Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
STRATEGI PERTANIAN
1. RENCANA PENELITIAN
STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN
SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN
DI KECAMATAN SEPONTI KABUPATEN KAYONG UTARA
OLEH :
ANIF FAHMIRUDI
NIM. C1021131007
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses pengembangan kapasitas
masyarakat dalam jangka panjang sehingga memerlukan perencanaan yang tepat
dan akurat. Perencanaan ini berarti harus mampu mencakup kapan, di mana dan
bagaimana pembangunan harus dilakukan agar mampu merangsang pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan. Dengan kata lain, pembuat rencana
pembangunan haruslah mampu untuk memprediksi dampak yang ditimbulkan dari
pembangunan yang akan dilakukan baik dalam jangka pendek maupun dalam
jangka panjang (Tinambunan, 2007)
Melalui kebijakan otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka
pemerintah memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah,
khususnya daerah kabupaten/kota untuk menyelenggarakan pembangunan dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan demikian sektor-sektor yang
memberikan andil besar dalam rangka mensukseskan pembangunan daerah harus
dipacu untuk terus berusaha mengambil peran yang lebih besar sehingga
pemerintah daerah mampu menjalankan pembangunan tanpa harus bergantung
pada pemerintah pusat, walaupun beberapa hal memang masih menjadi
kewenangan pusat (Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah, 2004).
Pertanian merupakan salah satu sektor pendukung pembangunan ekonomi
dalam upaya mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.
Pembangunan pertanian yang dikelola dengan baik dan bijak dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial secara berkelanjutan. Sektor
pertanian masih mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian
nasional. Berdasarkan data statisitik peran sektor pertanian terhadap pembentukan
PDB nasional yaitu sebesar 14,42 persen pada triwulan III tahun 2016 (BPS, 2017).
3. Kabupaten Kayong Utara merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
Provinsi Kalimantan Barat. Data statistik menunjukkan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Kayong Utara sebesar 5,03 persen dan berada diatas angka pertumbuhan
ekonomi Provinsi Kalimantan Barat yaitu 4,81 persen. Nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kayong Utara meningkat 11,69 persen dari
tahun sebelumnya. Sektor pertanian mempunyai peran cukup besar terhadap
pertumbuhan perekonomian Kayong Utara dengan menyumbang lebih dari 30
persen nilai tambah PDRB. Sumbangan terbesar sektor pertanian terhadap PDRB
Kabupaten Kayong Utara didukung oleh sub sektor tanaman pangan dan sub sektor
perikanan yaitu masing-masing 31,75 persen dan 27,09 persen (Kabupaten Kayong
Utara dalam Angka, 2016).
Kabupaten Kayong Utara memiliki lahan pertanian cukup luas. Total luas lahan
di Kabupaten Kayong Utara tahun 2015 berjumlah 422.090 hektar, yang terbagi
menjadi lahan pertanian sawah (lahan yang ditanami tanaman pangan seperti padi
dan palawija), lahan pertanian bukan sawah (semua lahan selain lahan sawah,
seperti tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan dan padang rumput), dan lahan
bukan pertanian. Secara rinci data penggunaan lahan di Kabupaten Kayong Utara
disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Luas Lahan di Kabupaten Kayong Utara Tahun 2015 (hektar)
Kecamatan
Penggunaan Lahan
Total Luas
LahanSawah
Pertanian
Bukan sawah
Bukan
Pertanian
Pulau Maya 8.400 100.164 1.326 109.890
Sukadana 5.816 31.594 57.510 94.920
Simpang Hilir 6.941 53.280 81.949 142.170
Teluk Batang 3.398 8.000 26.170 37.568
Seponti 6.520 4.898 26.124 37.542
Total 31.075 197.936 193.079 422.090
Sumber: BPS Kabupaten Kayong Utara, 2016
Lahan pertanian mempunyai peranan penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas produksi komoditi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Kayong Utara. Mengingat
sebagian besar masyarakat Kabupaten Kayong Utara bekerja pada sektor pertanian.
Menurut data statistik pada tahun 2014 lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja
4. paling banyak adalah sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan peternakan yaitu
sebesar 85,26 persen.
Berdasarkan Tabel 1.1. terlihat bahwa lahan pertanian di Kabupaten Kayong
Utara cukup luas yaitu 229.011 hektar atau 54 persen dari total luas lahan secara
keseluruhan. Hal ini tentunya menjadi peluang yang cukup baik untuk
pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Kayong Utara. Namun pada
kenyataannya lahan tersebut belum bisa dimaksimalkan penggunaannya. Hal ini
ditunjukkan dengan masih banyaknya lahan yang tidak terpakai. Berdasarkan data
statistik tahun 2015 dari total luas lahan sawah, sebanyak 10.645 hektar tidak
ditanami apapun. Luas lahan pertanian yang menghasilkan masih tergolong kecil
apabila dibandingkan dengan luas lahan yang tersedia. Data produksi komoditas
pertanian di Kabupaten Kayong Utara selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.2.
berikut:
Tabel 1.2. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Tanaman Pangan di
Kabupaten Kayong Utara Tahun 2015
Jenis Tanaman
Luas Panen
(Ha)
Rata-rata
Produksi
(Kw/Ha)
Produksi
(Ton)
1. Padi
2. Jagung
3. Ubi Kayu
4. Ubi Jalar
5. Kacang tanah
6. Kacang Kedelai
7. Kacang Hijau
19.290
20
143
52
22
5
-
25,19
25,17
152,36
72,47
9,86
10,00
-
48.595
48.306
2.179
377
22
5
-
Sumber: BPS Kabupaten Kayong Utara, 2016
Tabel 1.2. menunjukkan produktivitas tanaman pangan di Kabupaten Kayong
Utara. Rata-rata produksi tanaman pangan Kabupaten Kayong Utara lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata produksi Provinsi Kalimantan Barat sehingga perlu
dilakukan peningkatan produksi. Perbandingan rata-rata produksi tanaman pangan
Kabupaten Kayong Utara dan Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada tabel
1.3. berikut:
5. Tabel 1.3. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Tanaman Pangan
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015
Jenis Tanaman
Luas Panen
(Ha)
Rata-rata
Produksi
(Kw/Ha)
Produksi
(Ton)
1. Padi
2. Jagung
3. Ubi Kayu
4. Ubi Jalar
5. Kacang tanah
6. Kacang Kedelai
7. Kacang Hijau
433.944
31.851
10.609
1.673
841
1.647
1.462
29,40
32,57
163,49
88,84
11
16,01
7.54
1.275.707
103.742
173.448
14.863
945
2.637
1.102
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Kecamatan Seponti merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Kayong
Utara yang mempunyai luas wilayah terkecil yaitu 158,01 km2
atau hanya 3 persen
dari total luas wilayah Kabupaten Kayong Utara. Luas lahan pertanian di
Kecamatan Seponti berjumlah 11.418 hektar. Potensi pengembangan sektor
pertanian di Kecamatan Seponti cukup besar dilihat dari ketersediaan lahan
pertanian. Namun dari luas lahan yang tersedia, luas lahan pertanian yang
menghasilkan masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari data produksi komoditi
pertanian di Kecamatan Seponti yang disajikan pada tabel 1.4. berikut:
Tabel 1.4. Perkembangan Luas Panen/Produksi Tanaman Pangan di
Kecamatan Seponti
Komoditas Satuan
Tahun
2012 2013 2014 2015
Padi Luas panen (Ha) 3.603 2.977 3.317 2.536
Produksi (Ton) 10.200 8.276 9.056 6.763
Jagung Luas panen (Ha) 3 1 3 -
Produksi (Ton) 28 9 10 -
Ubi Kayu Luas panen (Ha) 22 22 18 12
Produksi (Ton) 445 464 403 305
Ubi Jalar Luas panen (Ha) 1 4 8 2
Produksi (Ton) 12 36 62 19
Kacang Tanah Luas panen (Ha) 1 3 3 4
Produksi (Ton) 1 3 3 4
Sumber: BPS Kabupaten Kayong Utara, 2016
Berdasarkan Tabel 1.4. dapat dilihat bahwa fluktuasi hasil panen komoditas
pertanian cukup beragam dari tahun 2012 sampai tahun 2015. Selain itu
6. dibandingkan dengan Kecamatan lainnya di wilayah Kabupaten Kayong Utara nilai
produksi tanaman pangan di Kecamatan Seponti bervariasi. Perbandingan produksi
tanaman pangan di Kecamatan Seponti dengan kecamatan lainnya dapat dilihat
pada tabel 1.5.
Tabel 1.5. Perbandingan Produksi Komoditas Pertanian Tanaman Pangan di
Kabupaten Kayong Utara Tahun 2015
Kecamatan Rata-rata Produksi (Kw/Ha)
Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang
Tanah
Kacang
Kedelai
Pulau Maya 18,88 34,53 237,71 60,32 - 10
Sukadana 29,60 14,43 145,27 50,27 9,90 10
Simpang Hilir 23,06 29,60 137,79 56,55 - -
Teluk Batang 28,91 15,42 108,95 154,99 - -
Seponti 26,67 - 254,22 94,25 10,45 -
Rata—rata
Kabupaten
25,19 18,54 152,36 72,47 9,86 10
Sumber: BPS Kabupaten Kayong Utara, 2016
Berdasarkan tabel 1.5. rata-rata produksi komoditas tanaman pangan
Kecamatan Seponti bervariasi. Beberapa komoditas mempunyai nilai rata-rata
produksi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata produksi Kabupaten
Kayong Utara, beberapa komoditas mempunyai nilai rata-rata lebih rendah.
Menurut pengamatan sementara peneliti, hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya faktor alam, faktor sumber daya manusia, keterbatasan modal
petani, dan infrasrutktur yang belum memadai. Faktor alam mempunyai peranan
penting dalam menentukan produktivitas, mengingat sebagian besar lahan
pertanian di Kecamatan Seponti merupakan lahan tadah hujan. Selain itu resiko
lahan tadah hujan apabila curah hujan tinggi lahan akan tergenang dan
menyebabkan banjir, sebaliknya ketika musim kemarau lahan mengalami
kekeringan. Keterbatasan modal menyebabkan petani kurang memperhatikan input
yang digunakan sehingga produksi yang dihasilkan tidak maksimal. Demikian juga
dengan infrastruktur jalan di sebagian besar wilayah Kecamatan Seponti mengalami
kerusakan saat musim hujan. Hal seperti demikian menjadi penghambat distribusi
komoditi pertanian yang dihasilkan, sehingga hampir setiap panen raya harga
komoditas ditingkat petani anjlok.
7. Subsektor tanaman pangan mempunyai peranan penting dalam pembangunan
sektor pertanian di Kecamatan Seponti. Faktor-faktor penghambat pengembangan
sektor pertanian harus disikapi dan diantisipasi dengan baik oleh pemerintah
Kabupaten Kayong Utara dan Kecamatan Seponti pada khususnya. Oleh karena itu
penting untuk dilakukan klasifikasi komoditi pertanian yang ada di Kecamatan
Seponti dan perumusan strategi pengembangannya agar potensi pertanian yang
dimiliki Kecamatan Seponti dapat dikembangkan. Setelah dilakukan klasifikasi
komoditi pertanian kemudian melakukan analisis terhadap kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman dari komoditi unggulan. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah dalam menentukan strategi pengembangan komoditi pertanian.
Setelah menentukan beberapa alternatif strategi untuk komoditi pertanian
unggulan, kemudian beberapa alternatif strategi ini dianalisis kembali untuk
mendapatkan strategi terbaik.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang perlu dikaji
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan Seponti Kabupaten
Kayong Utara ?
2. Alternatif strategi apakah yang dapat diterapkan untuk pengembangan
komoditi unggulan di Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong Utara ?
3. Strategi terbaik mana yang dapat diterapkan untuk pengembangan komoditi
unggulan di Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong Utara ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan
Seponti Kabupaten Kayong Utara
2. Untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan komoditi pertanian
unggulan yang dapat diterapkan di Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong
Utara
8. 3. Untuk merumuskan strategi terbaik pengembngan komoditi pertanian
unggulan di Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak.
2. Bagi Pemerintah Daerah, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan Pemerintah Kabupaten Kayong Utara khususnya Kecamatan
Seponti dalam mengambil keputusan terkait dengan kebijakan perencanaan
pengembangan ekonomi daerah khususnya terhadap sektor pertanian.
3. Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk menambah
wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian
selanjutnya.
9. BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Kerangka Teori
2.1.1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan perkapita penduduk meningkat secara terus-menerus dan berlangsung
dalam jangka panjang (Aliyah, 2011).
Pada hakekatnya, pembanguan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan
kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas
lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan
hubunga ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor
primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari
pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik,
disertai dengan tingkat pemerataan yang baik (BPS, 2016)
Pembangunan ekonomi juga sering diukur berdasarkan tingkat kemajuan
struktur produksi dan penyerapan sumber daya yang diupayakan secara terencana.
Biasanya, peranan sektor pertanian akan turun untuk memberi kesempatan bagi
tampilnya sektor-sektor manufaktur dan jasa-jasa yang selalu diupayakan untuk
berkembang (Todaro, 2000).
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yang mencakup
pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,
perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa
yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan
pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Setiap upaya pembangunan ekonomi
daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang
kerja masyarakat (Arsyad, 2010).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi
merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pendapatan masyarakat yang berlangsung dalam jangka panjang. Pembangunan
ekonomi dapat diukur dari tingkat pendapatan perkapita penduduk yang dapat
10. mempengaruhi taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat sehingga menyebabkan
perkembangan suatu daerah.
2.1.2. Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian diartikan sebagai proses yang ditujukan untuk selalu
menambah produk pertanian untuk tiap konsumen sekaligus mempertinggi
pendapatan dan produktivitas usaha petani dengan jalan menambah modal dan skill
untuk memperbesar campur tangan manusia di dalam perkembangbiakan tumbuhan
dan hewan. Penambahan produksi, pendapatan maupun produktivitas itu
berlangsung terus, sebab apabila tidak, berarti pembangunan terhenti (Surahman
dan Sutrisno, 1997)
Pembangunan pertanian dapat juga dikatakan sebagai pembangunan ekonomi
di sektor pertanian, karena pertanian merupakan salah satu sektor dalam kehidupan
ekonomi. Pembangunan pertanian akan menyangkut berbagai hal yang dibicarakan
dalam pembangunan ekonomi, meskipun tidak semuanya. Berbicara masalah
pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi paling tidak akan menyangkut
pertumbuhan (growth), pemerataan (equity), kesempatan kerja (employment), dan
kemiskinan (proverty) (Triwibowo Yuono dkk, 2011).
Peranan sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak dalam beberapa
hal diantaranya: (i) menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada
penduduk yang semakin meningkat, (ii) meningkatkan permintaan akan produk
industri dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan
tersier, (iii) menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang
modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian terus menerus, (iv)
meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah, dan (v)
memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan (Jhingan, M.L., D. Guritno, 2016).
Ada tiga tahap pembangunan pertanian (Arsyad, 2010). Tahap pertama adalah
pertanian tradisional yang produktivitasnya rendah. Tahap kedua adalah tahap
penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi dimana produk pertanian
sudah ada yang dijual ke sektor komersial, tetapi penggunaan modal dan teknologi
masih rendah. Tahap yang ketiga adalah tahap yang menggambarkan pertanian
modern yang produktivitasnya sangat tinggi yang disebabkan oleh penggunaan
11. modal dan teknologi yang tinggi pula. Pada tahap ini produk pertanian seluruhnya
ditujukan untuk melayani keperluan pasar komersial.
2.1.3. Komoditas Pertanian Unggulan
Menurut Badan Litbang Pertanian (2003), komoditas unggulan merupakan
komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan di suatu
wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai pertimbangan baik secara
teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan
(penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya, manusia, infrastruktur, dan
kondisi sosial budaya setempat).
Menurut Syafaat dan Supena (2000), konsep dan pengertian komoditas
unggulan dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi penawaran (supply) dan sisi
permintaan (demand). Dilihat dari sisi penawaran, komoditas unggulan merupakan
komoditas yang paling superior dalam pertumbuhannya pada kondisi bio-fisik,
teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah tertentu.
Ada beberapa cara dalam menentukkan sebuah komoditi dikatakan sebagai
suatu komoditi unggulan. Berikut ini adalah pendekatan yang dilakukan untuk
menentukan suatu komoditi dikatakan sebagai komoditi unggulan bagi suatu
daerah, yaitu (Ningsih, 2010):
a. Value added, yaitu nilai tambah cukup besar dari total outputnya, yaitu di
atas rata-rata dari nilai tambah seluruh kegiatan perekonomian regional
b. Input domestic, kandungan input domestikbesar, di atas rata-rata total dari
input domestic seluruh kegiatan ekonomi.
c. Spesialisasi Ekspor, peran suatu industry dalam ekspor netto (baik antar
propinsi dan Negara) cukup besar, diatas rata-rata
d. Investasi/output, peran suatu industry dalam pembentukan investasi cukup
besar (di atas rata-rata)
e. Penyebaran (forward linkages), indeks penyebaran besar lebih dari 1, yang
merupakan keterkaitan ke depan atau serapan terhadap output sector
industri.
12. f. Kepekaan (backward lingkages), indeks kepekaan besar lebih dari 1, yang
merupakan keterkaitan ke belakang atau kemampuan sector industry untuk
menyerap output dari beberapa usaha
g. Kontribusi terhadap perekonomian (PDRB), peran komoditas terhadap
pembentukan PDRB yang cukup tinggi di atas, rata-rata peran seluruh usaha
perekonomian daerah.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan komoditas unggulan adalah
komoditas yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap pertumbuhan wilayah
yang dapat dilihat dari laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi pertanian tersebut
terhadap pembentukan PDRB. Komoditas unggulan dalam penelitian ini dapat
dilihat berdasarkan analisis Tipologi Klassen.
2.1.4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
pertumbuhan ekonomi suatu negara/ wilayah/ daerah. Pertumbuhan tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya infrastruktur ekonomi. PDRB adalah
jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah
tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi. Perhitungan PDRB dilakukan dalam dua cara yaitu: (i)
PDRB atas dasar harga berlaku, menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun yang digunakan untuk
melihat pergeseran struktur ekonomi dan (ii) PDRB atas dasar harga konstan
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
satu tahun tertentu sebagai tahun dasar perhitungannya yang digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Dengan demikian PDRB
merupakan indikator untuk mengatur sampai sejauh mana keberhasilan pemerintah
dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada dan dapat digunakan sebagai
perencanaan dan pengambilan keputusan (Aliyah, 2011).
Menurut Badan Pusat Statistik (2016), Produk domestik Regional Bruto
(PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang dihasilkan di
wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi
dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang
13. dimiliki residen atau non-residen. Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3
(tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi , pengeluaran, dan pendapatan yang
disajikan atasa dasar harga berlaku dan harga konstan (riil). PDRB atas dasar harga
berlaku atau dikenal denga PDRB nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku
pada periode perhitungan, dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian.
Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (riil) disusun berdasarkan harga pada
tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.
2.1.5. Strategi
Pengertian strategi dikemukakan oleh beberapa ahli. Strategi merupakan tujuan
jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua
sumberdaya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. Konsep strategi dibagi
menjadi 2, yaitu Distinctive Competence dan Competitive Advantage. Distinctive
Competence merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat
melakukan kegiatan lebih baik daripada pesaingnya, sedangkan Competitive
Advantage adalah kegiatan spesifik yang dikembangkan perusahaan agar lebih
unggul dibandingkan dengan pesaingnya (Rangkuti, 2016).
Umar (2008) juga mendefinisikan strategi merupakan tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan
sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan di masa depan. Strategi
hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang
terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola
konsumen memerlukan kompetensi inti (core competence). Perusahaan perlu
mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi
merupakan rencana jangka panjang yang disusun untuk mencapai tujuan dengan
memanfaatkan sumberdaya yang ada. Pada lingkungan perusahaan, perumusan
strategi juga merupakan bagian dari persiapan yang dilakukan oleh perusahaan
untuk menghadapi perkembangan pasar yang terjadi dan juga sebagai proyeksi
pengembangan usaha yang dijalankan. Setelah mengetahui pengertian strategi,
maka dibutuhkan juga pemahaman mengenai manajemen strategi
14. 1. Konsep Manajemen Strategi
Menurut David (2009) mendefinisikan bahwa manajemen strategi merupakan
seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta
mengevaluasi keputusan-keputusan lintasfungsional yang memampukan sebuah
organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategi berfokus pada usaha untuk
mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi,
penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen untuk mencapai
keberhasilan organisasional. Manajemen strategi bertujuan untuk mengeksploitasi
dan menciptakan berbagai peluang baru. Manajemen strategi dapat dilakukan
perusahaan dalam hal merumuskan strategi, mengimplementasikan strategi, dan
mengevaluasi hasil dari strategi yang telah dilakukan. Manajemen strategi sangat
perlu dilakukan agar tahap-tahap dari kegiatan untuk mengembangkan suatu
perusahaan dapat berjalan sesuai dengan strategi yang telah diproyeksikan.
Manajemen strategi juga bermanfaat untuk membantu organisasi merumuskan
strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan pendekatan terhadap pilihan
strategi yang lebih sistematis, logis, dan rasional.
2. Proses Manajemen Strategi
David (2009) menyatakan bahwa proses manajemen strategi dibagi menjadi 3
tahap, yakni perumusan strategi, penerapan strategi, dan penilaian strategi. Berikut
ini dijelaskan masing-masing tahapan dalam proses manajemen strategi:
i). Perumusan Strategi
Perumusan strategi mencakup pada pengembangan visi dan misi,
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan
kekuatan dan kelemahan akan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian
strategi-strategi alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan.
Setiap perusahaan memiliki sumberdaya yang terbatas, oleh karena itu strategi yang
dirumuskan dan diprioritaskan adalah alternatif strategi yang paling
menguntungkan perusahaan. Strategi yang ditetapkan juga sangat menentukan
keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang.
15. ii). Penerapan Strategi
Penerapan strategi mencakup pengembangan budaya yang suportif pada
strategi, penciptaan struktur organisasional yang efektif, pengerahan ulang upaya-
upaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan serta pemanfaatan sistem
informasi, dan pengaitan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi.
Penerapan strategi juga mengharuskan perusahaan untuk menetapkan tujuan
tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan
sumberdaya, sehingga strategi-strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan.
iii). Penilaian Strategi
Penilaian strategi merupakan tahap akhir dari proses manajemen strategi.
Penilaian strategi diperlukan karena keberhasilan saat ini belum tentu menjadi
keberhasilan kembali pada masa yang akan datang. Penilaian yang mendasar terdiri
dari 3 aktivitas yakni: a) Peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang
menjadi landasan strategi yang dirumuskan. b) Pengukuran kinerja. c) Pengambilan
langkah korektif.
2.1.6. Tipologi Klassen
Menurut Bank Indonesia (2008), Alat analisis Tipologi Klassen digunakan
untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi
masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah menjadi
daerah menjadi dua indikator utama yaitu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pendapatan per kapita sebagai
sumbu horisontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi,
yaitu daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income) daerah
maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high
income but low income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income).
Menurut Widodo (2006) Tipologi Klassen dapat digunakan untuk mengetahui
gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral daerah. Analisis ini
mendasarkan pengelompokkan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan
kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB daerah. Dengan menggunakan
analisis Tipologi Klassen suatu sektor dapat dikelompokkan menjadi empat
16. kategori, yaitu: (i) sektor prima, (ii) sektor potensial, (iii) sektor berkembang dan
(iv) sektor terbelakang.
(i) Sektor prima merupakan sektor yang memiliki laju pertumbuhan cepat
terhadap PDRB daerah dan konstribusi yang besar terhadap PDRB
daerah,
(ii) sektor potensial yaitu sektor yang memiliki laju pertumbuhan lambat
terhadap PDRB daerah konstribusi yang besar terhadap PDRB daerah,
(iii) sektor berkembang yaitu sektor yang memiliki laju pertumbuhan cepat
terhadap PDRB daerah dan kontribusi yang kecil terhadap PDRB
daerah,
(iv) sektor terbelakang adalah sektor yang memiliki laju pertumbuhan
lambat terhadap PDRB daerah dan kontribusi yang kecil terhadap
PDRB daerah.
2.1.7. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan Peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threath).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana
strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti,
2016).
SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),
Opportunities (peluang), dan Threaths (ancaman). Analisis SWOT
membandingkan antara faktor internal yaitu Strengths (kekuatan) dan Weaknesses
(kelemahan), dengan faktor eksternal yaitu Opportunities (peluang) dan Threaths
(ancaman). Perumusan alternatif strategi dengan analisis SWOT menggunakan
matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
ada. Matriks SWOT menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi yaitu:
17. i). Strategi SO adalah strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
ii). Strategi WO yaitu strategi yang dibuat dengan meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang
iii). Strategi ST adalah strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
iv). Strategi WT yaitu strategi yang dibuat dengan meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman.
2.1.8. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
QSPM adalah alat analisis yang memungkinkan para penyusun strategi
mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor
keberhasilan eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya (David, 2009)
Matriks Quantitative Strategic Planning (QSPM) merupakan alat analisis yang
direkomendasikan para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi
alternatif secara objektif berdasarkan key succes factors internal-eksternal yang
telah diidentifikasi sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan QSPM adalah untuk
menetapkan strategi mana yang paling baik untuk diimplementasikan. QSPM dapat
membantu penyusun strategi untuk memasukkan faktor-faktor eksternal dan
internal yang relevan dalam proses keputusan. Pengembangan QSPM dapat
memperkecil kemungkinan faktor-faktor utama akan terlewat atau diberi bobot
secara berlebihan. QSPM sangat mengutamakan berbagai hubungan yang dapat
mempengaruhi keputusan strategi. Sehingga pengambilan keputusan strategi
berdasarkan pengembangan dari QSPM sangat berguna bagi perusahaan karena
telah mempertimbangkan strategi berdasarkan internal dan eksternal perusahaan
(Damayanti, 2013).
18. 2.1.9. Penelitian Terdahulu
No
Penelitian dan
tahun
penelitian
Judul Alat analisis Hasil
1 Agustianita
Damayanti
(2013)
Strategi
Pengembangan Usaha
Ugadi pada Kelompok
Tani Mina Bakti Desa
Pasir Doton, Kec.
Cidahu, Kab.
Sukabumi
Metode
analisis yang
digunakan
adalah
Analisis EFE,
IFE, SWOT,
dan QSPM
Hasil penelitian menunjukkan skor bobot
total matriks IFE (Internal Factor
Evaluation) sebesar 3.218 dan matriks
EFE (External Factor Evaluation) sebesar
2.652. yang menunjukkan bahwa
Kelompok Tani Mina Bakti berada pada
posisi tumbuh dan membangun. Strategi
yang diprioritaskan untuk diterapkan oleh
Kelompok Tani Mina bakti adalah
memperluas lahan untuk ugadi pada lahan
persawahan milik anggota dan
bekerjasama dengan ketua kelompok
untuk pengadaan modal benih dan pakan
udang galah dengan TAS (Total
Attractiveness Score) tertinggi yakni
sebesar 5.824.
2 Wiwit Rahayu
(2011)
Strategi
Pengembangan
Komoditas Pertanian
Unggulan di
Kecamatan Kalitidu
Kabupaten
Bojonegoro
Metode
analisis yang
digunakan
adalah
Tipologi
Klassen, dan
Analisis
SWOT
Hasil penelitian menunjukkan
berdasarkan analisis tipologi klassen
komoditas unggulan di Kecamatan
Kalitidu Kabupaten Bojonegoro adalah
komoditas jagung. Strategi
pengembangan yang dihasilkan
berdasarkan Analisis SWOT adalah
pemanfaatan secara optimal dukungan
pemerintah, perluasan daerah pemasaran
jagung, pengoptimalan manajemen
usahatani jagung, antisipasi persaingan
pasar produk tortila, penggunaan benih
jagung yang berkualitas, pengoptimalan
penggunaan teknologi informasi untuk
mendukung pemasaran jagung,
pengoptimalan upaya antisipasi banjir,
perbaikan tata niaga sarana produksi
jagung
3 Dini Kurnia
Wardhani
(2011)
Strategi
Pengembangan
Komoditi Pertanian di
Kecamatan Baureno
Kabupaten
Bojonegoro
(Pendekatan Tipologi
Analisis
Tipologi
Klassen,
SWOT, dan
QSPM
Hasil penelitian menunjukkan klasifikasi
komoditi pertanian berdasarkan analisis
Tipologi Klassen terdiri dari empat
klasifikasi komoditi tersebut kemudian
ditentukan strategi masing-masing
komoditi. Strategi terbaik yang dihasilkan
yaitu: untuk komoditi pisang adalah
melakukan peningkatan manajemen
19. Klassen, SWOT,
QSPM
(Quantitative
Strategic Planning
Matrix))
usahatani dan agroindustri berbahan baku
pisang, untuk komoditas padi adalah
penggunaan varietas padi yang tahan
genangan air, untuk komoditas jagung
adalah pengoptimalan manajemen
usahatani jagung, dan untuk komoditas
sapi adalah pengantisipasian persaingan
dengan sapi impor melalui peningkatan
kualitas ternak sapi.
4 Rahmalia
Ratna Lestari
(2010)
Strategi
Pengembangan
Komoditas
Perkebunan di
Kabupaten Musi
Rawas Provinsi
Sumatera Selatan
(Pendekatan Tipologi
Klassen)
Metode
analisis yang
digunakan
adalah
analisis
Tipologi
Klassen
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
klasifikasi komoditas perkebunan di
Kabupaten Musi Rawas berdasarkan
pendekatan Tipologi Klassen yang
termasuk komoditas prima adalah kelapa
sawit; komoditas potensial adalah karet;
komoditas berkembang terdiri dari kopi,
kelapa, pinang, aren, tebu, kakao, kemiri;
komoditas terbelakang adalah kayu
manis. Strategi Pengembangan yang
diterapkan dalam penelitian ini terbagi
menjadi strategi jangka pendek, strategi
jangka menengah, dan strategi jangka
panjang untuk masing-masing komoditi
berdasarkan analisis Tipologi Klassen.
5 Yenni Dudia
(Damayanti,
strategi
Pengembangan
Usaha Ugadi
pada Kelompok
Tani Minabakti
Desa Pasir
Doton Kec.
Cidahu, Kab.
Sukabumi ,
2013)gunoviani
(2009)
Analisis Strategi
Pengembangan
Usahatani Beras
Organik Kelompok
Tani Cibeureum
Jempol (Studi Kasus:
Kelurahan
Mulyaharja,
Kecamatan Bogor
Selatan, Kota Bogor)
Analisis yang
digunakan
yaitu EFE,
IFE, SWOT
dan QSPM.
Hasil analisis terhadap factor-faktor
strategis internal dan eksternal digunakan
matriks SWOT sehingga diperoleh
alternatif startegi. Berdasarkan hasil
matriks QSPM diperoleh bahwa strategi
memperluas jaringan pasar dengan nilai
TAS sebesar 7,377 sebagai strategi
prioritas. Ini berarti kelompok tani ini
harus lebih agresif lagi melihat pasar yang
tersedia sehingga produk yang dihasilkan
dapat masuk dan berkembang pada pasar
tersebut.
20. 2.2. Kerangka Konsep
Pembanguanan ekonomi dapat dilakukan melalui beberapa sektor. Salah satu
sektor yang memiliki peran dalam pembangunan ekonomi adalah sektor pertanian.
Selain menyerap tenaga kerja terbanyak sektor pertanian beserta subsektor
pendukungnya memberikan konstribusi yang cukup besar terhadap nilai
pendapatan masyarakat. Namun sektor pertanian tidak dapat tumbuh dengan baik
tanpa peran aktif pemerintah pusat sampai ke tingkat pemerintah daerah. Program
pembangunan pertanian menjadi sangat penting jika ingin sektor pertanian tetap
tumbuh dan berkembang sehingga akan meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat Indonesia yang sebagian besar menggantungkan
hidupnya dari sektor pertanian.
Pemerintah daerah dapat menggunakan momentum pembangunan daerah yang
telah diatur dalam kebijakan otonomi daerah untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki sesuai dengan daerahnya masing-masing. Adanya kebijakan otonomi
daerah memberikan kewenangan yang lebih besar terhadap pembangunan daerah
Kecamatan Seponti sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Kayong Utara.
Pembangunan daerah Kecamatan Seponti didorong oleh sektor pertanian dan non
pertanian dimana masing-masing pembangunan sektor tersebut memberikan
kontribusi dan peranan yang berbeda bagi pendapatan daerah dan kesejahteraan
masyarakat. Sektor pertanian terdiri dari 5 (lima) subsektor yaitu subsektor tanaman
pangan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, perikanan dan kehutanan.
Sektor non pertanian terdiri dari 3 (tiga) sektor yaitu sektor perdagangan, sektor
industri dan sumberdaya mineral, serta serktor transportasi dan komunikasi.
Dari beberapa sektor yang ada di Kecamatan Seponti, didalam penelitian ini
difokuskan pada sektor pertanian yaitu subsektor tanaman pangan yang mempunyai
keunggulan. Dalam rangka membangun perekonomian daerah melalui sektor
pertanian, maka pemerintah daerah harus menentukan komoditi-komoditi yang
perlu dikembangkan. Komoditi yang memiliki keunggulan dan prospek yang baik
harus dikembangkan sehingga diharapkan dapat mendorong komoditi-komoditi
lain untuk berkembang. Kecamatan Seponti diharapkan mampu menetapkan
21. strategi pembangunan bagi daerahnya sesuai dengan potensi sumberdaya yang
dimilikinya dengan tetap mengacu kepada kebijakan pemerintah pusat.
Analisis pendekatan Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui klasifikasi
komoditi pertanian di Kecamatan Seponti, yang mendasarkan pengelompokkan
suatu komoditi dengan indikator laju pertumbuhan dan kontribusinya terhadap
PDRB Kabupaten Kayong Utara. Pada teknik pendekatan Tipologi Klassen,
komoditi pertanian dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu; i)
komoditi prima, ii) komoditi Potensial, iii) komoditi berkembang, dan iv) komoditi
terbelakang.
i) komoditi prima merupakan komoditi yang memiliki laju pertumbuhan
cepat terhadap PDRB Kecamatan Seponti dan konstribusi yang besar
terhadap PDRB Kecamatan Seponti,
ii) komoditi potensial yaitu komoditi yang memiliki laju pertumbuhan
lambat terhadap PDRB Kecamatan Seponti dan konstribusi yang besar
terhadap PDRB Kecamatan Seponti,
iii) komoditi berkembang yaitu komoditi yang memiliki laju pertumbuhan
cepat terhadap PDRB Kecamatan Seponti dan kontribusi yang kecil
terhadap PDRB Kecamatan Seponti,
iv) komoditi terbelakang adalah komoditi yang memiliki laju pertumbuhan
lambat terhadap PDRB Kecamatan Seponti dan kontribusi yang kecil
terhadap PDRB Kecamatan Seponti,
v) laju pertumbuhan komoditi pertanian merupakan proses perubahan
tingkat kegiatan ekonomi pada komoditi pertanian yang terjadi dari
tahun ke tahun. Dalam penelitian ini yang dimaksud laju pertumbuhan
komoditi pertanian adalah selisih antara nilai produksi komoditi i pada
tahun t dengan nilai produksi pada tahun sebelumnya (tahunt-1) dibagi
dengan nilai produksi komoditi i tahun sebelumnya (tahunt-1) kemudian
dikalikan 100%. Untuk mengetahui cepat lambatnya laju pertumbuhan
komoditi maka ditentukan dengan kriteria:
22. Tumbuh cepat : apabila laju pertumbuhan komoditi pertanian i
memiliki nilai lebih besar daripada laju
pertumbuhan PDRB Kecamatan Seponti
Tumbuh Lambat : apabila laju pertumbuhan komoditi pertanian i
memiliki nilai lebih kecil daripada laju
pertumbuhan PDRB Kecamatan Seponti
vi) Kontribusi adalah besarnya sumbangan dari suatu kegiatan ekonomi.
Dalam penelitian ini kontribusi komoditi pertanian ditunjukkan dengan
perbandingan antara nilai produksi komoditi pertanian i dengan rata-
rata total nilai produksi komoditi pertanian kemudian dikalikan 100%.
Adapun kriteria besar kecilnya kontribusi komoditi pertanian adalah
sebagai berikut:
Kontibusi besar : apabila kontribusi komoditi pertanian i lebih besar
daripada kontribusi PDRB Kecamatan Seponti
Kontibusi kecil : apabila kontribusi komoditi pertanian i lebih kecil
daripada kontribusi PDRB Kecamatan Seponti
Konstribusi PDRB adalah kontribusi PDRB Kecamatan Seponti
terhadap PDRB Kabupaten Kayong Utara.
Berdasarkan hasil klasifikasi komoditi pertanian dengan analisis Tipologi
Klassen, tahap selanjutnya adalah menentukan faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi
dengan melakukan wawancara dan kuisioner terhadap semua stakeholder yang
berperan terhadap perkembangan sektor pertanian seperti petani, ketua kelompok
tani, Kepala Desa, Camat, Dinas Pertanian, Badan Pengembangan Daerah
(BAPPEDA), dan Pegawai Penyuluh Lapangan (PPL)
Setelah didapatkan faktor internal dan faktor eksternal yang berpengaruh,
kedua faktor ini kemudian dianalisis kembali untuk memperoleh alternatif strategi.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis SWOT. Beberapa alternatif strategi
yang dihasilkan oleh analisis SWOT kemudian dilakukan analisis lanjutan untuk
menentukan strategi terbaik dengan menggunakan analisis QSPM (Quantitative
Strategi Planning Matrix).
23. Gambar alur kerangka pemikiran dalam Strategi Pengembangan Komoditi
Pertanian Unggulan di Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong Utara dapat dilihat
pada gambar 1
Gambar 1: Alur Kerangka Pemikiran Dalam Penentuan Strategi
Pengembangan Komoditas Unggulan di Kecamatan Seponti
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan Daerah Kecamatan Seponti
Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian
Komoditi Pertanian Tanaman Pangan
Klasifikasi Komoditi Pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan Seponti
dengan Analisis Tipologi Klassen
Komoditi Prima Komoditi Potensial Komoditi
Berkembang
Komoditi
Terbelakang
Wawancara dan Kuisioner
Analisis SWOT
QSPM
Strategi Terbaik Pengembangan Komoditi Pertanian Unggulan
Komoditi Unggulan
24. BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian dan Penentuan Lokasi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Metode penelitian deskriptif kalitatif menggambarkan kondisi yang ada
di lapangan. Menurut (Mardalis, 1999) metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk
mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang
sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif ini
bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang ada.
Sedangkan menurut Hasan, (2002) Metode deskriptif merupakan salah satu dari
jenis jenis metode penelitian. Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk
mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,
mengindetifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang
berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi dan menetukan apa yang dilakukan
orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman
mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
Lokasi penelitian ini terletak di Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara,
Provinsi Kalimantan Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Seponti mempunyai luas
wilayah terkecil di Kabupaten Kayong Utara yang masih dalam tahap
pembangunan serta mayoritas matapencaharian penduduknya di sektor petanian.
3.2. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel merupakan semua orang, dokumen, dan peristiwa-peristiwa atau suatu
keadaan budaya serta agama yang ditetapkan oleh peneliti untuk diobservasi,
diteliti, diwawancarai sebagai sumber informasi yang dianggap ada hubungannya
dengan masalah penelitian (Komariah, 2009). Metode sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yang tergolong dalam teknik
Nonprobability Sampling yakni memilih sampel berdasarkan pertimbangan dan
25. tujuan tertentu. Jumlah responden dipilih berdasarkan tingkat pengaruhnya
terhadap pengembangan sektor pertanian subsektor tanaman pangan yang mewakili
seluruh stakehoder. Stakeholder yang akan dijadikan sampel terdiri dari petani,
ketua kelompok tani dan gapoktan, kepala bagian Pertanian dan Peternakan, kepala
BAPPEDA, penyuluh pertanian, kepala desa, pedagang dan pengusaha komoditi
pertanian.
3.3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti
dari para responden dan bukan berasal dari pengumpulan data sebelumnya. Dalam
penelitian ini pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara
dan kuisioner terhadap stakeholder yang berkompeten, serta melakukan observasi
secara langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang sudah
tersedia dan dapat digunakan. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari
studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, seperti jurnal, skripsi,
artikel ilmiah, data Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian dan Peternakan,
kantor Kecamatan Seponti, perpustakaan, internet dan sumber data lain yang
berhubungan dengan topik penelitian.
3.5. Analisis Data
Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga
karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan
bermanfaat untuk menjawab masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian
(Muhidin dan Maman, 2007).
3.5.1. Analisis Klasifikasi Komoditi Pertanian di Kecamatan Seponti
Penentuan klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan Seponti dilakukan
dengan menggunakan pendekatan Tipologi Klassen. Analisis Tipologi Klassen
membagi komoditi pertanian berdasarkan dua indikator utama yaitu laju
pertumbuhan dan konstribusi komoditi pertanian terhadap PDRB.
26. Langkah-langkah menentukan klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan
Seponti dengan analisis Tipologi Klassen dilakukan dengan cara:
a. Membandingkan laju pertumbuhan komoditi pertanian dengan laju
pertumbuhan PDRB di Kecamatan Seponti
b. Membandingkan besarnya kontribusi komoditi pertanian di Kecamatan
Seponti dengan kontribusi PDRB Kecamatan Seponti
Klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan Seponti disajikan dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1. Matriks Tipologi Klassen Komoditi Pertanian
Rata-rata kontribusi
Sektoral
Rerata Laju
Pertumbuhan Sektoral
Kontribusi Besar
Kontribusi Komoditas
Pertanian i >
Kontribusi PDRB
Kontribusi Kecil
Kontribusi Komoditas
Pertanian i < Kontribusi
PDRB
Tumbuh Cepat
(r komoditas i > r PDRB)
Komoditas Prima Komoditas Berkembang
Tumbuh Lambat
(r komoditas i < r PDRB)
Komoditas Potensial Komoditas Terbelakang
Sumber: Widodo, 2006
Keterangan:
r komoditas i : Laju pertumbuhan komoditas i
r PDRB : Laju pertumbuhan PDRB Kecamatan Seponti
Laju pertumbuhan komoditas pertanian dihitung dari perubahan nilai produksi
komoditas pertanian i dibandingkan dengan nilai produksi komoditas pertanian i
pada tahun sebelumnya kali 100%. Kontribusi komoditas pertanian dihitung dengan
membandingkan nilai produksi komoditas pertanian i dengan rata-rata total nilai
produksi komoditas pertanian dikalikan 100%. Sedangkan kontribusi PDRB adalah
kontribusi PDRB Kecamatan Seponti terhadap PDRB Kabupaten Kayong Utara.
Nilai produksi komoditas dan PDRB yang dianalisis adalah data tahun 2015-2016.
3.5.2. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Pertanian Unggulan
di Kecamatan Seponti
Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen selanjutnya ditentukan altelnatif
strategi untuk komoditas prima yang selanjutnya dijadikan komoditas unggulan
menggunakan analisis SWOT. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas
27. bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matrik SWOT disajikan pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2. Matriks SWOT
STRENGTHS (S)
Tentukan 5-10 faktor-
faktor kekuatan internal
WEAKNESSES (W)
Tentukan 5-10
kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O)
Tentukan 5-10 faktor
peluang eksternal
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
THREATHS (T)
Tentukan 5-10 faktor
ancaman eksternal
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti, 2016
3.5.3. Penentuan Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian Unggulan
Terbaik
Penentuan strategi terbaik dalam pengembangan komoditi pertanian unggulan
di Kecamatan Seponti menggunakan analisis Matriks QSPM. Matriks QSPM
adalah alat analisis yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi
berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan
eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya. Langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam analisis QSPM adalah (David, 2009):
a. Buatlah daftar berbagai peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan
internal utama yang sesuai dengan tahap pencocokan.
b. Berilah bobot pada setiap faktor eksternal dan internal utama tersebut. Bobot
yang diberikan ini nilainya sama dengan bobot matriks IFE dan EFE.
28. c. Cermati dan identifikasi berbagai strategi alternatif yang dapat
dipertimbangkan oleh perusahaan.
d. Tentukanlah Skor Daya Tarik atau Attractiveness Scores (AS) yang berguna
untuk menunjukkan daya tarik relatif suatu strategi dengan strategi lainnya
berdasarkan pertimbangan tertentu. Kisaran Skor Daya Tarik adalah mulai
dari 1 hingga 4. Nilai 1 = tidak memiliki daya tarik, 2 = daya tariknya rendah,
3 = daya tariknya sedang, dan 4 = daya tariknya tinggi.
e. Hitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Scores–TAS), dengan cara
mengalikan bobot dengan nilai daya tarik (AS).
f. Hitung jumlah total nilai daya tarik (TAS). Alternatif strategi yang memiliki
nilai total terbesar merupakan strategi yang diprioritaskan
Matriks QSPM disajikan dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Matriks QSPM
Faktor-faktor utama Bobot
Alternatif strategi
Strategi I Strategi II Strategi III
AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
a. ........
b. ........
Kelemahan
a. .........
b. .........
Peluang
a. .........
b. .........
Ancaman
a. .........
b. .........
Sumber: David, 2009
Keterangan:
AS : Attractiveness Score (Skor Daya Tarik)
TAS : Total Attractiveness Score (Total Skor Daya Tarik)
29. DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhidin dan Abdurahman Maman. (2007). Analisis Korelasi Regresi dan Jalur dalam
Penelitian. Bandung: Pustaka Satia.
Aliyah, N. (2011). Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian di Daerah Rawan Banjir di
Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro. Surakarta: Skripsi.
Arsyad, L. (2010). Ekonomi Pembanguan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi YKPN.
BPS. (2017). Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Damayanti, A. (2013). STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA UGADI PADA KELOMPOK TANI
MINA BAKTI DESA PASIR DOTON, KEC. CIDAHU, KAB. SUKABUMI . Bogor: skripsi.
Damayanti, A. (2013). strategi Pengembangan Usaha Ugadi pada Kelompok Tani
Minabakti Desa Pasir Doton Kec. Cidahu, Kab. Sukabumi . Bogor: IPB.
David, F. (2009). Manajemen Strategik.
Hasan, M. I. (2002). Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Jhingan, M.L., D. Guritno. (2016). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Kabupaten Kayong Utara dalam Angka. (2016). Sukadana: Badan Pusat Statistik.
Komariah, D. S. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Mardalis. (1999). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.
Ningsih, E. S. (2010). Analisis Komoditi Unggulan Kabupaten Sukoharjo Sebelum dan
Selama Otonomi Daerah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Rangkuti, F. (2016). Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sudaryanto, Wayan Raharjo, Amiruddin dan Mewa. (2002). Pendekatan Pembangunan
dan Kebijaksanaan Pengembangan Agribisnis. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Surahman dan Sutrisno. (1997). Pembangunan Pertanian. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Suryana. (2000). Ekonomi Pembangunan, Problematika dan Pendekatan. Jakarta:
Salemba Empat.
Todaro, M. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
30. Triwibowo Yuono, Sri Widodo, Dwidjono Hadi Darwanto, Masyhuri, Didik Indradewa,
Susamto Somowiyarjo, Sunarru Samsi Hariadi. (2011). Pembangunan Pertanian:
Membangun Kedaulatan Pangan. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
(2004). Jakarta.
Widodo, T. (2006). Perencanaan Pembangunan : Aplikasi Komputer (Era Otonomi
Daerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.