SM,edo fitriansyah,hapzi ali, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance dan the agency theory,mercubuana,2018
Similar to SM,edo fitriansyah,hapzi ali, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance dan the agency theory,mercubuana,2018
Bab vi mengelola bisnis oleh stephanie tepp S1 akuntansi A UNJ 2016stephaniejessey
Similar to SM,edo fitriansyah,hapzi ali, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance dan the agency theory,mercubuana,2018 (20)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
SM,edo fitriansyah,hapzi ali, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance dan the agency theory,mercubuana,2018
1. Nama : Edo Fitriansyah
NIM : 55116120117
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA
Kuis 2 Tentang Profile Company
1. Vision and Company Mission /Visi Misi Perusahaan
• Pengertian Visi Perusahaan
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian visi perusahaan, di antaranya adalah pendapat
dari :
Menurut J.B. Whittaker dalam bukunya “Strategic Planning and Management”, visi perusahaan
adalah gambaran masa depan yang akan dipilih dan yang akan diwujudkan pada suatu saat
yang ditentukan.
• Tujuan Penetapan Visi
Penetapan visi perusahaan memiliki tujuan. Adapun tujuan penetapan visi perusahaan,
yaitu:
1. Mencerminkan sesuatu yang akan dicapai perusahaan
2. Memiliki orientasi pada mas adepan perusahaan
3. Menimbulkan komitmen tinggi dari seluruh jajaran dan lingkungan perusahaan
4. Menentukan arah dan fokus strategi perusahaan yang jelas
5. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi perusahaan
• Syarat dan Kriteria Visi Perusahaan
Dalam penetapan visi perusahaan harus memenihi persyaratan dan kriteria. Adapun
persyaratan dan kriteria visi perusahaan antara lain :
1. Dapat dibayangkan oleh seluruh jajaran organisasi perusahaan
2. Dapat dikomunikasikan dan dapat dimengerti oleh seluruh jajaran organisasi
perusahaan
3. Berwawasan jangka panjang dan tidak mengabaikan perkembangan zaman
4. Memiliki nilai yang memang diinginkan oleh anggota organisasi perusahaan
5. Terfokus pada permasalahnan instansi perusahaan agar dapat beroperasi
• Misi Perusahaan
Selain menetapkan visi perusahaan wirausahawan juga harus menetapkan misi. Ada
beberapa pendapat mengenai pengertian misi di antaranya :
1. Drucker
Menurut Drucker, pada dasarnya misi merupakan lasan mendasar eksistensi suatu
organisasi. Pernyataan misi oreganisasi, terutama ditingkat unit bisnis menentukan
2. batas dan maksud aktifitas perusahaan.
2. Wheelen
Menurut Wheelen misi adalah rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan
eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada
masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa.
Secara umum misi perusahaan adalah suatu tindakan untuk mewujudkan atau
merealisasikan apa yang menjadi visi dari perusahaan.
• Cara Merumuskan Misi Perusahaan
Adapun perumusan misi perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut :
1. Melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan
2. Menyelaraskan kegiatan proses utama dengan sumber daya yang ada, untuk
memeungkinkan perusahaan melaksanakan kegiatannya lebih baik dan dengan
seefesien mungkin
3. Menentukan lingkungan yang sangat berguna untuk menentukan apakah misi
organisasiperusahaan tidak bertentangan secara internal dan eksternal
• Fungsi Misi
Misi perusahaan berfungsi sebagai pernytaan cita-cita serta merupakan landasan kerja
yang harus diikuti dan didukung oleh seluruh personil perusahaan. Misi usaha sangat
membantu dalam mengembangkan perusahaan , diantaranya :
1. Memberikan arah usaha
2. Memfokuskan langkah-langkah yang akan diambil
3. Objektif, target dan program perusahaan dirancang berdasarkan misi yang suadah
dibentuk
4. Membimbing aksi dalam berbagai tingkat
5. Membantu mencegah karyawan agar tidak salah melangkah
• Pentingnya Visi dan Misi
Pentingnya visi dan misi perusahaan adalah visi perusahaan sebagai elemene utama
bagi suatu strategi untuk mencari pencapaian hasil yang lebih tinggi atau lebih baik.
• Faktor – faktor Penyusunan Visi dan Misi
Penyusunan visi dan misi harus mempertimbangkan beberapa faktor berikut :
1. Sejarah
2. Preferensi Masa Kini
3. Lingkungan Pasar
4. Sumber Daya
5. Kompentensi yang membedakan
3. 2. Longterm objective / Tujuan jangka panjang
Tujuan jangka panjang adalah merupakan hasil yang diharapkan dari pelaksanaan strategis
tertentu, Strategi merupakan serangkaian tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan-tujuan jangka panjang. Kerangka waktu untuk tujuan dan strategis harus konsisten,
biasanya dua sampai lima tahun.
Hakikat Tujuan Jangka Panjang haruslah bersifat kuantitatif, terukur, realistis, dapat dipahami,
menantang, bertahap, dapat diperoleh, dan sejalan dengan unit-unit organisasi. Setiap tujuan
harus dikaitkan dengan kerangka waktu. Tujuan umumnya dinyatakan dalam istilah-istilah serti
pertumbuhan aktiva, pertumbuhan penjualan, keuntungan, pangsa pasar, seberapa besar dan
sifat diversifikasi, seberapa besar dan sifat integrasi verikal, penghasilan per saham, dan
tanggung jawab sosial. Tujuan yang dinyatakan dengan jelas memberikan banyak keuntungan.
Tujuan tersebut memberikan arah, memberikan sinergi, membantu dalam evaluasi,
menentukan prioritas, mengurangi ketidak pastian, meminimalkan konflik, merangsang
pengerahan tenaga, dan membantu dalam mengalokasikan sumber daya dan merancang
pekerjaan.
Tujuan jangka panjang diperlukan pada tingkat korporat, devisi, dan fungsional dalam sebuah
organisasi. Tujuan tetsebut penting sebagai alat ukur kinerja kinerja manajerial. Untuk
mencapai kemakmuran jangka panjang, para perencana strategis umumnya menetapkan
perencana jangka panjang dalam tujuh bidang, yaitu:
a) Profitabilitas, Kemampuan dari suatu perusahaan untuk beroperasi dalam jangka panjang
bergantung pada tingkat laba yang memadai. Perusahaan yang dikelola secara strategis pada
umumnya memiliki tujuan laba, yang dinyatakan dalam bentuk laba persaham.
b) Produktivitas, Para manager strategis secara terus mencoba meningkatkan produktivitas
sistem mereka. Perusahaan yang dapat memperbaiki hubungan input-output pada umumnya
dapat meningkatkan profitabilitas. Dengan demikian perusahaan-perusahaan hampir selalu
menyatakan suatu tujuan produktivitas. Tujuan produktivita yang umum digunakan adalah
jumlah barang yang diproduksi atau jumlah jasa yang diberikan perunit input.
c) Posisi Kompetitif, Salah satu ukuran keberhasilan perusahaan adalah salah satu dominasi
relatifnya di pasar. Perusahaan-perusahaan yang lebih besar pada umumnya menetapkan
tujuan dalam hal posisi konpetitif, sering kali menggunakan penjualan total atau pangsa pasar
sebagai ukuran posisi kompetitifnya.
4. d) Pengembangan Karyawan, Karyawan menghargai pendidikan danpelatihan, sebagian
karena hal tersebut mengarah pada kompensasi dan jaminan kerja yang lebih tinggi.
Menyajikan peluang semacam itu sering kali meningkatkan produktivitas dan mengurangi
perputaran karyawan. Oleh karena itu para pembuat keputusan strategis sering kali
memasukan tujuan pengembangan karyawan kedalam rencana jangka panjang.
e) Hubungan dengan Karyawan, Apakah terikat dengan kontrak serikat pekerja atau tidak
perusahaan-perusahaan secara aktif mencoba untuk menggembangkan hubungan baik dengan
karyawan. Bahkan langka-langka proaktif dalam mengantisipasi kebutuhan dan harapan
karyawan merupakan karakteristik dari para manajer strategis. Para manajer strategis yakin
bahwa produktivitas hubungan dengan loyalitas karyawan dan apresiasi atas perhatian manajer
terhadap kesejahteraan karyawan.
f) Kepemimpinan Teknologi, Perusahan harus memutuskan apakah akan menjadi pemimpin
atau hanya jadi pengikut di pasar. Setiap pendekatan dapat berhasil, tetapi masing-masing
membutuhkan postur strategi yang berbeda. Oleh karena itu banyak perusahaan menyatakan
suatu tujuan berkaitan dengan kepemimpinan teknologi.
g) Tanggung Jawab kepada Masyarakat, Para manajer memahami tanggung jawab mereka
terhadap pelanggan dan masyarakat secara umum. Bahkan banyak perusahaan mencoba untuk
memenuhi tanggung jawab sosialnya melampaui persyaratan pemerintah. Perusahaan-
perusahaan tersebut bukan hanya bekerja untuk mengembangkan reputasi sebagai produsen
dari produk dan jasa dengan harga yang layak, melainkan menjadi warganegara yang
bertanggung jawab.
3) Corporate Culture/ Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan menurut Susanto, AB. (1997:3) : “Suatu nilai-nilai yang menjadi
pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan penyesuaian
integrasi ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota organisasi harus
memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana meraka harus bertindak atau berperilaku.”
Budaya adalah kompleks nilai, gagasan, sikap, dan simbol lain yang bermakna yang melayani
manusia untuk berkomunikasi, membuat tafsiran dan mengevaluasi sebagai anggota
masyarakat. Budaya dan nilai-nilai diteruskan dari satu generasi kegenerasi yang lain
5. Budaya melengkapi orang dengan rasa identitas dan pengertian perilaku yang dapat diterima
didalam masyarakat. Beberapa dari sikap perilaku yang lebih penting yang dipengaruhi oleh
budaya adalah sebagai berikut:
1. Rasa diri dan ruang
2. Komunikasi dan bahasa
3. Pakaian dan penampilan
4. Makanan dan kebiasaan makan
5. Waktu dan kesadaran akan waktu
6. Hubungan (keluarga, orgaisasi, pemerintah, dan sebagainya)
7. Nilai dan norma
8. Kepercayaan dan sikap
9. Proses mental dan pembelajaran
10. Kebiasaan kerja dan praktek
Budaya mempengaruhi penggerak yang memotivasi orang untuk mengambil tindakan yang
lebih jauh – bahkan untuk motif yang bermacam-macam seperti kebebasan, kemampuan baca
tulis, atau kegairahan. Budaya dari suatu masyarakat menentukan bentuk komunikasi apa yang
diizinkan sehubungan dengan masalah ini dan kerap sifat dan tingkat perilaku mencari yang
dianggap sesuai oleh individu.
Budaya perusahaan dapat dilihat dari aspek rasa Keterlibatan (involvement), Konsistensi
(consistency), Adaptabilitas (adaptability), dan Misi (mission).
1. Keterlibatan (involvement)
Tingkat keterlibatan dan partisipasi yang tinggi dari karyawan akan meningkatkan rasa
tanggung jawab. Rasa kepemilikan dan tanggung jawab tersebut akan meningkatkan komitmen
karyawan terhadap perusahaan sehingga tidak memerlukan kontrol yang terbuka. Dengan rasa
keterlibatan yang tinggi juga diharapkan dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan
kekeluargaan, dimana hal-hal tersebut penting dalam membantu menyelesaikan pekerjaan.
2. Konsistensi (consistency)
Konsistensi menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki perusahaan yang perlu dipahami oleh
para anggota organisasi. Nilai-nilai tersebut meliputi masalah komunikasi, kerjasama dalam
melaksanakan pekerjaan, toleransi, penghargaan terhadap prestasi. Hal-hal tersebut
mempunyai dampak yang positif terhadap proses pencapaian tujuan organisasi dan perlu
dibangun atau dikembangkan dalam perusahaan secara konsisten.
Komunikasi merupakan sesuatu yang penting, karena komunikasi mempunyai unsur-unsur
antara lain:
• Suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti
• Suatu sarana pengaliran informasi
• Suatu sistem bagi terjalinnya komunikasi diantara individu-individu
6. Kerjasama dalam melaksanakan pekerjaan harus dibiasakan, karena dengan adanya kerjasama
maka akan membantu mempermudah pencapaian tujuan. Penghargaan terhadap prestasi yang
dicapai, harus dibentuk dalam format yang baik, dan tepat, agar dapat dijadikan motivasi dalam
bekerja.
3. Adaptabilitas (adaptability)
Menekankan pentingnya adaptabilitas di dalam perusahaan terhadap perubahan lingkungan
yang terjadi. Perubahan-perubahan dalam lingkungan dapat berwujud perkembangan
teknologi, perubahan kondisi ekonomi dan politik, perubahan kualitas dan sikap karyawan,
tuntutan konsumen terhadap produksi perusahaan. Adaptabilitas tidak hanya diperlukan bagi
kelangsungan hidup perusahaan tetapi juga sebagai tantangan pengembangan perusahaan.
4. Misi (mission)
Hal ini menekankan pada pentingnya kejelasan misi dan tujuan dari suatu organisasi bagi para
anggotanya. Beberapa ahli berpendapat bahwa pengertian akan misi memberikan dua
pengaruh utama pada fungsi organisasi, yaitu :
• Suatu misi memberikan kegunaan dan arti yang menentukan peran sosial dan tujuan
ekstra dari suatu lembaga dan menentukan peran-peran individu dari lembaga tersebut. Proses
internalisasi dan identifikasi ini memberikan komitmen jangka pendek dan jangka panjang serta
mengarah pada efektivitas organisasi.
• Pengertian akan misi akan memberikan kejelasan arah pada tingkat individu, ada rasa
percaya bahwa kesuksesan organisasi membutuhkan adanya koordinasi yang merupakan hasil
dari menentukan tujuan bersama.
4) Corporate Governance / Tata kelola perusahaan
Tata Kelola Perusahaan Yang Baik/Good Corporate Governance (GCG) adalah struktur dan
mekanisme yang mengatur pengelolaan perusahaan sehingga menghasilkan nilai ekonomi
jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun pemangku
kepentingan. Penerapan prinsip prinsip tata kelola perusahaan yang baik dapat berkontribusi
dalam peningkatan kinerja perusahaan. Pemahaman ini mendasari komitmen PT Sarana
Multigriya Finansial (Persero) untuk senantiasa menegakkan penerapan GCG dalam setiap
jenjang organisasi dan kegiatan operasionalnya.
Pelaksanaan prinsip GCG didasarkan pada Peraturan Menteri BUMN No. Per-01/MBU/2011
tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance (GCG) pada
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyebutkan ketentuan serta pedoman pelaksanaan
GCG di Perusahaan. Penjabaran landasan pelaksanaan GCG tersebut juga diperjelas dalam
7. Anggaran Dasar Perusahaan, pedoman-pedoman dan berdasarkan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
Penerapan Azas GCG
Pelaksanaan semua kegiatan telah sesuai dengan prinsip dasar GCG yaitu transparansi,
akuntabilitas, kemandirian, pertanggungjawaban dan kewajaran.
Transparansi
Asas keterbukaan selalu diterapkan dalam menjalankan bisnis melalui penyediaan informasi
yang material dan relevan serta dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan. Informasi yang seluas-luasnya diberikan kepada publik dan pemegang saham,
dengan memperhatikan peraturan OJK maupun atas inisiatif sendiri. Laporan-laporan
diterbitkan secara berkala dan tepat waktu, yang mencakup Laporan Keuangan Triwulan,
Laporan Keuangan Semester, dan Laporan Keuangan Tahunan yang diaudit, serta Laporan
Tahunan. Informasi juga diberikan melalui paparan publik, media cetak dan elektronik, serta
forum investor.
Akuntabilitas
Perseroan memiliki sistem pengelolaan perusahaan yang mendukung terciptanya kejelasan
fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban kinerja organ perusahaan. Prinsip akuntabilitas
diterapkan antara lain melalui langkah-langkah pelaporan Direksi kepada Dewan Komisaris
mengenai rencana anggaran tahunan dan evaluasi bersama atas kinerja keuangan Perusahaan,
penyampaian laporan keuangan pada RUPS Tahunan, pembentukan Audit Internal dan
penunjukan auditor eksternal, serta pemberlakuan etika bisnis dan pedoman perilaku
Perusahaan.
Pertanggungjawaban
Perseroan memiliki sistem pengelolaan perusahaan yang mendukung terciptanya kejelasan
fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban kinerja organ perusahaan. Prinsip akuntabilitas
diterapkan antara lain melalui langkah-langkah pelaporan Direksi kepada Dewan Komisaris
mengenai rencana anggaran tahunan dan evaluasi bersama atas kinerja keuangan Perusahaan,
penyampaian laporan keuangan pada RUPS Tahunan, pembentukan Audit Internal dan
penunjukan auditor eksternal, serta pemberlakuan etika bisnis dan pedoman perilaku
Perusahaan.
Indepedensi
Perseroan selalu memastikan bahwa pengelolaan perusahaan dilakukan secara independen
sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain. Sebagai contoh, Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan memiliki
pendapat yang independen dalam setiap keputusan yang diambil, namun dimungkinkan untuk
mendapatkan saran dari konsultan independen, hukum, sumber daya manusia dan komite-
8. komite untuk menunjang kelancaran tugasnya. Saat ini Dewan Komisaris Perseroan
beranggotakan 3 (tiga) orang, 1 (satu) Komisaris Utama dan 2 (dua) lainnya Komisaris.
Kewajaran dan Kesetaraan
Di Perseroan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya selalu
mendapatkan perhatian khusus. Perseroan juga selalu menerapkan perlakuan yang setara baik
kepada publik, otoritas pasar modal, komunitas pasar modal, maupun para pemangku
kepentingan. Sementara itu hubungan dengan karyawan dijaga dengan memperhatikan hak
dan kewajibannya secara adil dan wajar.
Untuk memastikan bahwa penerapan asas-asas GCG dalam setiap aspek bisnis Perseroan, maka
diperlukan peran aktif serta dukungan dari Dewan Komisaris dan Direksi. Peran aktif dan
dukungan tersebut pada tahun 2014 diwujudkan melalui:
• Pembaharuan Kebijakan & Prosedur Perseroan terkait Tata Kelola Perusahaan.
• Pelaksanaan asesmen penerapan GCG Perseroan oleh Independent Assessor.
• Sosialisasi Kebijakan & Prosedur Perseroan terkait Tata Kelola Perusahaan kepada para
pemangku kepentingan.
5) The Agency Theory / Teori Keagenan
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai
prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh
pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih,
maka pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada
pemegang saham.
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai “agency relationship as a
contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to
perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority
to the agent”
Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi dengan
mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran kepemilikan saham oleh
manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang berpotensi
timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer merasakan langsung
manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya. Proses ini dinamakan dengan bonding
9. mechanism, yaitu proses untuk menyamakan kepentingan manajemen melalui program
mengikat manajemen dalam modal perusahaan.
Dalam suatu perusahaan, konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen salah satunya dapat
timbul karena adanya kelebihan aliran kas (excess cash flow). Kelebihan arus kas cenderung
diinvestasikan dalam hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Ini
menyebabkan perbedaan kepentingan karena pemegang saham lebih menyukai investasi yang
berisiko tinggi yang juga menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih memilih
investasi dengan risiko yang lebih rendah.
Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk mengurangi
konflik kepentingan, yaitu : a) meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider
ownership), b) meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih (earning after tax), c)
meningkatkan sumber pendanaan melalui utang, d) kepemilikan saham oleh institusi
(institutional holdings).
Sedangkan dalam penelitian Masdupi (2005) dikemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam mengurangi masalah keagenan. Pertama, dengan meningkatkan insider ownership.
Perusahaan meningkatkan bagian kepemilikan manajemen untuk mensejajarkan kedudukan
manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang
saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer menjadi termotivasi untuk
meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
Kedua, dengan pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui penggunaan hutang.
Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga
meminimalisasi biaya keagenan ekuitas. Akan tetapi, perusahaan memiliki kewajiban untuk
mengembalikan pinjaman dan membayarkan beban bunga secara periodik. Selain itu
penggunaan hutang yang terlalu besar juga akan menimbulkan konflik keagenan
antara shareholders dengan debtholders sehingga memunculkan biaya keagenan hutang.
Ketiga, institutional investor sebagai monitoring agent. Moh’d et al, (1998) menyatakan bahwa
bentuk distribusi saham dari luar (outside shareholders) yaitu institutional
investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi biaya keagenan ekuitas (agency cost).
Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan
untuk mendukung atau menantang keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau
penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan dalam perusahaan.
10. Daftar Pustaka
Schein, Edgaar H. 1985 Organizational Culture and Leadership. Jossey-Bass,Inc.
Koentjoroningrat.1994. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia.
Denison, Daniel R.1990. Corporate Culture and Organizational Effectiveness. NY. John Willey &
Sons.
http://alomet.co.id/artikel/detail/127/tujuan-dan-strategi-jangka-panjang
http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-budaya-perusahaan-menurut.html
http://smf-indonesia.co.id/korporasi/tata-kelola-perusahaan-yang-baik/
https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-agency-theory/