2. Qs. Al Kafirun ayat 1
1. َن ْوُرِفٰكْال اَهُّيَآٰٰي ْلُق
“Katakanlah (Muhammad) wahai orang-orang kafir”.
- Surat ini dikategorikan sebagai pedoman prinsip dalam berakidah dan berkeyakinan
- Secara internal, masing-masing wajib meyakini keyakinan dan agama yang dianutnya
- Namun secara eksternal, mengakui juga adanya keyakinan lain yang berbeda, yang
merupakan hidayah
- Nabi SAW diperintahkan oleh Allah SWT disurat ini dengan beberapa hal, yang ditujukan
kepada orang-orang kafir
- Ibnu Katsir menukil sebab nuzul surat ini, bahwa orang-orang kafir Quraisy pernah
mengajak Rosulullah SAW untuk menyembah berhala-hala mereka selama 1 tahun, dan
mereka akan menyembah Allah SWT selama 1 tahun...
3. Qs Al Kafirun ayat 2
2. اَم ُدُبْعَا َ
َل
َن ُْودُبْعَت
“Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah”.
- Inilah perintah pertama Allah SWT, kepada Nabi Muhammad SAW, dari lima perintah
disurat ini
- Kelima perintah ini menjadi jawaban, atas ajakan dan tawaran orang-orang musyrik
Makkah
- Imam As Sa’di memaknai ayat ini sebagai ‘Bara’ah’(berlepas diri) dari semua yang
disembah oleh mereka
- ‘Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah’merupakan ungkapan pernyataan dan
penegasan
- Pernyataan ini akan diulang kembali diayat keempat, dengan redaksi yang lebih
menguatkan
- Hal ini mengisyaratkan, urusan keyakinan dan ibadah tidak mungkin ditawar, atau
dipaksakan...
4. Qs AL Kafirun ayat 3
3. آَم َن ُْودِبٰع ْمُتْنَا َ
َل َو
ُدُبْعَا
“Dan kalian bukan penyembah apa yang aku sembah”.
- Ayat ini merupakan hakikat dalam pelaksanaan ibadah, sebagai cermin dan bukti dari
keyakinan seseorang
- Tidak mungkin seseorang menjalankan praktek ibadah, dari keyakinan yang tidak
diyakininya
- Imam As Sa’di menyampaikan alasan, karena tidak ada keikhlasan di dalamnya. Ibadah
tanpa keihklasan adalah tertolak
- Karenanya digunakan redaksi ‘kalian bukan penyembah’, menunjukkan sesuatu yang
sudah melekat
- Seandainya dijalankan juga seperti tawaran dan ajakan mereka, tentu tidak akan mungkin
sungguh-sungguh...
5. Qs Al Kafirun ayat 4
4. اَّم ٌدِباَع َ۠انَا َ
َل َو
ْمُّتْدَبَع
“Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah”.
- Ayat ini merupakan penegasan, tentang keyakinan yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad SAW
- Seperti juga orang-orang Quraisy tidak mungkin bisa menyembah apa yang Rosul sembah
- Rosulpun tidak mungkin menyadi penyembah apa yang mereka sembah, sebagai
konsekuensi masing-masing
- Secara bahasa, ayat ini memperkuat ayat kedua. Ayatkedua dengan kata kerja, sedang ayat
ini isim fa’il
- perbedaan ungkapan bahasa menunjukkan penegasan dan penguatan, atas keyakinan
awal...
6. Qs Al Kafirun ayat 5
5. آَم َن ُْودِبٰع ْمُتْنَا َ
َل َو
ُدُبْعَا
“Dan kalian tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah”.
- Pernyataan diayat ini kembali disampaikan oleh Rosulullah SAW, dalam bentuk
penyangkalan
- Redaksi ayat ini sama dengan ayat ketiga, dalam bentun isim, sebagai bentuk penegasan
akan keyakinan mereka
- Bahwa orang-orang musyrik Makkah tidak mungkin menjadi penyembah, apa yang
disembah oleh Nabi Muhammad SAW
- Meskipun awalnya justru mereka yang menyampaikan ajakan dan tawaran, untuk saling
menyembah yang berbeda
- Hakikat keyakinan itu tidak dapat ditukar atau ditawar. Masing-masing beribadah sesuai
dengan keyakinan yang dianudnya...
7. Qs Al Kafirun ayat 6
6. َيِل َو ْمُكُنْيِد ْمُكَل
ِْنيِد
“Bagimu Agamamu, dan bagiku Agamaku”.
- Ayat ini menutup surat Al Kafirun, sekaligus merupakan pernyataan terakhir Rosulullah
SAW, kepada kaum musyrik Makkah
- Urusan agama dan ibadah diserahkan kepada masing-masing, tidak boleh dipaksakan
- Bahasa yang digunakan diayat ini, didahului dengan ‘agamamu’, baru kemudian
‘agamaku’
- Hal ini mengisyaratkan sikap Rosullullah SAW yang bijaksana terhadap mereka, agar
dipahami dengan baik pula
- Karenanya ayat ini dijadikan landasan, dalam menjalankan toleransi antar umat
beragama...