnya didasari atas
pemikiran“apayangperludiketahui danyangterbaik”untukpembelajar (user), bukan apa yang
terbaik menurut kacamata developer. Kedua adalah lebih mendahulukan tampilan (grafis)
daripadainstructional strategy.Harusdipahami bahwasebuahmodul e-learningyangbaikdiukur
dari seberapa mudah materi pembelajarannya untuk dimengerti dan dipahami, bukan dari
seberapa bagus kualitas grafis yang ditampilkan. Untuk itu diperlukan pemilihan instructional
strategy yang baik dan sesuai. Grafis hanyalah salah satu bagian dari instructional strategy yang
digunakanuntukmempermudahuser memahami sebuah materi. Ketiga adalah cakupan materi
yang terlalu banyak dan dipaksakan. Banyak perusahaan terjebak dalam pemikiran bahwa
kehadiran e-learning otomatis akan menggantikan fungsi training konvensional (classroom).
Kondisi ini membuat perusahaan sebisa mungkin memasukkan materi sebanyak-banyaknya
dalam sebuah modul e-learning. Hal ini jelas menyulitkan bagi para pembelajar dalam
mempelajari dan memahami materi yang disampaikan. Sebuah modul e-learning seharusnya
mudahuntukdipelajari (simple). Satu yang harus dipahami adalah bahwa kehadiran e-learning
tidak otomatis menggantikan training konvensional secara keseluruhan. Ada beberapa materi
pembelajaranyangdapatsepenuhnyamenggunakane-learning, dan ada beberapa lainnya yang
tetap harus disampaikan dengan metode konvensional.
21. Faktor yang harus dipertimbangkan agar si pengguna merasa “cocok” dengan modul dan
teknologi yang akan digunakan
faktor demografi. Diantaranya adalah lokasi bekerja, usia, tingkat pendidikan, dan jabatan
seseorang. Perusahaan yang memiliki karyawan kebanyakan usia muda dan rata-rata
berpendidikan tinggi biasanya tidak ada masalah dengan penggunaan teknologi dan terbiasa
menggunakan berbagai perangkat dan aplikasi komputer yang canggih.
faktor pengetahuan yang dimiliki. Modul pelatihan apa saja yang pernah diikuti? Seberapa
“canggih”kemampuan mereka menggunakan komputer? Atau bagaimana latar belakang bisnis
mereka? Karyawan dari organisasi pendidikan atau lembaga non profit mungkin tidak terbiasa
denganjargon-jargon bisnis. HaI ini mempengaruhi metode belajar dan modul e-learning yang
akan diberikan.
faktor motivasi karyawan. Apakah alasan mengikuti pelatihan karena dipaksa perusahaan
ataukah karena memang ada keinginan untuk mengembangkan diri? Jika motivasi si pengguna
karena dipaksa belajar oleh perusahaan dan ditambah lagi dengan metode yang dianggap
menyusahkan maka e-learning tersebut akan mengalami kegagalan.
faktor lingkungan. Seberapa canggih teknologi yang sudah dipunyai? Bagaimana spesifikasi
komputer yang dimiliki? Bagaimanakah kecepatan internet yang akan digunakan? Pertanyaan-
pertanyaan tersebut harus terjawab terlebih dahulu. Jika kecepatan internetnya “pas-pasan”
maka sudah tentu sangat tidak disarankan menggunakan video conference yang memakan
bandwidth cukup banyak dan jika spesifikasi komputer yang tersedia adalah rendah maka
perusahaan sebaiknya menggunakan teknologi dengan format yang sederhana saja. Percuma
menggunakan modul e-learning “keren,” tetapi tidak bisa digunakan sama sekali karena
komputernya “jadul.”
22. DAFTAR PUSTAKA
Putra, Yananto Mihadi. (2018). Modul Kuliah Sistem Informasi Manajemen: Pengenalan Model
Pembelajaran eLearning. FEB - Universitas Mercu Buana: Jakarta.
https://edubisnis.net/manfaat-dan-the-power-of-e-learning-dalam-pelatihan-karyawan/
https://media.neliti.com/media/publications/79553-ID-pembelajaran-berbasis-e-learning.pdf
http://kangdumadi.blogspot.com/2013/01/hambatan-pemanfaatan-e-learning.html
https://izzahamdani.wordpress.com/tag/sejarah-e-learning/