2. 2
1) Sistem Pertanian Berpindah
Sistem Pertanian Berpindah merupakan suatu kegiatan pertanian yang dimana
kegiatan ini dilakukan oleh manusia dengan cara berpindah-pindah tempat, tempat
mereka melakukan kegiatan pertanian berpindah ini biasanya dilakukan di alam
bebas, seperti di hutan dan semak belukar. Pertanian sistem berpindah ini dapat
dikatakan masih kuno atau primitif. Karena manusia dulu masih kurang pengetahuan
di bidang pertanian. Seperti pengelolahan lahan, mereka terkadang hanya memakai
sebidang tanah untuk ditanami dan bercocok tanam, kemudian setelah tanahnya
menjadi tandus, sebidang tanah itu ditinggalkan. dan kayu-kayu yang telah ditebang
dibakar (shifting cultivation).
Lahan adalah milik bersama dan dikuasai oleh kelompok-kelompok sosial
masyarakat (suku). Dan biasanya ketua suku yang menentukan lahan yang boleh
dimanfaatkan oleh setiap keluarga. Lahan dibuat dengan menebang pohon dan
membakarnya. Lahan ini umumnya ditanami selama beberapa tahun, kemudian
dibiarkan terlantar sambil membuka sebidang lahan lainnya. Masa regenerasi akan
mempertahankan kesuburan lahan, kalau hal itu berlangsung cukup lama dan jumlah
penduduk sedikit.
2) Sistem Pertanian Keluarga
Sistem Pertanian Keluarga merupakan suatu kegiatan pertanian yang
dilakukan oleh masing-masing keluarga yang telah memiliki lahan pertanian dan
mereka pula yang mengelola lahan tersebut. Hasil yang mereka panen biasanya
digunakan untuk konsumsi keluarga, dan jika hasil panen mereka lebih banyak dari
jumlah yang mereka konsumsi maka mereka akan menjualnya ke pasar tradisional.
lahan mereka tidak dijual, melainkan dimanfaatkan dan kemudian diwariskan kepada
generasi berikutnya. Sebagai tujuan jangka panjang yang berlangsung dari generasi ke
generasi, pertanian harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kesuburan tanah dan
lingkungan tidak rusak.
Mereka biasa menanam berbagai macam komoditi. Dalam satu tahun musim
tanam mereka dapat memutuskan untuk menanam tanaman bahan pangan atau
tanaman perdagangan. Keputusan mereka untuk menanam bahan pangan terutama
didasarkan atas kebutuhan pangan keluarga, sedangkan bila mereka memutuskan
untuk menanam tanaman perdagangan faktor-faktor determinan yang mempengaruhi
pengambilan keputusan tersebut antara lain adalah iklim, ada tidaknya modal, tujuan
penggunaan hasil penjualan tanaman tersebut dan ekspektasi harga.
3. 3
Ada korelasi antara besarnya pertanian dan kemampuan tenaga kerja. Keadaan
ideal adalah apabila pertanian itu cukup besar bagi keluarga itu untuk melakukan
semua pekerjaan sendiri dan dapat memenuhi segala kebutuhan. Bilamana luas
pertanian cukup dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga tani, maka pertanian
keluarga adalah sistim yang stabil dengan perbedaan sosial yang kecil, sehingga
sangat cocok bagi kegitan koperasi. Dengan memdidik dan memberikan persiapan
kepada ahli waris yang meninggalkan bidang pertanian, sistim ini memberikan
manfaat yang cukup berarti kepada sektor ekonomi lainnya.
3) Sistem Pertanian Feodalistik
Sistem Pertanian Feodalistik merupakan suatu kegiatan pertanian yang dimana
pemilik lahan tidak ikut dalam mengelolah lahan. Seperti sebidang lahan yang dimiliki
oleh seorang pemilik sah lahan, tetapi pemilik tersebut enggan mengelolanya,
sehingga orang lain yang diminta bantuannya untuk mengelola lahan tersebut.
Makna dari kata feodalistik ini adalah tanah, dimana tingkat kekayaan dan
kekuasaan seseorang dinilai melalui kepemilikan lahan. Semakin luas lahan yang
dimiliki maka semakin kaya orang tersebut. Feodalisme dalam pengertian ini
dikaitkan dengan ”stratifikasi sosial ” yang ditandai dengan perbedaan kekayaan,
pendapatan, kekuasaan dan martabat. Antara minoritas yang terdiri dari pemilik lahan
yang besar dan mayoritas yang terdiri dari mereka yang tidak memiliki lahan atau
memiliki lahan sempit, terdapat hak dan kewajiban yang mengikat, namun sangat
tidak seimbang.
4) Sistem Pertanian Kapitalistik
Sistem Pertanian Kapitalistik merupakan kegiatan pertanian yang
mengutamakan tanaman perkebunan, dan biasa sistim penanamannya satu jenis
tanaman atau monokultur. Hasilnya biasanya diolah secara industri di pabrik
pengolahan perkebunan itu sendiri dan diarahkan untuk ekspor misalnya tebu, teh,
sawit, pisang, cengkih dan sebagainya. Seringkali perkebunan tersebut dimiliki oleh
pihak asing.
Umumnya perkebunan lebih mendahulukan kepentingan asing dan
merupakan suatu gugus yang tertutup yang biasanya relatif kurang memberikan
manfaat bagi ekonomi dalam negeri. Tipe pertanian kapitalistik yang paling penting di
Indonesia yang sedang berkembang adalah ”perkebunan”. Beragam perkebunan yang
terdapat hampir di seluruh bagian Indonesia.Terdapat dua jenis perkebunan, yaitu
perkebunan swasta dan perkebunan milik negara.
4. 4
5) Sistem Pertanian Kolektif
Sistem Pertanian Kolektif merupakan suatu kegiatan pertanian dimana
pengelolaan proses produksi pertanian dilakukan secara bersama-sama berdasarkan
pengembangan tanah kecil sepetak-petak milik perseorangan menjadi milik kolektif.
Karena terbukti pemilikan individual atas lahan sangat sempit disertai alat kerja masih
tradisional hanya menghasilkan kemiskinan, bukan kesejahteraan sosial. Sistem
pertanian kolektif akan lebih bermanfaat di dalam meningkatkan kesejahteraan sosial
kaum tani daripada pemilikan individu, karena mengandung kelebihan, seperti:
a) Hasil produksi meningkat
Hasil yang didapatkan dari pertanian kolektif akan jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan pertanian individual. Tenaga yang yang diperlukan akan
semangkin sedikit (efisiensi tenaga). Biaya produksi yang dikeluarkan pun akan
lebih hemat dengan hasil keuntungan yang memuaskan (efisiensi modal).
b) Jenis tanaman beraneka ragam
Dengan lahan yang luas, jenis tanaman yang dapat di tanam oleh kaum tani juga
akan lebih berfariatif dan dapat disesuaikan dengan kondisis perkembangan
pasar. Kaum tani tidak akan khawatir tidak dapat menanamkan tanaman hanya
karena terbentur lahan mereka yang sempit.
c) Lahan semakin luas
Keuntungan dari pertanian kolektif adalah tanah yang digarap akan semangkin
luas. Tidak ada lagi pemetakan-pemetakan yang membuat lahan semangkin
sempit (efisiensi lahan) dan disini akan ada kemajuan-kemajuan yang dicapai.
Teknologi modern sangat diperlukan dalam pertanian kolektif untuk menunjang
kelancaran pengerjan lahan. Sudah tidak relevan lagi jika lahan yang luas harus
dikerjakan dengan alat kerja tradisional.
Oleh karena itu, sistem pertanian kolektif pada dasarnya adalah usaha maju untuk
membongkar kembali struktur kepemilikan perseorangan secara sepetak-petak, sesuai
peningkatan masyarakat penyakap Indonesia di jaman lampau Karena feodalisme kita
bukan feodalisme seperti Eropa atau Amerika.