Dokumen tersebut membahas tentang vektor di ruang dimensi 2 dan 3. Terdapat penjelasan tentang pendefinisian vektor, operasi-operasi dasar vektor seperti penjumlahan dan perkalian vektor dengan skalar, norma vektor, serta perkalian titik vektor.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Hai para Intelektual Muda, kali ini mimin mau berbagi soal dan pembahasan tentang Integral Permukaan ..
semoga Bermanfaat:)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Hai para Intelektual Muda, kali ini mimin mau berbagi soal dan pembahasan tentang Integral Permukaan ..
semoga Bermanfaat:)
Sistem bilangan yang sudah dikenal sebelumnya adalah sistem bilangan real, tetapi sistem bilangan real ternyata masih belum cukup untuk menyelesaikan semua bentuk permasalahan dalam berbagai operasi dan persamaan dalam matematika. Oleh karena itu, diperlukan sistem bilangan baru yaitu sistem bilangan kompleks. Sistem bilangan kompleks terdiri dari bilangan kompleks, fungsi analitik, fungsi elementer, integral fungsi kompleks, deret kompleks, dan metode pengintegralan residu.
Dalam sistem bilangan kompleks fungsi elementer sangat penting dan sebagai penunjang untuk mempelajari sistem bilangan kompleks yang lainnya. Fungsi elementer diantaranya, fungsi linear, fungsi pangkat, fungsi bilinear, fungsi eksponensial, fungsi logaritma, fungsi trigonometri dan fungsi hiperbola. Pemahaman tentang fungsi elementer sendiri sangat diperlukan dalam menganalisis suatu kurva secara geometris.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang Fungsi Trigonometri dan Fungsi Hiperbolik dalam bilangan kompleks.
Jawaban latihan soal bagian 2.3 pada buku Analisis Real karangan Drs. Sutrima, M.SI
cetakan : pertama, Juni 2010
penerbit : Javatechno Publisher (Jln. Ahmad Yani 365A, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia - 57162
Sistem bilangan yang sudah dikenal sebelumnya adalah sistem bilangan real, tetapi sistem bilangan real ternyata masih belum cukup untuk menyelesaikan semua bentuk permasalahan dalam berbagai operasi dan persamaan dalam matematika. Oleh karena itu, diperlukan sistem bilangan baru yaitu sistem bilangan kompleks. Sistem bilangan kompleks terdiri dari bilangan kompleks, fungsi analitik, fungsi elementer, integral fungsi kompleks, deret kompleks, dan metode pengintegralan residu.
Dalam sistem bilangan kompleks fungsi elementer sangat penting dan sebagai penunjang untuk mempelajari sistem bilangan kompleks yang lainnya. Fungsi elementer diantaranya, fungsi linear, fungsi pangkat, fungsi bilinear, fungsi eksponensial, fungsi logaritma, fungsi trigonometri dan fungsi hiperbola. Pemahaman tentang fungsi elementer sendiri sangat diperlukan dalam menganalisis suatu kurva secara geometris.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang Fungsi Trigonometri dan Fungsi Hiperbolik dalam bilangan kompleks.
Jawaban latihan soal bagian 2.3 pada buku Analisis Real karangan Drs. Sutrima, M.SI
cetakan : pertama, Juni 2010
penerbit : Javatechno Publisher (Jln. Ahmad Yani 365A, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia - 57162
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
9. Jika vektor v dan k skalar, maka kv = ( kv 1 , kv 2 ) v + w = ( v 1 + w 1 , v 2 + w 2 ) Selanjutnya suatu operasi penjumlahan vektor atau perkalian dengan bilangan skalar, dapat ditunjukkan sebagai berikut, y x ( v 1 , v 2 ) v kv ( kv 1 , k v 2 ) kv 1 kv 2 v 1 ( v 1 , v 2 ) v w v + w ( w 1 , w 2 ) ( v 1 + w 1 , v 2 + w 2 ) x y v 2 w 1 w 2
10. Contoh : Diketahui, v = (1, –2) dan w = (7, 6) maka, v + w = (1, – 2) + (7, 6) = (1 + 7 , –2 + 6) = 8, 4 dan 4v = 4(1, – 2) = (4(1), 4(– 2)) = (4, –8) selanjutnya, v – w = v + ( – 1 ) w Jadi, v – w = ( v 1 – w 1 ,v 2 – w 2 )
11.
12.
13.
14.
15. Bukti secara Geometri : misalkan u = ( u 1 , u 2 , u 3 ), v = ( v 1 , v 2 , v 3 ) dan w = ( w 1 , w 2 , w 3 ), diwakili oleh PQ, QR, RS, maka, P Q R S u v w u + v v + w u + ( v + w ) ( u + v ) + w v + w = QS dan u + ( v + w ) = PS Juga, u + v = PR dan ( u + v ) + w = PS Maka, u + ( v + w ) = ( u + v ) + w , terbukti.
16.
17. Maka, Sebuah vektor norma 1 disebut vektor unit . Jika P 1 ( x 1 , y 1 , z 1 ) dan P 2 ( x 2 , y 2 , z 2 ) merupakan dua titik dalam ruang dimensi 3, maka jarak antara titik dalam bentuk norma vektor P 1 P 2 : P 1 P 2 = ( x 2 – x 1 , y 2 – y 1 , z 2 – z 1 ) Pada perkalian ku, maka panjang vektor ku adalah k kali panjang u , yang dapat dirumuskan sebagai ku = k u z y P 2 x O P 1
18.
19.
20. Contoh, Diketahui vektor u = (2, -1, 1) dan v = (1, 1, 2) Tentukan u.v serta sudut antara u dan v. Penyelesaian, u.v = u 1 v 1 + u 2 v 2 + u 3 v 3 = (2)(1) + ( -1 )( 1 )+(1)(2)=3. dan, sehingga,
21. dan, sehingga, Jadi, = 60 0 . Carilah sudut antara diagonal sebuah kubus dengan salah satu pinggir tiang kubus itu.
22. Diketahui u 1 = ( k, 0, 0 ), u 2 = ( 0, k, 0 ) dan u 3 = ( 0, 0, k ) Maka vektor d = ( k, k, k ) = u 1 + u 2 + u 3 merupakan diagonal kubiknya, Sehingga sudut dan pinggirnya adalah z y (0, 0, k) x u 1 u 2 u 3 (0, k, 0) (k, 0, 0) (k, k, k) d
23.
24. Contoh : Tunjukkan bahwa dalam ruang dimensi 2, vektor n = ( a,b ) tegak lurus terhadap garis ax + by + c = 0. Penyelesaian, Misalkan P 1 ( x 1 , y 1 ) dan P 2 ( x 2 , y 2 ) merupakan dua titik yang berbeda pada garis, maka ax 1 + by 1 + c = 0 ax 2 + by 2 + c = 0 Sehingga vektor = ( x 2 – x 1 ,, y 2 – y 1 ) jadi yang dibutuhkan n dan yang Saling tegak lurus. y x P 1 ( x 1 , y 1 ) ax + by + c = 0 P 2 ( x 2 , y 2 ) P 1 P 2 P 1 P 2
25. Beberapa Aturan yang berlaku pada perkalian titik pada Vektor. Jika u, v dan w vektor dalam ruang dimensi 2 dan 3 dan k skalar, maka ( a ). u. v = v. u ( b ). u. ( v + w ) = u.v + u. w (c) . k ( u.v ) = ( ku ). v = u. ( k.v ) ( d ). v. v > 0 jika v 0, dan v. v > 0 jika v = 0 Sehingga dapat ditulis kembali sebagai, a ( x 2 – x 1 ) + b ( y 2 – y 1 ) = 0 dapat dibuat menjadi, ( a. b ) . ( x 2 – x 1 , y 2 – y 1 ) = 0 atau n . = 0 dimana n dan saling tegak lurus. P 1 P 2 P 1 P 2
26. F. Proyeksi Orthogonal Jika u dan a mempunyai posisi titik awal yang sama pada Q , maka dekomposisi vektor u terhadap garis a dapat dibuat dari vektor w 1 tegak lurus w 2 , dengan titik acuan, dapat ditunjukkan sebagai, w 2 = u – w 1 dimana vektor w 1 paralel dengan a, dan vektor w 1 juga tegaklurus terhadap a. a w 2 a Q w 1 u w 2 w 1 Q a u w 2 w 1 Q u
27. Vektor w 1 disebut proyeksi orthogonal dari u pada a atau vektor komponen u terhadap a. dinotasikan sebagai, proj a u vektor w 2 disebut vektor komponen u orthogonal pada a . Dapat ditulis sebagai, w 2 = u – proj a u Jika u dan a vektor dalam ruang dimensi 2 atau 3 dengan a 0, maka, (Vektor komponen u terhadap a ) w 2 a Q w 1 u
28. (Vektor komponen dari u orthogonal terhadap a ) Bukti : Misalkan w 1 = proj a u dan w = u – proj a u . Karena w 1 paralel terhadap a , maka ada bilangan skalar dikali a, yang dapat ditulis sebagai, w 1 = ka. u = w 1 + w 2 = ka + w 2 Dengan mengalikan kedua ruas dengan a, maka, u . a = ( ka + w 2 ) . a = k a 2 + w 2 .a Karena w 2 . a = 0, maka w 2 tegaklurus terhadap a, sehingga,
29. Contoh : Misalkan u = ( 2, – 1, 3 ) dan a = ( 4, –1, 2 ). Carilah komponen vektor u terhadap a dan vektor komponen u orthogonal terhadap a. Penyelesaian : Diketahui u . a = (2)(4) – (-1)(-1) + (3)(2) = 15 u 2 = 4 2 + (-1) 2 + 2 2 = 21 Selanjutnya proj a u = w 1 = ka, terbukti.
30. Vektor komponen u terhadap a adalah : Vektor komponen u orthogonal terhadap a adalah : Panjang vektor komponen u terhadap a dapat dirumuskan sebagai berikut : :
31. Jika dinotasikan sebagai sudut antara u dan a, maka u . a = u a cos sehingga persamaan itu menjadi : Contoh : Carilah rumus untuk jarak D antara titik P 0 (x 0 , y 0 ) dan garis ax + by + c = 0. Penyelesaian Misalkan Q ( x 1 , y 1 ) titik sebarang pada garis dan vektor posisi n = (a, b) u a u cos u u u a – u cos P 0 ( x 0 ,y 0 ) Q(x 1 ,y 1 ) D ax + by + c = 0 x n ( a,b ) D y
32. Jadi titik awalnya ( initial ) pada titik Q sehingga , vektor n tegaklurus terhadap garis ( ax + by + c = 0 ) Sehingga jarak D sama dengan panjang proyeksi orthogonal dari QP 0 terhadap n maka, Q(x 1 ,y 1 ) D ax + by + c = 0 x n ( a,b ) D P 0 ( x 0 ,y 0 ) Jadi,
33. Jika titik Q ( x 1 , y 1 ) pada garis maka persamaan menjadi, ax 1 + by 1 + C = 0 sehingga Diketahui jarak D dari titik (1, –2) ke garis 3x + 4y – 6 = 0 adalah :
34. Bentuk tersebut di atas dapat juga digunakan untuk mencari jarak titik dengan bidang pada ruang dimensi 3 berikut : Jika jarak D antara titik P 0 ( x 0 ,y 0 ,z 0 ) dan bidang ax + by + cz + d = 0 Maka berlaku, Diketahui jarak D dari titik ( 1, –4, –3 ) ke garis 2x –3y + 6z = –1 adalah :
35. G. Perkalian Silang (Cross Product) Jika u = ( u 1 , u 2 , u 3 ) dan v = ( v 1 , v 2 , v 3 ) vektor dalam runng dimensi 3, maka perkalian silang vektor u x v didefinisikan sebagai, u x v = ( u 2 v 3 – u 3 v 2 , u 3 v 1 – u 1 v 3 , u 1 v 2 – u 2 v 1 ) atau dalam bentuk notasi matriks, Contoh : Carilah u x v, dimana u = ( 1, 2, –2 ) dan v = ( 3, 0, 1 ) Penyelsaian :
36. Beberapa hubungan antara perkalian titik dan Perkalian silang Pada vektor : Jika u, v, dan w adalah vektor dalam ruang dimensi 3, maka (a) u . ( u x v ) = 0 ( u x v orthogonal terhadap u ) (b) v . ( u x v ) = 0 ( u x v orthogonal terhadap v ) (c) u x v 2 = u 2 v 2 – ( u .v ) 2 (identitas Lagrange) (d) u x ( v x w ) = ( u . w ) v – ( u . v ) w (hubungan antara perkalian (e) ( u x v ) x w = ( u . w ) v – ( u . w ) u titik & silang)
37. Jika u = (u 1 , u 2 , u 3 ) v = ( v 1 ,v 2 ,v 3 ), maka ( a ) u. ( u x v ) = (u 1 , u 2 , u 3 ) . ( u 2 v 3 – u 3 v 2 , u 3 v 1 – u 1 v 3 , u 1 v 2 – u 2 v 1 ) = u 1 ( u 2 v 3 – u 3 v 2 ) + u 2 ( u 3 v 1 – u 1 v 3 ) + u 3 ( u 1 v 2 – u 2 v 1 ) = 0 ( b ) v. ( u x v ) = (v 1 , v 2 , v 3 ) . ( u 2 v 3 – u 3 v 2 , u 3 v 1 – u 1 v 3 , u 1 v 2 – u 2 v 1 ) = v 1 (u 2 v 3 – u 3 v 2 ) + v 2 ( u 3 v 1 – u 1 v 3 ) + v 3 ( u 1 v 2 – u 2 v 1 ) = 0 ( c ) u x v 2 = u 2 v 2 – ( u .v ) 2 (identitas Lagrange) u x v 2 = ( u 2 v 3 – u 3 v 2 ) 2 + ( u 3 v 1 – u 1 v 3 ) 2 + ( u 1 v 2 – u 2 v 1 ) 2 dan u 2 v 2 – ( u .v ) 2 = ( u 1 2 + u 2 2 + u 3 2 )( v 1 2 +v 2 2 +v 3 2 ) – ( u 1 v 2 +u 2 v 2 +u 3 v 3 ) 2 Contoh : Diketahui u = ( 1, 2, –2 ) dan v = ( 3, 0, 1 ) tunjukkan bahwa u.(u x v) = 0 berlaku .
38. Beberapa aturan yang berlaku pada perkalian silang : Jika u , v, dan w adalah vektor dalam ruang dimensi 3 dan k skalar, maka ( a ) u x v = – ( v x u ) ( b ) u x ( v + w ) = ( u x v ) + ( u x w ) ( c ) ( u + v ) x w = ( u x w ) + ( v x w ) ( d ) k ( u x v ) = ( ku ) x v = u x ( kv ) ( e ) u x 0 = 0 x u = 0 ( f ) u x u = 0
39. Vektor Unit Standar : Diketahui, i = ( 1, 0, 0 ), j = ( 0, 1, 0 ) , dan k = ( 0, 0, 1 ). Vektor ini panjangnya satu dan terletak pada koordinat sumbu, yang disebut dengan vektor unit standar dalam ruang dimensi 3. Setiap vektor v = ( v 1 , v 2 , v 3 ) dalam ruang dimensi 3 dapat diekspresikan dalam bentuk i, j, k. v = ( v 1 , v 2 , v 3 ) = v 1 ( 1, 0, 0 )+ v 2 ( 1, 0, 0 )+ v 3 ( 0, 0, 1 ) = v 1 i +v 2 j +v 3 k Contoh : Misalkan ( 2, –3 , 4 ) = 2i – 3j + 4k Dari perkalian silang diketahui (lihat Gambar): z y (0, 0, 1) x i j k (0, 1, 0) (1, 0, 0)
40. Sehingga i x i = 0 j x j = 0 k x k = 0 i x j = k j x k = i k x i = j j x i = –k k x j = –i i x k = –j Bentuk Determinan Perkalian Silang : Perkalian silang dapat juga ditunjukkan dalam bentuk determinan 3 x 3 : Contoh : Misalkan u = ( 1, 2, -2 ) dan v = (3, 0, 1), maka, k j i
41. Jika u dan v dalam ruang dimensi 3 maka, u x v dapat ditunjukkan dari identitas Lagrange bahwa : u x v 2 = u 2 v 2 – ( u .v ) 2 Jika , sudut antara u dan v , maka u . v = u v cos , sehingga u x v 2 = u 2 v 2 – ( u .v ) 2 = u 2 v 2 – u 2 . v 2 cos 2 = u 2 v 2 ( 1 – cos 2 ) = u 2 v 2 sin 2 Untuk 0 berlaku u x v = u v sin v u v sin v u