Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Tahapan komunikasi terapeutik
1. Oleh :
Ns. Ahmad Fudholi, S.Kep.,M.Tr.Kep.
TEKNIK, TAHAPAN, SERTA ANALISIS DIRI
PERAWAT DALAM KOMUNIKASI
TERAPEUTIK
2. OUTLINE
Definisi, Prinsip, Komponen, Hambatan Komunikasi
Terapeutik
Teknik Komunikasi Terapeutik
Tahapan Komunikasi Terapeutik
Analisis Diri Perawat dan Klien
3. DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
• Komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat menggunakan
pendekatan terencana dalam mempelajari kliennya (Keltner, Schwecke, dan
Bostrom, dalam Potter & Perry, 2005)
• Komunikasi terapeutik ialah suatu interaksi interpersonal antara perawat dan
klien yang selama interaksi berlangsung perawat berfokus pada kebutuhan
khusus klien untuk meningkatkan pertukaran informasi yang efektif
(Videback, 2008)
4. PRINSIP DASAR KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Hubungan perawat &
klien yang saling
menguntungkan
Menghargai keunikan
klien, menghargai
perbedaan karakter,
memahami perasaan dan
perilaku klien
Menjaga harga diri
Menciptakan tumbuhnya
hubungan saling percaya
(trust)
6. TINDAKAN ATAU SIKAP YANG DILAKUKAN KETIKA MENUNJUKKAN
KEHADIRAN SECARA FISIK (EGAN, 1998 DALAM KOZIER,ET.AL, 2004)
Berhadapan dengan
lawan bicara
Sikap tubuh terbuka; kaki
dan tangan terbuka
(tidak bersilangan)
Menunduk/memposisika
n tubuh kearah/lebih
dekat dengan lawan
bicara
Pertahankan kontak
mata, sejajar, dan natural
Bersikap tenang
7.
8. HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK (DELAUNE &
LADNER, 2002)
•Ketidakmampuan klien untuk berkomunikasi secara efektif
dengan petugas kesehatan dapat mempengaruhi respon klien
terhadap intervensi.
Perbadaan bahasa
•Perawat harus menyadari pola interaksi tipikal pada berbagai
budaya.
•Setiap budaya menggunakan bahasa yang berbeda-beda.
Perbedaan budaya
•Pengiriman, penerimaan, dan penafsiran pesan dapat bervariasi
antara pria dan wanita.
Gender
9. HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK (DELAUNE &
LADNER, 2002)
•Komunikasi dipengaruhi oleh perubahan persepsi sensorik,
seperti hilangnya penglihatan atau pendengaran.
Status
Kesehatan
•Tingkat perkembangan klien diperlukan dalam pemahaman
pesan.
Tingkat
perkembangan
•Perawat secara konsisten menilai tingkat pengetahuan klien
untuk menentukan cara terbaik untuk memperbaiki defisit
pengetahuan.
Perbedaan
pengetahuan
10. HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK (DELAUNE &
LADNER, 2002)
• Perawat memelihara hubungan dengan klien tanpa memandang status
mereka, sehinggadapat mengurangi jarak emosional.
Jarak
emosional
• Ketika perawat atau klien cemas, komunikasi dapat berubah atau berhenti.
• Perawat harus berada dalam keadaan yang tenang untuk menurunkan
kekhawatiran klien dan dengan demikian dapat meningkatkan kualitas
komunikasi.
Emosi
• Perawat dapat menjaga diri klien dari khayalan dengan terus memperhatikan
apa yang klien telah katakan, dengan tetap waspada, dan dengan
mengendalikan pikiran mereka sendiri.
Khayalan
12. •Untuk memberikan kesempatan pada klien mengungkapkan apa yang ada
dipikirannya sebelum menjawab pertanyaan dari perawat.
•Memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi
pikiran masing-masing
•Klien : “Saya jengkel kepada suami saya.”
•Perawat: “Diam (memberi kesempatan klien).
•Klien : “Suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alasan yang jelas,
kalau saya tanya pasti marah”
Diam
•Perawat menyediakan diri tanpa respon bersyarat atau respon yang
diharapkan
•“Jika ibu membutuhkan bantuan saya ibu bisa panggil saya di ruangan
atau ibu bisa menekan tombol yang ada di samping tempat tidur”
Offering Sel (Menawarakan diri)
13. • Memberikan pertanyaan terbuka kepada klien
• Untuk merangsang klien mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya
• “Ceritakan tentang keluargamu”
• “Apa yang sedang anda pikirkan?”
• “Bagaimana perasaan anda hari ini?”
Pertanyaan Terbuka (Board Opening)
• Teknik mengulang ide, perasaan, pernyataan, dan pertanyaan yang diajukan klien
• Bertujuan memastikan perawat telah memahami apa yang klien sampaikan dan
menunjukkan rasa empati, ketertarikan, dan respek terhadap klien
• Klien : “Menurut Anda, apakah saya harus memberitahu dokter…. ?”
• Perawat : “Apakah anda berpikir harus memberitahunya?”
• Klien : “Adik saya selalu menghabiskan uang saya dan dia tidak pernah
memberitahu saya”
• Perawat : “Apakah hal tersebut yang membuat anda marah?”
Refleksi (Reflection)
14. • Mengulangi pikiran atau ide utama yang dinyatakan oleh klien
• Agar perawat dan klien memiliki pemahaman yang sama terhadap suatu ide atau
topik
• Klien : “Saya tidak bisa tidur. Saya terjaga sepanjang malam”
• Perawat : “Anda sangat sulit untuk tidur”
Pengulangan (Restating)
• Respon perawat kepada ketidaksesuaian antara perkataan klien dengan sikapnya
• Melakukan konfrontasi secara terapeutik akan membantu pihak lain menyadari
bahwa ia tidak konsisten dengan perasaan, sikap, kepercayaan, dan perilakunya
(Stuart & Laraia, 2005 dalam Potter & Perry, 2009).
• Klien “ Saya sangat marah dengan dia” (berkata sambil tersenyum).
• Perawat : “Anda mengatakan bahwa Anda marah, tetapi Anda
tersenyum.”
Konfrontasi
15. • Untuk mendeteksi arti sebenarnya dari pesan verbal
• Klien : “berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk x-ray?”
• Perawat : “apakah ibu khawatir dengan besarnya biaya kesehatan ibu?”
Verbalizing the implied
• Kegiatan mengamati klien
• “Anda terlihat sedih hari ini”
• “Anda tampak cemas dan pucat”
Obeservasi
• Teknik dengan menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti perawat
terhadap situasi yang ada, atau menjelaskan kembali idea tau pikiran klien yang tidak
jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya
• “Saya tidak yakin dengan apa yang anda katakan tadi, bisakah anda mengulanginya
kembali?”
Klarifikasi
16. EXPLORING
Jenis :
Eksplorasi Perasaan : c/ “Bisakah anda menjelaskan apa perasaan bingung yang
dimaksudkan…”
Eksplorasi Pikiran : c/ “ saya yakin anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide anda tentang
sekolah sambil bekerja”
Eksplorasi Pengalaman : c/ “ saya terkesan dengan pengalaman yang anda lalui”
Definisi : teknik untuk menggali perasaan ,pikiran dan pengalaman klien, suatu
upaya untuk mengembangkan secara lebih rinci. Hal ini penting dilakukan karena
banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri atau tidak mampu
mengemukakan pendapatnya
17. GIVING RECOGNITION
• Memberi penghargan merupakan tehnik untuk memberikan pengakkuan dan
menandakan kesadaran, Schultz & (Videbeck,1998 dalam Nurjanah, 2001)
Dengan menyapa klien dengan namanya, merupakan suatu indikasi bahwa
perawat mengakui hadirnya klien secara pribadi, sebagai individu. Pengakuan
tersebut tidak membawa gagasan nilai yaitu, menjadi “baik” atau “buruk”
19. FOCUSING
• kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area diskusi sehingga
percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti
• Teknik juga merupakan teknik yang berguna saat klien berpindah dari satu topik
ke topik yang lain
Contoh pernyataannya : “anda menyebutkan bahwa anda memiliki
masalah dengan....”, “anda berkata bahwa anda merasa mual”
20. TEKNIK YANG MENDORONG KLIEN UNTUK
MENGEKSPRESIKAN PERASAANNYA
•Klien : “Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk X-Ray?”
•Perawat : “Apakah ibu khawatir dengan besarnya biaya
kesehatan ibu?”
Verbalizing the implied
•“Anda terlihat sedih hari ini”
• “Anda tampak cemas dan pucat”
Obeservasi
•“Saya tidak yakin dengan apa yang Anda katakan tadi, bisakah Anda
mengulanginya kembali?”
Klarifikasi
21. KONFRONTASI
Respon perawat kepada ketidaksesuaian antara
perkataan klien dengan sikapnya
Melakukan konfrontasi secara terapeutik akan
membantu pihak lain menyadari bahwa ia tidak
konsisten dengan perasaan, sikap, kepercayaan, dan
perilakunya (Stuart & Laraia, 2005 dalam Potter &
Perry, 2009).
22. CONTOH TEKNIK KONFRONTASI
Klien : “ Saya sangat marah dengan dia”
(berkata sambil tersenyum).
Perawat : “Anda mengatakan bahwa Anda marah, tetapi
Anda tersenyum.”
23. HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK (DELAUNE &
LADNER, 2002)
•Ketidakmampuan klien untuk berkomunikasi secara efektif
dengan petugas kesehatan dapat mempengaruhi respon klien
terhadap intervensi.
Perbadaan bahasa
•Perawat harus menyadari pola interaksi tipikal pada berbagai
budaya.
•Setiap budaya menggunakan bahasa yang berbeda-beda.
Perbedaan budaya
•Pengiriman, penerimaan, dan penafsiran pesan dapat bervariasi
antara pria dan wanita.
Gender
24. •Komunikasi dipengaruhi oleh perubahan persepsi sensorik,
seperti hilangnya penglihatan atau pendengaran.
Status
Kesehatan
•Tingkat perkembangan klien diperlukan dalam pemahaman
pesan.
Tingkat
perkembangan
•Perawat secara konsisten menilai tingkat pengetahuan klien
untuk menentukan cara terbaik untuk memperbaiki defisit
pengetahuan.
Perbedaan
pengetahuan
HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK (DELAUNE &
LADNER, 2002)
25. HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK (DELAUNE &
LADNER, 2002)
•Perawat memelihara hubungan dengan klien tanpa memandang
status mereka, sehinggadapat mengurangi jarak emosional.
Jarak
emosional
• Ketika perawat atau klien cemas, komunikasi dapat berubah atau berhenti.
• Perawat harus berada dalam keadaan yang tenang untuk menurunkan
kekhawatiran klien dan dengan demikian dapat meningkatkan kualitas
komunikasi.
Emosi
•Perawat dapat menjaga diri klien dari khayalan dengan terus
memperhatikan apa yang klien telah katakan, dengan tetap
waspada, dan dengan mengendalikan pikiran mereka sendiri.
Khayalan
29. Fase Pra
interaksi
Fase prainteraksi mirip dengan tahap perencanaan
sebelum melakukan wawancara.
Biasanya, perawat memiliki informasi tentang klien
sebelum bertatap muka yang pertama kali.
Informasi tersebut dapat meliputi nama klien, alamat,
usia, riwayat medis, dan/ atau riwayat sosial.
30. TUGAS PERAWAT PADA FASE PRAINTERAKSI
Meninjau
data
pengkajian
dan
pengetahuan
•Melihat informasi dasar tentang klien.
•Fungsinya adalah untuk melihat hambatan
atau kendala komunikasi yang mungkin
terjadi.
•Hambatan atau kendala komunikasi yang
terjadi ini dapat menjadi masalah potensial.
31. TUGAS PERAWAT PADA FASE PRAINTERAKSI
Memikirkan
area
masalah
potensial
•Area masalah potensial dapat
diprediksi berdasakan kendala dan
hambatan komunikasi yang mungkin
terjadi.
•Kendala tersebut meliputi defisit
bahasa, defisit sensorik, gangguan
kognitif, dan defisit structural
33. TUGAS PERAWAT PADA FASE PRAINTERAKSI
Menyusun
rencana
interaksi
•Hal yang direncanakan kapan, dimana, dan
strategi apa yang dilakukan untuk pertemuan
pertama
•Sebelum berinteraksi dengan klien, perawat
perlu mengkaji perasaannya sendiri.
•Apakah ada perasaan cemas? Apa yang
dicemaskan?
34. KETERAMPILANPERAWAT YANG DIBUTUHKAN PADA FASE
PRAINTERAKSI
Keterampilan yang dibutuhkan adalah mengumpulkan data yang
terorganisir, menyadari keterbatasan yang ada dan mencari
bantuan sesuai kebutuhan
36. Fase orientasi
disebut juga dengan fase perkenalan atau fase
prabantuan
mengenal satu sama lain dan membina rasa percaya
37. KENDALA FASE ORIENTASI
Perilaku resistif merupakan bentuk
perilaku yang dapat menghambat
keterlibatan, kerja sama, atau perubahan
Perilaku resitif dapat diatasi
dengan menunjukkan sikap caring,
minat yang tulus, serta kompetensi.
38. KENDALA FASE ORIENTASI
Faktor penyebab
kesulitan dalam mengenali
kebutuhan untuk meminta
bantuan
ketergantungan
rasa takut untuk
mengungkapkan dan
menghadapi perasaan yang ada
ansietas tentang
ketidaknyamanan yang
dirasakan dalam mengubah pola
perilaku
40. Fase orientasi/perkenalan Tugas Keterampilan
1. Membuka hubungan • Baik klien maupun perawat mengidentifikasi
satu sama lain dengan menggunakan nama.
• Saat hendak mengawali interaksi, penting bagi
perawat menjelaskan perannya kepada klien agar
klien memperoleh gambaran tentang proses
interaksi tersebut.
• Saat klien mengawali hubungan, perawat perlu
membantu klien mengungkapkan masalah dan
alasannya mencari bantuan.
•Pertanyaan yang samar dan terbuka seperti
“bagaimana perasaan Anda hari ini?”
• Sikap perhatian, tetapi santai untuk
membantu menenangkan klien.
41. Fase orientasi/perkenalan Tugas Keterampilan
2. Mengklarifikasi masalah Karena pada awalnya klien mungkin tidak
melihat masalah dengan jelas, tugas utama
perawat adalah mengklarifikasi masalah
tersebut.
• Teknik menyimak
• menyatakan kembali pernyataan klien
• mengklarifikasi
• teknik komunikasi efektif
Catatan:
Kesalahan yang umum terjadi pada tahap ini
adalah mengajukan terlalu banyak pertanyaan
kepada klien. Sebaliknya fokuskan pada
prioritas.
42. Fase orientasi/perkenalan Tugas Keterampilan
3. Membuat dan
memformulasikan kontrak
Perawat dan klien membangun tingkat
kepercayaan dan kesepakatan yang
diungkapkan secara verbal tentang
• lokasi, frekuensi dan lamanya
pertemuan
• keseluruhan tujuan dari hubungan
tersebut
• bagaimana hal-hal yang sifatnya rahasia
akan ditangani
• tugas-tugas yang akan dituntaskan
• durasi dan indikasi untuk mengakhiri
pertemuan tersebut.
Berbagai keterampilan komunikasi di atas,
berikut kemampuan untuk mengatasi perilaku
resitif jika muncul.
43. HASIL YANG DIHARAPKAN PADA FASE ORIENTASI:
Menumbuhkan
kepercayaan (memahami
dan menghormati
keyakinan dan nilai budaya
mereka, menghargai
kerahasiaan klien.)
Memandang perawat
sebagai tenaga profesional
yang kompeten untuk
memberikan bantuan
Memandang perawat
sebagai pribadi yang jujur,
terbuka, dan peduli
dengan kesejahteraan
mereka
Merasa nyaman berbicara
Memahami tujuan
hubungan
45. TAHAP KERJA
Tahap kerja merupakan tahap inti dari
keseluruhan proses komunikasi
terapeutik
Tujuan tahap ini perawat dan klien
bekerja bersama-sama untuk
mengatasi masalah yang dihadapi
klien
46. TAHAP KERJA
• Tahap kerja hubungan perawat-klien biasanya dibagi menjadi dua subfase:
Identifikasi
masalah
Eksploitasi
47. IDENTIFIKASI MASALAH PADA TAHAP KERJA
Menerapkan active listening
Membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang
dihadapi
Bagaimana cara mengatasi masalahnya
Mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah
yang telah dipilih
48. EKSPLOITASI PADA TAHAP KERJA
Perawat memandu klien mengkaji perasaan dan
responnya
Mendorong perkembangan kesadaran diri
Dibangun rasa saling percaya antara perawat dan
klien
Menyimpulkan percakapannya dengan klien
49. KENDALA DALAM TAHAP KERJA
Transferen
•Klien biasanya secara tidak sadar memindahkan
perasaannya terhadap individu yang berarti dalam
hidupnya kepada perawat
Kontertransferen
•Respon perawat dipengaruhi kebutuhan dan konflik pribadi
yang tidak disadari
52. TAHAP TERMINASI
Terminasi Sementara
•akhir dari tiap pertemuan perawat-
klien
Terminasi Akhir
•Terjadi ketika perawat telah
menyelesaikan proses keperawatan
secara keseluruhan
•Melakukan Evaluasi Objektif.
•Melakukan Evaluasi Subjektif.
•Menyepakati tingkat lanjut
terhadap interaksi yang telah
dilakukan
•Membuat kontrak untuk
pertemuan berikutnya.
54. ANALISA DIRI DALAM KOMUNIKASI
TERAPEUTIK
Proses stimulasi untuk menentukan keberhasilan setiap tindakan yang
dilakukan oleh perawat.
Harus dilakukan setiap waktu karena erat kaitannya dengan kesadaran
diri perawat yang merupakan evaluasi dari apa yang telah dilakukan
perawat terhadap kliennya.
Kesadaran Diri Klarifikasi Nilai
Eksplorasi
Keadaan
Role Model
Altruisme
Etik Dan
Tanggungjawab
Terbagi dalam 6 aspek, yaitu:
55. KESADARAN DIRI
• Akan membuat perawat dapat menerima perbedaan dan keunikan klien
• Perlu ditingkatkan agar penggunaan diri secara terapeutik dapat lebih efektif
• Jendela johari (johari window) adalah konsep komunikasi yang diperkenalkan oleh joseph
luth dan harry ingram menggambarkan tingkat saling pengertian anta rorang yang
berinteraksi mengenai perilaku, pikiran dan perasaan
1
Diketahui oleh diri
sendiri dan orang lain
2
Hanya diketahui oleh
orang lain
3
Hanya diketahui oleh
diri sendiri
4
Tidak diketahui oleh
siapapun
56. 3 PRINSIP YANG DAPAT DIAMBIL DARI JOHARI
WINDOW, YAITU:
1. Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain.
2. Jika kuadran 1 yang paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau
kesadaran dirinya kurang (perilaku dan perasaan rendah)
3. Kuadran 1 paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran diri yang
tinggi
57. KESADARAN DIRI DAPAT DITINGKATKAN MELALUI 3 CARA (STUART
& SUNDEEN, 1987), YAITU:
Mempelajari diri sendiri
•Proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, perilaku, termasuk pengalaman yang
menyenangkan, hubungan interpersonal dan kebutuhan pribadi.
Belajar dari orang lain
•Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik dari orang lain akan meningkatkan
pengetahuan tentang diri sendiri. Dikarenakan banyak sekali sifat dan perilaku yang tidak kita
sadari tetapi orang lain melihat atau merasakannya.
Membuka diri.
•Untuk ini harus ada teman intim yang dapat dipercaya untuk menceritakan hal yang meupakan
rahasia. Sehingga seseorang akan merasa aman ketika berinteraksi karena tidak ada sesuatu yang
disembunyikan.
58. EKSPLORASI PERASAAN
• Yaitu mengkaji atau menggali perasaan-perasaan yang muncul sebelum dan
sesudah berinteraksi dengan orang lain.
• Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaan dirinya dan
mengontrolnya agar dapat berkomunikasi dengan klien secara maksimal
59. KLARIFIKASI NILAI
• Klarifikasi nilai bermanfaat bagi perawat untuk memahami dirinya sendiri dan
nilai-nilai pribadinya
• Proses klarifikasi nilai terdiri dari tiga langkah
Memilih
Mengambil
Tindakan
Menilai
60. ROLE MODEL
• Perawat yang efektif adalah perawat yang dapat memenuhi dan memuaskan
kehidupan pribadi, tidak didominasi oleh konflik serta adaptasi yang sehat
• Ciri perawat yang dapat menjadi role model adalah puas akan hidupnya, tidak
didominasi oleh stress, mampu mengembangkan kemampuan, dan adaptif
61. ALTRUISME
• Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa
memperhatikan diri sendiri
• Altruisme juga dapat diasumsikan sebagai bentuk perubahan social yang
dibuat untuk manusia dalam bentuk kebutuhan akan kesejahteraan
62. ETIK DAN TANGGUNG JAWAB
• Kode untuk perawat umumnya menyampaikan penguatan nilai hubungan
perawat-klien dan tanggung jawab dan pemberian pelayanan yang
merupakan rujukan untuk kesejahteraan pasien dan tanggung jawab social
• Hubungan perawat dengan etik adalah kebutuhan akan tanggung jawab
untuk merubah perilaku.
64. SIKAP ATAU CARA UNTUK MENGHADIRKAN DIRI SECARA FISIK
YANG DAPAT MEMFASILITASI KOMUNIKASI YANG TERAPEUTIK
(EGAN, )
Sikap Berhadapan
Sikap Mempertahankan Kontak Mata
Sikap Membungkuk ke arah Klien atau Pasien
Sikap Mempertahankan Sikap Terbuka
Sikap Tetap Rileks
65. SIKAP ATAU CARA LAIN YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Sikap Kesejatian
Sikap Konkret
Sikap Hormat
Sikap Empati
66. SIKAP TERAPEUTIK MELALUI PERILAKU NON
VERBAL. [STUAR DAN SUNDEEN (1998)]
Isyarat Vokal
Isyarat Tindakan
Isyarat Obyek
Ruang memberikan isyarat
Sentuhan
68. DAFTAR PUSTAKA (1)
• Arwani. (2002). Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
• Ellis, R., Gates, R, & Kenwothy, N. (2000). Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan: Teori dan Praktik. Jakarta:
EGC.
• Juliane, T. (2010). Komunikasi Terapeutik dan Konselin dalam Praktik kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
• Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1996). Jakarta: Balai Pustaka
• Keliat, B. A. (2002). Hubungan Terapeutuik Perawat-klien. Jakarta: EGC
• Kozier, Erb, Berman, dan Snyder. (2010). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 7, Volume 1.
Diterjemahkan oleh Wahyuningsih, et al. Jakarta: EGC
• Luddin, A. B. M. (2010). Dasar-Dasar Konseling: Tinjauan Teori dan Praktik. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
• Potter, P. A., dan Perry, A. G. (2005). Fundamental of nursing. Missouri: Mosby.
• Stuart, Gail W. & Sundeen, Sandra J. (1995). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (5th Ed.). USA: Mosby.
• Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
• Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Diterjemahkan oleh: Renata Komalasari. Jakarta: EGC
69. DAFTAR PUSTAKA (2)
• DeLaune, Sue C., Ladner, Patricia K. (2002). Fundamentals of Nursing: Standards & Practice 2th Ed. United States: Delmar
• Kozier, Barbara et al. (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process and Practice. 7th Ed. 2nd Vol. (Terjemahan).
Jakarta: Penerbit Salemba Merdeka.
• Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process and Practice. 7th Ed. (Terjemahan). Jakarta:
Penerbit Salemba Merdeka.
• Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
• Abdad, Fairus Ali (2012) Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik di Unit Rawat Inap Umum Rumah Sakit
Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor – SKRIPSI http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20309053-Tingkat%20pengetahuan-full%20text.pdf
(Diakses pada tanggal 12 November 2013, pukul 12.25 WIB)
• Videbeck, Sheila L. (2008) Psychiatric Mental Health Nursing. 4th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
• Cangara, Hafied. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
• Effendy, Onong Uchjana. (1994). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya
• Modul Komunikasi Kesehatan. (2012). Fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia
70. DAFTAR PUSTAKA (3)
• DeLaune, Sue C. (2002) . Fundamentals of Nursing: Standarts &Practice. USA: Delmar/Thomson Learning.
• Ellis,R.,Gates, R, & Kenworthy,N. (2000). Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan: Teori dan Praktik. Alih Bahasa :Susi
Purwoko. Jakarta,EGC.
• Kozier, Barbara et al,. (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice 7th Edition.
• Kozier, B,. Erb., Berman, A.J & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing: Concept,Process and Practice. Seventh edition. New
Jersey: Pearson Education, Inc.
• Kozier, B., et al.(2010).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik Edisi 7 Volume 1.Jakarta: EGC.
• Maulana, Heri D. J. (2009). Promosi kesehatan. Jakarta: EGC
71. DAFTAR PUSTAKA (4)
• Potter, PA & Perry, A.G. (1997). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice, 4th Ed (alih bahasa
Indonesia). Jakarta: EGC.
• Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). Fundamentals of Nursing. Seventh edition. St.Louis: Elsevier Pte Ltd.
• Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra.J. (1998). Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Jakarta: EGC.
• Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.
• Supartini, Yupi.(2004).Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta: EGC.
• Videback, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa/Sheila L. Videback; alih bahasa, Renata Komalasari, Alfrina
Hany: editor edisi bahasa Indonesia, Pamilih Eko Karyuni. Jakarta: EGC
• Videbeck, Sheila L. (2011). Psychiatric-mental health nursing. Philadhelpia: Lippincott William & Wilkins.
Editor's Notes
Terminasi Sementara
Merupakan akhir dari tiap pertemuan perawat-klien, setelah terminasi sementara klien akan bertemu lagi dengan perawat dengan waktu yang telah ditentukan.
Termanisi Akhir
Terjadi ketika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara keseluruhan. Tugas perawat pada tahap ini yaitu:
a. Melakukan Evaluasi Objektif. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan. Dalam mengevaluasi ini perawat tidak boleh terkesan menguji kemampuan klien, akan tetapi terkesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
b. Melakukan Evaluasi Subjektif. Dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat, seperti:
Apakah klien merasa interaksi tersebut menuruukan kecemasannya?
Apakah klien merasa interaksi tersebut ada gunanya?
Apakah interaksi tersebut menimbulkan masalah baru bagi klien?
c. Menyepakati tingkat lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindakan ini disebut dengan pekerjaan rumah bagi klien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang akan dilakukan berikutnya.
d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting dibuat agar dapat kesepakatan antara perawat dan klien untuk pertemuan berikutnya. Kontrak yang dibuat termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi.