Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad, kisah Abul Walid yang terpesona mendengarkan bacaan Al-Qur'an, dan penjelasan mengenai makna dan keistimewaan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup umat Islam.
Keutamaan Membaca dan Mengkaji Al-QuranRidlo Abelian
Keutamaan Membaca dan Mengkaji Al-Quran
"At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran"
Dalam garis besarnya, kitab ini mengandung sembilan bagian dan sebuah mukadimah yang menjelaskan secara ringkas latar-belakang dan kandungan kitab ini secara keseluruhan. Kemudian diteruskan dengan riwayat hidup Imam Nawawi.
Adapun kesembilan bagian yang menjadi inti kitab ini adalah:
• KEUTAMAAN MEMBACA DAN MENGKAJI AL-QUR’AN
• KELEBIHAN ORANG YANG MEMBACA AL-QUR’AN
• MENGHORMATI DAN MEMULIAKAN GOLONGAN ALQUR’AN
• PANDUAN MENGAJAR DAN BELAJAR AL-QUR’AN
• PANDUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN
• ADAB DAN ETIKA MEMBACA AL-QUR’AN
• ADAB BERINTERAKSI DENGAN AL-QUR’AN
• AYAT DAN SURAT YANG DIUTAMAKAN MEMBACANYA PADA WAKTU-WAKTU TERTENTU
• RIWAYAT PENULISAN MUSHAF AL-QUR’AN
Keutamaan Membaca dan Mengkaji Al-QuranRidlo Abelian
Keutamaan Membaca dan Mengkaji Al-Quran
"At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran"
Dalam garis besarnya, kitab ini mengandung sembilan bagian dan sebuah mukadimah yang menjelaskan secara ringkas latar-belakang dan kandungan kitab ini secara keseluruhan. Kemudian diteruskan dengan riwayat hidup Imam Nawawi.
Adapun kesembilan bagian yang menjadi inti kitab ini adalah:
• KEUTAMAAN MEMBACA DAN MENGKAJI AL-QUR’AN
• KELEBIHAN ORANG YANG MEMBACA AL-QUR’AN
• MENGHORMATI DAN MEMULIAKAN GOLONGAN ALQUR’AN
• PANDUAN MENGAJAR DAN BELAJAR AL-QUR’AN
• PANDUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN
• ADAB DAN ETIKA MEMBACA AL-QUR’AN
• ADAB BERINTERAKSI DENGAN AL-QUR’AN
• AYAT DAN SURAT YANG DIUTAMAKAN MEMBACANYA PADA WAKTU-WAKTU TERTENTU
• RIWAYAT PENULISAN MUSHAF AL-QUR’AN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mempelajari ilmu Al-Quran, ada beberapa hal yang penting untuk dipelajari dan salah satunya adalah bagaimana Al-Quran diturunkan dan bagaimana Al-Quran itu dibukukan. Karena dengan mengetahui bagaimana proses pengumpulan Al-Qur’an kita dapat mengerti bagaimana usaha-usaha para sahabat untuk tetap memelihara Al-Quran.
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslim dan menjadi sumber ajaran islam yang pertama dan utama yang harus diimani dan diaplikasikan dalam kehidupan agar memperoleh kebaikan didunia dan di akhirat. Karena itu, tidaklah berlebihan jika selama ini kaum muslim tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya, tetapi juga telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga autentisitasnya. Upaya itu telah dilaksanakan sejak Nabi Muhammad SAW masih berada di Mekkah dan belum berhijrah ke Madinah. Dengan kata lain upaya tersebut telah mereka laksanakan sejak Al-Qur’an diturunkan hingga saat ini.
Jika hakikat Al-Qur’an sudah terjawab maka akan muncul pertanyaan lain, bagaimana Al-Qur’an diturunkan dan bagaimana pula pendapat ulama menyikapi hal tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut akan dibahas di bab selanjutnya, yang jelas Al-Qur’an duturunkan pada bulan yang penuh berkah, yaitu bulan Ramadhan. Sedangkan, proses turunnya Al-Qur’an disebut Nuzulul Qur’an.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian Al-Qur’an dan Nuzulul Qur’an?
b. Sejarah Nuzulul Qur’an?
c. Bagaimana hubungannya dengan fenomena wahyu?
d. Bagaimana proses turunnya Al-Qur’an?
e. Apa hikmah dibalik turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur dan dalilnya?
Bab II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Al-Qur’an dan Nuzulul Qur’an
Secara etimologi (bahasa) Al-Qur’an berarti bacaan karena makna tersebut diambil dari kata qaraah, yaitu bentuk masdar dari kata qara. Sedangkan secara terminology Al-Qur’an sudah banyak diberikan pengertian oleh mufassir
Para ulama berbeda pendapat mengenai pengertian kata “Qur’an” secara harfiah.
1. Ada yang berpendapat bahwa Al-Qur’an itu diambil dari akar kata apa pun, tetapi adalah kata asli yang merupakan nama, sebagaimana nama Taurat dan Injil
2. Ada yang berpendadpat bahwa kata Al-Qur’an berasal dari kata qarinah, artinya “petunjuk makna”. Maksudnya ayat-ayat Al-Qur’an itu saling menunjukkan makna, saling menerangkan.
3. Ada yang berpendapat bahwa kata Al-Qur’an itu diambil dari kata dasar qarana artinya “menggabungkan”. Alasannya adalah bahwa ayat-ayat dan surah-surah Al-Qur’an itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga menjadi satu kesatuan. Menurut as-Salih (1988:19), ketiga pendapat itu tidak berdasar pada kaidah penafsiran dalam bahasa Arab.
4. Pendapat yang lebih kuat adalah bahwa Al-Qur’an terambil dari kata dasar qara’a yang berarti “menyatukan”, yaitu menggabungkan huruf-huruf sehingga berarti “membaca”. Pendapat ini lebih kuat karena sesuai dengan surah Al-Qiyamah/75: 17-18 yang artinya Se
Pentingya mengimani iman kpd kitab allah swtseatea_noer
AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP
Anggota Kelompok I:
Achmad Amir M
Julian Eko C
Siti Nur Aisyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Pentingnya Mengimani Kitab Kitab Allah SWT
Pengertian Iman kepada Kitab Allah SWT
Iman kepada kitab Allah SWT artinya menyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab kepada nabi atau rasul yang berisi wahyu untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.
Semua kitab yang diturunkan oleh Allah SWT berisi tentang peraturan, ketentuan, perintah, dan larangan yang dijadikan pedoman bagi seluruh umat manusia.
Kitab kitab Allah SWT tersebut diturunkan pada masa yang berlainan. Semua kitab tersebut berisi ajakan yang sama , yaitu mengesakan allah SWT. Yang berbeda hanyalah dalam syari’at yang sesuai dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu.
Pengertian Kitab dan Suhuf
Kitab dan ṡuḥuf merupakan wahyu Allah Swt.yang disampaikan kepada pararasul untuk disampaikan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup.
Perbedaan antara kitab dan ṡuḥuf bisa dilihat
pada tabel berikut.
Isi pokok kitab taurat terdiri dari 10 hukum atau 10 firman Allah SWT yang diterima oleh nabi Musa As di Gunung Sinai (Tursinai). 10 hukum tersebut berisi tentang asas asas keyakinan dan asas asas kebaktian ,sebagai berikut:
Hormati dan cintai Allah satu saja,
Sebutkan nama Allah dengan hormat,
Kuduskan hari Tuhan (hari ke-7 atau hari Sabtu),
Hormati ibu bapakmu,
Jangan membunuh,
Jangan berbuat cabul,
Jangan mencuri,
Jangan berdusta,
Jangan ingin berbuat cabul,
Jangan ingin memiliki barang orang lain dengan cara yang tidak halal.
Kitab zabur berisi kumpulan ayat ayat yang dianggap suci. Ada 150 surat dalam kitab zabur yang tidak mengandung hukum hukum, tetapi hanya berisi nasihat nasihat, hikmah pujian dan sanjungan kepada Allah SWT.
Secara garis besar, nyanyian rohani yang disenandungkan oleh nabi Daud As.
Di dalam kitab ada 2 macam yaitu
nyanyian untuk memuji Tuhan (liturgi),
nyanyian perorangan sebagai ucapan syukur,
ratapan-ratapan jamaah,
ratapan dan doa individu, dan
nyanyian untuk raja.
Wahyu pertama adalah surah Al- ‘Alaq ayat 1-5 yang diturunkan pada malam 17 Ramadhan tahun 610 M di Gua Hira’ ketika Nabi Muhammad sedang ber Khalwat. Turunnya Al-Qur’an disebut dengan Nuzulul Qur’an.
Dengan diterimanya wahyu pertama ini , nabi Muhammad diangkat sebagai rasul,yaitu manusia pilihan Allah SWT yang diberi wahyu untuk disampaikan kepada umatnya. Mulai saat itu Rasulullah SAW diberi tugas oleh Allah SWT untuk menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh umat manusia.
Wahyu yang terakhir turun adalah Q.S. al-Māidah ayat 3. Ayat tersebut turun pada tanggal 9 Ḍulhijjah tahun 10 Hijriyah di Padang Arafah, ketika itu beliau sedang menunaikan haji wada’ (haji perpisahan). Beb
kitab suci bagi umat Islam, tidak ada keraguan di dalamnya
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (Q.S. Al-Baqarah:2)
1. Saudaraku, sidang pembaca yang budiman, Alhamdulillah, jumpa lagi kita bukan? Kali
ini dakwah saya (lewat tulisan) sesuai judul tersebut diatas semoga menjadi penawar
dan menyejukkan hati sidang pembaca. Kita yang cinta kepada bacaan bernafaskan
Islam tentu telah kenal atau paling tidak sudah pernah membaca nama seorang
sastrawan Arab (terkenal) yang sukar dicari tandingannya bernama : Abul Walid
bukan? Tahukan antum, bahwa sastrawan handal tanpa tandingan itu pernah tidak
berdaya menghadapi Al-Qur’an? Ingin dengar kisahnya?
Begini : Di zaman Rasulullah saat itu beberapa pemimpin Quraisy telah berkumpul
untuk merundingkan bagaimana cara-cara menundukkan Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya mereka (kaum Quraisy) sepakat mengutus Abul Walid untuk mengajukan
tawaran kepada Rasulullah SAW agar mau berhenti berdakwah dan sebagai gantinya
beliau (Nabi Muhammad SAW) akan diberi harta, pangkat, jabatan tinggi dan lain
sebagainya. Setelah Rasulullah mendengar ucapan-ucapan Abul Walid maka
Rasulllah pun membacakan surat Fushshilat atau disebut juga surat Hamim Sajadah
dari awal sampai akhir, yaitu dari ayat pertama sampai ayat lima puluh empat. Abul
Walid amat tertarik dan terpesona mendengarkan ayat-ayat itu di bacakan, sehingga ia
(Abul Walid) termanggu termenung-menung memikirkan keindahan gaya bahasanya,
kemudian langsung kembali kepada kaumnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun
kepada Rasulullah. Kaumnya yang telah lama menunggunya dengan gelisah dan tiada
sabar lagi, begitu melihat perubahan yang nyata pada mukanya, mereka segera
bertanya :
”Apa yang kamu bawa dan mengapa engkau bermuram durja ?”
”Aku belum pernah mendengar kata-kata seindah itu. Itu bukan syair, bukan sihir dan
bukan pula mantera tukang tenung.” jawab Abul Walid. Dan seterusnya katanya :
”Sesungguhnya Al-Qur’an itu ibarat pohon yang daunnya rindang, akarnya terhujam
kedalam tanah, susunan kata-katanya manis dan enak didengar. Itu bukanlah kata-kata
manusia, ia begitu agung, begitu tinggi. Tidak ada yang lebih tinggi darinya.” demikian
Abul Walid mengakhiri kata-katanya. Mendengar jawaban ini, mereka (para pemimpin
Quraisy) menuduh Abul Walid telah berkhianat terhadap agama nenek moyangnya dan
cenderung kepada agama baru yang di bawa Muhammad.
Sidang pembaca, demikian sepenggal kisah ketidak berdayaan Abul Walid
sang sastrawan Arab terkenal menghadapi Al-Qur’an. Untuk mengetahui lebih
mendalam mengenai keistimewaan kitab suci Al-Qur’an serta bagaimana mengetahui
2. sejarah turunnya, mengimaninya dan menjadikannya sebagai pedoman hidup. Kita
simak baik-baik pembahasan kita lewat dakwah melalui tulisan ini.
Saudaraku, sidang pembaca yang budiman. Negeri Arab sebelum Nabi
Muhammad diangkat menjadi Rasul, terkenal dengan sebutan Jahiliyah. Sebutan ini
diberikan karena masyarakat Arab waktu itu memiliki perilaku yang telah melampaui
batas. Berzina, berjudi, merampok, mabuk-mabukan, membunuh anak – anak
perempuan, menyembah berhala, dan sebagainya merupakan pemandangan sehari-
hari. Melihat perilaku masyarakat yang telah rusak tersebut, pada saat itu Nabi
Muhammad SAW berumur 40 tahun, beliau pun banyak melakukan perenungan.
Beliau sering mengasingkan diri di Goa Hira untuk menghindari hiruk pikuknya kota
mekkah ketika itu.
Setelah melakukan khalwat beberapa lama di Goa Hira, pada malam 17
Ramadhan atau 6 Agustus 610 M, datanglah Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad
dan menyuruhnya untuk membaca tulisan yang dibawa Jibril. Dengan agak terkejut
beliau menjawab : ”Aku tidak dapat membaca.” Jawaban tersebut dikemukakan Nabi
berulang-ulang, hingga akhirnya Jibril membimbing beliau sampai mampu membaca.
Adapun ayat yang dibawa Malaikat pada saat
itu adalah :
”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling
pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq : 1-5)
Peristiwa yang dialami Nabi Muhammad SAW pada tanggal 17 Ramadhan itulah yang
menandai turunnya wahyu pertama sehingga diperingati oleh umat Islam diseluruh dunia
3. sebagai malam Nuzulul Qur’an (malam dirunkannya Al-Qur’an). Selain itu, kejadian
tersebut juga merupakan titik awal diangkatnya Muhammad sebagai Rasul Allah SWT.
Saudaraku, sidang pembaca.
Al-Qur’an dirunkan sebagai petunjuk bagi sekalian manusia dan menjadi
pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendapat yang paling
populer mengatakan bahwa secara kseluruhan Al-Qur’an terdiri atas 30 Juz, 114 surat,
554 ruku’ dan 6.666 ayat diawali dengan Al-Fatihah dan di akhiri dengan surat An-Nas.
Para ulama berselisih pendapat tentang lamanya masa Al-Qur’an diturunkan. Ada yang
berpendapat Al-Qur’an diturunkan selama 20 tahun, 23 tahun bahkan 25 tahun. Hal ini
disebabkan mereka berselisih pendapat tentang lamanya Nabi bermukim di Mekah
setelah diangkat menjadi Rasul. Pendapat yang terkuat, mengatakan Al-Qur’an
diturunkan selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai dari malam 17 Ramadhan
tahun 41 dari kelahiran Nabi SAW hingga 9 Dzulhijjah tahun ke-10 Hijriyah (633 M).
Adapun masa turunnya Al-Qur’an dapat dibagi menjadi dua sebagai berikut :
a. Ketika Nabi Muhammad SAW berada di Mekah selama 12 tahun 5 bulan 13 hari.
Surat-surat yang turun disebut surat-surat Makkiyah, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Umumnya suratnya pendek-pendek
2. Berisi tentang ajaran tauhid (keimanan) tentang syurga dan neraka
3. Ayatnya dimulai dengan lafdz : Ya ayuhannas artinya, wahai manusia.
b. Ketika Nabi berada di Madinah setelah melakukan hijrah, selama 9 tahun 9 bulan
9 hari. Surat-surat yang turun disana disebut surat-surat Madaniyah, dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Umumnya suratnya panjang-panjang
2. Berisi tentang hukum dan mu’amalat
3. Ayatnya dimulai dengan lafadz : ya ayyuhalladzina amanu artinya, wahai
orang-orang yang beriman.
4. Masa turunnya wahyu dinyatakan berakhir setelah Nabi menerima wahyu terakhir yaitu
surat Al-Maidah ayat 3 yang diturunkan saat Nabi berada di padang Arafah guna
melaksanakan haji wada’ (haji perpisahan) pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 H. (633
M).
Seperti berikut :
”...... Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku cukupkan
nikmatKu, serta Ku ridho’i Islam sebagai agamamu....” (QS. Al-Maidah : 3)
Surat Al-Maidah, ayat ketiga ini secara jelas menunjukkan jaminan Allah bahwa Islam
telah di nyatakan sempurna, isinya merangkum semua persolan hidup manusia,
sehingga orang yang berpegang kepada Islam, akan memperoleh nikmat yang
sempurna pula dan Allah juga telah meridho’i Islam sebagai agama umat manusia.
Saudaraku, sidang pembaca.
Adapun pengertian Al-Qur’an menurut bahasa (lughat) : Al-Qur’an berasal dari
kata qa-ra-a, yaitu bentuk masdar yang artinya bacaan. Al-Qur’an dengan makna
tersebut diantaranya terdapat dalam ayat berikut :
”Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka
ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah : 17-18)
Sedangkan pengertian Al-Qur’an menurut istilah adalah kalam Allah SWT yang
merupakan mukjizat yang dirunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril dan
membacanya merupakan ibadah. Dari pengertian diatas, kalam Allah SWT yang
diwahyukan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad SAW tidak dinamakan Al-Qur’an
seperti Taurat, Zabur dan Injil. Selain itu perlu diketahui tidak semua firman Allah yang
5. diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di sebut Al-Qur’an. Ada yang disebut Hadist
Qudsi.
Beda antara hadist Qudsi dengan Al-Qur’an sebagai berikut :
a. Isi dan redaksi ayat-ayat Al-Qur’an langsung dari Allah SWT, sedangkan hadist
Qudsi isinya dari Allah tetapi redaksi kalimatnya dari Nabi Muhammad SAW.
b. Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah, sedangkan hadist Qudsi tidak
merupakan ibadah.
Al-Qur’an mempunyai banyak nama, menurut pendapat sebagian ulama, Al-Qur’an itu
mempunyai lebih dari 90 nama. Tetapi nama lain Al-Qur’an yang paling terkenal ada 4
saja seperti berikut :
1. Al-Kitab atau Kitabullah, merupakan kesamaan dari kata Al-Qur’an yang artinya
bacaan. Dalam Al-Qur’an nama Al-Kitab antara lain terdapat dalam surat Al-Baqarah
ayat kedua.
Sesuai Firman-Nya :
”Kitab (Al-Qur’an) itu tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang
bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 2)
2. Al-Furqan, artinya Pembeda yaitu yang membedakan antara yang benar (hak)
dan yang salah (bathil).
Seperti yang terdapat dalam Firman-Nya :
”Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya
agar dia menjadi peringatan bagi seluruh alam.” (QS. Furqon : 1)
3. Al-Huda yang berarti petunjuk.
6. Seperti
Firman-Nya :
”Dan sesungguhnya tatkala kami mendengarkan petunjuk (Al-Qur’an), kami beriman
kepadaNya.......” (QS. Al-Jin : 13)
4. Adz Dzikir yang berarti peringatan.
Seperti Firman Allah SWT :
”Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Adz Dzikir (Al-Qur’an) dan sesungguhnya
Kami pula yang memeliharanya (menjaganya). (QS. Al-Hijr : 9)
Dan nama-nama itu menunjukkan akan kemuliaan dan kelebihan Al-Qur’an. Dan surat
Al-Hijr ayat kesembilah itu bukti janji Allah SWT bahwa Al-Qur’an dari semenjak
diturunkan hingga akhir zaman akan terpelihara keaslian serta kemurniannya.
Saudaraku, sesama muslim.
Akhir materi kita dalam tulisan ini adalah Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Sebagai
manusia, kita diciptakan oleh Allah SWT ke muka bumi ini bukanlah hanya untuk
bersenang-senang, makan enak, jalan-jalan, bersenda gurau, tertawa, menangis dan
sebagainya. Tetapi Allah SWT menciptakan manusia dengan tugas pokok yaitu untuk
menyembah kepada-Nya dan untuk menjadi khalifah di bumi.
Sesuai Firman Allah SWT :
7. ”Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyembahKu.” (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Dan
Firman Nya :
”Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : ”Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi...... ” (QS. Al-Baqarah : 30)
Agar manusia sukses menjalankan tugas – tugas pokok (utamanya) itu
diperlakukan suatu pedoman atau petunjuk sehingga ia dapat tetap berada pada jalan
yang benar dan tidak tersesat. Oleh karena itu, dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya,
Allah SWT menurunkan petunjuk berupa kitab suci. Bagi kita umat Nabi Muhammad
SAW telah di beri pedoman berupa Al-Qur’an. Al-Qur’an berisi ketentuan – ketentuan
tentang segala sesuatu yang bertujuan mengantarkan manusia selamat di dunia dan
akhirat. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Sesuai Firman Nya :
”Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal
shaleh bahwa bagi mereka pahala yang besar.” (QS. Al-Isra : 9)
Dan Firman Nya :
8. ”Alif laam miim, Kitab (Al-Qur’an) itu tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi
mereka yang bertakwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan
shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan
mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah di turunkan kepadamu dan
kitab-kitab yang telah di turunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya
kehidupan akhirat.” (QS. Al-Baqarah 1-5)
Dari Ayat 1-5 surat Al-Baqarah di atas dapat disimpulkan bahwa hanya orang-
orang yang bertakwalah yang menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk. Siapa orang-
orang yang bertakwa itu? Yaitu mereka yang percaya kepada yang gaib dan wahyu
yang diturunkan Allah, menegakkan shalat dan membayar zakat. Itulah orang yang
bertakwa menurut ayat tersebut diatas. Selanjutnya Allah SWT juga menegaskan,
orang-orang dengan ciri-ciri takwa itulah yang selalu berada dalam hidayah dan akan
selalu memperoleh keuntungan. Oleh kaerna itu bila kita ingin sukses dalam hidup ini,
tidak ada cara lain kecuali menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam setiap
aktivitas (perbuatan) kita.
Saudaraku, sidang pembaca. Sampai disini dulu dakwah saya (lewat tulisan)
kali ini. Insya Allah jumpa lagi kita pada tulisan saya yang lain di kesempatan yang lain.
Terima kasih atas segala perhatian serta mohon maaf apabila terdapat kesalahan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
∙ ∙