SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Permasalahan Kebijakan Pemerintah dalam Pertanian
( Undang-undang Pokok AGRARIA)
Nama :
YULI MINIARTI D1B012013
SANDI WINDU PRASETYO D1B012026
UCA ADITIA SIHOTANG D1B012036
EKO HADI SANTOSO D1B012043
YUNI KHAIRATUN NIKMAH D1B012098
RINI ARIANI D1B011020
JAMES RICO SINAGA D1B011113
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lima belas tahun setelah kemerdekaan, pada tanggal 24 September 1960 terbit Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) setelah
melalui proses panjang sejak tahun 1948. UUPA sejatinya dimaksudkan untuk berlaku sebagai
lex generalis (“undang-undang pokok”) bagi pengaturan lebih lanjut obyek materiilnya, yakni
bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sebagaimana diamanatkan oleh Pasal
33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
UUPA terdiri dari 67 (enam puluh tujuh) pasal yang terdiri dari 58 (lima puluh delapan)
pasal dan 9 (sembilan) pasal khusus terkait ketentuan konversi. Di samping 10 (sepuluh) pasal
yang mengatur tentang dasar dan ketentuan pokok, maka pengaturan tentang tanah terdapat
dalam 53 (lima puluh tiga) pasal, sisanya, 4 (empat) pasal mengatur hal-hal di luar ketentuan
pokok dan pertanahan. Oleh karena dominasi pengaturan tentang pertanahan dalam UUPA, maka
dalam proses penerbitannya pernah diwacanakan tentang nama undang-undang ini. Iman
Soetiknjo dari Seksi Agraria UGM menyarankan namanya “UU Pertanahan”, dan karena reaksi
tersebut maka dalam perkembangannya ditambahkan pasal-pasal yang tidak hanya berkaitan
dengan tanah2.
Di dalam UUPA, ternyata masih terdapat beberapa aspek yang bermasalah, hal ini
mengindikasikan perlu adanya amandemen UUPA agar bisa menangani segala permasalahan
dalam segala aspek terutama di bidang Agraria Indonesia. Salah satu contoh adalah kebijakan
pemerintah dalam penggunaan lahan, yang salah satunya diakomodasi oleh UUPA. Kehadiran
pihak komersial dan industri dalam undang-undang tersebut semakin meningkatkan persaingan
pengambil alihan lahan yang tidak hanya memproduksi energi, pangan, dan air. Namun juga
sebagai lahan pembangunan bangunan dan gedung-gedung mewah termasuk sektor industri yang
menyebabkan tidak berlakunya UUPA.
Dengan adanya hal tersebut, oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas berbagai
permasalahan yang melibatkan UUPA, sehingga bisa dikoreksi sebagai bahan ajar mahasiswa
pertanian.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana seharusnya UUPA menyelesaikan masalah-masalah yang ada didalam
kebijakan pertanian dalam hal konversi lahan pertanian?
2. Mengapa UUPA tidak berlaku dalam lahan pembangunan bangunan pada sektor
industri ?
3. Mengapa kehadiran pihak komersial dan industry dapat meningkatkan persaingan
dalam penggunaan lahan ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui masalah-masalah yang ada didalam kebijakan pertanian dalam hal
konservasi lahan pertanian yang harus diselesaikan oleh UUPA.
2. Untuk mengetahui penyebab UUPA tidak berlaku dalam lahan pembangunan bangunan
pada sektor industri .
3. Untuk mengetahui kehadiran pihak komersial dan industry dapat meningkatkan
persaingan dalam penggunaan lahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Snodgrass dan Wallace (1975) mendefenisikan kebijakan pertanian sebagai usaha
pemerintah untuk mencapai tingkat ekonomi yang lebih baik dan kesejahteraan yang lebih tinggi
secara bertahap dan kontinu melalui pemilihan komoditi yang diprogramkan, produksi bahan
makanan dan serat, pemasaran, perbaikan structural, politik luar negeri, pemberian fasilitas dan
pendidikan. Widodo (1983) mengemukakan bahwa politik pertanian adalah bagian dari politik
ekonomi di sektor pertanian, sebagai salah satu sektor dalam kehidupan ekonomi suatu
masyarakat.
Kebijakan pertanian menjelaskan serangkaian hukum terkait pertanian domestik dan
impor hasil pertanian. Pemerintah pada umumnya mengimplementasikan kebijakan pertanian
dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu di dalam pasar produk pertanian domestik. Tujuan
tersebut bisa melibatkan jaminan tingkat suplai, kestabilan harga, kualitas produk, seleksi
produk, penggunaan lahan, hingga tenaga kerja.
Menurut penjelasan ini, politik pertanian merupakan sikap dan tindakan pemerintah atau
kebijaksanaan pemerintah dalam kehidupan pertanian. Kebijaksanaan pertanian adalah
serangkaian tindakan yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk
mencapai tujuan tertentu , seperti memajukan pertanian, mengusahakan agar pertanian menjadi
lebih produktif, produksi dan efesien produksi naik, tingkat hidup petani lebih tinggi, dan
kesejahteraan menjadi merata. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sarma (1985).
Selanjutnya dikemukakan bahwa tujuan umum politik pertanian di Indonesia adalah untuk
memajukan sektor pertanian, yang dalam pengertian lebih lanjut meliputi:
1. Peningkatan produktivitas dan efesiensi sektor pertanian
2. Peningkatan produksi pertanian
3. Peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan petani, serta pemerataan tingkat pendapatan.
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) sebagai hukum agraria mengeksplorasi fungsi
sosial yang secara umum dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan
bumi, air dan ruang angkasa;
2. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi,
air dan ruang angkasa;
3. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Dengan lahirnya UU No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA kebijakan-kebijakan pertanahan di era
pemerintahan kolonial Belanda mulai ditinggalkan. Undang-undang yang disusun di era
pemerintahan Presiden Soekarno ini menggantikan Agrarische Wet 1870 yang terkenal dengan
prinsip domein verklaringnya (semua tanah jajahan yang tidak dapat dibuktikan kepemilikannya
berdasarkan pembuktian hukum barat, maka tanah tersebut dinyatakan sebagai tanah milik
negara/ milik penjajah Belanda).
Hukum agraria Agrariche Wet adalah peraturan pertanahan yang dikeluarkan oleh
pemerintahan Belanda seperti Eigendom recht, erfacht recht, postal recht dan lain-lain peraturan
yang kesemuanya bertujuan untuk lebih menguatkan bangunan hukum agraria pada masa itu,
sehingga jelas perbedaan antara hak-hak atas tanah yang berdasarkan hukum adat dan dilain
pihak berdasarkan hukum barat.
Artinya hukum agraria Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dibentuk dalam rangka
melakukan perubahan, pembaharuan, dan terpenting adalah supremasi hukum. Agar hak-hak
rakyat lebih terjamin dan seperti yang dijelaskan dalam perintah UUD 45 untuk semata-mata
kemakmuran rakyat bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menurut Monke dan Pearson (1989), politik pertanian dalah campur tangan pemerintah di
sektor pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan efesiensi yang menyangkut alokasi sumber
daya untuk dapat menghasilkan output nasional yang maksimal dan memeratakan pendapatan,
yaitu mengalokasikan keuntungan pertanian antargolongan dan antardaerah, keamanan
persediaan jangka panjang. Dalam hal ini, kebijakan pertanian dibagi menjadi 3 kebijakan dasar,
antara lain:
1. Kebijakan komoditi yang meliputi kebijakan harga komoditi, distorsi harga komoditi,
subsidi harga komoditi, dan kebijakan ekspor.
2. Kebijakan faktor produksi yang meliputi kebijkan upah minimum, pajak dan subsidi
faktor produksi, kebijakan harga faktor produksi, dan perbaikan kualiatas faktor produksi.
3. Kebijakan makro ekonomi yang dibedakan menjadi kebijakan anggaran
Mubyarto (1987) menyebutkan bahawa politik pertanian pada dasarnya merupakan
kebijakan pemerintah untuk memperlancar dan mempercepat laju pembangunan pertanian, yang
tidak saja menyangkut kegiatan petani, tetapi juga perusahaan-perusahaan pengangkutan,
perkapalan, perbankan, asuransi, serta lembaga-lembaga pemerintah dan semi pemerintah yang
terkait dengan kegiatan sektor pertanian. Politik pertanian mempunyai kaitan sangat erat dengan
pengembangan sumber daya manusia, peningkatan efesiensi, serta pembangunan pedesaan yang
menyangkut seluruh aspek-aspek ekonomi, sosial, politik, dan budaya dari penduduk pedesaan.
Sejalan dengan pendapat Schuh (1975). Mubyarto menyebutkan bahwa lingkup politik pertanian
meliputi:
1. Politik stabilitas jangka pendek
2. Peningkatan pertumbuhan pertanian
3. Pengaturan dan pengarahan perdagangan
4. Pengarahan dan peningkatan mobilitas faktor-faktor produksi pertanian
5. Politik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengembangan sumber daya
manusia di bidang pertanian.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Permasalahan Konversi Lahan dalam UUPA
Lahirnya Undang Undang Pokok Agraria (UUPA) pada tanggal 24 September 1960
merupakan peristiwa penting di bidang agraria dan pertanahan di Indonesia. Dengan lahirnya UU
No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA tersebut kebijakan-kebijakan pertanahan di era pemerintahan
kolonial belanda mulai ditinggalkan.
UUPA merupakan produk hukum pada era Orde Lama yang menghendaki adanya
perubahan dan pembaharuan di bidang agraria dan pertanahan serta menghendaki terwujudnya
pembangunan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kebijakan pemerintahan pada saat itu
lebih diupayakan untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana telah
digariskan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Lahirnya UU ini sudah lama dicita-citakan pemerintah yaitu untuk
merombak seluruh sistem dan filosofi Agraria di Indonesia.
Timpangnya penguasaan lahan antara pengusaha dan petani tidak sesuai dengan esensi
UUPA. Dalam pasal 7 UUPA dinyatakan bahwa penguasaan tanah yang melampaui batas
maksimum tidak diperkenankan oleh pemerintah. Berdasarkan Undang-Undang No. 56 Prp
Tahun 1960 tentang penetapan luas penguaan lahan, batas maksimum penguasaan tanah tersebut
adalah 25 ha. Dalam hal ini, pemerintah dapat mengambil alih penguasaan lahan yang
melampaui batas oleh kelompok pengusaha tersebut sebagaimana yang diatur dalam pasal 17
ayat (3) UUPA.
Penguasaan lahan oleh hanya sekelompok pengusaha mengakibatkan terjadinya polarisasi
kekayaan di Indonesia dan memiskinkan kaum tani. Polarisasi kekayaan dan kemiskinan kaum
tani merupakan hal yang membuktikan bahwa tujuan utama UUPA belum ‘tercapai. Tujuan
utama UUPA sebagai turunan pasal 33 UUD 1945 adalah untuk menciptakan sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Di sisi lain, ini juga tidak sesuai dengan prinsip tanah untuk tani dalam
UUPA. Realitas tersebut menunjukan bahwa UUPA sebagai transformasi sistem pertanahan
yang feodal menjadi sistem pertanahan bagi bangsa Indonesia belum terwujud dalam kehidupan
petani.
Peningkatan konversi lahan pertanian membawa implikasi terhadap berbagai sektor
kehidupan berbangsa. Dari sisi ekonomi, hal ini akan menyebabkan bangsa ini kehilangan devisa
negara dan tidak mampu menciptakan ketahanan pangan nasional. Akibatnya, Indonesia harus
mengimpor pangan dari negara lain. Suatu hal yang sangat ironis karena Indonesia adalah negara
yang memiliki potensi pertanian yang besar tapi harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan
pangannya. Dari sisi sosial, hal ini akan meningkatkan jumlah pengangguran dan kemiskinan di
Indonesia. Pertanian merupakan salah satu sektor penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia.
Hal ini akan menciptakan pengangguran yang pada akhirnya meningkatkan angka kemiskinan di
Indonesia.
Pemusatan penguasaan lahan pertanian kepada kelompok tertentu yang berbanding
terbalik dengan penguasaan tanah oleh petani jelas bertentangan dengan substansi UUPA. Hal ini
disebabkan UUPA telah mengatur mengenai batas minimum kepemilikan lahan untuk satu
keluarga petani. Bahkan, batas kepemilikan minimum tanah untuk petani merupakan salah satu
asas yang mendasari UUPA. Untuk mengatasi masalah kepemilikan tanah petani ini maka perlu
diadakan sebuah reformasi agraria. Dalam kondisi sosiologis petani sekarang ini maka reformasi
agrarian tersebut dapat dikaitkan dengan substansi pasal 15 dan pasal 11 ayat 2 UUPA yang
menyatakan bahwa pengelolaan tanah harus memperhatikan dan melindungi pihak ekonomi
lemah. Dalam konteks ini, petani merupakan pihak ekonomi lemah yang perlu untuk
diperdayakan dan diproteksi.
Menyadari hal tersebut maka pemerintah sebagai penyelenggara negara harus mengambil
langkah positif untuk merevitalisasi peran petani sebagaimana yang diamanatkan dalam pasal 2
ayat (2) UUPA. Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah melalui
pembentukan lembaga bank tanah untuk pertanian. Bank tanah berfungsi menetapkan zona-zona
pertanian yang tidak dapat dikonversi menjadi lahan non pertanian. Bank tanah ini dapat
dibentuk sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Konsekuensi dari bentuk tersebut adalah
pemerintah daerah harus berperan dalam pemodalan maupun operasionalisasi bank tanah. Hal ini
sesuai dengan isi pasal 14 ayat (2) UUPA.
Operasionalisasi bank tanah dapat dilaksanakan melalui pertama, penghimpunan tanah.
Tanah-tanah yang dihimpun adalah tanah negara, tanah-tanah terlantar, tanah guntai dan
mengkonsolidasi lahan yang telah digunakan untuk kepentingan non pertanian di zona pertanian.
Bank tanah dapat menghimpun 12.418.0563 ha tanah terlantar dan didistribusikan kepada petani-
petani kecil dengan kepemilikan tanah kurang dari 0,5 hektar. Jika rata-rata satu keluarga tani
mendapatkan 2 hektar tanah untuk digarap maka terdapat 6.209.028 keluarga petani yang akan
mendapatkan sumber penghidupan yang layak. Disamping itu, ketahanan pangan nasional akan
tercapai. Kedua, melakukan zonasi. Pengadaan zonasi ini sesuai dengan substansi pasal 14 ayat 1
UUPA. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa pemerintah harus membuat rencana umum
persediaan dan peruntukan tanah. Dalam melakukan zonasi, bank tanah dapat bekerjasama
dengan Dinas Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota. Penentuan zonasi ini
dengan menggunakan beberapa indikator yaitu luas lahan, tingkat kesuburan, ketersediaan irigasi
dan jumlah petani di daerah tersebut. Ketiga, distribusi lahan pertanian. Dalam proses distribusi,
petani-petani kecil dan penggarap harus diutamakan. Hal ini bertujuan meningkatkan
kesejahteraan para petani kecil dan penggarap.
Eksistensi bank tanah sebagai implementasi UUPA di bidang pertanian dapat
memberikan beberapa keuntungan. Adapun keuntungan tersebut adalah meningkatkan
kesejahteraan petani melalui penguasaan lahan pertanian yang lebih luas, merevitalisasi sektor
pertanian sebagai penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia, mewujudkan ketahanan pangan
nasional dan upaya nyata melanjutkan program land reform yang sempat terhenti pada masa orde
baru.
Revitalisasi peran petani melalui penguasaan lahan pertanian yang ideal merupakan
bentuk implementasi UUPA. UUPA merupakan politik agraria nasional yang bertujuan
menciptakan kemakmuran rakyat khususnya petani. Implementasi UUPA secara konsekuen dan
holistik dalam kondisi sosial ekonomi petani saat ini merupakan sebuah keharusan.
3.2 Penyebab UUPA tidak berlaku dalam lahan pembangunan bangunan pada sektor
industri
Jika dikaji lebih dalam, tidak efektifnya peraturan yang melarang alih fungsi lahan
pertanian terutama disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang kontradiktif, dalam arti di
satu pihak melarang adanya alih fungsi lahan pertanian, tetapi dilain pihak kebijakan
pembangunan sektor industri, infrastruktur, kawasan industri ataupun kawasan
perumahan pemukiman, justru mendorong terjadinya ahli fungsi lahan. Kebijakan yang
kontradiktif, tidak saling mendukung pada tataran implementasi justru menimbulkan
masalah bukan sebaliknya. Pernyataan ini tentu sangat memprihatinkan mengingat luas
tanah itu sendiri terbatas padahal intensitas pembangunan sangat tinggi.
3.3 Kehadiran pihak komersial dan industri dapat meningkatkan persaingan dalam
penggunaan lahan.
Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan nasional
dalam menigkatkan pertumbuhan ekonomi telah membawa perubahan terhadap
kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut meliputi dampak pembangunan industri
terhadap sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar industri. Dampak
pembangunan industri terhadap aspek sosial ekonomi meliputi mata pencaharian
penduduk dari sektor pertanian menjadi sektor industri dan perdagangan, dampak lainnya
terbukanya kesempatan kerja yang lebih luas baik bagi masyarakat setempat maupun
masyarakat pendatang. Dampak industri terhadap aspek sosial budaya antara lain
berkurangnya kekuatan mengikat nilai dan norma budaya yang ada karena masuknya
nilai dan norma budaya baru yang dibawa oleh masyarakat pendatang atau migran.
Dampak pembangunan industri terhadap linkungan dapat memberi pengaruh negatif
terhadap kelangsungan hidup masyarakat.
Pembangunan industri telah memberikan pengaruh secara langsung dan tidak
langsung, pengaruh langsungnya adalah berkurangnya lahan pertanian, sedangkan
pengaruh tidak langsungnya adalah bergesernya mata pencaharian penduduk setempat ke
bidang industri dan jasa/perdagangan. Pengaruh langsung dan tidak langsung tersebut
juga ada yang positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah menciptakan
keanekaragaman kehidupan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan pengaruh negatifnya adalah munculnya
kecemburuan sosial dari pemuda setempat karena adanya persaingan dalam mendapatkan
pekerjaan. Pengaruh negatif lainnya adalah berkurangnya lahan pertanian yang
menyebabkan petani yang hanya memiliki sedikit lahan dan tidak memiliki keterampilan
serta tingkat pendidikan yang rendah menjadi tersingkir
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan kelompok kami maka dapat disimpulkan bahwa :
Revitalisasi peran petani melalui penguasaan lahan pertanian yang ideal merupakan
bentuk implementasi UUPA. UUPA merupakan politik agraria nasional yang bertujuan
menciptakan kemakmuran rakyat khususnya petani. Implementasi UUPA secara konsekuen dan
holistik dalam kondisi sosial ekonomi petani saat ini merupakan sebuah keharusan.
Tidak efektifnya peraturan yang melarang alih fungsi lahan pertanian terutama
disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang kontradiktif, Kebijakan yang kontradiktif, tidak
saling mendukung pada tataran implementasi justru menimbulkan masalah bukan sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/6717249/Kendala_Pengadaan_Tanah_bagi_Pembang
unan_Pasca_Berlakunya_UU_No._2_tahun_2012_tentang_Pengadaan_Tanah_ba
gi_Pembangunan_untuk_Kepentingan_Umum
http://afifbodoh.blogspot.com/2012/04/uupa-untuk-petani-telaah-kritis.html
http://anakekp.blogspot.com/2013/10/makalah-kebijakan-pertanian.html
http://elandaharviyata.wordpress.com/2012/12/20/sejarah-pembentukan-
undang-undang-pokok-agraria/
http://politikagraria.blogspot.com/2013/06/sejarah-hukum-agraria-undang-
undang.html

More Related Content

What's hot

Terbukti, Lahan Pangan Berkelanjutan sulit Diwujudkan
Terbukti, Lahan Pangan Berkelanjutan sulit DiwujudkanTerbukti, Lahan Pangan Berkelanjutan sulit Diwujudkan
Terbukti, Lahan Pangan Berkelanjutan sulit DiwujudkanSyahyuti Si-Buyuang
 
Perda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprd
Perda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprdPerda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprd
Perda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprdMedan Comonity
 
10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanian10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanianbayuajinugraha21
 
Undang undang Nomor 3 Tahun 2014
Undang undang Nomor 3 Tahun 2014Undang undang Nomor 3 Tahun 2014
Undang undang Nomor 3 Tahun 2014Parja Negara
 
peranan sektor pertanian
peranan sektor pertanianperanan sektor pertanian
peranan sektor pertanianGilang Jupriono
 
Catatan Kritis tentang Hunian Berimbang
Catatan Kritis tentang Hunian BerimbangCatatan Kritis tentang Hunian Berimbang
Catatan Kritis tentang Hunian BerimbangOswar Mungkasa
 
Globalisasi nasib sektor_pertanian_ indonesia
Globalisasi nasib sektor_pertanian_ indonesiaGlobalisasi nasib sektor_pertanian_ indonesia
Globalisasi nasib sektor_pertanian_ indonesiaAchmad Ridha
 
Peran sektor Pertanian
Peran sektor PertanianPeran sektor Pertanian
Peran sektor PertanianEem Masitoh
 
Peranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianPeranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianmona munawaroh
 
Perpres no 28 tentang kebijakan industri nasional
Perpres no 28 tentang kebijakan industri nasionalPerpres no 28 tentang kebijakan industri nasional
Perpres no 28 tentang kebijakan industri nasionalPak Ismail
 
Kajian Kebijakan pemerintah tentang Padi
Kajian Kebijakan pemerintah tentang PadiKajian Kebijakan pemerintah tentang Padi
Kajian Kebijakan pemerintah tentang PadiMoh Hasan Rizal
 
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...anif fahmi
 
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIANBakhrul Ulum
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PemalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PemalangPenataan Ruang
 
8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesia
8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesia8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesia
8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesiaAndi Sutandi
 
Peranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianPeranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianInas Intishar
 
Proposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaru
Proposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaruProposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaru
Proposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaruIrvan Berutu
 

What's hot (19)

Terbukti, Lahan Pangan Berkelanjutan sulit Diwujudkan
Terbukti, Lahan Pangan Berkelanjutan sulit DiwujudkanTerbukti, Lahan Pangan Berkelanjutan sulit Diwujudkan
Terbukti, Lahan Pangan Berkelanjutan sulit Diwujudkan
 
Perda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprd
Perda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprdPerda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprd
Perda malinau nomor 10 tentang pengakuan hak adat masyarakat inisiatif dprd
 
10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanian10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanian
 
Undang undang Nomor 3 Tahun 2014
Undang undang Nomor 3 Tahun 2014Undang undang Nomor 3 Tahun 2014
Undang undang Nomor 3 Tahun 2014
 
peranan sektor pertanian
peranan sektor pertanianperanan sektor pertanian
peranan sektor pertanian
 
Catatan Kritis tentang Hunian Berimbang
Catatan Kritis tentang Hunian BerimbangCatatan Kritis tentang Hunian Berimbang
Catatan Kritis tentang Hunian Berimbang
 
Globalisasi nasib sektor_pertanian_ indonesia
Globalisasi nasib sektor_pertanian_ indonesiaGlobalisasi nasib sektor_pertanian_ indonesia
Globalisasi nasib sektor_pertanian_ indonesia
 
Peran sektor Pertanian
Peran sektor PertanianPeran sektor Pertanian
Peran sektor Pertanian
 
Peranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianPeranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanian
 
Perpres no 28 tentang kebijakan industri nasional
Perpres no 28 tentang kebijakan industri nasionalPerpres no 28 tentang kebijakan industri nasional
Perpres no 28 tentang kebijakan industri nasional
 
Uu no.19 2013
Uu no.19 2013Uu no.19 2013
Uu no.19 2013
 
Kajian Kebijakan pemerintah tentang Padi
Kajian Kebijakan pemerintah tentang PadiKajian Kebijakan pemerintah tentang Padi
Kajian Kebijakan pemerintah tentang Padi
 
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
 
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PemalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang
 
8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesia
8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesia8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesia
8. peranan sektor pertanian terhadap perekonomian indonesia
 
Peranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianPeranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanian
 
konsep dasar ekonomi pertananian
konsep dasar ekonomi pertananian  konsep dasar ekonomi pertananian
konsep dasar ekonomi pertananian
 
Proposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaru
Proposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaruProposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaru
Proposal Penelitian: Analisis faktor impor beras pekanbaru
 

Viewers also liked

Argumentative Introduction
Argumentative IntroductionArgumentative Introduction
Argumentative Introductionguest6e8bf2
 
Politik hukum agraria
Politik hukum agrariaPolitik hukum agraria
Politik hukum agrariaCanang Bagus
 
Hukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonialHukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonialindra wijaya
 
Hukum dan politik agraria kolonial 943857445
Hukum dan politik agraria kolonial 943857445Hukum dan politik agraria kolonial 943857445
Hukum dan politik agraria kolonial 943857445Nur Rois
 
Kebijakan pemerintah kolonial di nusantara
Kebijakan pemerintah kolonial di nusantaraKebijakan pemerintah kolonial di nusantara
Kebijakan pemerintah kolonial di nusantaraAntoni081
 
Pertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosial
Pertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosialPertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosial
Pertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosialUIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
 
Permasalahan Kependudukan di Indonesia
Permasalahan Kependudukan di IndonesiaPermasalahan Kependudukan di Indonesia
Permasalahan Kependudukan di IndonesiaFebrina Sarbini
 
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi Marlinda
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
Kebijakan Agraria Indonesia
Kebijakan Agraria IndonesiaKebijakan Agraria Indonesia
Kebijakan Agraria Indonesialodzi
 
Politik hukum agraria sudjito
Politik hukum agraria   sudjitoPolitik hukum agraria   sudjito
Politik hukum agraria sudjitojonatanwardian
 
Permasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugas
Permasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugasPermasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugas
Permasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugasAnna Puspita
 

Viewers also liked (14)

Argumentative Introduction
Argumentative IntroductionArgumentative Introduction
Argumentative Introduction
 
Politik hukum agraria
Politik hukum agrariaPolitik hukum agraria
Politik hukum agraria
 
Hukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonialHukum dan politik agraria kolonial
Hukum dan politik agraria kolonial
 
Hukum agraria
Hukum agrariaHukum agraria
Hukum agraria
 
Hukum dan politik agraria kolonial 943857445
Hukum dan politik agraria kolonial 943857445Hukum dan politik agraria kolonial 943857445
Hukum dan politik agraria kolonial 943857445
 
Kebijakan pemerintah kolonial di nusantara
Kebijakan pemerintah kolonial di nusantaraKebijakan pemerintah kolonial di nusantara
Kebijakan pemerintah kolonial di nusantara
 
Pertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosial
Pertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosialPertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosial
Pertemuan ke 4 - masalah sosial dan isu kebijakan sosial
 
Hukum Agraria
Hukum AgrariaHukum Agraria
Hukum Agraria
 
Permasalahan Kependudukan di Indonesia
Permasalahan Kependudukan di IndonesiaPermasalahan Kependudukan di Indonesia
Permasalahan Kependudukan di Indonesia
 
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Kebijakan Agraria Indonesia
Kebijakan Agraria IndonesiaKebijakan Agraria Indonesia
Kebijakan Agraria Indonesia
 
Politik hukum agraria sudjito
Politik hukum agraria   sudjitoPolitik hukum agraria   sudjito
Politik hukum agraria sudjito
 
Permasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugas
Permasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugasPermasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugas
Permasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugas
 

Similar to KEBIJAKAN PERTANIAN

Jalan panjang perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruang
Jalan panjang  perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruangJalan panjang  perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruang
Jalan panjang perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruangAdriansyah Rustandi
 
TUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdfTUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdfIndra Sofian
 
Penguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptx
Penguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptxPenguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptx
Penguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptxSMPranata
 
Ra Dan Refleksi Ham
Ra Dan Refleksi HamRa Dan Refleksi Ham
Ra Dan Refleksi Hamlodzi
 
Jalan Panjang Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
Jalan Panjang  Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan RuangJalan Panjang  Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
Jalan Panjang Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan RuangAdriansyah Rustandi
 
Pandangan Pokjasus DKP Terhadap Implementasi UU Pangan
Pandangan Pokjasus DKP Terhadap Implementasi UU PanganPandangan Pokjasus DKP Terhadap Implementasi UU Pangan
Pandangan Pokjasus DKP Terhadap Implementasi UU Panganbung gunawan
 
Kewenangan Pemda dalam Sumberdaya Alam
Kewenangan Pemda dalam Sumberdaya AlamKewenangan Pemda dalam Sumberdaya Alam
Kewenangan Pemda dalam Sumberdaya Alambung gunawan
 
Jurnal penelitian Masyarakat Adat
Jurnal penelitian Masyarakat AdatJurnal penelitian Masyarakat Adat
Jurnal penelitian Masyarakat Adaternidiswan
 
Jurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adatJurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adatfakultashukumuiba
 
Kebijakan landreform
Kebijakan landreformKebijakan landreform
Kebijakan landreformSalvinusBala1
 
Analisis Perbandingan Tingkat Keefektifan Sistem Kebijakan yang Mendorong In...
Analisis Perbandingan Tingkat Keefektifan Sistem Kebijakan  yang Mendorong In...Analisis Perbandingan Tingkat Keefektifan Sistem Kebijakan  yang Mendorong In...
Analisis Perbandingan Tingkat Keefektifan Sistem Kebijakan yang Mendorong In...Fajar Rian Wulandari
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Biotani & Bahari Indonesia
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Biotani & Bahari Indonesia
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Biotani & Bahari Indonesia
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Biotani & Bahari Indonesia
 
Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013
Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013
Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013Medan Comonity
 
Dari orde baru ke reformasi
Dari orde baru ke reformasiDari orde baru ke reformasi
Dari orde baru ke reformasiYunus Thariq
 

Similar to KEBIJAKAN PERTANIAN (20)

Jalan panjang perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruang
Jalan panjang  perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruangJalan panjang  perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruang
Jalan panjang perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruang
 
TUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdfTUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 1 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
 
Penguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptx
Penguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptxPenguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptx
Penguasaan dan Pengusahaan Lahan serta Kemiskinan di Pedesaan.pptx
 
Ra Dan Refleksi Ham
Ra Dan Refleksi HamRa Dan Refleksi Ham
Ra Dan Refleksi Ham
 
Uu tambang
Uu tambangUu tambang
Uu tambang
 
Jalan Panjang Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
Jalan Panjang  Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan RuangJalan Panjang  Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
Jalan Panjang Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
 
Pandangan Pokjasus DKP Terhadap Implementasi UU Pangan
Pandangan Pokjasus DKP Terhadap Implementasi UU PanganPandangan Pokjasus DKP Terhadap Implementasi UU Pangan
Pandangan Pokjasus DKP Terhadap Implementasi UU Pangan
 
Kewenangan Pemda dalam Sumberdaya Alam
Kewenangan Pemda dalam Sumberdaya AlamKewenangan Pemda dalam Sumberdaya Alam
Kewenangan Pemda dalam Sumberdaya Alam
 
Jurnal penelitian Masyarakat Adat
Jurnal penelitian Masyarakat AdatJurnal penelitian Masyarakat Adat
Jurnal penelitian Masyarakat Adat
 
Jurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adatJurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adat
 
Kebijakan landreform
Kebijakan landreformKebijakan landreform
Kebijakan landreform
 
Agraria 2011 (syahyuti)
Agraria 2011 (syahyuti)Agraria 2011 (syahyuti)
Agraria 2011 (syahyuti)
 
Analisis Perbandingan Tingkat Keefektifan Sistem Kebijakan yang Mendorong In...
Analisis Perbandingan Tingkat Keefektifan Sistem Kebijakan  yang Mendorong In...Analisis Perbandingan Tingkat Keefektifan Sistem Kebijakan  yang Mendorong In...
Analisis Perbandingan Tingkat Keefektifan Sistem Kebijakan yang Mendorong In...
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
 
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria
 
Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013
Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013
Putusan sidang 35 puu 2012-kehutanan-telah ucap 16 mei 2013
 
8 peranan sektor pertanian
8 peranan sektor pertanian8 peranan sektor pertanian
8 peranan sektor pertanian
 
Dari orde baru ke reformasi
Dari orde baru ke reformasiDari orde baru ke reformasi
Dari orde baru ke reformasi
 

More from Joel mabes

Kemiskinan di indonesia
Kemiskinan di indonesiaKemiskinan di indonesia
Kemiskinan di indonesiaJoel mabes
 
Ekspor dan impor Pertanian
Ekspor dan impor PertanianEkspor dan impor Pertanian
Ekspor dan impor PertanianJoel mabes
 
Investasi sektor pertanian
Investasi sektor pertanianInvestasi sektor pertanian
Investasi sektor pertanianJoel mabes
 
Manajemen perusahaan
Manajemen perusahaanManajemen perusahaan
Manajemen perusahaanJoel mabes
 
Kepemimpinan komunikasi dan motivasi dalam organisasi
Kepemimpinan komunikasi dan motivasi dalam organisasiKepemimpinan komunikasi dan motivasi dalam organisasi
Kepemimpinan komunikasi dan motivasi dalam organisasiJoel mabes
 
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasiKepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasiJoel mabes
 
Kepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan dalam organisasiKepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan dalam organisasiJoel mabes
 
Kepemimpinan dalam-organisasi
Kepemimpinan dalam-organisasi Kepemimpinan dalam-organisasi
Kepemimpinan dalam-organisasi Joel mabes
 
praktikum lapang pengembangan masyarakat agribisnis
praktikum lapang pengembangan masyarakat agribisnispraktikum lapang pengembangan masyarakat agribisnis
praktikum lapang pengembangan masyarakat agribisnisJoel mabes
 
laporan desa gerunggung kecamatan sekernan
laporan desa gerunggung kecamatan sekernanlaporan desa gerunggung kecamatan sekernan
laporan desa gerunggung kecamatan sekernanJoel mabes
 
DDA Tanaman dan faktor lingkungan
DDA Tanaman dan faktor lingkunganDDA Tanaman dan faktor lingkungan
DDA Tanaman dan faktor lingkunganJoel mabes
 
Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...
Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...
Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...Joel mabes
 
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia video
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia videoTim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia video
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia videoJoel mabes
 
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia teks dan-gambar
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia teks dan-gambarTim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia teks dan-gambar
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia teks dan-gambarJoel mabes
 
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia suara dan-audio
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia suara dan-audioTim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia suara dan-audio
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia suara dan-audioJoel mabes
 
Tim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia pengantar
Tim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia pengantarTim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia pengantar
Tim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia pengantarJoel mabes
 
Tim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia dalam pendidikan
Tim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia dalam pendidikanTim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia dalam pendidikan
Tim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia dalam pendidikanJoel mabes
 
Teknologi informasi multimedia
Teknologi informasi multimediaTeknologi informasi multimedia
Teknologi informasi multimediaJoel mabes
 

More from Joel mabes (20)

Kemiskinan di indonesia
Kemiskinan di indonesiaKemiskinan di indonesia
Kemiskinan di indonesia
 
Ekspor dan impor Pertanian
Ekspor dan impor PertanianEkspor dan impor Pertanian
Ekspor dan impor Pertanian
 
Investasi sektor pertanian
Investasi sektor pertanianInvestasi sektor pertanian
Investasi sektor pertanian
 
Pengangguran
Pengangguran Pengangguran
Pengangguran
 
Ekonomi mikro
Ekonomi mikroEkonomi mikro
Ekonomi mikro
 
Manajemen perusahaan
Manajemen perusahaanManajemen perusahaan
Manajemen perusahaan
 
Kepemimpinan komunikasi dan motivasi dalam organisasi
Kepemimpinan komunikasi dan motivasi dalam organisasiKepemimpinan komunikasi dan motivasi dalam organisasi
Kepemimpinan komunikasi dan motivasi dalam organisasi
 
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasiKepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
 
Kepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan dalam organisasiKepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan dalam organisasi
 
Kepemimpinan dalam-organisasi
Kepemimpinan dalam-organisasi Kepemimpinan dalam-organisasi
Kepemimpinan dalam-organisasi
 
praktikum lapang pengembangan masyarakat agribisnis
praktikum lapang pengembangan masyarakat agribisnispraktikum lapang pengembangan masyarakat agribisnis
praktikum lapang pengembangan masyarakat agribisnis
 
laporan desa gerunggung kecamatan sekernan
laporan desa gerunggung kecamatan sekernanlaporan desa gerunggung kecamatan sekernan
laporan desa gerunggung kecamatan sekernan
 
DDA Tanaman dan faktor lingkungan
DDA Tanaman dan faktor lingkunganDDA Tanaman dan faktor lingkungan
DDA Tanaman dan faktor lingkungan
 
Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...
Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...
Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...
 
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia video
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia videoTim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia video
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia video
 
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia teks dan-gambar
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia teks dan-gambarTim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia teks dan-gambar
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia teks dan-gambar
 
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia suara dan-audio
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia suara dan-audioTim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia suara dan-audio
Tim (TEKNOLOGI INFORMASI MULTIMEDIA) ujian multimedia suara dan-audio
 
Tim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia pengantar
Tim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia pengantarTim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia pengantar
Tim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia pengantar
 
Tim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia dalam pendidikan
Tim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia dalam pendidikanTim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia dalam pendidikan
Tim (teknologi informasi multimedia) ujian multimedia dalam pendidikan
 
Teknologi informasi multimedia
Teknologi informasi multimediaTeknologi informasi multimedia
Teknologi informasi multimedia
 

Recently uploaded

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 

Recently uploaded (20)

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 

KEBIJAKAN PERTANIAN

  • 1. Permasalahan Kebijakan Pemerintah dalam Pertanian ( Undang-undang Pokok AGRARIA) Nama : YULI MINIARTI D1B012013 SANDI WINDU PRASETYO D1B012026 UCA ADITIA SIHOTANG D1B012036 EKO HADI SANTOSO D1B012043 YUNI KHAIRATUN NIKMAH D1B012098 RINI ARIANI D1B011020 JAMES RICO SINAGA D1B011113
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Lima belas tahun setelah kemerdekaan, pada tanggal 24 September 1960 terbit Undang- undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) setelah melalui proses panjang sejak tahun 1948. UUPA sejatinya dimaksudkan untuk berlaku sebagai lex generalis (“undang-undang pokok”) bagi pengaturan lebih lanjut obyek materiilnya, yakni bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. UUPA terdiri dari 67 (enam puluh tujuh) pasal yang terdiri dari 58 (lima puluh delapan) pasal dan 9 (sembilan) pasal khusus terkait ketentuan konversi. Di samping 10 (sepuluh) pasal yang mengatur tentang dasar dan ketentuan pokok, maka pengaturan tentang tanah terdapat dalam 53 (lima puluh tiga) pasal, sisanya, 4 (empat) pasal mengatur hal-hal di luar ketentuan pokok dan pertanahan. Oleh karena dominasi pengaturan tentang pertanahan dalam UUPA, maka dalam proses penerbitannya pernah diwacanakan tentang nama undang-undang ini. Iman Soetiknjo dari Seksi Agraria UGM menyarankan namanya “UU Pertanahan”, dan karena reaksi tersebut maka dalam perkembangannya ditambahkan pasal-pasal yang tidak hanya berkaitan dengan tanah2. Di dalam UUPA, ternyata masih terdapat beberapa aspek yang bermasalah, hal ini mengindikasikan perlu adanya amandemen UUPA agar bisa menangani segala permasalahan dalam segala aspek terutama di bidang Agraria Indonesia. Salah satu contoh adalah kebijakan pemerintah dalam penggunaan lahan, yang salah satunya diakomodasi oleh UUPA. Kehadiran pihak komersial dan industri dalam undang-undang tersebut semakin meningkatkan persaingan pengambil alihan lahan yang tidak hanya memproduksi energi, pangan, dan air. Namun juga sebagai lahan pembangunan bangunan dan gedung-gedung mewah termasuk sektor industri yang menyebabkan tidak berlakunya UUPA.
  • 3. Dengan adanya hal tersebut, oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas berbagai permasalahan yang melibatkan UUPA, sehingga bisa dikoreksi sebagai bahan ajar mahasiswa pertanian. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana seharusnya UUPA menyelesaikan masalah-masalah yang ada didalam kebijakan pertanian dalam hal konversi lahan pertanian? 2. Mengapa UUPA tidak berlaku dalam lahan pembangunan bangunan pada sektor industri ? 3. Mengapa kehadiran pihak komersial dan industry dapat meningkatkan persaingan dalam penggunaan lahan ? 1.3 TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui masalah-masalah yang ada didalam kebijakan pertanian dalam hal konservasi lahan pertanian yang harus diselesaikan oleh UUPA. 2. Untuk mengetahui penyebab UUPA tidak berlaku dalam lahan pembangunan bangunan pada sektor industri . 3. Untuk mengetahui kehadiran pihak komersial dan industry dapat meningkatkan persaingan dalam penggunaan lahan.
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Snodgrass dan Wallace (1975) mendefenisikan kebijakan pertanian sebagai usaha pemerintah untuk mencapai tingkat ekonomi yang lebih baik dan kesejahteraan yang lebih tinggi secara bertahap dan kontinu melalui pemilihan komoditi yang diprogramkan, produksi bahan makanan dan serat, pemasaran, perbaikan structural, politik luar negeri, pemberian fasilitas dan pendidikan. Widodo (1983) mengemukakan bahwa politik pertanian adalah bagian dari politik ekonomi di sektor pertanian, sebagai salah satu sektor dalam kehidupan ekonomi suatu masyarakat. Kebijakan pertanian menjelaskan serangkaian hukum terkait pertanian domestik dan impor hasil pertanian. Pemerintah pada umumnya mengimplementasikan kebijakan pertanian dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu di dalam pasar produk pertanian domestik. Tujuan tersebut bisa melibatkan jaminan tingkat suplai, kestabilan harga, kualitas produk, seleksi produk, penggunaan lahan, hingga tenaga kerja. Menurut penjelasan ini, politik pertanian merupakan sikap dan tindakan pemerintah atau kebijaksanaan pemerintah dalam kehidupan pertanian. Kebijaksanaan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu , seperti memajukan pertanian, mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif, produksi dan efesien produksi naik, tingkat hidup petani lebih tinggi, dan kesejahteraan menjadi merata. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sarma (1985). Selanjutnya dikemukakan bahwa tujuan umum politik pertanian di Indonesia adalah untuk memajukan sektor pertanian, yang dalam pengertian lebih lanjut meliputi: 1. Peningkatan produktivitas dan efesiensi sektor pertanian 2. Peningkatan produksi pertanian 3. Peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan petani, serta pemerataan tingkat pendapatan. Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) sebagai hukum agraria mengeksplorasi fungsi sosial yang secara umum dirumuskan sebagai berikut : 1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa;
  • 5. 2. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa; 3. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. Dengan lahirnya UU No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA kebijakan-kebijakan pertanahan di era pemerintahan kolonial Belanda mulai ditinggalkan. Undang-undang yang disusun di era pemerintahan Presiden Soekarno ini menggantikan Agrarische Wet 1870 yang terkenal dengan prinsip domein verklaringnya (semua tanah jajahan yang tidak dapat dibuktikan kepemilikannya berdasarkan pembuktian hukum barat, maka tanah tersebut dinyatakan sebagai tanah milik negara/ milik penjajah Belanda). Hukum agraria Agrariche Wet adalah peraturan pertanahan yang dikeluarkan oleh pemerintahan Belanda seperti Eigendom recht, erfacht recht, postal recht dan lain-lain peraturan yang kesemuanya bertujuan untuk lebih menguatkan bangunan hukum agraria pada masa itu, sehingga jelas perbedaan antara hak-hak atas tanah yang berdasarkan hukum adat dan dilain pihak berdasarkan hukum barat. Artinya hukum agraria Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dibentuk dalam rangka melakukan perubahan, pembaharuan, dan terpenting adalah supremasi hukum. Agar hak-hak rakyat lebih terjamin dan seperti yang dijelaskan dalam perintah UUD 45 untuk semata-mata kemakmuran rakyat bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut Monke dan Pearson (1989), politik pertanian dalah campur tangan pemerintah di sektor pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan efesiensi yang menyangkut alokasi sumber daya untuk dapat menghasilkan output nasional yang maksimal dan memeratakan pendapatan, yaitu mengalokasikan keuntungan pertanian antargolongan dan antardaerah, keamanan persediaan jangka panjang. Dalam hal ini, kebijakan pertanian dibagi menjadi 3 kebijakan dasar, antara lain: 1. Kebijakan komoditi yang meliputi kebijakan harga komoditi, distorsi harga komoditi, subsidi harga komoditi, dan kebijakan ekspor. 2. Kebijakan faktor produksi yang meliputi kebijkan upah minimum, pajak dan subsidi faktor produksi, kebijakan harga faktor produksi, dan perbaikan kualiatas faktor produksi. 3. Kebijakan makro ekonomi yang dibedakan menjadi kebijakan anggaran
  • 6. Mubyarto (1987) menyebutkan bahawa politik pertanian pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah untuk memperlancar dan mempercepat laju pembangunan pertanian, yang tidak saja menyangkut kegiatan petani, tetapi juga perusahaan-perusahaan pengangkutan, perkapalan, perbankan, asuransi, serta lembaga-lembaga pemerintah dan semi pemerintah yang terkait dengan kegiatan sektor pertanian. Politik pertanian mempunyai kaitan sangat erat dengan pengembangan sumber daya manusia, peningkatan efesiensi, serta pembangunan pedesaan yang menyangkut seluruh aspek-aspek ekonomi, sosial, politik, dan budaya dari penduduk pedesaan. Sejalan dengan pendapat Schuh (1975). Mubyarto menyebutkan bahwa lingkup politik pertanian meliputi: 1. Politik stabilitas jangka pendek 2. Peningkatan pertumbuhan pertanian 3. Pengaturan dan pengarahan perdagangan 4. Pengarahan dan peningkatan mobilitas faktor-faktor produksi pertanian 5. Politik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanian.
  • 7. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Permasalahan Konversi Lahan dalam UUPA Lahirnya Undang Undang Pokok Agraria (UUPA) pada tanggal 24 September 1960 merupakan peristiwa penting di bidang agraria dan pertanahan di Indonesia. Dengan lahirnya UU No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA tersebut kebijakan-kebijakan pertanahan di era pemerintahan kolonial belanda mulai ditinggalkan. UUPA merupakan produk hukum pada era Orde Lama yang menghendaki adanya perubahan dan pembaharuan di bidang agraria dan pertanahan serta menghendaki terwujudnya pembangunan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kebijakan pemerintahan pada saat itu lebih diupayakan untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana telah digariskan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Lahirnya UU ini sudah lama dicita-citakan pemerintah yaitu untuk merombak seluruh sistem dan filosofi Agraria di Indonesia. Timpangnya penguasaan lahan antara pengusaha dan petani tidak sesuai dengan esensi UUPA. Dalam pasal 7 UUPA dinyatakan bahwa penguasaan tanah yang melampaui batas maksimum tidak diperkenankan oleh pemerintah. Berdasarkan Undang-Undang No. 56 Prp Tahun 1960 tentang penetapan luas penguaan lahan, batas maksimum penguasaan tanah tersebut adalah 25 ha. Dalam hal ini, pemerintah dapat mengambil alih penguasaan lahan yang melampaui batas oleh kelompok pengusaha tersebut sebagaimana yang diatur dalam pasal 17 ayat (3) UUPA. Penguasaan lahan oleh hanya sekelompok pengusaha mengakibatkan terjadinya polarisasi kekayaan di Indonesia dan memiskinkan kaum tani. Polarisasi kekayaan dan kemiskinan kaum tani merupakan hal yang membuktikan bahwa tujuan utama UUPA belum ‘tercapai. Tujuan utama UUPA sebagai turunan pasal 33 UUD 1945 adalah untuk menciptakan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Di sisi lain, ini juga tidak sesuai dengan prinsip tanah untuk tani dalam
  • 8. UUPA. Realitas tersebut menunjukan bahwa UUPA sebagai transformasi sistem pertanahan yang feodal menjadi sistem pertanahan bagi bangsa Indonesia belum terwujud dalam kehidupan petani. Peningkatan konversi lahan pertanian membawa implikasi terhadap berbagai sektor kehidupan berbangsa. Dari sisi ekonomi, hal ini akan menyebabkan bangsa ini kehilangan devisa negara dan tidak mampu menciptakan ketahanan pangan nasional. Akibatnya, Indonesia harus mengimpor pangan dari negara lain. Suatu hal yang sangat ironis karena Indonesia adalah negara yang memiliki potensi pertanian yang besar tapi harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Dari sisi sosial, hal ini akan meningkatkan jumlah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Pertanian merupakan salah satu sektor penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia. Hal ini akan menciptakan pengangguran yang pada akhirnya meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia. Pemusatan penguasaan lahan pertanian kepada kelompok tertentu yang berbanding terbalik dengan penguasaan tanah oleh petani jelas bertentangan dengan substansi UUPA. Hal ini disebabkan UUPA telah mengatur mengenai batas minimum kepemilikan lahan untuk satu keluarga petani. Bahkan, batas kepemilikan minimum tanah untuk petani merupakan salah satu asas yang mendasari UUPA. Untuk mengatasi masalah kepemilikan tanah petani ini maka perlu diadakan sebuah reformasi agraria. Dalam kondisi sosiologis petani sekarang ini maka reformasi agrarian tersebut dapat dikaitkan dengan substansi pasal 15 dan pasal 11 ayat 2 UUPA yang menyatakan bahwa pengelolaan tanah harus memperhatikan dan melindungi pihak ekonomi lemah. Dalam konteks ini, petani merupakan pihak ekonomi lemah yang perlu untuk diperdayakan dan diproteksi. Menyadari hal tersebut maka pemerintah sebagai penyelenggara negara harus mengambil langkah positif untuk merevitalisasi peran petani sebagaimana yang diamanatkan dalam pasal 2 ayat (2) UUPA. Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah melalui pembentukan lembaga bank tanah untuk pertanian. Bank tanah berfungsi menetapkan zona-zona pertanian yang tidak dapat dikonversi menjadi lahan non pertanian. Bank tanah ini dapat dibentuk sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Konsekuensi dari bentuk tersebut adalah pemerintah daerah harus berperan dalam pemodalan maupun operasionalisasi bank tanah. Hal ini sesuai dengan isi pasal 14 ayat (2) UUPA.
  • 9. Operasionalisasi bank tanah dapat dilaksanakan melalui pertama, penghimpunan tanah. Tanah-tanah yang dihimpun adalah tanah negara, tanah-tanah terlantar, tanah guntai dan mengkonsolidasi lahan yang telah digunakan untuk kepentingan non pertanian di zona pertanian. Bank tanah dapat menghimpun 12.418.0563 ha tanah terlantar dan didistribusikan kepada petani- petani kecil dengan kepemilikan tanah kurang dari 0,5 hektar. Jika rata-rata satu keluarga tani mendapatkan 2 hektar tanah untuk digarap maka terdapat 6.209.028 keluarga petani yang akan mendapatkan sumber penghidupan yang layak. Disamping itu, ketahanan pangan nasional akan tercapai. Kedua, melakukan zonasi. Pengadaan zonasi ini sesuai dengan substansi pasal 14 ayat 1 UUPA. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa pemerintah harus membuat rencana umum persediaan dan peruntukan tanah. Dalam melakukan zonasi, bank tanah dapat bekerjasama dengan Dinas Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota. Penentuan zonasi ini dengan menggunakan beberapa indikator yaitu luas lahan, tingkat kesuburan, ketersediaan irigasi dan jumlah petani di daerah tersebut. Ketiga, distribusi lahan pertanian. Dalam proses distribusi, petani-petani kecil dan penggarap harus diutamakan. Hal ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan para petani kecil dan penggarap. Eksistensi bank tanah sebagai implementasi UUPA di bidang pertanian dapat memberikan beberapa keuntungan. Adapun keuntungan tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan petani melalui penguasaan lahan pertanian yang lebih luas, merevitalisasi sektor pertanian sebagai penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia, mewujudkan ketahanan pangan nasional dan upaya nyata melanjutkan program land reform yang sempat terhenti pada masa orde baru. Revitalisasi peran petani melalui penguasaan lahan pertanian yang ideal merupakan bentuk implementasi UUPA. UUPA merupakan politik agraria nasional yang bertujuan menciptakan kemakmuran rakyat khususnya petani. Implementasi UUPA secara konsekuen dan holistik dalam kondisi sosial ekonomi petani saat ini merupakan sebuah keharusan.
  • 10. 3.2 Penyebab UUPA tidak berlaku dalam lahan pembangunan bangunan pada sektor industri Jika dikaji lebih dalam, tidak efektifnya peraturan yang melarang alih fungsi lahan pertanian terutama disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang kontradiktif, dalam arti di satu pihak melarang adanya alih fungsi lahan pertanian, tetapi dilain pihak kebijakan pembangunan sektor industri, infrastruktur, kawasan industri ataupun kawasan perumahan pemukiman, justru mendorong terjadinya ahli fungsi lahan. Kebijakan yang kontradiktif, tidak saling mendukung pada tataran implementasi justru menimbulkan masalah bukan sebaliknya. Pernyataan ini tentu sangat memprihatinkan mengingat luas tanah itu sendiri terbatas padahal intensitas pembangunan sangat tinggi. 3.3 Kehadiran pihak komersial dan industri dapat meningkatkan persaingan dalam penggunaan lahan. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan nasional dalam menigkatkan pertumbuhan ekonomi telah membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut meliputi dampak pembangunan industri terhadap sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar industri. Dampak pembangunan industri terhadap aspek sosial ekonomi meliputi mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian menjadi sektor industri dan perdagangan, dampak lainnya terbukanya kesempatan kerja yang lebih luas baik bagi masyarakat setempat maupun masyarakat pendatang. Dampak industri terhadap aspek sosial budaya antara lain berkurangnya kekuatan mengikat nilai dan norma budaya yang ada karena masuknya nilai dan norma budaya baru yang dibawa oleh masyarakat pendatang atau migran. Dampak pembangunan industri terhadap linkungan dapat memberi pengaruh negatif terhadap kelangsungan hidup masyarakat. Pembangunan industri telah memberikan pengaruh secara langsung dan tidak langsung, pengaruh langsungnya adalah berkurangnya lahan pertanian, sedangkan pengaruh tidak langsungnya adalah bergesernya mata pencaharian penduduk setempat ke bidang industri dan jasa/perdagangan. Pengaruh langsung dan tidak langsung tersebut juga ada yang positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah menciptakan keanekaragaman kehidupan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru yang dapat
  • 11. meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan pengaruh negatifnya adalah munculnya kecemburuan sosial dari pemuda setempat karena adanya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan. Pengaruh negatif lainnya adalah berkurangnya lahan pertanian yang menyebabkan petani yang hanya memiliki sedikit lahan dan tidak memiliki keterampilan serta tingkat pendidikan yang rendah menjadi tersingkir
  • 12. BAB IV PENUTUP Kesimpulan Dari hasil pembahasan kelompok kami maka dapat disimpulkan bahwa : Revitalisasi peran petani melalui penguasaan lahan pertanian yang ideal merupakan bentuk implementasi UUPA. UUPA merupakan politik agraria nasional yang bertujuan menciptakan kemakmuran rakyat khususnya petani. Implementasi UUPA secara konsekuen dan holistik dalam kondisi sosial ekonomi petani saat ini merupakan sebuah keharusan. Tidak efektifnya peraturan yang melarang alih fungsi lahan pertanian terutama disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang kontradiktif, Kebijakan yang kontradiktif, tidak saling mendukung pada tataran implementasi justru menimbulkan masalah bukan sebaliknya.