4. Obat yang dapat digunakan untuk mengobati frambusia (1)
Guideline WHO tahun 1950s : lini pertama Penisilin
- Dosis berulang dari short-acting benzylpenicillin (ie, aqueous benzylpenicillin) atau
- Injeksi IM dosis tunggal dari sediaan repository benzylpenicillin yang lambat diserap seperti benzathine
benzylpenicillin atau penicillin aluminium monostearate.
- Dosis Benzathine Penicilline 50.000 Unit /KgBB
Dewasa : 1,2 Juta Unit Injeksi IM Single dose (usia >10 tahun)
Anak : 0,6 Juta Unit Injeksi IM Single dose (usia <10 tahun)
Sejak tahun 2012 Morges strategy WHO mulai digunakan azitromisin dosis tunggal
Dosis Azitromisin 30 mg/kg BB (maksimal 2g)
5. Obat yang dapat digunakan untuk mengobati frambusia (2)
- Anak – anak diatas 8 tahun yang alergi penicillin :
• Tetrasiklin 4 x 250 mg selama 15 hari , atau
• Eritromisin 8 mg/kg BB 4 x sehari selama 15 hari
- Dewasa yang alergi penicillin :
• Tetrasiklin 4 x 500 mg selama 15 hari , atau
• Doksisiklin 2 x 100 mg selama 15 hari, atau
• Eritromisin 4 x 500 mg selama 15 hari
6. Cara Kerja obat frambusia
No Obat Cara Kerja
1 Benzathine Penicilline Mengganggu sintesis mukopeptida dinding sel
2 Tetrasiklin dan doksisiklin Mengganggu sintesis protein dengan cara mengikat
ribosom 30S dan kemungkinan 50S juga
3 Eritromisin Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat
disosiasi dari peptidyl tRNA dari ribosomes, menyebabkan
berhentinya sintesis RNA-dependent protein.
4 Azitromisin Menghambat sistesis protein dinding sel bakteri dengan
mengikat ribosom bakteri subunit 50S
11. Pengendalian faktor risiko
Tujuan: memutuskan mata rantai penularan
• Peningkatan kesadaran kontak untuk diperiksa
• Penemuan kasus dan kontak secara dini
• Penggunaan air bersih dan sabun
• Penatalaksanaan dan pengobatan kasus dan kontak
• Ketesediaan obat dan tatakelola yang baik
12. Pemberian Obat Pencegahan secara Massal (POPM) Frambusia
Strategi utama: Intensifikasi penemuan kasus dan pelaporan sedini mungkin ke dinkes
kab/kota
Tujuan POPM: menghentikan penularan di seluruh kab/kota secara cepat dan efisien
Metode POPM:
- POPM total penduduk pada desa endemis
- Intensikasi surveilans pasca POPM
- Pengobatan kasus dan kontak pada tiap kasus frambusia yg ditemukan
13. Surveilans Frambusia
1. Penemuan kasus, pengolahan data, analisis dan pelaporan kasus
2. Upaya penemuan dini
3. Pemetaan endemisitas dan risiko penularan
4. Monitoring dan evaluasi kegiatan POPM
5. Survei serologi
6. Penetapan kabupaten/kota bebas frambusia
14. Kegiatan Penanggulangan pada daerah bebas frambusia
Promosi
Kesehatan
Pengendalian
faktor risiko
Surveilans
frambusia
15. Yang harus diperhatikan pada daerah yg sudah dinyatakan
bebas frambusia
• Seluruh masyarakat mengerti tanda dini frambusia
• Seluruh tenaga kesehatan kompeten menetapkan suspek dan
mendiagnosis frambusia
• Logistik untuk penunjang diagnosis dan pengobatan tersedia
• Surveilans berkinerja baik
• Dukungan spesialistik/sistem rujukan untuk kasus meragukan
16.
17. • Min 1 kasus di desa yang belum
pernah ditemukan kasus frambusia
• Min 1 kasus di desa yang sudah
dilakukan
POPM sebelumnya namun cakupan <
90%
• Min 10 kasus di desa yang sudah
dilakukan POPM sebelumnya dengan
cakupan ≥ 90%
POPM
(semua pddk desa)
• 1 – 9 kasus di desa yang sudah
dilakukan
POPM sebelumnya dengan cakupan ≥
90%
Pengobatan
kasus dan
kontak
18. Definisi Kontak Erat
• Semua orang yg tinggal serumah
• Tetangga sekitar
• Teman bermain sehari-hari
• Teman sekelas
• Kontak sosial dengan interaksi lebih dari 20 jam seminggu
19. • POPM dilakukan pada desa/kelurahan endemis yang
dinyatakan oleh Ka Dinkes kabupaten/kota setelah memenuhi
kriteria penemuan paling sedikit 1 kasus pada wilayahnya.
Pasal 9
•POPM dilakukan terhadap seluruh penduduk desa/kelurahan termasuk
kontak-kasus.
•Kontak-kasus adalah setiap penduduk yang melakukan hubungan sosial
dengan penduduk desa/kelurahan endemis berdasarkan hasil investigasi
yang meliputi: kontak serumah, kontak bermain, kontak bekerja, kontak
bertetangga, kontak sekolah dan kontaklainnya
Pasal 10
• penduduk sasaran usia 2 – 69 th
• ditunda pemberiannya pada: bumil, penderita sakit berat, riwayat alergi
obat azitromisin
Pasal 11
•POPM menggunakan obat azitromisin sesuai dosis.
•Obat yang diberikan oleh petugas, wajib diminum langsung di depanpetugas.
•Sebelumnya, petugas harus memberikan informasi mengenai manfaat dan
reaksi pasca minum obat.
Pasal 12
•Petugas POPM Frambusia wajib mencatat dan melaporkan hasil kegiatan
POPM Frambusia.
•Laporan disampaikan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala
dinas kesehatan provinsi dan Direktur Jenderal secara berjenjang, segera
setelah pelaksanaan POPM Frambusia.
Pasal 13
20. No. Nama Obat Umur (tahun) Dosis
Cara
Pemberian
Lama Pemberian
1. Azitromisin
tablet
2-5 th 500 mg Oral Dosis tunggal
6–9 th 1000 mg Oral Dosis tunggal
10-15 th 1500 mg Oral Dosis tunggal
16-69 th 2000 mg Oral Dosis tunggal
*Kasus < 2 tahun dan > 69 tahun, wanita hamil, warga sakit berat, atau alergi
obat azitromisin, pengobatannya konsultasikan ke dokter
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27. Referensi
• Permenkes nomor 8 tahun 2017 tentang eradikasi frambusia
• Galadari HI, Yaws, diunduh dari emedicine.Medscape.com updated Oct 25, 2021
• Eradication of Yaws – The Morges Strategy, WHO 2012
• Mitja O, Hays R, Ipai A, Oenias M, Paru M, Fagaho D, et al, Sinle dose azithromycin versus benzathine
benzylpenicillin for treatment of yaws in children in Papua New Guinea: an open-label, non-inferiority, randomized
trial, The Lancet, Vol 379, Issue 9813, 11 Janury 2012
• Mitja O, Hays R, Rinaldi AC, Mc Dermot R, Bassat Q, New Treatment Schemes for Yaws: The Path Towards
Eradication, Clinical Infectious Disease, Vol 55, Issue 1, 1 August 2012