Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance dan the agency theory, universitas mercu buana, 2018
Dokumen tersebut membahas berbagai konsep terkait manajemen perusahaan seperti visi, misi, tujuan jangka panjang, budaya perusahaan, tata kelola perusahaan, dan teori keagenan. Visi didefinisikan sebagai cita-cita masa depan sebuah organisasi, sedangkan misi adalah langkah-langkah untuk merealisasikan visi. Tujuan jangka panjang berkisar antara 3-5 tahun dan mencakup aspek lab
Similar to Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance dan the agency theory, universitas mercu buana, 2018
Ii, sm, nurrul tiara dinni, hapzi ali, vision and company mission, longterm o...Nurrul Tiara Dinni
Executive Summary
“Vision and Company Mission, Longterm Objective, Corporate Culture, Corporate Governance, and The Agency Theory”
Dibuat oleh:
Nurrul Tiara Dinni (55118010021)
Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA, MPM (Dosen Pengampu)
FAKULTAS PASCA SARJANA
JURUSAN MAGISTER MANAGEMENT
MATA KULIAH STRATEGIC MANAGEMENT
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2019
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, vision and company...Muh Agus Priyetno
Menjelaskan menganai visi dan misi, tujuan jangka panjang perusahaan, nilai budaya dan governance sebuah perusahaan serta teori agency dalam manajemen startegic
2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...AndreasFabianPramudi
Business Ethics and Good Governance: Corporate Governance Pada PT. Jasa Marga (Persero), Tbk
Similar to Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance dan the agency theory, universitas mercu buana, 2018 (20)
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm objective, corporate culture, corporate governance dan the agency theory, universitas mercu buana, 2018
1. Rinalto Hutabarat 55117110003 – SM / Dosen Pengampu : Hapzi Ali, Prof. Dr. MM. CMA
A. Pengertian Visi
Visi adalah serangkaian kata yang menunjukkan impian, cita-cita atau nilai inti sebuah
organisasi, perusahaan, atau instansi. Visi merupakan tujuan masa depan sebuah instansi,
organisasi, atau perusahaan. Visi juga adalah pikiran-pikiran yang ada di dalam benak para
pendiri. Pikiran-pikiran tersebut adalah gambaran tentang masa depan yang ingin dicapai.
Selain itu, visi juga adalah Pandangan mengenai arah sebuah manajemen. Mau dibawa ke
arah mana manajemen tersebut? Agar bisa membangun kesuksesan, maka perlu ada arah jelas
mengenai laju perusahaan atau instansi.
Jika dirangkum, yang dimaksud visi memiliki pengertian atau definisi sebagai berikut:
Visi adalah suatu tulisan yang menyatakan Cita-cita suatu perusahaan, instansi, atau
organisasi di masa depan.
Visi adalah suatu tulisan singkat, fokus, dan jelas, yang merupakan arah sebuah
perusahaan, instansi, atau organisasi.
Pengertian Visi adalah sebuah gagasan tertulis mengenai tujuan utama pendirian sebuah
perusahaan, instansi, atau organisasi.
B. Pengertian Misi
Jika visi adalah gagasan mengenai tujuan utama, maka Misi Adalah tahapan-tahapan yang
harus dilalui untuk mencapai visi tersebut. Selain itu, misi juga merupakan deskripsi atau tujuan
mengapa perusaahaan, organisasi, atau instansi tersebut berada di tengah-tengah masyarakat.
Misi juga bisa dikatakan sebagai Penjabaran sebuah visi. Jika visi hanya dituliskan dalam satu
kalimat saja, maka misi akan dijabarkan dengan beberapa kalimat yang mudah untuk dipahami
pembaca atau siapa saja yang melihatnya.
Jika diambil kesimpulan, maka pengertian atau Definisi Misi adalah:
Misi adalah penjabaran-penjabaran dari sebuah visi perusahaan, instansi, atau organisasi.
Misi adalah langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang harus dilalui sebuah perusahaan,
instansi, atau organisasi untuk mencapai visi utama.
Misi adalah langkah-langkah yang bisa diambil untuk merangsang adanya pencapaian visi
utama.
C. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang merupakan pernyataan dari hasil yang ingin dicapai oleh suatu
perusahaan dalam periode tertentu yang umumnya tiga sampai lima tahun.Untuk mencapai
kemakmuran jangka panjang,para perencana strategis umumnya menetapkan tujuan jangka
panjang dalam 7 bidang yaitu :
a)Probabilitas
kemampuan dari suatu perusahaan untuk beroprasi dalam jangka panjang bergantung pada
perolehan tingkat laba yang memadai yang dimana umumnya memiliki tujuan laba dinyatakan
dalam bentuk laba perusahaan atau tingkat pengembalian atas ekuitas.
2. Rinalto Hutabarat 55117110003 – SM / Dosen Pengampu : Hapzi Ali, Prof. Dr. MM. CMA
b)Produktivitas
Perusahaan yang dapat memperbaiki hubungan input-output pada umunya dapat meningkatkan
produktivitas. Oleh karenanya perusahaan menyatakan suatu tujuan produktivitas. Tujuan
produktivitas yang umum digunakan adalah jumlah barang yang diproduksi atau jumlah jasa yang
diberikan per unit input. Namun tujuan produktivitas kadang kala dinyatakan dalam bentuk
penurunan biaya yang diinginkan.
c)Posisi kompetitif
Salah satu ukuran keberhasilan perusahaan adalah dominasi relatifnya di pasar.Sering kali
penjualan total atau pangsa pasar dijadikan sebagai ukuran posisi kompetitif perusahaan. Tujuan
yang berkaitan dengan posisi kompetitif dapat mengindikasikan prioritas jangka panjang
perusahaan.
d) Pengembangan karyawan
Karyawan menghargai pendidikan dan pelatihan sebagian karena hal tersebut mengarah pada
kompensasi dan jaminan kerja yang lebih tinggi. Hal ini sering kali meningkatkan produktivitas dan
mengurangi perputaran karyawan. Oleh karena itu para pembuat keputusan strategis sering kali
memasukkan tujuan pengembangan karyawan dalam rencana jangka panjangnya.
e) Hubungan dengan karyawan
Para manajer strategis yakin produktivitas berhubungan dengan loyalitas karyawan dan apresiasi
atas perhatian manajer terhadap kesejahteraan karyawan. Oleh karena itu mereka menetapkan
tujuan untuk memperbaiki hubungan dengan karyawan. Beberapa tujuan mencakup program
keselamatan kerja, perwakilan pekerja dalam komitmen dan rencana kompensasi berbasis
saham.
f) Kepemimpinan Teknologi
Perusahaan harus memutuskan apakah akan menjadi pemimpin atau hanya pengikut di pasar.
Setiap pendekatan dapat berhasil, tetapi masing-masing membutuhkan postur strategi yang
berbeda. Oleh karena itu banyak perusahaan menyatakan suatu tujuan berkaitan dengan
kepemimpinan teknologi.
g) Tanggung jawab kepada masyarakat
Banyak perusahaan mencoba untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya melampaui persyaratan
pemerintah.Perusahaan itu bukan hanya bekerja untuk mengembangkan reputasi sebagai
produsen dari produk dan jasa dengan harga yang layak melainkan juga menjadi warga negara
yang bertanggung jawab.
D. Budaya Perusahaan
Unggul adalah Institusi yang sadar dalam memenuhi kepentingan Stake Holder secara holistik
bilamana Intitusi atau Lembaga tersebut selalu berupaya secara berkelanjutan
memenuhinya. Maka semua Organisasi dan Institusi yang ingin bertahan tanpa batas waktu,
selalu sadar untuk memiliki Good Corporate Culture (Budaya Perusahaan Yang Baik).
Pertanyaan !!!!!
Apa itu “BUDAYA PERUSAHAAN “
Budaya Perusahaan adalah seluruh aktivitas dan kinerja perusahaan yang mengandung nilai-
nilai terbaik yang diyakini dan dipahami bersama secara sempurna guna mengarahkan segala
upaya dan sinergi untuk merealisasikan semua cita-cita dan tujuan organisasi.
3. Rinalto Hutabarat 55117110003 – SM / Dosen Pengampu : Hapzi Ali, Prof. Dr. MM. CMA
Apa Kriteria “BUDAYA PERUSAHAAN YANG BAIK”
“BUDAYA PERUSAHAAN YANG BAIK” atau disebut Good Corporte Culture jika memenuhi
kriteria budaya yang kuat (Strong Culture) “mampu melindungi dan memberdayakan” seluruh
sumberdaya organisasi yang nyata dan tidak nyata (tangible resources and Intangible resouces
baik secara internal maupun eksternal untuk memberikan nilai tambah bagi semua
Stakeholder.
E. Corporate Governance
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam
menjalankan perusahaan, dengan tujuan akhir meningkatkan nilai/keuntungan pemegang
saham (shareholders) dengan sedapat mungkin tetap memperhatikan kepentingan semua pihak
yang terkait (stakeholders).
Penerapan good corporate governance ini harus dimulai pertama-tama dari pembenahan
struktur dan sistem pengelolaan, melalui pemberdayaan organ-organ perusahaan itu sendiri, yaitu
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), komisaris, dan direktur. Berikutnya adalah melalui
upaya agar perusahaan bisa mengakomodasikan kepentingan-kepentingan stakeholders yang
terkait dengan perusahaan.
Pengertian stakeholders ini dapat di bagi dua yaitu stakeholders utama (primary) dan
kedua (secondary). Stakeholders utama yaitu para pemegang saham dan investor, karyawan dan
manajer, pelanggan, pemasok, rekanan bisnis, serta masyarakat setempat. Stakeholders kedua
yaitu pemerintah, masyarakat umum (khususnya yang kepentingannya terkait dengan
perusahaan), institusi-institusi umum, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (NGO), media,
akademisi, kelompok asosiasi bisnis, dan pesaing.
Oleh sebab itu, masalah good corporate governance sebetulnya bukan hanya masalah
bagaimana meningkatkan laba perusahaan, meningkatkan nilai saham di bursa dan memberikan
deviden yang sebesar-besarnya kepada shareholders, melainkan bagaimana perusahaan
tersebut bisa memberikan kontribusi bisa memberikan kontribusi positif dan membina hubungan
baik dengan para stakeholders.
F. Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency
theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik
sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan
pengendalian sumber daya tersebut.
Menurut Meisser, et al., (2006:7) hubungan keagenan ini mengakibatkan dua permasalahan
yaitu :
(a) terjadinya informasi asimetris (information asymmetry), dimana manajemen secara umum
memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarya dan posisi operasi
entitas dari pemilik; dan
(b) terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat ketidak samaan tujuan, dimana
manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik.
4. Rinalto Hutabarat 55117110003 – SM / Dosen Pengampu : Hapzi Ali, Prof. Dr. MM. CMA
Dalam upaya mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini menimbulkan biaya keagenan
(agency cost) yang akan ditanggung baik oleh principal maupun agent. Jensen dan Meckling
(1976) membagi biaya keagenan ini menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss.
Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku
agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agent. Bonding cost
merupakan biaya yang ditangung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang
menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal. Selanjutnya residual loss
merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari
perbedaan keputusan agent dan keputusan principal.
Menurut Schoeck (2002: 81) penerapan manajemen risiko dapat menurunkan biaya keagenan
dan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko perusahaan juga dapat dijadikan
mekanisme pengawasan dalam menurunkan informasi asimetris dan berkontribusi untuk
menghindari perilaku oportunis dari manajer (Kajuter et al., 2005).
Dalam kaitannya dengan masalah keagenan ini, positif accounting theory (Watts dan Zimmerman,
1986) mengajukan tiga hipotesis, yaitu bonus plan, hypothesis, debt/equity hypothesis, dan
political cost hypothesis, yang secara implisit mengakui tiga bentuk keagenan, yaitu antara pemilik
dengan manajemen, antara kreditor dengan manajemen, dan antara pemerintah dengan
manajemen. Sehingga secara luas, principal bukan hanya pemilik perusahaan, tetapi juga bisa
berupa pemegang saham, kreditur, maupun pemerintah.
Isu GCG diawali dengan munculnya pemisahan antara pemilik dan manajemen. Pemilik atau
pemegang saham sebagai prinsipal, sedangkan manajemen sebagai agen. Agency Theory
mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam perusahaan, dimana prinsipal dan
agen sebagai pelaku utama. Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen
untuk bertindak atas nama prinsipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh
prinsipal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan
apa yang telah diamanahkan oleh prinsipalkepadanya.
Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan
kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara
keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang mengatur mengenai mekanisme
bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal
dan agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness yaitu mampu
menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis memperlihatkan pelaksanaan
kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari
prinsipal ke agen. Inti dari Agency Theory atau teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang
tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan
(Scott, 1997).
Daftar Pustaka :
https://salamadian.com/pengertian-contoh-perbedaan-visi-dan-misi/ (Minggu 18 Maret 2018, jam
18.55)
http://laskarcahaya.blogspot.com/2013/07/tujuan-jangka-panjang-perusahaan.html (Minggu 18
Maret 2018, jam 19.04)
https://rydonsagala.wordpress.com/corporate-culture/ (Minggu 18 Maret 2018, jam 19.06)
http://keuanganlsm.com/arti-penting-corporate-governance/ (Minggu 18 Maret 2018, jam 19.11)
http://yulinistibarcelonista.blogspot.co.id/2012/11/agency-theory-teori-keagenan.html (Minggu 18
Maret 2018, jam 19.14)