1. Pengertian
Komunikasi
• Terapeutik
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan
dengan seni dari penyembuhan.
• Mampu terapeutik berarti seseorang mampu melakukan
atau mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau
ekspresi yang memfasilitasi proses penyembuhan.
• Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan klien. Pada dasarnya
komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
professional yang mengarah pada tujuan yaitu
penyembuhan klien.
2. Komunikasi terapeutik sebagai tanggung jawab moral perawat
Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang
didasari atas
sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu
orang lain untuk tumbuh dan berkembang.
Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menambahkan
bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap
tidak perduli terhadap org lain adalah seseorang pendosa yang
mementingkan dirinya sendiri.
Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa
“human care” terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan,
dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu
orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan
keberadaanya : membantu orang lain untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengendalian diri,
2
3. KEGUNAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Fx komunikasi terapeutik ad/ untuk mendorong
& menganjurkan kerjasama antara perawat &
klien mll hub perawat-klien
Perawat berusaha mengungkapkan perasaan,
mengidentifikasi & mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yg dilakukan dlm
perawatan.
3
4. TUJUAN HUBUNGAN TERAPEUTIK
(STUART DAN SUNDEEN’95)
Kesadaran diri, penerimaan diri dan
meningkatnya kehormatan diri
Identitas pribadi yg jelas dan meningkatnya
integritas pribadi
Kemampuan membuat suatu keintiman, saling
ketergantungan, hub. Interpersonal dgn
kapasitas memberi dan menerima cinta
Mendorong fungsi dan meningkatkan
kemampuan terhadap kebutuhan yang
memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang
realistis
5. PENTINGNYA MENJADI TERAPEUTIK
Dgn profesi sebagai seorang Ners, menjadi
terapeutik adalah suatu hal yg wajib dilakukan
Dgnmenjadi terapeutik menjadikan Ns. sbg
sarana ut. Memfasilitasi proses penyembuhan
menjalankan asuhan keperawatan yang
profesional
6. Carl Roger mgidentifikasi tiga faktor dasar
dlm mengembangkan hubungan yg saling
mmbantu (helping relationship) yaitu :
1.Keikhlasan
Ikhlas mnrt Dani, K (2002) mrp
ketulusan hati a/ dgn hati yg bersih & jujur.
Jd sec harfiah ikhlas dpt dpt diartikan
melakukan pekerjaan tanpa ada motif
trtentu.Apa yg dilakukan perawat kpd klien
hanya satu tujuan yaitu mmberikan
pelayanan yg trbaik dlm rangka mmpercepat
kesembuhan. 6
7. 2. Empati
Empati mrp sikap menerima & memahami emosi klien tanpa
trlibat ke dlm emosinya.
Mnrt Smith empati ad/ kemampuan menempatkan diri kita pd
posisi org lain serta memahami bgm perasaan org lain & apa
yg menyebabkan reaksi mrk tanpa emosi kita trlarut dl emosi
org lain. Jd berempati mrp sikap seseorg u/ memahami &
mengerti perasaan org lain tanpa ikut larut ke dlm emosi org
tsb. Seseorg hrs mampu mmbentengi emosinya agar tdk trlarut
o/ emosinya.Hal itulh yg mmbedakan antara empati & simpati.
Saat klien a/ klg marah akibat penyakit yg diderita tdk kunjung
sembuh & cenderung mmburuk, sikap yg ditunjukkan perawat
hendaknya jgn memarahi klien a/ klg. Perawat hrs menerima &
mengerti marahnya klien a klg tanpa adanya sikap yg
reaksional dr perawat & perawat tdk boleh larut dlm emosi
klien.
7
8. 3. Kehangatan
Mrp kesan verbal & non verbal yg ditunjukkan o/ seseorg
dlm mmberikan dukungan sosial kpd org yg sdg
mengalami brduka & kehilangan u/ mmpertahankan serta
menguatkan prtahanan egonya. Kehangatan sgt
diperlukan dlm menyampaikan empati. Kesan verbal yg
dpt ditampilkan ad/ dgn menunjukkan suara yg lembut &
irama teratur. Sdgkan kesan non verbal yg bisa
ditampilkan mnrt Smith :
a. Kondisi muka
Dahi : tampak rileks, tdk ada kerutan
Mata : kontak mata nyaman, gerak mata natural
Mulut : tampak rileks,tdk cemberut,tdk mnggigit
bibir,trsenyum jk perlu,rahang tampak rileks
Ekspresi : tampak rileks,tdk ada
ketakutan,kekhawatiran,menunjukkan ketertarikan &
perhatian
8
9. b. Sikap tubuh
Tubuh : brhadapan,bahu paralel dgn lawan bicara
Kepala : duduk a/ brdiri dg tinggi yg
sama,mganggukkan kepala bila perlu
Bahu : mudah digerakkan,tdk tegang
Lengan : mudah digerakkan,memegang kursi a/
tembok
Tangan : tdk memegang a/ saling menggenggam,tdk
mengatuk-atuk pena/brmain dg objek
Dada : nafas biasa
Kaki : tampak nyaman,tdk menendang
Telapak kaki : tdk mengetuk
Posisi tbh yg dpt menurunkan kehangatan : mengangkat
bahu anda tdk peduli/tdk tahu,brsedekap,menyilang
kaki,mengepal tinju.
9
10. PERBEDAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DGN
KOMUNIKASI SOSIAL
Komunikasi terapeutik
Terjadi antara perawat dg klien a/ anggota tim kesehatan
lainnya
Komunikasi umumnya lbh akrab krn mmpunyai tujuan,
berfokus pd klien yg mmbutuhkan bantuan
Prwt sec aktif mndengarkan & mmberi respon pd klien dg cara
menunjukkan sikap mau menerima & mau mmemahami shg
dpt mndorong klien u/ berbicara sec terbuka ttg dirinya. Selain
itu juga mmbt klien u/ melihat & mmperhatikan apa yg tdk
disadari sblmnya.
10
11. Komunikasi sosial
Terjadi stp hari antar org per org baik dlm pergaulan maupun
dlm lingkungan kerja
Komunikasi bersifat dangkal krn tdk mmpunyai tujuan
Lbh byk terjd dlm pekerjaan, aktivitas sosial, dll
Pmbicara tdk mmpunyai fokus tertentu ttp lbh mengarah pd
kebersamaan & rasa senang
Dpt direncanakan ttp dpt juga tdk direncanakan
11
12. BEDA HUB. TERAPEUTIK DGN SOSIAL
KOMPONEN SOSIAL TERAPEUTIK
HUBUNGAN
SALING MEMBUKA BERVARIASI KLIEN : MEMBUKA DIRI,
DIRI PERAWAT MEMBUKA DIRI UT.
MENDORONG TUJUAN
PENANGANAN
FOKUS DARI DIKETAHUI OLEH PERAWAT –
TIDAK DIKETAHUI OLEH PESERTA KLIEN
PERCAKAPAN
KETEPATAN DARI SOSIAL, BISNIS, IMPERSONAL PRIBADI DAN RELEVAN UT.
TOPIK
PERAWAT-KLIEN
HUBUNGAN
PENGALAMAN KETIDAK TERLIBATAN DAN PENGUNAAN DARI KETERLIBATAN DAN
DAN TOPIK PENGETAHUAN YG TIDAK LANGSUNG PENGUNAAN DARI
PENGETAHUAN LANGSUNG
ORIENTASI
WAKTU MASA LALU DAN MASA DEPAN SAAT INI
13. BEDA HUB. TERAPEUTIK DGN SOSIAL
(LANJUTAN…………….)
KOMPONEN SOSIAL TERAPEUTIK
HUBUNGAN
PENGUNAAN SALING MEMBAGI PERASAAN YG TIDAK ENAK, KLIEN MEMBAGI PERASAAN DAN
PERASAAN DAN SEBALIKNYA DIBERI SEMANGAT OLEH
PERAWAT
PERPISAHAN/TER TERBUKA - TERTUTUP SPESIFIK
MINASI
14. HOW TO BE A THERAPEUTIC?
Dalam therapeutic intimacy perawat memakai
dirinya sendiri, sehingga kunci utama menjadi
terapeutik adalan penggunaan diri Ns sendiri secara
terapeutik.
Untuk dapat melaksanakan komunikasi terapeutik
yang efektif, Ns. Harus mempunyai keterampilan
yang cukup dan memahami betul tentang dirinya.
Analisa hubungan intim yang terapeutik perlu
dilakukan untuk evaluasi perkembangan hubungan
dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat
dlm setiap tahap untuk mengatasi masalah klien
dengan prinsip disini dan saat ini (here and now).
15. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Sumber proses komunikasi yaitu pengirim dan penerima
pesan. Prakarsa berkomunikasi di lakukan oleh sumber ini
dan sumber juga menerima pesan sebagai tolak ukur
keberhasilan dalam mengirim.
Pesan – pesan yang disampaikan dengan menggunakan
penyajian baik yang berupa bahasa verbal maupun non
verbal.
Penerima yaitu orang yang menerima pengiriman pesan dan
membalas pesan yang disampaikan oleh sumber, sehingga
dapat diketahui mengerti tidaknya suatu pesan.
Lingkungan waktu komunikasi berlangsung, yang dalam hal
meliputi saluran penyampaian dan penerimaan pesan serta
lingkungan alamiah saat pesan disampaikan. Saluran
penyampaian pesan melalui indra manusia yaitu :
pendengaran, penglihatan, pengecap dan perabaan. 15
16. PRINSIP – PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,
memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
Komunikasi harus ditandai dangan sikap saling menerima, saling
percaya dan saling menghargai.
Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh
pasien.
Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik
maupun mental.
Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan
pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.
Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan
pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap,
tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat
memecahkan masalah – masalah yang dihadapi.
Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara
bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira,16
sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi.
17. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat
mempertahankan konsistennya.
Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan
sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.
Kejujuran dan komunikasinterbuka merupakan dasar dari hubungan
terapeutik.
Mamapu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan
meyakinkan orang lain tentang kesehatan, ole karena itu perawat
perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik mental, spiritual
dan gaya hidup.
Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila mengganggu.
Altruisme mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain
secara manusiawi.
Berpegang pada etika dangan ceara berusaha sedapat mungkin
mengambil keputusan berdasarkan prinsip kesejahtraan manusia.
Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab
terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung
jawab terhadap orang lain.
17
18. SIKAP PERAWAT DLM KOMUNIKASI
Perawat hadir sec utuh (fisik & psikologis) pd
wkt brkomunikasi dg klien. Selain pengetahuan ttg
tehnik & isi komunikasi, sikap a/ penampilan sgt
ptg dlm brkomunikasi.
Egan,1975 mengidentifikasi lima sikap a/ cara
mnghadirkan diri sec. fisik :
1.Berhadapan
2.Mmpertahankan kontak mata
3.Mmbungkuk ke arah klien
4.Mmpertahankan sikap terbuka
5.Tetap rileks
18
19. Kehadiran psikologis dpt dibagi dlm 2 dimensi :
dimensi respon & dimensi tindakan.
1.Dimensi respon : terdiri dr respon prwt yg ikhlas,
mghargai, empati & konkrit. Dimensi respon sgt ptg
pd awal berhubungan dg klien u/ mmbina hub
saling percaya & komunikasi terbuka : keikhlasan,
mnghargai, empati,konkrit.
2.Dimensi tindakan : tdk dpt dipisahkan dg dimensi
respon. Tind. Yg dilaksanakan hrs dlm konteks
kehangatan & pengertian : konfrontasi, kesegeraan,
keterbukaan prwt, emosional chatarsis, bermain
peran.
19
20. Ringkasan dimensi respon & tindakan dpt dilht pd tabel
berikut :
Dimensi Karakteristik
Respon
1. Ikhlas Prwt trbuka,jujur,realistis,dpt dipercaya
2. Mghargai Menerima & mmpercayai klien mmpunyai kemampuan memecahkan
mslh dg bantuan
Mghargai klien tanpa syarat
Memandang klien mll pandangan klien sendiri
3. Empati Peka terhdp perasaan klien saat ini
Dpt mgidentifikasi mslh klien & mmberi alternatif pemecahan pd
klien sesuai dg ilmu & pengalaman prwt tanpa mgg integritas diri
prwt
Mggunakan terminologi yg spesifik bukan yg abstrak dlm
mndiskusikan perasaan, pengalaman & prilaku 20
4. Konkrit
21. Dimensi Karakteristik
Tindakan
1. Konfrontasi Prwt mgekspresikan kesenjangan prilaku klien u/ meningkatkan
kesadaran dirinya
Mmberi respon segera pd hal yg terjd skrg & di tempat ini
2. Segera
Terjd pd wkt interaksi & dipakai u/ mmpelajari fx klien dlm hub
interpersonal
Prwt mgemukakan info ttg dirinya,ide,perasaan,nilai & sikapnya
3. Keterbukaan u/ mndukung kerjasama dg klien
prwt
Mndorong klien bicara hal yg mncemaskan & didiskusikan sec
4. Emosional terbuka
katarsis
Bermain peran ttg situasi tertt u/ meningkatkan kesadaran dlm
hug interaksi & kemampuan meliht situasi dr pandangan berbeda
5. Bermain
Klien bljr prilaku baru pd situasi yg aman.
peran
21
22. FASE – FASE DALAM KOMUNIKASI
TERAPEUTIK
1. Fase pra-interaksi
Fase pra-interaksi merupakan masa persiapan
sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan
klien. Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan
dan menilik dirinya dengan cara mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga
perawat mencari informasi tentang klien sebagai
lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan
klien. Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan
tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang
mungkin dirasakan oleh perawat sebelum melakukan
komunikasi terapeutik dengan klien.
22
23. Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi
interaksinya dengan orang lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 2000
dalam Suryani, 2005). Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan
dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara.
Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu
mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dengan baik
(Brammer, 1993 dalam Suryani, 2005) sehingga tidak mampu
melakukan active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh
perhatian).
Strategi komunikasi yang harus dilakuakn perawat dalam tahapan ini
adalah:
a. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan
mengidentifikasi kecemasan pasien
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri
c. Mengumpulkan data dan informasi tentang pasien dari keluarga
terdekatnya.
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien dengan
bersikap positif dan menghindari prasangka buruk terhadap klien di
pertemuan pertama. 23
24. 2. Fase Orientasi
Fase orientasi atau perkenalan merupakan
fase yang dilakukan perawat pada saat
pertama kali bertemu atau kontak dengan
klien. Tahap perkenalan dilaksanakan
setiap kali pertemuan dengan klien
dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah
memvalidasi keakuratan data dan rencana
yang telah dibuat sesuai dengan keadaan
klien saat ini, serta mengevaluasi hasil
tindakan yang telah lalu (Stuart.G.W,
1998). 24
25. Strategi yang dapat dilakukan perawat dalam tahapan ini adalah :
Membina rasa saling percaya : menunjukkan penerimaan dan
komunikasi terbuka terhadap pasien dengan tidak membebani
diri dengan sikap pasien yang melakukan penolakan diawal
pertemuan.
Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik
pembicaraan)
Mengeksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan serta
mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan
dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
Ketika pasien diam saja atau memalingkan muka, perawat bisa
menanyakan apakah pasien merasakan sakit dan apa yang
membuat pasien merasa tidak nyaman.
Merumuskan tujuan interaksi dengan klien. Pada pertemuan
awal dengan pasien, perawat memiliki tujuan untuk
menumbuhkan rasa saling percaya dengan kliennya. Maka,
perawat harus berusaha agar tujuan awal tersebut dapat
tercapai.
25
25
26. 3. Fase kerja
Fase kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik (Stuart,1998) yang terkait erat dengan pelaksanaan
rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai
dengan tujuan yang dicapai.
Pada fase kerja ini perawat perlu meningkatkan interaksi dan
mengembangkan faktor fungsional dari komunikasi terapeutik
yang dilakukan.
Meningkatkan interaksi sosial dengan cara meningkatkan sikap
penerimaan satu sama lain untuk mengatasi kecemasan, atau
dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebagai
cara pemecahan dan dalam mengembangkan hubungan kerja
sama.
Tugas perawat pada fase kerja ini adalah mengeksplorasi
stressor yang terjadi pada klien dengan tepat. Perawat juga
perlu mendorong perkembangan kesadaran diri klien dan
pemakaian mekanisme koping yang konstruktif, dan
mengarahkan atau mengatasi penolakan perilaku adaptif 26
27. Strategi yang dapat dilakukan perawat terhadap pasien ialah
mengatasi penolakan perilaku adaptif pasien dengan cara
menciptakan suasana komunikasi yang nyaman, dengan cara :
Berhadapan dengan lawan bicara.Dengan posisi ini perawat
menyatakan kesiapannya (”saya siap untuk anda”).
Sikap tubuh terbuka; kaki dan tangan terbuka (tidak
bersilangan) Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan bahwa
perawat bersedia untuk mendukung terciptanya komunikasi.
Menunduk/memposisikan tubuh kearah/lebih dekat dengan
lawan bicara Hal ini menunjukkan bahwa perawat bersiap untuk
merespon dalam komunikasi (berbicara-mendengar).
Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural.Dengan posisi
mata sejajar perawat menunjukkan kesediaannya untuk
mempertahankan komunikasi.
Bersikap tenang. Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru saat
berbicara dan menggunakan gerakan/bahasa tubuh yang
natural. 27
28. Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi
terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan
mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan
kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal
dan non verbal yang disampaikan oleh klien.
Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan
dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk
mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari
penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan
percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan
usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam
percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan
ide yang sama (Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005).
Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka
klien dapat merasakan bahwa keseluruhan pesan atau perasaan
yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar
dipahami oleh perawat.
28
29. 3. Fase terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan
perawat dan klien.
Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir
(Stuart,G.W,1998).
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap
pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini
dilakukan perawat dan klien masih akan
bertemu kembali pada waktu yang berbeda
sesuai dengan kontrak waktu yang telah
disepakati bersama.
Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh
perawat setelah menyelesaikan seluruh proses
29
30. Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah
dilaksanakan (evaluasi objektif). Brammer dan McDonald
(1996) menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan
tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang
sangat berguna pada tahap ini.
Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan
perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat. Perawat
bisa langsung menanyakan perasaan pasien dalam setiap
akhir pertemuan dengannya.
Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah
dilakukan. Tindak lanjut yang disepakati harus relevan dengan
interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang
akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam
tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.
30
31. TEHNIK-TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Mendengarkan dgn aktif
Menunjukkan penerimaan
Bertanya dengan pertanyaan terbuka
Mengulang kembali
Klarifikasi
Memfokuskan
Menawarkan informasi
Diam
Meringkas
Memberikan penguatan
Menawarkan diri
Memberikan kesempatan klien u/ memulai pembicaraan
Menganjurkan u/ meneruskan pembicaraan
Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya
Refleksi
31
32. Mendengarkan dgn aktif
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal
bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien.
Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk
mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang
dikomunikasikan.
Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan :
Pandang klien ketika sedang bicara
Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan
Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak
menyilangkan kaki atau tangan
Hindarkan gerakan yang tidak perlu
Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau
memerlukan umpan balik
Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
32
33. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia
untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan
atau tidak setuju.
Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menerima :
Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan
Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian
Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan
komunikasi verbal
Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan,
atau mencoba untuk mengubah pikiran klien.
Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
33
34. Bertanya dgn menggunakan pertanyaan terbuka
Tujuan perawat bertanya dgn pertanyaan terbuka ad/ u/
mndptkan informasi yg spesifik mengenai kondisi riil dr
klien dgn menggali penyebab klien dtg ke tempat
yankes.
Pertanyaan terbuka mmberikan peluang maupun
kesempatan klien u/ menyusun & mngorganisir
pikirannya dlm mengungkapkan keluhannya sesuai dg
apa yg dirasakan.
Kesan yg didptkan dg pertanyaan trbuka ad/ tdk
mginterogasi serta jawaban yg didptkan tdk
mengesankan yes and no question.
Dlm pertanyaan trbuka kesan klien dijadikan sbg subjek
& bukan sbg objek. 34
35. Mengulang kembali ucapan klien
dgn kata-kata sendiri
Dengan mengulang kembali ucapan klien,
perawat memberikan umpan balik sehingga
klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti
dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
Hal ini dilakukan krn kita sering salah persepsi
trhdp perilaku klien a/ apa yg diucapkan klien.
35
36. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu
menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi
dengan menyamakan pengertian, karena informasi
sangat penting dalam memberikan pelayanan
keperawatan.
Klarifikasi dpt diartikan sbg upaya u/ mndptkan
persamaan persepsi antara klien & perawat ttg
perasaan yg dihadapi dlm rangka mmperjls masalah
u/ mmfokuskan perhatian.
Klarifikasi identik dgn validasi yaitu menanyakan kpd
klien trhdp apa yg blm dimengerti agar pesan yg
disampaikan mnjd lbh jelas shg kesalahan
komunikasi prwt-klien dpt dihindari 36
37. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan
pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti.
Materi yg akan disampaikan a/ didiskusikan
mengerucut pd salah satu masalah sj yg ptg ad/
konsisten,kontinyu & tdk menyimpang dr topik
pembicaraan & tujuan komunikasi.
Memfokuskan dlm rangka mmpersempit
pembicaraan yg trtuju pd topik pmbicaraan sj & tdk
melebar dg prinsip mmbahas sampai tuntas
mengingat yg dikerjakan perawat di pelayanan cukup
menyita wkt & perhatian yg serius.
Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan
klien ketika menyampaikan masalah yang penting, 37
kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi
38. Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan
yang lebih baik bagi klien terhadap keadaanya.
Memberikan tambahan informasi merupakan
pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan
menambah rasa percaya klien terhadap perawat krn
perawat trkesan menguasai masalah yg dialami klien.
Sebaliknya jk perawat menahan informasi saat klien
mmbutuhkan, akan mmbuat klien tdk percaya pd
perawat.
Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter,
perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat
tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika
memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk
membuat keputusan. 38
39. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada
perawat dan klien untuk mengorganisir
pikirannya.
Penggunaan metode diam memerlukan
ketrampilan dan ketetapan waktu, jika
tidak maka akan menimbulkan perasaan
tidak enak.
Diam memungkinkan klien untuk
berkomunikasi terhadap dirinya sendiri,
me`ngorganisir pikirannya, dan
memproses informasi. Diam terutama
berguna pada saat klien harus mengambil
keputusan . 39
40. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama
yang telah dikomunikasikan secara singkat.
Metode ini bermanfaat untuk membantu topik
yang telah dibahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan berikutnya.
Meringkas pembicaraan membantu perawat
mengulang aspek penting dalam interaksinya,
sehingga dapat melanjutkan pembicaraan
dengan topik yang berkaitan.
Meringkas brarti mmberi kesempatan u/
mgklarifikasi komunikasi agar sama dgn ide
dlm pikiran. Meringkas pmbicaraan mmbantu
perawat mgulang aspek penting dlm
interaksinya shg dpt melanjutkan pembicaraan
dlm topik yg brkaitan
40
41. Memberikan Penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut
namanya, menunjukkan kesadaran tentang
perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai
manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan
tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban
baginya, dalam arti kata jangan sampai klien
berusaha keras dan melakukan segalanya demi
mendapatkan pujian atau persetujuan atas
perbuatannya. Dan tidak pula dimaksudkan untuk
menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya
“buruk”. 41
42. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk
berkomunikasi secara verbal dengan orang
lain atau klien tidak mampu untuk membuat
dirinya dimengerti. Seringkali perawat
hanya menawarkan kehadirannya, rasa
tertarik, tehnik komunikasi ini harus
dilakukan tanpa pamrih.
42
43. Memberi kesempatan kepada klien
untuk memulai pembicaraan
Memberi kesempatan pada klien untuk
berinisiatif dalam memilih topic
pembicaraan. Biarkan klien yang merasa
ragu-ragu dan tidak pasti tentang
perannanya dalam interakasi ini perawat
dapat menstimulasinya untuk mengambil
inisiatif dan merasakan bahwa ia
diharapkan untuk membuka pembicaraan.
43
44. Menganjurkan untuk meneruskan
pembicaraan
Tehnik ini menganjurkan klien untuk
mengarahkan hampir seluruh pembicaraan
yang mengindikasikan bahwa perawat
sedang mengikuti apa yang sedang klien
bicarakan dan tertarik dengan apa yang
akan dibicarakan selanjutnya. Perawat
lebih berusaha untuk menafsirkan dari
pada mengarahkan diskusi/pembicaraan
44
45. Menganjurkan klien untuk menguraikan
persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka
ia harus melihat segala sesungguhnya dari
perspektif klien. Klien harus merasa bebas
untuk menguraikan persepsinya kepada
perawat. Ketika menceritakan
pengalamannya, perawat harus waspada
akan timbulnya gejala ansietas.
45
46. Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan
menerima ide dan perasaanya sebagai bagian dari dirinya
sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan
kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab:
“Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”.
Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat
klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu
melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa
dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan
kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan bukan
sebagai bagian dari orang lain.
Tehnik refleksi digunakan u/ mengembalikan ide,perasaan &
pertanyaan kpd klien. Refleksi mrp tindakan mengembalikan
pikiran & perasaan klien.Klien terkadang bimbang a/ ragu dlm
mengambil keputusan shg hrs mndaptkan dukungan dr org 46
lain.
47. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI
Kemampuan pemahaman yg berbeda
Pengamatan/penafsiran yg berbeda krn pengalaman
masa lalu
Komunikasi satu arah
Kepentingan yg berbeda
Mmberikan jaminan yg tdk mungkin
Mmbicarakan hal-hal yg bersifat pribadi
Mmberikan kritik mengenai perasaan penderita
Mnghentikan/mgalihkan topik pmbicaraan
Terlalu byk bicara yg sehrsnya mndengarkan
Mmperlihatkan sikap jemu, pesimis
47
Editor's Notes
Sbg tenaga kes. Yang paling lama dan sering berinteraksi dengan pasien/klien, ners diharapkan dapat menjadi “obat” secara psikologis. Kehadiran dan interaksi yang dilakukan oleh ners hendaknya membawa kenyamanan bagi klien Ners memakai dirinya secara terapeutik dgn menggunakan bbg teknik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah yang positif seoptimal mungkin.
TERAPEUTIK INTIMACY MERUPAKAN HUB.SALING MENOLONG UT. KEUNTUNGAN KLIEN HUB SOSIAL UT. KEBUTUHAN KEDUA PIHAK