This document summarizes the key points from several passages of the Quranic surah Al-Muthaffifin. The passages warn against dishonest business practices like fraud in measurements. They describe how merchants in Madinah at the time of the Prophet would shortchange customers but take extra for themselves. The surah serves as a warning and threat of punishment for such dishonest behaviors. It also references the Day of Judgment when all people will be resurrected and accountable before God for their actions. Non-believers question this day, which is why the surah reminds them of its certainty. On that day, all people will stand bare before God as the sun is intensely close, causing

2. 
Celaka bagi Orang-orang yang Curang !
ِ‫م‬ۡ‫س‬ِ‫ب‬
‫ل‬ۡ‫ی‬ َ‫و‬ ِ‫یم‬ ِ‫ح‬‫ه‬‫ٱلر‬ ِ‫ن‬ٰ‫ـ‬َ‫م‬ ۡ
‫ح‬‫ه‬‫ٱلر‬ ِ ‫ه‬
‫ٱَّلل‬
َ‫ین‬ِ‫ف‬ِ‫ف‬َ‫ط‬ُ‫م‬ۡ‫ل‬ِ‫ل‬
“
Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan
menimbang)"!. (Al-Muthaffifin: 1)
📖 Surat Al-Muthaffifin merupakan potret suram para pedagang
Madinah, saat Rasulullah saw tiba disana
📖 Bahkan dalam riwayat Nasa'i dan Ibnu Majah, disebutkan oleh
Abu Sa'id Al-Khudry ra, pedagang Madinah terburuk dalam
urusan timbangan
📖 Mereka biasa mengurangi timbangan untuk orang lain, dan
menambah timbangan untuk diri mereka, sehingga diturunkan ayat
ini
📖 Ayat ini menjadi peringatan, sekaligus ancaman kecelakaan dan
azab, bagi pedagang yang berlaku curang
📖 Kata 'Wayl' di awal surat juga dimaknai oleh sebagian mufassir,
sebagai salah satu nama neraka
📖 Neraka Wayl ini disiapkan untuk para pedagang yang bersikap
curang, dengan merugikan orang lain, dan menguntungkan diri
sendiri....

3. 
Siapa Al-Muthaffifin ?...
َ‫ِین‬‫ذ‬‫ه‬‫ٱل‬
‫ه‬‫و‬ ‫و‬َ‫أ‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ‫۝‬ َ‫ون‬ُ‫ف‬ ۡ
‫و‬َ‫ت‬ۡ‫س‬َ‫ی‬ ِ
‫اس‬‫ه‬‫ن‬‫ٱل‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ۟‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ت‬ۡ‫ٱك‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬
ۡ‫م‬ُ‫ه‬‫و‬ُُ َ‫َز‬
َ‫ون‬ُ‫ِر‬‫س‬ ۡ
‫خ‬ُ‫ی‬
(
Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain
mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau
menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi". (Al-Muthaffifin:
2 - 3)
📖 Dua ayat ini berbicara tentang sifat orang yang dikategorikan
sebagai 'Al-Muthaffifin', orang-orang yang curang dalam timbangan
📖 Cirinya, jika menerima dari orang lain minta dicukupkan dan
dilebihkan. Namun jika memberi kepada orang lain, ia batasi dan
kurangi
📖 Jelas dan nampak egoismenya, hanya ingin mementingkan dan
menguntungkan diri sendiri
📖 Tidak ada sedikitpun keinginan untuk membantu dan menolong
orang lain, dengan kelebihan yang ada
📖 Betul berdagang itu sunnah Rasulullah saw untuk mencari
keuntungan, namun tetap ada adab dan akhlak yang dituntun
📖 Tidak menghalalkan segala cara, demi meraup keuntungan, seperti
dengan cara curang dalam timbangan
📖 Allah swt memerintahkan di ayat yang lain, "Dan sempurnakanlah
takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan timbangan
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya". (Al-Isra': 35).

4. 
Tidakkah Yakin dengan Kebangkitan?
َ
‫َل‬َ‫أ‬
َ‫ون‬ُ‫ث‬‫و‬ُ‫ع‬ۡ‫ب‬‫ه‬‫م‬ ‫م‬ُ‫ه‬‫ه‬َُ‫أ‬ َ‫ك‬ِٕ‫ى‬ٰٰۤ‫ـ‬َ‫ل‬ ۟
‫و‬ُ‫أ‬ ُّ‫ن‬ُ‫ظ‬َ‫ی‬
‫۝‬
ٍ‫م‬ ۡ
‫و‬َ‫ی‬ِ‫ل‬
ِ‫ظ‬َ‫ع‬
‫یم‬
ࣲ
“ Tidakkah mereka itu yakin, bahwa sesungguhnya
mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar".
(Al-Muthaffifin: 4 - 5)
📖 Ayat ini mengingatkan para 'Muthaffifin', dengan hari
yang sangat agung, yaitu hari kebangkitan
📖 Semua manusia akan dibangkitkan di hari agung
tersebut, untuk mempertanggung jawabkan semua
perbuatan
📖 Keyakinan akan hari akhir, menjadi pengingat dan
benteng seseorang, dari berbuat dosa
📖 Imam As-Sa'di menuturkan, yang membuat mereka
berani curang dalam timbangan, ketidak yakinan mereka
terhadap akhirat
📖 Karenanya, ayat ini merupakan peringatan sekaligus
ancaman, agar berhenti dari perilaku curang....

5. 
Hari Semua Manusia Menghadap Allah SWT...
َ‫م‬ ۡ
‫و‬َ‫ی‬
َ‫ین‬ِ‫م‬َ‫ل‬ٰ‫ـ‬َ‫ع‬ۡ‫ٱل‬ ِ‫ب‬ َ‫ر‬ِ‫ل‬ ُ‫اس‬‫ه‬‫ن‬‫ٱل‬ ُ‫م‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ی‬
("
yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap
Tuhan seluruh alam". (Al-Muthaffifin: 6)
📖 Ayat ini menggambarkan lebih rinci ayat sebelumnya,
tentang hari yang sangat agung 'Yaumun 'Adhim‘
📖 Dijelaskan di ayat ini, hari yang agung adalah hari semua
manusia dibangkitkan, menghadap Allah swt
📖 Menghadap Allah swt, sebagai bentuk pertanggungan jawab,
atas semua perbuatan di dunia
📖 Dalam beberapa riwayat digambarkan, bagaimana kondisi
manusia saat berdiri menghadap Allah swt
📖 "Manusia berdiri dalam keadaan telanjang dan tidak
mengenakan alas kaki. Matahari sangat dekat seperti jarak 1 mil,
sehingga keringat menutupi betis, pinggang, atau paha mereka.
Bahkan ada yang tenggelam dengan keringatnya". (HR. Ahmad)
📖 Masya Allah, demikian beberapa bentuk kedahsyatan hari
agung, hari semua manusia menghadap Allah swt
📖 Keadaan manusia saat itu, tergantung amal masing-masing.
Jika baik, akan mendapat kebaikan, demikian sebaliknya....

6. 
Kitab Catatan Sijjin bagi Al-Fujjar
ٰۤ ‫ه‬
‫َّل‬َ‫ك‬
‫ین‬ ِ‫ج‬ِ‫س‬ ‫ی‬ِ‫ف‬َ‫ل‬ ِ
‫ار‬‫ه‬‫ج‬ُ‫ف‬ۡ‫ٱل‬ َ‫ب‬ٰ‫ـ‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ ‫ه‬‫ن‬ِ‫إ‬
"Sekali-kali jangan begitu! Sesungguhnya catatan orang yang
durhaka benar-benar tersimpan dalam Sijjin". (Al-Muthaffifin: 7)
📖 Merupakan ketentuan Allah swt, semua perbuatan manusia
tercatat di dalam kitab, yang telah disiapkan
📖 Terdapat dua kitab catatan untuk semua manusia, berdasarkan
dua kategori; durhaka dan berbakti
📖 Ayat ini menginformasikan kitab yang mencatat perbuatan orang
yang durhaka (Al-Fujjar), yaitu Sijjin
📖 Fujjar yang dimaksud kata Imam As-Sa'di, mencakup semua jenis
kemaksiatan dan dosa
📖 Sedang Sijjin adalah tempat yang sempit dan rendah, yang
berasal dari kata 'Sijn', yang berarti penjara
📖 Istilah ini untuk menunjukkan keadaan terburuk dan terendah,
karena perilaku durhaka dan maksiat
📖 Demikian gambaran tentang ktab catatan manusia yang durhaka,
dan bermaksiat kepada Allah swt.....

7. 
SEKIAN & TERIMA
KASIH