SlideShare a Scribd company logo
RUANG VEKTOR DAN EUCLIDEAN

A. PENDAHULUAN
   Pembahasan modern yang lebih abstrak pertama kali dirumuskan oleh
Giuseppe Peano pada akhir abad ke-19, yang meliput objek lebih umum daripada
Ruang Euclid, namun kebanyakan teori tersebut dapat dipandang sebagai
perluasan gagasan geometri klasik seperti garis, bidang, dan analognya yang
berdimensi lebih tinggi. Pada pembahasan ini, kita akan membahas Ruang Euclid
lebih lanjut lagi. Ruang Euclid (Rn) yang akan dibahas dalam pertemuan ini
adalah Ruang vektor.
    Ruang vektor pada ruang euclid adalah struktur matematika yang dibentuk
oleh sekumpulan vektor, yaitu objek yang dapat dijumlahkan dan dikalikan
dengan suatu bilangan, yang dinamakan skalar. Skalar sering adalah bilangan riil,
tapi kita juga dapat merumuskan ruang vektor dengan perkalian skalar dengan
bilangan kompleks, bilangan rasional. Operasi penjumlahan dan perkalian vektor
harus memenuhi persyaratan tertentu yang dinamakan aksioma. Contoh ruang
vektor adalah vektor Euclid yang sering digunakan untuk melambangkan besaran
fisika seperti gaya. Vektor yang melambangkan perpindahan pada bidang atau
pada ruang tiga dimensi juga membentuk ruang vektor.
    Ruang hasil kali dalam (inner product) pada ruang vektor adalah fungsi yang
mengasosiasikan bilangan riil u,v dengan masing – masing pasangan vektor u dan
v pada V sedemikian rupa sehingga aksioma – aksioma dipenuhi untuk semua
vektor u, v, dan w di V dan juga untuk semua skalar k.
    Dengan demikian, setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan
mampu :
    1) Mengetahui definisi dari ruang euclid (Rn)
    2) Mengetahui definisi dan aksioma-aksioma dari ruang vektor dalam n-
          Euclid
    3) Melakukan operasi penjumlahan dan perkalian pada vektor
    4) Membuktikan teorema thales dan pappus pada vektor
    5) Menentukan titik tengah dan titik berat
    6) Mencari hasil kali dalam dan kosinus pada vektor



                                        1
7) Mengetahui definisi matriks
    8) Mengetahui bentuk bilangan kompleks
    9) Membuktikan rumus trigonometri penjumlahan dan pengurangan sudut.
    10) Menyelesaikan latihan soal yang berhubungan dengan ruang Euclid,
          vektor, rotasi, matriks dan bilangan kompleks.


B. DEFINISI RUANG EUCLID Rn :
    Semua himpunan ordered n-tuples (a1,a2, ... , an) disebut ruang-n dan
dinotasikan dengan Rn.
Ruang Euclid (Rn) :
    Merupakan ruang vektor karena dapat dilakukan 2 pengoperasian
         penjumlahan dan perkalian dengan skalar, sehingga memiliki 8 aksioma
         yang berlaku.
    Merupakan ruang hasil kali dalam (inner product) karena mempunyai
         operasi hasil kali dalam (perkalian titik untuk ruang Euclid).


C. DEFINISI RUANG VEKTOR DALAM n-EUCLID
   Jika n adalah bilangan bulat positif, maka ordered n-tuples adalah sekelompok
n bilangan real (a1,a2, ... , an) yang disebut ruang vektor berdimensi n. Dan semua
himpunan ordered n-tuples (a1,a2, ... , an) disebut ruang-n dan dinotasikan dengan
Rn. Untuk n = 1, 2, atau 3 suatu vektor dapat digambarkan, namun vektor tidak
mungkin dapat digambarkan bila berada di ruang-n > 3 karena keterbatasan dari
ruang.
Di R2, vektor dinyatakan dengan pasangan terurut dua bilangan real. Misal u =
(u1, u2), u adalah vektor yang berpangkat di (0,0) dan berujung di (u1, u2) pada
bidang XY. Sedangkan u1 dan u2 disebut komponen.
         Di R3, vektor dinyatakan dengan pasangan terurut tiga bilangan real. Misal
u = (u1, u2, u3), u adalah vektor yang berpangkat di (0, 0, 0) dan berujung di (u1,
u2, u3) pada bidang XYZ. Sedangkan u1, u2 dan u3 disebut komponen. Sedangkan
di Rn vektor dinyatakan dengan pasangan terurut tiga bilangan real. Misal u = (u1,
u2,…, un). Dengan adanya definisi vektor yang diperluas, maka suatu matrik dan
fungsi dapat diklasifikasikan sebagai vektor.



                                           2
Dua vektor u = ( u1, u2, ... , un) dan v = ( v1,v2,... , vn) dalam Rn dikatakan sama jika
               u1 = v1, u2 = v2, ..., un = vn   (semua elemen yang seletak sama)
 Penjumlahan Vektor
    Jika diberikan u = (u1 ,u2 ) dan v = (v1 , v2), maka:
                  u + v = (u1+v1,u2+v2)
           Sedangkan untuk u = (u1 ,u2, u3 ) dan v = (v1 , v2, v3),
                  u + v = (u1+v1, u2+v2, u3+v3 )
Penjumlahan vektor juga dapat dilakukan secara geometri, perhatikan gambar
berikut:




                      Gambar 1. Aturan Jajargenjang penjumlahan vector.


  Perkalian Skalar Vektor
     Jika diberikan u = (u1 ,u2 ) dan sembarang bilangan real a maka:
                  au = a(u1 ,u2 ) = (au, au2)
     Sedangkan untuk u = (u1 ,u2, u3 ) dan sembarang bilangan real a,
                  au = a(u1,u2,u3) = (au1,au2,au3).


     Gambar berikut menunjukkan perkalian vector secara geometri:




                   Gambar 2. Perkalian scalar sebagai dilatasi bidang



                                                 3
Vektor nol di dalam Rn dinotasikan 0, bisa ditulis 0=(0,0, ..., 0).
Jika u = ( u1, u2, ... , un) adalah sembarang vektor dalam Rn, maka negatif invers u
adalah –u yang didefinisikan -u = ( -u1, -u2, ... , -un).


D. AKSIOMA RUANG VEKTOR EUCLID
     Jika u = (u1, u2, ... , un), v = (v1,v2,... , vn), dan w = (w1,w2,... , wn) adalah vektor
V dalam Rn dan k dan l adalah skalar, maka akan dikatakan ruang vektor jika
memenuhi 8 aksioma untuk vektor penjumlahan dan perkalian skalar, yaitu :
1.   uv vu ( sifat komutatif )

                      
2. u vw  uv w ( sifat asosiatif )

3. Ada vektor nol / identitas, dinotasikan dengan : 0 V sehingga berlaku
     u00u u
4. Setiap u V mempunyai vektor negatif, dinotasikan dengan : u V sehingga

                  
     berlaku u u uu 0

5.   k lu k l usifat assosiatif perkalian dengan skalar )
6.   k lu k u l u ( sifat distributif terhadap skalar )
7.   k u vk u lv ( sifat distributif terhadap skalar )    
8. 1 u u                ( sifat perkalian dengan skalar 1)


E. DEFINISI RUANG HASIL KALI DALAM (INNER PRODUCT)
     Jika u=(u1 ,u2 ,…,un) dan v=(v1 ,v2 ,…, vn) adalah vektors dalam Rn, maka hasil
kali dalam euclid u.v didefinisikan :

                        u  v  u1v1  u2v2  ...  un vn

F. AKSIOMA RUANG HASIL KALI DALAM (INNER PRODUCT)
     Jika u = (u1, u2, ... , un), v = (v1,v2,... , vn), dan w = (w1,w2,... , wn) adalah vektor
V dalam Rn dan k adalah skalar, maka dikatakan ruang hasil kali dalam jika
memenuhi 3 aksioma, yaitu :
1.   u.v=v.u                         (sifat komutatif terhadap perkalian)


                                              4
2.   (u+v) .w = (u . w) +( v . w) (sifat distributif terhadap perkalian)
3.   (ku) . v = u . (kv) = k (u.v)


Latihan Soal

1.   Pada aksioma ke-2, dikatakan bahwa uv vu ( sifat komutatif ). Buktikan
     bahwa aksioma tersebut adalah aksioma ruang vektor euclid R2!
Bukti :
          u+v = (u1,u2)+(v1,v2)
              = (u1+v1,u2+v2) by definition of vector addition
              = (v1+u1,v2+u2) by commutative law for numbers
              = (v1,v2)+(u1,u2) by definition of vector addition
              = v+u.

2.   Ada sebuah vektor O={0}. Tunjukkan apakah vektor tersebut merupakan
     ruang vektor!
Bukti:
     a) o + o = o ∈ O.
     b) o + o = o + o = o
     c) (o + o) + o = o + (o + o) = o
     d) ada o ∈ O, yang bersifat o + o = o + o = o
     e) jika o ∈ O, maka selalu ada –o=o∈ O, sehingga o + (-o) = -o + o = o
     f) ko=o ∈ O
     g) (kl)o = k(lo)= o
     h) (k+l)o=ko + lo = o
     i) k(o + o) = ko + ko = o + o = o
     j) 1.o = o
 Maka untuk vektor O = {o} dilengkapi dengan penjumlahan dan perkalian skalar
 yang biasa, maka merupakan suatu ruang vektor karena 10 aksioma ruang
 vektor.

3.   Pada aksioma ke-1, dikatakan bahwa uv vu ( sifat komutatif ). Buktikan
     bahwa aksioma tersebut adalah aksioma ruang hasil kali dalam vektor R2!
Bukti :
          u+v = (u1,u2)+(v1,v2)
              = (u1+v1,u2+v2) by definition of vector addition


                                           5
= (v1+u1,v2+u2) by commutative law for numbers
            = (v1,v2)+(u1,u2) by definition of vector addition
            = v+u.
4. Misal u = (u1, u2), v = (v1,v2) adalah vektor-vektor pada R2. Tunjukkan bahwa
   (u,v) = 3 u1 v1 + 2 u2 v2 adalah ruang hasil kali dalam!
Jawab :
   a) (u.v) = 3 u1 v1 + 2 u2 v2
            = 3 v1 u1 + 2 v2 u2
            = (v.u)

   b) Jika w = (w1,w2), maka
       (u + v.w) = 3(u1 + v1)w1 + 2 (u2 + v2) w2
                = 3u1 w1 + 3 v1 w1 + 2 u2 w2 + 2 v2 w2
                = (3u1 w1 + 2 u2 w2) + (3 v1 w1 + 2 v2 w2)
                = (u.w) + <v.w)

   c) (ku.v) = 3 (ku1)v1 + 2 (ku2)v2
              = k (3 v1 u1 + 2 v2 u2)
Jadi, untuk (u,v) = 3 u1 v1 + 2 u2 v2 terbukti ruang hasil kali dalam pada R2


G. ARAH DAN KEBEBASAN LINEAR
    Vektor memberikan konsep arah dalam R2 dengan mewakili garis melalui 0.
Jika u adalah vektor tidak nol, maka perkalian au dari u membuat garis melalui 0
dan u, sehingga disebut “arah u dari 0”.
       Vektor bukan nol u dan v, memiliki arah yang berbeda dari 0 jika masing-
masing tidak mempunyai kelipatan dari yang lain. Oleh karena itu, vektor u dan v
adalah kebebasan linear, karena tidak memiliki bilangan real a dan b dengan
                               au + bv = 0
       Jika salah satu dari a atau b tidak nol dalam persamaan ini, maka dapat
menyimpulkan bahwa salah satu dari u atau v sebagai kelipatan dari yang lain.
       Konsep arah memiliki generalisasi yang jelas: w memiliki arah u dari v
(atau relatif terhadap v) jika w – v merupakan kelipatan dari u, kita juga
mengatakan bahwa “w – v memiliki arah u”. w – v merupakan segmen garis dari
v ke w dan dari s ke t ditulis t – s. w – v dan t – s sejajar jika memiliki arah yang
sama yaitu, jika
               w – v = a (t – s) untuk beberapa bilangan real a ≠ 0



                                           6
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh segmen garis sejajar dari v ke w dan
dari s ke t yang keduanya memiliki arah u.



                                                   w = au + v       atau w – v = au



                  au + v              u



                          0               v




                                  U           t = bu + s     atau    t – s = bu

                                               bu + s

                      0               s

                      Gambar 3. Garis sejajar berarah u


Berdasarkan gambar di atas didapat,                    w – v = au     dan         t – s = bu
                  𝑎
sehingga w – v = 𝑏 (t – s) atau w – v = k (t – s)



Vector Thales theorem. If s and v are on one line through 0, t and w are on
another, and w - v is parallel to t - s, then v = as and w = at for some number a.
Bukti:



                                              v = bs

                          s



                              t                    w = ct


      Gambar 4. menunjukkan situasi yang dijelaskan dalam teorema thales.


                                                       7
Jika w – v sejajar dengan t –s, maka:
                w – v = a (t – s)   untuk beberapa bilangan real a
                w – v = at – as ………………..(1)
Karena v dan s sama-sama melalui 0, maka didapat v = bs
Karena w dan t sama-sama melalui 0, maka didapat w = ct
Sehingga,
                w – v = ct – bs ………………..(2)
dari (1) dan (2), diperoleh:
                ct – bs = at – as
     (c – a)t + (a – b)s = 0
Karena s dan t dalam arah yang berbeda dari 0, maka merupakan kebebasan
linear. Jadi,
                c–a=a–b=0
Dengan demikian, terbukti bahwa v = as dan w = at


Vector Pappus theorem. If r, s, t, u, v, w lie alternately on two lines through 0,
with u – v parallel to s – r and t – s parallel to v – w , then u – t is parallel to
w – r.




                Gambar 5. menunjukkan situasi yang dijelaskan dalam teorema.




                                           8
Karena u – v sejajar dengan s – r, didapat u = as dan v = ar untuk beberapa
bilangan a. karena t – s sejajar dengan v – w, didapat s = bw dan t = bv untuk
beberapak bilangan b.
Dari kedua fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa
               u = as = abw      dan     t = bv = bar
sehingga,      u – t = abw – bar = ab(w – r)
               artinya u – t sejajar dengan w – r


H. MIDPOINT DAN CENTROID (Titik Tengah dan Titik Berat)
     Definisi dari ruang vektor real tidak termasuk definisi jarak, tetapi kita dapat
berbicara tentang titik tengah dari segmen gari u ke v.




                    Gambar 6. Diagonal Jajargenjang


Berdasarkan gambar didapat titik tengah dari segmen garis u dan v, yaitu:
                                         1           1
Titik tengah segmen garis u dan v = u + 2 (v – u) = 2 (u + v)


Concurrence of medians.
  The medians of any triangle pass through the same point, the centroid of the
  triangle.
                                                                (Stillwell, 2005:73)
      Untuk membuktikan teorema ini, andaikan puncak-puncak dari segitiga
                                                                           1
adalah u, v dan w. Kemudian median (garis berat) dari u ke titik tengah 2(v + w),

dan seterusnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.




                                         9
Gambar 7. Median (garis berat) dari segitiga


           Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa ketiga median (garis berat)
                                    2                      1
tampaknya bertemu pada 3 dari u menuju 2(v + w), yaitu pada titik:
               2   1                                 1             2   1
           u+3         𝒗 + 𝒘 − 𝑢 = u + 3 (v + w) - 3 u = 3 (u + v + w)
                   2

           Titik inilah yang dinamakan dengan centroid atau titik berat. Centroid ini,
                                                                           1             2
juga dapat ditunjukkan dengan melihat letaknya antara v dan 2 (u + w) yaitu 3 dari
       1                       2                 1
v ke        (u + w), serta         dari w ke         (u + v). Dengan demikian dapat disimpulkan
       2                       3                 2

bahwa centroid merupakan titik bersama dari ketiga median seperti yang terlihar
pada gambar.


I.     PANJANG DAN JARAK VEKTOR DALAM R2
 Panjang Vektor
- Panjang |u| merupakan jarak u = (u1,u2) dari 0, dimana
                         2    2
               |u| =    𝑢1 + 𝑢2
     sehingga,
                        2    2
                |u|2 = 𝑢1 + 𝑢2 = u . u


 Jarak Vektor
- Jarak antara u = (u1 ,u2 ) dan v = (v1 , v2) dapat dinyatakan sebagai berikut:
                |v - u|2 = (v – u) . (v – u) = |u|2 + |v|2 – 2u.v
     atau
                |v - u|2 =         𝑢1 − 𝑣1   2   +       𝑢2 − 𝑣2   2



                                                         10
J.    INNER PRODUCT DAN KOSINUS
Vektor u = (u1 ,u2 ) dan v = (v1 , v2) saling tegak lurus jika dan hanya jika u.v = 0
u mempunyai kemiringan u2/u1 dan v mempunyai kemiringan v2/v1, karena u dan
v saling tegak lurus maka:
                         𝑢2         𝑣1
                              =-
                         𝑢1         𝑣2

sehingga :                     u2v2 = - u1v1
                         u1v1 + u2v2 = 0
                                   u.v = 0


 Kosinus
     Perkalian dalam antara vector u dan v tidak hanya dipengaruhi pada panjang
masing-masing vector itu, yaitu |u| dan |v|, tapi dipengaruhi juga oleh sudut ()
antara keduanya. Cara paling sederhana untuk mengekspresikan sudut tersebut
adalah dengan bantuan kosinus.




                Gambar 8. Kosinus sebagai perbandingan panjang


Berdasarkan gambar 1 terlihat bahwa v adalah hipotenusa,  adalah sudut antara
sisi u dan hipotenusa, sehingga kosinus dapat didefinikan sebagai berikut.
                                             |𝒖|
                                   cos  = |𝒗|




Inner product Formula.
     If  is the angle between vectors u dan v, then
        u· v = |u||v| cos 
                                                                 (Stillwell, 2005:78)




                                                 11
Bukti:
Karena v – u pada segitiga tegak lurus dengan u, maka
                 0 = u . (v – u) = u.v – u.u
                                               |𝒖|
Oleh karena itu, u.v = u.u = |u|2 = |u||v||𝒗| = |u||v| cos 

Rumus ini memberikan cara mudah untuk menghitung sudut (atau setidaknya
kosinus)antara dua garis. Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan cara mencari
|u| dan |v|. Penjelasan tentang jarak sebelumnya juga memberikan “aturan
kosinus” trigonometri langsung dari perhitungan (u – v) . (u – v).


Cosine rule.
In any triangle, with sidea u, v, dan u – v, and angle  opposite to the side u−v,
         |u−v|2 = |u|2+|v|2−2|u||v| cos 
                                                               (Stillwell, 2005:78)
Gambar 2 berikut menunjukkan segitiga dengan sisi dan sudut yang relevan, tetapi
pembuktian merupakan akibat aljabar murni dari rumus hasil kali dalam.




                                         Gambar 9
Secara Aljabar dapat ditunjukkan sebagai berikut:
         |u−v|2 = (u−v) · (u−v)
               = u·u − 2u· v + v · v
               = |u|2 + |v|2 − 2u · v
               = |u|2 + |v|2 − 2|u||v| cos θ
Untuk kasus khusus di mana u dan v adalah sisisisi segitiga siku-siku dan u – v
adalah sisi miring. Dalam hal ini u tegak lurus terhadap v, maka u . v = 0 dan
aturan kosinus menjadi:
         hipotenusa2 = |u - v|2 = |u|2 + |v|2


                                                12
Persamaan di atas merupakan teorema Pythagoras. Hal ini menunjukkan bahwa
teorema Pythagoras dibangun kedalam definisi jarak dalam R2, sehingga menjadi
perkalian dalam.


K. PERTIDAKSAMAAN SEGITIGA
        Dalam geometri vektor, ketidaksamaan segitiga | u + v | ≤ | u | + | v | pada
latihan 3.3.1 sampai 3.3.3 berasal dari fakta bahwa
                            |u·v|≤|u||v|
Pertidaksamaan        ini      dikenal        sebagai     pertidaksamaan    Cauchy-Schwarz.
Berdasarkan rumus perkalian dalam
                            u · v = | u | | v | cosθ
dan karena itu,
                            | u · v | ≤ | u | | v | | cosθ |
                                     ≤|u||v|                   karena | cos θ | ≤ 1.
Untuk mendapatkan pertidaksamaan segitiga, itu sudah cukup untuk menunjukkan
bahwa | u + v |2 ≤ (| u | + | v |)2, yaitu sebagai berikut:


                  | u + v |2 = (u + v) · (u + v)
                             = |u| 2 +2 u · v + |v| 2          karena u·u = |u|2 dan v·v = |v| 2
                             ≤ |u|2 +2|u| |v| + |v|2           oleh Cauchy-Schwarz
                             = (|u| + |v|)2




Latihan Soal
1. Apakah arti transformasi geometri R2 ketika setiap vector dikalikan dengan
    -1? Apakah rotasi?
    Pembahasan:
    Misalkan vektor u = (u1, u2), jika vektor u dikalikan dengan -1 akan didapat
    vektor –u = (-u1, -u2). Apabila vektor u dan hasil kalinya digambar akan
    terbentuk seperti gambar berikut:




                                                   13
u2                (u1, u2)



                           -u1                    u1

              (-u1, -u2)              - u2




   Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa jika koordinat titik-titik dikalikan
   dengan -1, maka hasil perkalian itu merupakan rotasi.


2. Tunjukkan bahwa bidang empat dengan sudut t, u, v dan w mempunyai center
   1
       ( t + u + v + w).
   4

   Pembahasan:




                                             14
Berdasarkan penjelaasn pada point D, didapat bahwa centroid pada bidang
                                                                    1
segitiga dengan sudut u, v dan w memiliki centroid                      (u + v + w). Kemudian dari
                                                                    3

centroid itu ditarik garik ke sudut t. Begitu juga dengan centroid yang lain.




          Sehingga, salah satunya akan terlihat bahwa ketiga garis tersebut bertemu
3                      1
    dari t menuju 3 (u + v + w), yaitu titik:
4
               3   1                                       1              3
          t+               u + v + w − t = t + (u + v + w) - t
               4   3                                       4              4
                                                   1
                                                 = 4 (t + u + v + w).


                                                                                             1
      Titik ini juga dapat ditunjukkan dengan melihat letaknya antara v dan                      (t + u
                                                                                             3
                   3                 1                 3        1                   3              1
      + w) yaitu 4 dari v ke 3 (t + u + w), 4 dari w ke 3 (t + u + v) dan               dari u ke 3 (t
                                                                                    4

      + v + v). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa center dari bidang empat
                             1
      tersebut adalah 4 (t + u + v + w).


3. Kedudukan w menjadi sama dari u dan v adalah
          (w – u) . (w – u) = (w – v) . (w – v)
      Tunjukkan bahwa persamaan ini akuivalen dengan:
          |u|2 – 2w.u = |v|2 – 2w.v
      Pembahasan:
                                    (w – u) . (w – u) = (w – v) . (w – v)
      (w1 - u1 , w2 - u2) . (w1 - u1 , w2 - u2) = (w1 - v1 , w2 - v2) . (w1 - v1 , w2 - v2)
    (w1 - u1) (w1 - u1) + (w2 - u2) (w2 - u2) = (w1 - v1) (w1 - v1) + (w2 - v2) (w2 - v2)
    w12 + u12 – 2w1.u1 + w22 + u22 – 2w2.u2 = w12 + v12 – 2w1.v1 + w22 + v22 – 2w2.v2
    w12 + w22 + u12 + u22 – 2w1.u1 – 2w2.u2 = w12 + w22 + v12 + v22 – 2w1.v1 – 2w2.v2
                                   |w|2 + |u|2 – 2w.u = |w|2 + |v|2 – 2w.v
                                          |u|2 – 2w.u = |v|2 – 2w.v


Jadi, terbukti bahwa (w – u) . (w – u) = (w – v) . (w – v)
ekuivalen dengan                 |u|2 – 2w.u = |v|2 – 2w.v


                                                       15
4. Teorema Pythagoras juga dapat dibuktikan secara langsung, dengan memilih 0
   pada sudut 90o pada segitiga siku-siku dengan sudut yang lainnya yaitu u dan
   v.
   Tunjukkan bahwa |v - u|2 = |u|2 +|v|2
   Pembahasan:
    |v - u|2 = |u|2 + |v|2 − 2|u||v| cos θ       aturan kosinus
           = |u|2 + |v|2− 2|u||v| cos 90o
           = |u|2 + |v|2 – 0
           = |u|2 + |v|2
   Kondisi ini merupakan teorema Pythagoras, karena |v - u| merupakan sisi
   miring/hipotenusa. Sedangkan |u| dan |v| merupakan sisi lainnya yang saling
   tegak lurus karena 0 terletak pada sudut 90o.


5. Tunjukkan bahwa (v+u) · (v−u) = |v|2 −|u|2.
   Pembahasan:
   (v+u) · (v−u) = (v1 + u1 , v2 + u2) (v1 - u1 , v2 - u2)
                   = (v1 + u1) (v1 - u1) + (v2 + u2) (v2 - u2)
                   = v12 – u12 + v22 – u22
                   = (v12 + v22) – (u12 + u22)
                   = |v|2 - |u|2
   Jadi, terbukti bahwa (v+u) · (v−u) = |v|2 −|u|2.


K. DEFINISI ROTASI
       Rotasi adalah adalah proses memutar bangun geometri terhadap titik
        tertentu yang dinamakan titik pusat rotasi dan ditentukan oleh arah rotasi
        dan besar sudut rotasi.
       Titik pusat rotasi adalah titik tetap atau titik pusat yang digunakan sebagai
        acuan untuk menentukan arah dan besar sudut rotasi.
       Arah rotasi disepakati dengan aturan sebagai berikut :
         Jika perputaran berlawanan dengan arah putar jarum jam, maka rotasi
            ini bernilai positif (+).
         Jika perputaran searah jarum jam, maka rotasi ini bernilai negatif (-).



                                             16
a. Rotasi Matriks
        Kita definisikan rotasi di R2 (ruang dimensi dua) memilki fungsi rc,s dimana
c dan s adalah dua bilangan real dimana c2 + s2 = 1. Dapat diartikan rc,s sebagai
fungsi dari (x,y) ke (cx-sy, sx+cy), tapi dapat pula diartikan koefisien matriks dari
x dan y , dinamakan


               c    −s
                       , dimana c = cosθ dan s =sinθ
               s    c


Jadi notasi matriks yang dapat ditulis (x,y) → (cx – sy, sx + cy)


              c    −s       x   cx − sy
                            y = sx + cy
              s    c



Rotasi perkalian matriks ini juga dapat digunakan untuk membuktikan rumus
cos(θ1 + θ2 ) dan sin (θ1 + θ2 ) , Yaitu sebagai berikut :
                                                               cos θ1    − sin θ1
         Untuk rotasi melalui θ1 didapatkan matriks
                                                               sin θ1     cos θ1


                                                             cos θ2     − sin θ2
         Untuk rotasi melalui θ2 didapatkan matriks
                                                             sin θ2      cos θ2


         Sehingga, rotasi yang melalui θ1 + θ2 didapatkan dari produk ke dua
          matrik ini.yaitu :
                    cos( θ1 + θ2 )      − sin(θ1 + θ2 )
                    sin(θ1 + θ2 )       cos( θ1 + θ2 )
                   cos θ1    − sin θ1        cos θ2    − sin θ2
             =
                   sin θ1     cos θ1         sin θ2     cos θ2
                   cos θ1 cos θ2 − sin θ1 sin θ2      − cos θ1 sin θ2 − sin θ1 cos θ2
             =
                   sin θ1 cos θ2 − cos θ1 sin θ2       cos θ1 cos θ2 − sin θ1 sin θ2
             Berdasarkan perkalian matriks




                                              17
 Akhirnya, menyamakan entri yang sesuai dalam matriks pertama dan
    terakhir,
        cos 𝜽 𝟏 + 𝜽 𝟐 = 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟏 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟐 − 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟏 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟐 ,
        sin     𝜽 𝟏 + 𝜽 𝟐 = 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟏 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟐 + 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟏 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟐 .


Selain dengan mengalikan rotasi matriks diatas, untuk membuktikan rumus
cos(θ1 + θ2 ) dan sin (θ1 + θ2 ) dengan menggunakan cara dibawah ini :


                                            Koordinat A : (r,0)
                                            Koordinat B : (r cos θ1, r sin θ1)
                                            Koordinat C : (r cos (θ1+ θ2) , r sin(θ1+θ2))
                                            Koordinat D : (r cos – θ2 , r sin – θ2)
                                                           : ( r cos θ2 , -r sin θ2)




                                    (AC)2 = (DB)2


 (AC)2         = ( r cos (θ1+ θ2) – r )2 + (r sin(θ1+θ2) – 0)2
                = r 2 cos2 (θ1+ θ2) – 2r2 cos (θ1+θ2) + r2 + r2 sin2(θ1+θ2)
                = r2 (cos2 (θ1+ θ2) + sin2(θ1+θ2)) - 2r2 cos (θ1+θ2) + r2
                = r2 . 1 - 2r2 cos (θ1+θ2) + r2
                = 2r2 - 2r2 cos (θ1+θ2)
 (DB)2         = (r cos θ2 - r cos θ1)2 + (-r sin θ2 - r sin θ1)2
                = r2cos2θ2–2r2cosθ1cosθ2+r2cos2θ1+r2sin2θ2+2r2sinθ2sinθ1+r2 sin2θ1
                = r2(cos2θ2 + sin2θ2)+r2(cos2θ1+sin2θ1)-2r2cosθ1cosθ2+2r2sinθ2sinθ1
                = r2 . 1 + r2 . 1 - 2r2cosθ1cosθ2+2r2sinθ2sinθ1
                = 2r2 - 2r2 cosθ1cosθ2+2r2 sinθ2sinθ1




                                            18
Jadi,            (AC)2                =              (DB)2
        2r2 - 2r2 cos (θ1+θ2)         = 2r2 - 2r2 cosθ1cosθ2+2r2 sinθ1sinθ2
        - 2r2 cos (θ1+θ2)             = 2r2 – 2r2 - 2r2 cosθ1cosθ2+2r2 sinθ1sinθ2
        - 2r2 cos (θ1+θ2)             = - 2r2 cosθ1cosθ2+2r2 sinθ1sinθ2
        cos (θ1+θ2)                   = cosθ1cosθ2 – sinθ1 sinθ2


b. Bilangan Kompleks
   Salah satu keuntungan dari matriks ini adalah bisa digunakan untuk
   mengeneralisasi gagasan rotasi ke sejumlah dimensi. Tapi, untuk rotasi di R2,
   ada notasi yang lebih efisien dari pada penggunaan rotasi matriks.
         cos θ    − sin θ
         sin θ     cos θ


   Ini adalah bentuk umum dari bilangan kompleks, cosθ + i sin θ, dimana i =
    −1
         Kita artikan titik (x,y) ∈ 𝑅 2 dengan bilangan kompleks z = x + iy, dan
   kita putar melalui sudut θ di O dengan mengalikannya dengan cos θ + i sin
   θ.
   Prosedur ini dapat dikerjakan karena 𝑖 2 = -1, dan karena itu,


         cos 𝜃 + i sin 𝜃 (x + iy) = x cosθ – y sinθ + i (xsinθ + ycosθ).


   Dengan demikian, perkalian dengan cosθ + i sinθ mengirimkan setiap titik (x,
   y) ke titik
   (x cosθ – ysinθ , x sinθ + ycosθ), yang merupakan hasil dari perputaran (x, y)
   di
   O melalui sudut θ. Mengalikan semua poin sekaligus dengan cosθ + i sinθ,
   dikarenan diputar di O melalui sudut θ.
Ini berarti bahwa perkalian (cos𝜃1 + i sin𝜃1 ) (cos𝜃2 + i sin𝜃2 ) perputaran melalui
sudut 𝜃1 + 𝜃2 - pertama yaitu diputar melalui 𝜃1 dan kemudian diputar melalui 𝜃2
- ini berarti sama dengan perkalian cos (𝜃1 + 𝜃2 ) + i sin (𝜃1 + 𝜃2 ). Dari




                                          19
menyamakan kedua persamaan ini memberikan bukti dari rumus untuk cos
(𝜃1 + 𝜃2 ) dan sin (𝜃1 + 𝜃2 ) :
cos 𝜃1 + 𝜃2 + i sin        𝜃1 + 𝜃2
                 = (cos 𝜃1 + i sin 𝜃1 ) (cos 𝜃2 + i sin 𝜃2 )
                 =cos 𝜃1 cos 𝜃2 − sin 𝜃1 sin 𝜃2 + i (cos 𝜃1 sin 𝜃2 + sin 𝜃1 cos 𝜃2 )
                 dimana 𝑖 2 = -1
maka, menyamakan bagian nyata dan imajiner :
          Cos 𝜽 𝟏 + 𝜽 𝟐 = 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟏 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟐 − 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟏 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟐
          Sin   𝜽 𝟏 + 𝜽 𝟐 = 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟏 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟐 + 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟏 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟐


c.   Rotasi terhadap titik pusat O (0,0)
           Jika titik P (x,y) diputar sebesar θ radian berlawanan arah dengan arah
putar jarum jam (ditulis R +θ ) terhadap titik pusat O (0,0) maka diperoleh
bayangan titik P’ (x’,y’) sehingga terdapat hubungan sebagai berikut :
           x’ = x cos θ – y sin θ
           y’ = x sin θ + y cos θ
Bukti :
                                                  Jika titik P (x,y) diputar sebesar θ
                                                  radian (R +0 ) ketitik P (x’,y’).
                                                  Maka      POP’       merupakan       sektor
                                                  lingkaran. Dengan demikian OP=
                                                  OP’= r
                                                  Pada Δ AOP
                                                  x = r cos α
                                                  y = r sin α
                                                  Pada Δ BOP
                                                  x’ = r cos (α + θ)
                                                  x’ = r cos α cos θ – r sin α sin θ
                                                  x’ = x cos θ – y sin θ


                                                  y’ = r sin (α + θ)
                                                  y’ = r sin α cos θ + r cos α sin θ



                                             20
y’ = y cos θ + x sin θ
                                              y’ = x sin θ + y cos θ


d. Rotasi terhadap titik pusat A (a,b)
        Jika titik P (x,y) diputar sebesar θ radian berlawanan arah dengan arah
putar jarum jam (ditulis 𝑅+0 ) terhadap titik pusat A(a,b) maka diperoleh bayangan
titik P’ (x’,y’). Dengan cara yang sama seperti pada pembuktian rotasi terhadap
titik O(0,0) diperoleh hubungan sebagai berikut :
Perhatikan Gambar berikut :


                                               x’ – a = (x-a) cos θ – (y-b) sin θ
                                               y’ – b = (x-a) sin θ + (y-b) cos θ




Latihan Soal
  1. Tentukanlah bayangan P(3,-5) jika dirotasi 900 berlawanan arah dengan
      jarum jam dengan pusat rotasi di A(1,2) dilengkapi dengan gambarnya!
  2. Tentukan bayangan P (2,1) jika dirotasi 900 searah dengan jarum jam dan
      berpusat di O(0,0)




                                         21
Pembahasan :
1.




     P (x,y)   A (a,b)          P’ (x’, y’)

     x’ – a = (x-a) cos 900 – (y-b) sin 900
     x’     = ((3-1) 0 – (-5-2) 1) + 1
     x’     =0+7+1
     x’     =8

     y’ – b = (x – a) sin 900 + (y-b) cos 900
     y’     = ((3-1) 1 + (-5-2) 0 ) + 2
     y’     =2+0+2
     y’     =4
     maka bayangan dari P (3,-5) adalah P’(8,4)


2. P (x,y)     ( R -90)        P’ (x’, y’)
     x’ = (x . –(cos 90 )) – (y. –(sin 900))
                          0


     x’ = (2. -0) – (1. -1 )
     x’ = 0 + 1
     x’ = 1


     y’ = (x. –(sin 900)) + (y. –(cos 900))
     y’ = (2. -1) + (1. 0)
     y’ = -2 + 0
     y’ = -2


     maka bayang dari P (2,1) yang diputar searah dengan jarum jam sebesar
     900 adalah P’(1,-2).


                                              22
DAFTAR PUSTAKA


Stilwell, Jhon. 2005. The Four Pillars Of Geometry. Departement of Mathematics
       University of San Fransisco

Ahmad Najullah. 2011. Pembahasan Transformasi Geometri Perputaran (Rotasi).
      Online. Tersedia Pada : http://ahmad.najiullah.com/2011/10/pelajaran-
      pembahasan-transformasi_15.html, diakses pada 29 November 2012

Heri Purwanto, Gina Indriani, Erlina Dayanti. 2005. Aljabar Linier. PT Ercontara
Rajawali. Jakarta

2011. Transformasi Geometri : Jenis-jenis transformasi. Online. Tersedia Pada :
        http://my-diaryzone.blogspot.com/2011/06/transformasi-geometri-jenis-
        jenis.html#/left-click/view/swf-file/, diakses pada 29 November 2012

http://personal.fmipa.itb.ac.id/.../09/5-Ruang-Hasil-Kali-Dalam-v2011.pdf
        (diakses tanggal 17 Oktober 2012)
http://himatika.mipa.ugm.ac.id/down/kul/GREDN.pdf      (diakses    tanggal   17
        Oktober 2012)

http:// ml.scribd.com/doc/56290429/RUANG-VEKTOR (diakses tanggal 17
Oktober 2012)

http://ebookbrowse.com/bab-6-ruang-hasil-kali-dalam-ppt-d201745599 (diakses
        tanggal 17 Oktober 2012)




                                       23

More Related Content

What's hot

2 deret fourier
2 deret fourier2 deret fourier
2 deret fourier
Simon Patabang
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
PT.surga firdaus
 
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial ParsialPengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
SCHOOL OF MATHEMATICS, BIT.
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Kelinci Coklat
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
Sigit Rimba Atmojo
 
geometri analitik
geometri analitikgeometri analitik
geometri analitik
putriyani13
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
Edhy Suadnyanayasa
 
Makalah Persamaan Deferensial NON EKSAK
Makalah Persamaan Deferensial NON EKSAKMakalah Persamaan Deferensial NON EKSAK
Makalah Persamaan Deferensial NON EKSAKRaden Ilyas
 
Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensibagus222
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
Acika Karunila
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grup
Yadi Pura
 
Vektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierVektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar Linier
SartiniNuha
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum
Rossi Fauzi
 
Sebaran peluang-bersama
Sebaran peluang-bersamaSebaran peluang-bersama
Sebaran peluang-bersama
Welly Dian Astika
 

What's hot (20)

Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensi
 
Modul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensiModul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensi
 
2 deret fourier
2 deret fourier2 deret fourier
2 deret fourier
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
 
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial ParsialPengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
 
geometri analitik
geometri analitikgeometri analitik
geometri analitik
 
Grup permutasi
Grup permutasiGrup permutasi
Grup permutasi
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
Makalah Persamaan Deferensial NON EKSAK
Makalah Persamaan Deferensial NON EKSAKMakalah Persamaan Deferensial NON EKSAK
Makalah Persamaan Deferensial NON EKSAK
 
Persamaan diferensial
Persamaan diferensialPersamaan diferensial
Persamaan diferensial
 
Modul 2 pd linier orde n
Modul 2 pd linier orde nModul 2 pd linier orde n
Modul 2 pd linier orde n
 
Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensi
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Ring
RingRing
Ring
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grup
 
Vektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierVektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar Linier
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum
 
Sebaran peluang-bersama
Sebaran peluang-bersamaSebaran peluang-bersama
Sebaran peluang-bersama
 

Similar to Vektor dan ruang euclid

Matematika Elektro part 2.pdf
Matematika Elektro part 2.pdfMatematika Elektro part 2.pdf
Matematika Elektro part 2.pdf
MasjudinUntirta
 
geometri
geometrigeometri
geometri
SEP
 
5 ruang-hasil-kali-dalam-v2011
5 ruang-hasil-kali-dalam-v20115 ruang-hasil-kali-dalam-v2011
5 ruang-hasil-kali-dalam-v2011Dickdick Maulana
 
Mrv 4.1 fitriana &amp; fatmala yunita ruang n- euclidis
Mrv 4.1   fitriana &amp; fatmala yunita  ruang n- euclidisMrv 4.1   fitriana &amp; fatmala yunita  ruang n- euclidis
Mrv 4.1 fitriana &amp; fatmala yunita ruang n- euclidis
Nunink Apriani
 
Pertemuan09&10
Pertemuan09&10Pertemuan09&10
Pertemuan09&10Amri Sandy
 
Pertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptx
Pertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptxPertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptx
Pertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptx
ChristianPS2
 
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector SpacesLinear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
Diponegoro University
 
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdfBahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Pawit Ngafani
 
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdfBahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Pawit Ngafani
 
PPT Alin Hasil Kali Dalam Kelompok 9.pdf
PPT Alin Hasil Kali Dalam Kelompok 9.pdfPPT Alin Hasil Kali Dalam Kelompok 9.pdf
PPT Alin Hasil Kali Dalam Kelompok 9.pdf
RolandRomanTopuj
 
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
JustinEduardoSimarma1
 
3 vektor-dan-operasinya-v2011
3 vektor-dan-operasinya-v20113 vektor-dan-operasinya-v2011
3 vektor-dan-operasinya-v2011leowendry
 
VEKTOR (Merva juniarti)
VEKTOR (Merva juniarti)VEKTOR (Merva juniarti)
VEKTOR (Merva juniarti)
MuhammadAgusridho
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptrahmawarni
 
Aljabar linear
Aljabar linearAljabar linear
Aljabar linearyositria
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2
lutfi aldiansyah
 

Similar to Vektor dan ruang euclid (20)

Matematika Elektro part 2.pdf
Matematika Elektro part 2.pdfMatematika Elektro part 2.pdf
Matematika Elektro part 2.pdf
 
Bab 7
Bab 7Bab 7
Bab 7
 
geometri
geometrigeometri
geometri
 
5 ruang-hasil-kali-dalam-v2011
5 ruang-hasil-kali-dalam-v20115 ruang-hasil-kali-dalam-v2011
5 ruang-hasil-kali-dalam-v2011
 
Mrv 4.1 fitriana &amp; fatmala yunita ruang n- euclidis
Mrv 4.1   fitriana &amp; fatmala yunita  ruang n- euclidisMrv 4.1   fitriana &amp; fatmala yunita  ruang n- euclidis
Mrv 4.1 fitriana &amp; fatmala yunita ruang n- euclidis
 
Pertemuan09&10
Pertemuan09&10Pertemuan09&10
Pertemuan09&10
 
Pertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptx
Pertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptxPertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptx
Pertemuan_7_RUANG_VEKTOR 2.pptx
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Ruang vektor
Ruang vektorRuang vektor
Ruang vektor
 
R5 g kel 6 allin2 2
R5 g kel 6 allin2 2R5 g kel 6 allin2 2
R5 g kel 6 allin2 2
 
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector SpacesLinear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
 
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdfBahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
 
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdfBahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
 
PPT Alin Hasil Kali Dalam Kelompok 9.pdf
PPT Alin Hasil Kali Dalam Kelompok 9.pdfPPT Alin Hasil Kali Dalam Kelompok 9.pdf
PPT Alin Hasil Kali Dalam Kelompok 9.pdf
 
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
 
3 vektor-dan-operasinya-v2011
3 vektor-dan-operasinya-v20113 vektor-dan-operasinya-v2011
3 vektor-dan-operasinya-v2011
 
VEKTOR (Merva juniarti)
VEKTOR (Merva juniarti)VEKTOR (Merva juniarti)
VEKTOR (Merva juniarti)
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
 
Aljabar linear
Aljabar linearAljabar linear
Aljabar linear
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2
 

More from Rahmawati Lestari

Problematika kesenjangan pendidikan akibat dampak globalisasi
Problematika kesenjangan pendidikan akibat dampak globalisasiProblematika kesenjangan pendidikan akibat dampak globalisasi
Problematika kesenjangan pendidikan akibat dampak globalisasiRahmawati Lestari
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaranRencana pelaksanaan pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaranRahmawati Lestari
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
Rahmawati Lestari
 

More from Rahmawati Lestari (7)

Problematika kesenjangan pendidikan akibat dampak globalisasi
Problematika kesenjangan pendidikan akibat dampak globalisasiProblematika kesenjangan pendidikan akibat dampak globalisasi
Problematika kesenjangan pendidikan akibat dampak globalisasi
 
Makalah lkpp
Makalah lkppMakalah lkpp
Makalah lkpp
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaranRencana pelaksanaan pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran
 
Peluang ppt
Peluang pptPeluang ppt
Peluang ppt
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
 
Grup siklik makalah
Grup siklik makalahGrup siklik makalah
Grup siklik makalah
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
 

Vektor dan ruang euclid

  • 1. RUANG VEKTOR DAN EUCLIDEAN A. PENDAHULUAN Pembahasan modern yang lebih abstrak pertama kali dirumuskan oleh Giuseppe Peano pada akhir abad ke-19, yang meliput objek lebih umum daripada Ruang Euclid, namun kebanyakan teori tersebut dapat dipandang sebagai perluasan gagasan geometri klasik seperti garis, bidang, dan analognya yang berdimensi lebih tinggi. Pada pembahasan ini, kita akan membahas Ruang Euclid lebih lanjut lagi. Ruang Euclid (Rn) yang akan dibahas dalam pertemuan ini adalah Ruang vektor. Ruang vektor pada ruang euclid adalah struktur matematika yang dibentuk oleh sekumpulan vektor, yaitu objek yang dapat dijumlahkan dan dikalikan dengan suatu bilangan, yang dinamakan skalar. Skalar sering adalah bilangan riil, tapi kita juga dapat merumuskan ruang vektor dengan perkalian skalar dengan bilangan kompleks, bilangan rasional. Operasi penjumlahan dan perkalian vektor harus memenuhi persyaratan tertentu yang dinamakan aksioma. Contoh ruang vektor adalah vektor Euclid yang sering digunakan untuk melambangkan besaran fisika seperti gaya. Vektor yang melambangkan perpindahan pada bidang atau pada ruang tiga dimensi juga membentuk ruang vektor. Ruang hasil kali dalam (inner product) pada ruang vektor adalah fungsi yang mengasosiasikan bilangan riil u,v dengan masing – masing pasangan vektor u dan v pada V sedemikian rupa sehingga aksioma – aksioma dipenuhi untuk semua vektor u, v, dan w di V dan juga untuk semua skalar k. Dengan demikian, setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan mampu : 1) Mengetahui definisi dari ruang euclid (Rn) 2) Mengetahui definisi dan aksioma-aksioma dari ruang vektor dalam n- Euclid 3) Melakukan operasi penjumlahan dan perkalian pada vektor 4) Membuktikan teorema thales dan pappus pada vektor 5) Menentukan titik tengah dan titik berat 6) Mencari hasil kali dalam dan kosinus pada vektor 1
  • 2. 7) Mengetahui definisi matriks 8) Mengetahui bentuk bilangan kompleks 9) Membuktikan rumus trigonometri penjumlahan dan pengurangan sudut. 10) Menyelesaikan latihan soal yang berhubungan dengan ruang Euclid, vektor, rotasi, matriks dan bilangan kompleks. B. DEFINISI RUANG EUCLID Rn : Semua himpunan ordered n-tuples (a1,a2, ... , an) disebut ruang-n dan dinotasikan dengan Rn. Ruang Euclid (Rn) :  Merupakan ruang vektor karena dapat dilakukan 2 pengoperasian penjumlahan dan perkalian dengan skalar, sehingga memiliki 8 aksioma yang berlaku.  Merupakan ruang hasil kali dalam (inner product) karena mempunyai operasi hasil kali dalam (perkalian titik untuk ruang Euclid). C. DEFINISI RUANG VEKTOR DALAM n-EUCLID Jika n adalah bilangan bulat positif, maka ordered n-tuples adalah sekelompok n bilangan real (a1,a2, ... , an) yang disebut ruang vektor berdimensi n. Dan semua himpunan ordered n-tuples (a1,a2, ... , an) disebut ruang-n dan dinotasikan dengan Rn. Untuk n = 1, 2, atau 3 suatu vektor dapat digambarkan, namun vektor tidak mungkin dapat digambarkan bila berada di ruang-n > 3 karena keterbatasan dari ruang. Di R2, vektor dinyatakan dengan pasangan terurut dua bilangan real. Misal u = (u1, u2), u adalah vektor yang berpangkat di (0,0) dan berujung di (u1, u2) pada bidang XY. Sedangkan u1 dan u2 disebut komponen. Di R3, vektor dinyatakan dengan pasangan terurut tiga bilangan real. Misal u = (u1, u2, u3), u adalah vektor yang berpangkat di (0, 0, 0) dan berujung di (u1, u2, u3) pada bidang XYZ. Sedangkan u1, u2 dan u3 disebut komponen. Sedangkan di Rn vektor dinyatakan dengan pasangan terurut tiga bilangan real. Misal u = (u1, u2,…, un). Dengan adanya definisi vektor yang diperluas, maka suatu matrik dan fungsi dapat diklasifikasikan sebagai vektor. 2
  • 3. Dua vektor u = ( u1, u2, ... , un) dan v = ( v1,v2,... , vn) dalam Rn dikatakan sama jika u1 = v1, u2 = v2, ..., un = vn (semua elemen yang seletak sama)  Penjumlahan Vektor Jika diberikan u = (u1 ,u2 ) dan v = (v1 , v2), maka: u + v = (u1+v1,u2+v2) Sedangkan untuk u = (u1 ,u2, u3 ) dan v = (v1 , v2, v3), u + v = (u1+v1, u2+v2, u3+v3 ) Penjumlahan vektor juga dapat dilakukan secara geometri, perhatikan gambar berikut: Gambar 1. Aturan Jajargenjang penjumlahan vector.  Perkalian Skalar Vektor Jika diberikan u = (u1 ,u2 ) dan sembarang bilangan real a maka: au = a(u1 ,u2 ) = (au, au2) Sedangkan untuk u = (u1 ,u2, u3 ) dan sembarang bilangan real a, au = a(u1,u2,u3) = (au1,au2,au3). Gambar berikut menunjukkan perkalian vector secara geometri: Gambar 2. Perkalian scalar sebagai dilatasi bidang 3
  • 4. Vektor nol di dalam Rn dinotasikan 0, bisa ditulis 0=(0,0, ..., 0). Jika u = ( u1, u2, ... , un) adalah sembarang vektor dalam Rn, maka negatif invers u adalah –u yang didefinisikan -u = ( -u1, -u2, ... , -un). D. AKSIOMA RUANG VEKTOR EUCLID Jika u = (u1, u2, ... , un), v = (v1,v2,... , vn), dan w = (w1,w2,... , wn) adalah vektor V dalam Rn dan k dan l adalah skalar, maka akan dikatakan ruang vektor jika memenuhi 8 aksioma untuk vektor penjumlahan dan perkalian skalar, yaitu : 1. uv vu ( sifat komutatif )     2. u vw  uv w ( sifat asosiatif ) 3. Ada vektor nol / identitas, dinotasikan dengan : 0 V sehingga berlaku u00u u 4. Setiap u V mempunyai vektor negatif, dinotasikan dengan : u V sehingga   berlaku u u uu 0 5. k lu k l usifat assosiatif perkalian dengan skalar ) 6. k lu k u l u ( sifat distributif terhadap skalar ) 7. k u vk u lv ( sifat distributif terhadap skalar )  8. 1 u u ( sifat perkalian dengan skalar 1) E. DEFINISI RUANG HASIL KALI DALAM (INNER PRODUCT) Jika u=(u1 ,u2 ,…,un) dan v=(v1 ,v2 ,…, vn) adalah vektors dalam Rn, maka hasil kali dalam euclid u.v didefinisikan : u  v  u1v1  u2v2  ...  un vn F. AKSIOMA RUANG HASIL KALI DALAM (INNER PRODUCT) Jika u = (u1, u2, ... , un), v = (v1,v2,... , vn), dan w = (w1,w2,... , wn) adalah vektor V dalam Rn dan k adalah skalar, maka dikatakan ruang hasil kali dalam jika memenuhi 3 aksioma, yaitu : 1. u.v=v.u (sifat komutatif terhadap perkalian) 4
  • 5. 2. (u+v) .w = (u . w) +( v . w) (sifat distributif terhadap perkalian) 3. (ku) . v = u . (kv) = k (u.v) Latihan Soal 1. Pada aksioma ke-2, dikatakan bahwa uv vu ( sifat komutatif ). Buktikan bahwa aksioma tersebut adalah aksioma ruang vektor euclid R2! Bukti : u+v = (u1,u2)+(v1,v2) = (u1+v1,u2+v2) by definition of vector addition = (v1+u1,v2+u2) by commutative law for numbers = (v1,v2)+(u1,u2) by definition of vector addition = v+u. 2. Ada sebuah vektor O={0}. Tunjukkan apakah vektor tersebut merupakan ruang vektor! Bukti: a) o + o = o ∈ O. b) o + o = o + o = o c) (o + o) + o = o + (o + o) = o d) ada o ∈ O, yang bersifat o + o = o + o = o e) jika o ∈ O, maka selalu ada –o=o∈ O, sehingga o + (-o) = -o + o = o f) ko=o ∈ O g) (kl)o = k(lo)= o h) (k+l)o=ko + lo = o i) k(o + o) = ko + ko = o + o = o j) 1.o = o Maka untuk vektor O = {o} dilengkapi dengan penjumlahan dan perkalian skalar yang biasa, maka merupakan suatu ruang vektor karena 10 aksioma ruang vektor. 3. Pada aksioma ke-1, dikatakan bahwa uv vu ( sifat komutatif ). Buktikan bahwa aksioma tersebut adalah aksioma ruang hasil kali dalam vektor R2! Bukti : u+v = (u1,u2)+(v1,v2) = (u1+v1,u2+v2) by definition of vector addition 5
  • 6. = (v1+u1,v2+u2) by commutative law for numbers = (v1,v2)+(u1,u2) by definition of vector addition = v+u. 4. Misal u = (u1, u2), v = (v1,v2) adalah vektor-vektor pada R2. Tunjukkan bahwa (u,v) = 3 u1 v1 + 2 u2 v2 adalah ruang hasil kali dalam! Jawab : a) (u.v) = 3 u1 v1 + 2 u2 v2 = 3 v1 u1 + 2 v2 u2 = (v.u) b) Jika w = (w1,w2), maka (u + v.w) = 3(u1 + v1)w1 + 2 (u2 + v2) w2 = 3u1 w1 + 3 v1 w1 + 2 u2 w2 + 2 v2 w2 = (3u1 w1 + 2 u2 w2) + (3 v1 w1 + 2 v2 w2) = (u.w) + <v.w) c) (ku.v) = 3 (ku1)v1 + 2 (ku2)v2 = k (3 v1 u1 + 2 v2 u2) Jadi, untuk (u,v) = 3 u1 v1 + 2 u2 v2 terbukti ruang hasil kali dalam pada R2 G. ARAH DAN KEBEBASAN LINEAR Vektor memberikan konsep arah dalam R2 dengan mewakili garis melalui 0. Jika u adalah vektor tidak nol, maka perkalian au dari u membuat garis melalui 0 dan u, sehingga disebut “arah u dari 0”. Vektor bukan nol u dan v, memiliki arah yang berbeda dari 0 jika masing- masing tidak mempunyai kelipatan dari yang lain. Oleh karena itu, vektor u dan v adalah kebebasan linear, karena tidak memiliki bilangan real a dan b dengan au + bv = 0 Jika salah satu dari a atau b tidak nol dalam persamaan ini, maka dapat menyimpulkan bahwa salah satu dari u atau v sebagai kelipatan dari yang lain. Konsep arah memiliki generalisasi yang jelas: w memiliki arah u dari v (atau relatif terhadap v) jika w – v merupakan kelipatan dari u, kita juga mengatakan bahwa “w – v memiliki arah u”. w – v merupakan segmen garis dari v ke w dan dari s ke t ditulis t – s. w – v dan t – s sejajar jika memiliki arah yang sama yaitu, jika w – v = a (t – s) untuk beberapa bilangan real a ≠ 0 6
  • 7. Gambar di bawah ini menunjukkan contoh segmen garis sejajar dari v ke w dan dari s ke t yang keduanya memiliki arah u. w = au + v atau w – v = au au + v u 0 v U t = bu + s atau t – s = bu bu + s 0 s Gambar 3. Garis sejajar berarah u Berdasarkan gambar di atas didapat, w – v = au dan t – s = bu 𝑎 sehingga w – v = 𝑏 (t – s) atau w – v = k (t – s) Vector Thales theorem. If s and v are on one line through 0, t and w are on another, and w - v is parallel to t - s, then v = as and w = at for some number a. Bukti: v = bs s t w = ct Gambar 4. menunjukkan situasi yang dijelaskan dalam teorema thales. 7
  • 8. Jika w – v sejajar dengan t –s, maka: w – v = a (t – s) untuk beberapa bilangan real a w – v = at – as ………………..(1) Karena v dan s sama-sama melalui 0, maka didapat v = bs Karena w dan t sama-sama melalui 0, maka didapat w = ct Sehingga, w – v = ct – bs ………………..(2) dari (1) dan (2), diperoleh: ct – bs = at – as (c – a)t + (a – b)s = 0 Karena s dan t dalam arah yang berbeda dari 0, maka merupakan kebebasan linear. Jadi, c–a=a–b=0 Dengan demikian, terbukti bahwa v = as dan w = at Vector Pappus theorem. If r, s, t, u, v, w lie alternately on two lines through 0, with u – v parallel to s – r and t – s parallel to v – w , then u – t is parallel to w – r. Gambar 5. menunjukkan situasi yang dijelaskan dalam teorema. 8
  • 9. Karena u – v sejajar dengan s – r, didapat u = as dan v = ar untuk beberapa bilangan a. karena t – s sejajar dengan v – w, didapat s = bw dan t = bv untuk beberapak bilangan b. Dari kedua fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa u = as = abw dan t = bv = bar sehingga, u – t = abw – bar = ab(w – r) artinya u – t sejajar dengan w – r H. MIDPOINT DAN CENTROID (Titik Tengah dan Titik Berat) Definisi dari ruang vektor real tidak termasuk definisi jarak, tetapi kita dapat berbicara tentang titik tengah dari segmen gari u ke v. Gambar 6. Diagonal Jajargenjang Berdasarkan gambar didapat titik tengah dari segmen garis u dan v, yaitu: 1 1 Titik tengah segmen garis u dan v = u + 2 (v – u) = 2 (u + v) Concurrence of medians. The medians of any triangle pass through the same point, the centroid of the triangle. (Stillwell, 2005:73) Untuk membuktikan teorema ini, andaikan puncak-puncak dari segitiga 1 adalah u, v dan w. Kemudian median (garis berat) dari u ke titik tengah 2(v + w), dan seterusnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. 9
  • 10. Gambar 7. Median (garis berat) dari segitiga Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa ketiga median (garis berat) 2 1 tampaknya bertemu pada 3 dari u menuju 2(v + w), yaitu pada titik: 2 1 1 2 1 u+3 𝒗 + 𝒘 − 𝑢 = u + 3 (v + w) - 3 u = 3 (u + v + w) 2 Titik inilah yang dinamakan dengan centroid atau titik berat. Centroid ini, 1 2 juga dapat ditunjukkan dengan melihat letaknya antara v dan 2 (u + w) yaitu 3 dari 1 2 1 v ke (u + w), serta dari w ke (u + v). Dengan demikian dapat disimpulkan 2 3 2 bahwa centroid merupakan titik bersama dari ketiga median seperti yang terlihar pada gambar. I. PANJANG DAN JARAK VEKTOR DALAM R2  Panjang Vektor - Panjang |u| merupakan jarak u = (u1,u2) dari 0, dimana 2 2 |u| = 𝑢1 + 𝑢2 sehingga, 2 2 |u|2 = 𝑢1 + 𝑢2 = u . u  Jarak Vektor - Jarak antara u = (u1 ,u2 ) dan v = (v1 , v2) dapat dinyatakan sebagai berikut: |v - u|2 = (v – u) . (v – u) = |u|2 + |v|2 – 2u.v atau |v - u|2 = 𝑢1 − 𝑣1 2 + 𝑢2 − 𝑣2 2 10
  • 11. J. INNER PRODUCT DAN KOSINUS Vektor u = (u1 ,u2 ) dan v = (v1 , v2) saling tegak lurus jika dan hanya jika u.v = 0 u mempunyai kemiringan u2/u1 dan v mempunyai kemiringan v2/v1, karena u dan v saling tegak lurus maka: 𝑢2 𝑣1 =- 𝑢1 𝑣2 sehingga : u2v2 = - u1v1 u1v1 + u2v2 = 0 u.v = 0  Kosinus Perkalian dalam antara vector u dan v tidak hanya dipengaruhi pada panjang masing-masing vector itu, yaitu |u| dan |v|, tapi dipengaruhi juga oleh sudut () antara keduanya. Cara paling sederhana untuk mengekspresikan sudut tersebut adalah dengan bantuan kosinus. Gambar 8. Kosinus sebagai perbandingan panjang Berdasarkan gambar 1 terlihat bahwa v adalah hipotenusa,  adalah sudut antara sisi u dan hipotenusa, sehingga kosinus dapat didefinikan sebagai berikut. |𝒖| cos  = |𝒗| Inner product Formula. If  is the angle between vectors u dan v, then u· v = |u||v| cos  (Stillwell, 2005:78) 11
  • 12. Bukti: Karena v – u pada segitiga tegak lurus dengan u, maka 0 = u . (v – u) = u.v – u.u |𝒖| Oleh karena itu, u.v = u.u = |u|2 = |u||v||𝒗| = |u||v| cos  Rumus ini memberikan cara mudah untuk menghitung sudut (atau setidaknya kosinus)antara dua garis. Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan cara mencari |u| dan |v|. Penjelasan tentang jarak sebelumnya juga memberikan “aturan kosinus” trigonometri langsung dari perhitungan (u – v) . (u – v). Cosine rule. In any triangle, with sidea u, v, dan u – v, and angle  opposite to the side u−v, |u−v|2 = |u|2+|v|2−2|u||v| cos  (Stillwell, 2005:78) Gambar 2 berikut menunjukkan segitiga dengan sisi dan sudut yang relevan, tetapi pembuktian merupakan akibat aljabar murni dari rumus hasil kali dalam. Gambar 9 Secara Aljabar dapat ditunjukkan sebagai berikut: |u−v|2 = (u−v) · (u−v) = u·u − 2u· v + v · v = |u|2 + |v|2 − 2u · v = |u|2 + |v|2 − 2|u||v| cos θ Untuk kasus khusus di mana u dan v adalah sisisisi segitiga siku-siku dan u – v adalah sisi miring. Dalam hal ini u tegak lurus terhadap v, maka u . v = 0 dan aturan kosinus menjadi: hipotenusa2 = |u - v|2 = |u|2 + |v|2 12
  • 13. Persamaan di atas merupakan teorema Pythagoras. Hal ini menunjukkan bahwa teorema Pythagoras dibangun kedalam definisi jarak dalam R2, sehingga menjadi perkalian dalam. K. PERTIDAKSAMAAN SEGITIGA Dalam geometri vektor, ketidaksamaan segitiga | u + v | ≤ | u | + | v | pada latihan 3.3.1 sampai 3.3.3 berasal dari fakta bahwa |u·v|≤|u||v| Pertidaksamaan ini dikenal sebagai pertidaksamaan Cauchy-Schwarz. Berdasarkan rumus perkalian dalam u · v = | u | | v | cosθ dan karena itu, | u · v | ≤ | u | | v | | cosθ | ≤|u||v| karena | cos θ | ≤ 1. Untuk mendapatkan pertidaksamaan segitiga, itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa | u + v |2 ≤ (| u | + | v |)2, yaitu sebagai berikut: | u + v |2 = (u + v) · (u + v) = |u| 2 +2 u · v + |v| 2 karena u·u = |u|2 dan v·v = |v| 2 ≤ |u|2 +2|u| |v| + |v|2 oleh Cauchy-Schwarz = (|u| + |v|)2 Latihan Soal 1. Apakah arti transformasi geometri R2 ketika setiap vector dikalikan dengan -1? Apakah rotasi? Pembahasan: Misalkan vektor u = (u1, u2), jika vektor u dikalikan dengan -1 akan didapat vektor –u = (-u1, -u2). Apabila vektor u dan hasil kalinya digambar akan terbentuk seperti gambar berikut: 13
  • 14. u2 (u1, u2) -u1 u1 (-u1, -u2) - u2 Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa jika koordinat titik-titik dikalikan dengan -1, maka hasil perkalian itu merupakan rotasi. 2. Tunjukkan bahwa bidang empat dengan sudut t, u, v dan w mempunyai center 1 ( t + u + v + w). 4 Pembahasan: 14
  • 15. Berdasarkan penjelaasn pada point D, didapat bahwa centroid pada bidang 1 segitiga dengan sudut u, v dan w memiliki centroid (u + v + w). Kemudian dari 3 centroid itu ditarik garik ke sudut t. Begitu juga dengan centroid yang lain. Sehingga, salah satunya akan terlihat bahwa ketiga garis tersebut bertemu 3 1 dari t menuju 3 (u + v + w), yaitu titik: 4 3 1 1 3 t+ u + v + w − t = t + (u + v + w) - t 4 3 4 4 1 = 4 (t + u + v + w). 1 Titik ini juga dapat ditunjukkan dengan melihat letaknya antara v dan (t + u 3 3 1 3 1 3 1 + w) yaitu 4 dari v ke 3 (t + u + w), 4 dari w ke 3 (t + u + v) dan dari u ke 3 (t 4 + v + v). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa center dari bidang empat 1 tersebut adalah 4 (t + u + v + w). 3. Kedudukan w menjadi sama dari u dan v adalah (w – u) . (w – u) = (w – v) . (w – v) Tunjukkan bahwa persamaan ini akuivalen dengan: |u|2 – 2w.u = |v|2 – 2w.v Pembahasan: (w – u) . (w – u) = (w – v) . (w – v) (w1 - u1 , w2 - u2) . (w1 - u1 , w2 - u2) = (w1 - v1 , w2 - v2) . (w1 - v1 , w2 - v2) (w1 - u1) (w1 - u1) + (w2 - u2) (w2 - u2) = (w1 - v1) (w1 - v1) + (w2 - v2) (w2 - v2) w12 + u12 – 2w1.u1 + w22 + u22 – 2w2.u2 = w12 + v12 – 2w1.v1 + w22 + v22 – 2w2.v2 w12 + w22 + u12 + u22 – 2w1.u1 – 2w2.u2 = w12 + w22 + v12 + v22 – 2w1.v1 – 2w2.v2 |w|2 + |u|2 – 2w.u = |w|2 + |v|2 – 2w.v |u|2 – 2w.u = |v|2 – 2w.v Jadi, terbukti bahwa (w – u) . (w – u) = (w – v) . (w – v) ekuivalen dengan |u|2 – 2w.u = |v|2 – 2w.v 15
  • 16. 4. Teorema Pythagoras juga dapat dibuktikan secara langsung, dengan memilih 0 pada sudut 90o pada segitiga siku-siku dengan sudut yang lainnya yaitu u dan v. Tunjukkan bahwa |v - u|2 = |u|2 +|v|2 Pembahasan: |v - u|2 = |u|2 + |v|2 − 2|u||v| cos θ aturan kosinus = |u|2 + |v|2− 2|u||v| cos 90o = |u|2 + |v|2 – 0 = |u|2 + |v|2 Kondisi ini merupakan teorema Pythagoras, karena |v - u| merupakan sisi miring/hipotenusa. Sedangkan |u| dan |v| merupakan sisi lainnya yang saling tegak lurus karena 0 terletak pada sudut 90o. 5. Tunjukkan bahwa (v+u) · (v−u) = |v|2 −|u|2. Pembahasan: (v+u) · (v−u) = (v1 + u1 , v2 + u2) (v1 - u1 , v2 - u2) = (v1 + u1) (v1 - u1) + (v2 + u2) (v2 - u2) = v12 – u12 + v22 – u22 = (v12 + v22) – (u12 + u22) = |v|2 - |u|2 Jadi, terbukti bahwa (v+u) · (v−u) = |v|2 −|u|2. K. DEFINISI ROTASI  Rotasi adalah adalah proses memutar bangun geometri terhadap titik tertentu yang dinamakan titik pusat rotasi dan ditentukan oleh arah rotasi dan besar sudut rotasi.  Titik pusat rotasi adalah titik tetap atau titik pusat yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan arah dan besar sudut rotasi.  Arah rotasi disepakati dengan aturan sebagai berikut :  Jika perputaran berlawanan dengan arah putar jarum jam, maka rotasi ini bernilai positif (+).  Jika perputaran searah jarum jam, maka rotasi ini bernilai negatif (-). 16
  • 17. a. Rotasi Matriks Kita definisikan rotasi di R2 (ruang dimensi dua) memilki fungsi rc,s dimana c dan s adalah dua bilangan real dimana c2 + s2 = 1. Dapat diartikan rc,s sebagai fungsi dari (x,y) ke (cx-sy, sx+cy), tapi dapat pula diartikan koefisien matriks dari x dan y , dinamakan c −s , dimana c = cosθ dan s =sinθ s c Jadi notasi matriks yang dapat ditulis (x,y) → (cx – sy, sx + cy) c −s x cx − sy y = sx + cy s c Rotasi perkalian matriks ini juga dapat digunakan untuk membuktikan rumus cos(θ1 + θ2 ) dan sin (θ1 + θ2 ) , Yaitu sebagai berikut : cos θ1 − sin θ1  Untuk rotasi melalui θ1 didapatkan matriks sin θ1 cos θ1 cos θ2 − sin θ2  Untuk rotasi melalui θ2 didapatkan matriks sin θ2 cos θ2  Sehingga, rotasi yang melalui θ1 + θ2 didapatkan dari produk ke dua matrik ini.yaitu : cos( θ1 + θ2 ) − sin(θ1 + θ2 ) sin(θ1 + θ2 ) cos( θ1 + θ2 ) cos θ1 − sin θ1 cos θ2 − sin θ2 = sin θ1 cos θ1 sin θ2 cos θ2 cos θ1 cos θ2 − sin θ1 sin θ2 − cos θ1 sin θ2 − sin θ1 cos θ2 = sin θ1 cos θ2 − cos θ1 sin θ2 cos θ1 cos θ2 − sin θ1 sin θ2 Berdasarkan perkalian matriks 17
  • 18.  Akhirnya, menyamakan entri yang sesuai dalam matriks pertama dan terakhir, cos 𝜽 𝟏 + 𝜽 𝟐 = 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟏 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟐 − 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟏 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟐 , sin 𝜽 𝟏 + 𝜽 𝟐 = 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟏 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟐 + 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟏 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟐 . Selain dengan mengalikan rotasi matriks diatas, untuk membuktikan rumus cos(θ1 + θ2 ) dan sin (θ1 + θ2 ) dengan menggunakan cara dibawah ini : Koordinat A : (r,0) Koordinat B : (r cos θ1, r sin θ1) Koordinat C : (r cos (θ1+ θ2) , r sin(θ1+θ2)) Koordinat D : (r cos – θ2 , r sin – θ2) : ( r cos θ2 , -r sin θ2) (AC)2 = (DB)2  (AC)2 = ( r cos (θ1+ θ2) – r )2 + (r sin(θ1+θ2) – 0)2 = r 2 cos2 (θ1+ θ2) – 2r2 cos (θ1+θ2) + r2 + r2 sin2(θ1+θ2) = r2 (cos2 (θ1+ θ2) + sin2(θ1+θ2)) - 2r2 cos (θ1+θ2) + r2 = r2 . 1 - 2r2 cos (θ1+θ2) + r2 = 2r2 - 2r2 cos (θ1+θ2)  (DB)2 = (r cos θ2 - r cos θ1)2 + (-r sin θ2 - r sin θ1)2 = r2cos2θ2–2r2cosθ1cosθ2+r2cos2θ1+r2sin2θ2+2r2sinθ2sinθ1+r2 sin2θ1 = r2(cos2θ2 + sin2θ2)+r2(cos2θ1+sin2θ1)-2r2cosθ1cosθ2+2r2sinθ2sinθ1 = r2 . 1 + r2 . 1 - 2r2cosθ1cosθ2+2r2sinθ2sinθ1 = 2r2 - 2r2 cosθ1cosθ2+2r2 sinθ2sinθ1 18
  • 19. Jadi, (AC)2 = (DB)2 2r2 - 2r2 cos (θ1+θ2) = 2r2 - 2r2 cosθ1cosθ2+2r2 sinθ1sinθ2 - 2r2 cos (θ1+θ2) = 2r2 – 2r2 - 2r2 cosθ1cosθ2+2r2 sinθ1sinθ2 - 2r2 cos (θ1+θ2) = - 2r2 cosθ1cosθ2+2r2 sinθ1sinθ2 cos (θ1+θ2) = cosθ1cosθ2 – sinθ1 sinθ2 b. Bilangan Kompleks Salah satu keuntungan dari matriks ini adalah bisa digunakan untuk mengeneralisasi gagasan rotasi ke sejumlah dimensi. Tapi, untuk rotasi di R2, ada notasi yang lebih efisien dari pada penggunaan rotasi matriks. cos θ − sin θ sin θ cos θ Ini adalah bentuk umum dari bilangan kompleks, cosθ + i sin θ, dimana i = −1 Kita artikan titik (x,y) ∈ 𝑅 2 dengan bilangan kompleks z = x + iy, dan kita putar melalui sudut θ di O dengan mengalikannya dengan cos θ + i sin θ. Prosedur ini dapat dikerjakan karena 𝑖 2 = -1, dan karena itu, cos 𝜃 + i sin 𝜃 (x + iy) = x cosθ – y sinθ + i (xsinθ + ycosθ). Dengan demikian, perkalian dengan cosθ + i sinθ mengirimkan setiap titik (x, y) ke titik (x cosθ – ysinθ , x sinθ + ycosθ), yang merupakan hasil dari perputaran (x, y) di O melalui sudut θ. Mengalikan semua poin sekaligus dengan cosθ + i sinθ, dikarenan diputar di O melalui sudut θ. Ini berarti bahwa perkalian (cos𝜃1 + i sin𝜃1 ) (cos𝜃2 + i sin𝜃2 ) perputaran melalui sudut 𝜃1 + 𝜃2 - pertama yaitu diputar melalui 𝜃1 dan kemudian diputar melalui 𝜃2 - ini berarti sama dengan perkalian cos (𝜃1 + 𝜃2 ) + i sin (𝜃1 + 𝜃2 ). Dari 19
  • 20. menyamakan kedua persamaan ini memberikan bukti dari rumus untuk cos (𝜃1 + 𝜃2 ) dan sin (𝜃1 + 𝜃2 ) : cos 𝜃1 + 𝜃2 + i sin 𝜃1 + 𝜃2 = (cos 𝜃1 + i sin 𝜃1 ) (cos 𝜃2 + i sin 𝜃2 ) =cos 𝜃1 cos 𝜃2 − sin 𝜃1 sin 𝜃2 + i (cos 𝜃1 sin 𝜃2 + sin 𝜃1 cos 𝜃2 ) dimana 𝑖 2 = -1 maka, menyamakan bagian nyata dan imajiner : Cos 𝜽 𝟏 + 𝜽 𝟐 = 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟏 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟐 − 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟏 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟐 Sin 𝜽 𝟏 + 𝜽 𝟐 = 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟏 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟐 + 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝟏 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝟐 c. Rotasi terhadap titik pusat O (0,0) Jika titik P (x,y) diputar sebesar θ radian berlawanan arah dengan arah putar jarum jam (ditulis R +θ ) terhadap titik pusat O (0,0) maka diperoleh bayangan titik P’ (x’,y’) sehingga terdapat hubungan sebagai berikut : x’ = x cos θ – y sin θ y’ = x sin θ + y cos θ Bukti : Jika titik P (x,y) diputar sebesar θ radian (R +0 ) ketitik P (x’,y’). Maka POP’ merupakan sektor lingkaran. Dengan demikian OP= OP’= r Pada Δ AOP x = r cos α y = r sin α Pada Δ BOP x’ = r cos (α + θ) x’ = r cos α cos θ – r sin α sin θ x’ = x cos θ – y sin θ y’ = r sin (α + θ) y’ = r sin α cos θ + r cos α sin θ 20
  • 21. y’ = y cos θ + x sin θ y’ = x sin θ + y cos θ d. Rotasi terhadap titik pusat A (a,b) Jika titik P (x,y) diputar sebesar θ radian berlawanan arah dengan arah putar jarum jam (ditulis 𝑅+0 ) terhadap titik pusat A(a,b) maka diperoleh bayangan titik P’ (x’,y’). Dengan cara yang sama seperti pada pembuktian rotasi terhadap titik O(0,0) diperoleh hubungan sebagai berikut : Perhatikan Gambar berikut : x’ – a = (x-a) cos θ – (y-b) sin θ y’ – b = (x-a) sin θ + (y-b) cos θ Latihan Soal 1. Tentukanlah bayangan P(3,-5) jika dirotasi 900 berlawanan arah dengan jarum jam dengan pusat rotasi di A(1,2) dilengkapi dengan gambarnya! 2. Tentukan bayangan P (2,1) jika dirotasi 900 searah dengan jarum jam dan berpusat di O(0,0) 21
  • 22. Pembahasan : 1. P (x,y) A (a,b) P’ (x’, y’) x’ – a = (x-a) cos 900 – (y-b) sin 900 x’ = ((3-1) 0 – (-5-2) 1) + 1 x’ =0+7+1 x’ =8 y’ – b = (x – a) sin 900 + (y-b) cos 900 y’ = ((3-1) 1 + (-5-2) 0 ) + 2 y’ =2+0+2 y’ =4 maka bayangan dari P (3,-5) adalah P’(8,4) 2. P (x,y) ( R -90) P’ (x’, y’) x’ = (x . –(cos 90 )) – (y. –(sin 900)) 0 x’ = (2. -0) – (1. -1 ) x’ = 0 + 1 x’ = 1 y’ = (x. –(sin 900)) + (y. –(cos 900)) y’ = (2. -1) + (1. 0) y’ = -2 + 0 y’ = -2 maka bayang dari P (2,1) yang diputar searah dengan jarum jam sebesar 900 adalah P’(1,-2). 22
  • 23. DAFTAR PUSTAKA Stilwell, Jhon. 2005. The Four Pillars Of Geometry. Departement of Mathematics University of San Fransisco Ahmad Najullah. 2011. Pembahasan Transformasi Geometri Perputaran (Rotasi). Online. Tersedia Pada : http://ahmad.najiullah.com/2011/10/pelajaran- pembahasan-transformasi_15.html, diakses pada 29 November 2012 Heri Purwanto, Gina Indriani, Erlina Dayanti. 2005. Aljabar Linier. PT Ercontara Rajawali. Jakarta 2011. Transformasi Geometri : Jenis-jenis transformasi. Online. Tersedia Pada : http://my-diaryzone.blogspot.com/2011/06/transformasi-geometri-jenis- jenis.html#/left-click/view/swf-file/, diakses pada 29 November 2012 http://personal.fmipa.itb.ac.id/.../09/5-Ruang-Hasil-Kali-Dalam-v2011.pdf (diakses tanggal 17 Oktober 2012) http://himatika.mipa.ugm.ac.id/down/kul/GREDN.pdf (diakses tanggal 17 Oktober 2012) http:// ml.scribd.com/doc/56290429/RUANG-VEKTOR (diakses tanggal 17 Oktober 2012) http://ebookbrowse.com/bab-6-ruang-hasil-kali-dalam-ppt-d201745599 (diakses tanggal 17 Oktober 2012) 23