1. ANCAMAN TERHADAP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
(SISTEM INFORMASI & PENGENDALIAN INTERNAL)
Dosen Pengampu:
Prof.Dr. Hapzi Ali .MM.CMA
Disusun Oleh:
Ryan Julian
55518120025
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2019
2. 1. Jenis-jenis Sistem Informasi (Dini, 2015):
a. Sistem Informasi Manajemen
Merupakan salah satu sistem informasi yang diimplementasikan pada kalangan
manajerial, dimana kalangan tersebut bertugas untuk melakukan manajemen pada
suatu divisi atau bagian didalam organisasi maupun perusahaan demi tercapainya
tujuan. Sistem informasi manajemen sangat penting bagi para manajerial karena
sistem informasi manajemen digunakan sebagai dasar dari pengambilan keputusan
guna mengatasi permasalahan maupun perencanaan pada masa mendatang.
b. Sistem Informasi Eksekutif
Merupakan sistem informasi yang dikembangan guna memberikan kemudahan bagi
level eksekutif untuk dapat memantau langsung organisasi atau perusahaan yang
mereka bawahi. Selain itu, sistem informasi eksekutif juga membantu level eksekutif
dalam mensejahterakan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan agar menjadi
lebih baik.
c. Sistem Informasi Akuntansi
Merupakan pengimplementasian dari sistem informasi manajemen yang berhubungan
dengan kegiatan akuntansi dan juga perhitungan finansial sebuah organisasi atau
perusahaan. Dengan adanya sistem informasi akuntansi, manajemen dapat melihat
keuangan perusahaan dengan jelas melalui sistem tersebut sehingga dapat dilakukan
kontrol kinerja dari sistem yang digunakan.
d. Sistem Informasi Keuangan
Merupakan sistem yang akan memberikan informasi kepada individu atau kelompok
baik di dalam maupun di luar perusahaan mengenai masalah keuangan dan
menyediakan informasi mengenai arus uang dalam seuatu perusahaan.
3. e. Sistem Informasi Manufaktur
Merupakan sistem informasi yang wajib dimiliki oleh perusahaan yang bergerak di
bidang manufaktur. Sistem ini digunakan untuk mendukung fungsi produksi, yang
mencakup seluruh kegiatan yang terkait dengan perencanaan dan pengendalian proses
untuk memproduksi suatu barang sehingga proses produksi lebih cepat dan tepat
waktu.
f. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia
Menyediakan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan yang
berhubungan dengan sumber daya manusia. Hal ini akan meningkatkan efisiensi
untuk meninjau informasi sumber daya manusia dalam sistem penggajian dan
pemberian tunjangan.
g. Sistem Informasi Pemasaran
Merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk menganalisis dan menilai informasi
pemsasaran. Informasi pemasaran memberikan dasar bagi keputusan seperti
pengembangan produk atau perbaikan, harga, kemasan, distribusi, pemilihan media,
dan promosi.
2. Manfaat Sistem Informasi dalam Pengendalian Internal
Pengendalian internal terdiri dari beberapa kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk
memberikan keyakinan yang layak bahwa tujuan yang penting bagi organisasi akan
terpenuhi. Dengan itu pengendalian internal telah memastikan tindakan-tindakan yang
diambil di dalam organisasi untuk mengatur dan mengarahkan aktivitas-aktivitas operasi
(Romney dan Steinbart, 2000). Agar dapat tercapainya pengendalian internal yang baik
maka dibutuhkan sistem informasi yang baik, tepat dan akurat sebagai acuan untuk
mengambil keputusan guna mengoptimalkan kinerja perusahaan. Manajemen akan
4. sangat terbantu dengan penggunaan informasi yang baik akan membantu pihak
manajemen dalam pengambilan keputusan yang efektif sehingga meminimalisir
ketidakpastian dan mengurangi resiko dalam memilih alternatif (Suryani, 2013). Selain
itu, manfaat dari adanya sistem informasi menjadikan pengendalian internal berjalan
dengan efektif dan efisien yang mana dikatakan efektif apabila perusahaan mampu
mencapai hasil akhir yang diinginkan, dan dikatakan efisien apabila pencapaian hasil
akhir tersebut dapat diraih tanpa membuang-buang (memboroskan) material, waktu, atau
energi.
3. Ancaman terhadap Sistem Informasi Akuntansi (Humaira, 2010):
a. Bencana alam dan politik : Kebakaran atau panas yang berlebihan, banjir, gempa
bumi. badai angin, dan perang
b. Kesalahan pada software dan tidak berfungsinya peralatan : Kegagalan hardware,
kesalahan atau terdapat kerusakan pada software, kegagalan sistem operasi, gangguan
dan fluktuasi listrik, kesalahan pengiriman data yang tidak terdeteksi.
c. Tindakan yang tidak disengaja : Kecelakaan yang disebabkan kecerobohan manusia,
kesalahan tidak disengaja karena keteledoran, hilang, sistem yang tidak memenuhi
kebutuhan perusahaan.
d. Tidakan disengaja : Sabotase, penipuan, penggelapan.
4. Fraud (kecurangan) merupakan kesalahan penyajian dari fakta material yang dibuat oleh
salah satu pihak ke pihak yang lain dengan niatan untuk menipu dan menyebabkan pihak
lain yang mengandalkan fakta tersebut mengalami kerugian (Sijenius, 2016).
5. Jenis fraud berdasarkan pelaku dikelompokkan menjadi (Anonim1, 2015):
a. Employee fraud (kecurangan pegawai), adalah kecurangan yang dilakukan oleh
pegawai dalam suatu organisasi kerja.
b. Management fraud (kecurangan manajemen), adalah kecurangan yang dilakukan oleh
pihak manajemen dengan menggunakan laporan keuangan atau transaksi keuangan
sebagai sarana fraud, biasanya dilakukan untuk mencurangi pemegang kepentingan
(stakeholders) yang terkait organisasinya.
Jenis fraud berdasarkan tindakan dikelompokkan menjadi (Anonim1, 2015):
a. Penyelewengan terhadap aset (misappropriation of assets), adalah penyalahgunaan
aset perusahaan secara sengaja utk kepentingan pribadi, biasanya sering dilakukan
oleh pegawai (employee). Contohnya, penggelapan kas perusahaan, penggunaan
fasilitas untuk kepentingan pribadi.
b. Kecurangan dalam laporan keuangan (fradulent finacial reporting), adalah salah saji
atau pengabaian jumlah dan pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu
para pengguna laporan, biasanya sering dilakukan oleh manajemen. Contohnya,
overstating asset, understating liabilities.
5. Pendeteksian Fraud (Anonim2, 2013):
a. Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam rangka
mengeliminasi atau setidaknya menekan kemungkinan terjadinya fraud. Corporate
governance meliputi budaya perusahaan, kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian
wewenang.
b. Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal, pada
dasarnya adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang bertujuan
6. untuk memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang memadai
yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian.
c. Retrospective Examination yang dilakukan oleh Auditor Eksternal diarahkan untuk
mendeteksi fraud sebelum menjadi besar dan membahayakan perusahaan.
d. Investigation and Remediation yang dilakukan forensik auditor. Peran auditor
forensik adalah menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran dan
tingkat kefatalan fraud, tanpa memandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran
kecil terhdaap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang berbentuk
kecurangna dalam laporan keuangan atau penyalahgunaan aset.
Pencegahan fraud bisa dianalogikan dengan penyakit, yaitu lebih baik dicegah dari pada
diobati. Jika menunggu terjadinya fraud baru ditangani itu artinya sudah ada kerugian
yang terjadi dan telah dinikmati oleh pihak tertentu, bandingkan bila kita berhasil
mencegahnya, tentu kerugian belum semuanya beralih ke pelaku fraud tersebut. Dan bila
fraud sudah terjadi maka biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar untuk memulihkannya
daripada melakukan pencegahan sejak dini. Untuk melakukan pencegahan, setidaknya
ada tiga upaya yang harus dilakukan yaitu (Anonim2, 2013):
1. Membangun individu yang didalamnya terdapat trust and openness, mencegah
benturan kepentingan, confidential disclosure agreement dancorporate security
contract.
2. Membangun sistem pendukung kerja yang meliputi sistem yang terintegrasi,
standarisasi kerja, aktifitas control dan sistem rewards and recognition.
3. Membangun sistem monitoring yang didalamnya terkandung control self sssessment,
internal auditor dan eksternal auditor.
7. Implementasi ancaman terhadap sistem informasi akuntansi menurut saya sistem
informasi sangat membantu pengendalian internal dalam perusahaan. Salah satu
contohnya adalah dalam upaya meningkatkan produktivitas pegawai, disamping
memberikan pelatihan yang berkesinambungan, perusahaan dapat memberikan insentif
atau imbalan atas kinerja pegawai. Harapannya pegawai akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerja, yang akan secara bersama-sama meningkatkan output perusahaan.
Namun dalam hal pemberian imbalan, perusahaan membutuhkan informasi yang sesuai
agar tidak timbul kekecewaan dan kecemburuan para pegawai.
Saat sistem yang menyediakan informasi mengenai sumber daya manusia bernama
human resouce information system atau HRIS telah banyak digunakan oleh perusahaan-
perusahaan besar di Indonesia. Informasi mengenai data diri pegawai dapat diakses mulai
dari masuk kantor hingga pulang kantor. Maka dengan itu selain dapat digunakan untuk
pertimbangan dalam pemberian insentif pegawai, HRIS ini juga dapat memberikan
informasi mengenai pegawai yang butuh diberikan peringatan atas kelalaian kerjanya.
8. DAFTAR PUSTAKA
Anonim1, 2015. https://accounting.binus.ac.id/2015/03/09/fraud-kecurangan-dalam-
akuntansi/. (10 Maret 2019, jam 17.00)
Anonim2, 2013. https://arezky125.wordpress.com/2013/05/27/pencegahan-dan-pendeteksian-
fraud/. (10 Maret 2019, jam 18.00)
Dini. 2015. https://dosenit.com/kuliah-it/sistem-informasi/jenis-jenis-sistem-informasi, (10
Maret 2019, jam 15.00)
Humaira, Amy. 2010. https://aminahhumairoh.wordpress.com/2010/10/23/pengendalian-
sistem-informasi-akuntansi/. (10 Maret 2019, jam 16.30)
Romney, M. B., & Steinbart, P. J. 2000. Accounting Information System (8th Edition). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Sijenius, 2016. https://sijenius.wordpress.com/2016/10/22/definisi-fraud-kecurangan/. (10
Maret 2019, jam 16.50)
Suryani, Indah. 2013. Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen dan
Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial (Survey pada Dealer Mobil Kota
Jambi). Jambi. e-Jurnal BINAR AKUNTANSI Vol. 2 No. 1, Januari 2013