3. Penyakit infeksi kronik berulang, mengenai
kulit-tulang-tulang rawan-kuku.
Treponema Pallidum sub. Pertenue.
Kecacatan → penurunan kualitas hidup
Sinonim: frambesia, yaws, pian,
buba, puru, patek
Pendahuluan
4. Dapat sembuh dengan deformitas atau skar.
Masa inkubasi 9-90 hari (rerata 21 hari).
Lesi awal muncul di daerah port d'entrée.
Sering mengenai anak-anak usia <15 tahun,
terutama daerah ekstremitas.
Terbagi dalam 3 stadium, diselingi fase laten.
Pendahuluan
Perjalanan Penyakit
5. Pendahuluan
Stadium I Stadium 2 Stadium 3
• Papul: Tunggal atau >1
(multipel)
• Papiloma
• Nodul
• Ulkus basah
• Krusto papilloma
Sama seperti stadium 1 tapi
tersebar, banyak.
Selain itu dapat mengenai:
• Telapak kaki/tangan:
penebalan, pecah-pecah
• Kelainan tulang: osteoporosis,
jari bengkak, nyeri
• Kelainan kuku
Gumma (benjolan, perlunakan,
dan destruktif à cacat)
• Ganggosa (hidung keropos)
• Juxta articular nodus
(benjolan pada sendi)
• Kelainan tulang, seperti
pedang
• Gondou: benjolan di tulang
• Penebalan, pecah-pecah,
nyeri pada telapak
tangan/kaki
Early (dini)
Sangat menular
Late (lanjut)
Tidak/kurang menular
10. Obat yang digunakan untuk mengobati Frambusia:
• Guideline WHO tahun 1950-an: lini pertama Penisilin
• Dosis berulang dari short- acting benzylpenicillin (ie, aqueous benzylpenicillin) atau
• Injeksi IM dosis tunggal dari sediaan repository benzylpenicillin yang lambat diserap
seperti benzathine benzylpenicillin atau penicillin alumunium monostearate.
• Dosis Benzathin Penicillin 50.000 Unit/KgBB
• Dewasa: 1,2 juta Unit injeksi IM Single Dose
• Anak: 0,6 juta Unit injeksi IM Single Dose
• Sejak tahun 2012à Morges strategy WHO à mulai digunakan azitromisin dosis
tunggal
• Dosis Azitromisin 30 mg/KgBB (maksimal 2gr)
Pengobatan
11. Obat yang digunakan untuk mengobati Frambusia:
• Anak-anak diatas 8 tahun yang alergi Penisilin:
• Tetrasiklin 4x250mg selama 15 hari, atau
• Eritromisin 8mg/KgBB 4x sehariselama 15 hari
• Dewasa yang alergi Penisilin:
• Tetrasiklin 4x500mg selama 15 hari, atau
• Doksisiklin 2x100mg selama 15 hari, atau
• Eritromisin 4x500mg selama 15 hari
Pengobatan
19. Komunitas SosEk rendah
(kemiskinan, padat, gizi buruk)
Kebersihan personal (PHBS)
Lingkungan buruk (akses air
bersih, sanitasi)
Kasus anak sebagai reservoar
Faktor Risiko
20. Pengendalian Faktor Risiko
Tujuan memutuskan mata rantai penularan:
• Peningkatan kesadaran kontak untuk diperiksa
• Penemuan kasus dan kontak secara dini
• Penggunaan air bersih dan sabun
• Penatalaksanaan dan pengobatan kasus dan kontak
• Ketersediaan obat dan tatakelola yang baik
21. Pemberian Obat Pencegahan Secara Massal
(POPM) Frambusia
Strategi utama: Intensifikasi penemuan kasus dan pelaporan sedini
mungkin ke DinKEs Kab/Kota
Tujuan POPM: menghentikan penularan di seluruh Kab/Kota secara
cepat dan efisien
Metode POPM:
• POPM total penduduk pada desa endemis
• Intensifikasi surveilans paska POPM
• Pengobatan kasus dan kontak pada tiap kasus frambusia yang
ditemukan
22. Surveilans Frambusia
1. Penemuan kasus, pengolahan data, analisis, dan pelaporan kasus
2. Upaya penemuan dini
3. Pemetaan endemisitas dan risiko penularan
4. Monitoring dan evaluasi kegiatan POPM
5. Survei serologi
6. Penetapan Kab/Kota bebas Frambusia
24. Hal yang Harus Diperhatikan pada Daerah yang
Sudah Dinyatakan Bebas Frambusia
• Seluruh masyarakat mengerti tanda dini Frambusia
• Seluruh tenaga kesehatan kompeten menetapkan suspek dan
mendiagnosis frambusia
• Logistik untuk penunjang diagnosis dan pengobatan tersedia
• Surveilans berkinerja baik
• Dukungan spesialistik/sistem rujukan untuk kasus meragukan
26. Kab/Kota Endemis Frambusia bila: ditemukan
minimal 1 kasus
• Min 1 kasus di desa yang belum pernah
ditemukan kasus frambusia
• Min 1 kasus di desa yang sudah dilakukan
• POPM sebelumnya namun cakupan < 90%
• Min 10 kasus di desa yang sudah dilakukan
POPM sebelumnya dengan cakupan ≥ 90%
POPM
(semua pddk
desa)
1 – 9 kasus di desa yang sudah
dilakukan POPM sebelumnya
dengan cakupan ≥ 90%
Pengobatan
kasus dan kontak
28. Beberapa Ketentuan (PMK No. 8/2017)
POPM dilakukan pada desa/kelurahan endemis yang dinyatakan oleh Ka Dinkes
kabupaten/kota setelah memenuhi kriteria penemuan paling sedikit 1 kasus pada
wilayahnya
Pasal 9
• POPM dilakukan terhadap seluruh penduduk desa/kelurahan termasuk kontak-kasus.
• Kontak-kasus adalah setiap penduduk yang melakukan hubungan sosial dengan
penduduk desa/kelurahan endemis berdasarkan hasil investigasi yang meliputi: kontak
serumah, kontak bermain, kontak bekerja, kontak bertetangga, kontak sekolah dan
kontak lainnya
Pasal 10
• penduduk sasaran usia 2 – 69 th
• ditunda pemberiannya pada: bumil, sakit berat, riwayat alergi obat azitromisin
Pasal 11
•POPM menggunakan obat azitromisin sesuai dosis.
•Obat yang diberikan oleh petugas, wajib diminum langsung di depan petugas.
•Sebelumnya, petugas harus memberikan informasi mengenai manfaat dan reaksi pasca minum obat.
Pasal 12
•Petugas POPM Frambusia wajib mencatat dan melaporkan hasil kegiatan POPM Frambusia.
•Laporan disampaikan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan
provinsi dan Direktur Jenderal secara berjenjang, segera setelah pelaksanaan POPM Frambusia.
Pasal 13
31. Farmakokinetik Azitromisin
• Absorpsi dengan cepat dalam system pencernaan
• Kadar konsentrasi tertinggi dalam tubuh dicapai 2-3 jam, dengan
kadar plasma maksima (Cmax) 0,4-0,45 mg/L.
• Kadar pada jaringan lebih tinggi ± 100 kali daripada di serum
• Masa paruh 68 jam
• Ekskresi via empedu dan urin
• Pemberian dosis tunggal azitromisin sama dengan paparan selama
5 hari
32. Kontraindikasi, Toksisitas, dan Efek Samping
• Kontraindikasi: Riwayat alergi azitromisin sebelumnya, gangguan
hati, dan jaundice (kuning) karena gangguan aliran empedu
• ESO: diare, mual, muntah, sakit perut, dan reaksi kulit berat
• Tidak ada efek samping fatal/meninggal yang terdokumentasikan
• Bila ada bradikardi relatif diberikan sulfas atropine dengan
catatan denyut nadi sebelum pemberian harus dihitung dengan
cermat
• Perhatian khusus: tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan orang
dengan gangguan fungsi hati
33. Keamanan Pemberian Azitromisin per Oral
• Tidak ada perbedaan keberhasilan pengobatan dengan penisilin
benzatin injeksi
• Kurangi risiko dan efek samping obat injeksi
• Persentase kejadian ikutan kecil, cenderung ringan hingga sedang,
Sebagian besar berupa gangguan pencernaan (mual, muntah,
sakit perut) à AMAN
• Kejadian Ikutan POMP Frambusia dapat terjadi sejak diberikan
obat hingga 2 minggu.
34. Efek Samping Obat dan Penanganan
Efek samping yang SERING: pada saluran cerna dengan gejala mual, muntah dan diare, nyeri
abdomen
Efek samping yang JARANG: sakit kepala, ruam, nilai fungsi hati yang tidak normal, dan gangguan
indra penciuman dan pengecap
Pengobatan KIPO adalah dengan pemberian obat sesuai keluhan
Jika ringan rujuk ke petugas Kesehatan/yankes terdekat, jika tidak bisa menangani, rujuk ke dokter
atau RS terdekat.