SlideShare a Scribd company logo
NusdiantoTriakoso
triakoso.wordpress.com
Zoonosis
• Zoonosis, infeksi yang dapat ditularkan di
bawah kondisi alamiah antara hewan
vertebrata dan manusia
• Zooanthroponosis, penyakit yang umum
terjadi pada manusia, menular pada
hewan
• Anthropozoonosis, penyakit yang umum
terjadi pada hewan, menular pada
manusia
Virus
• Rabies
• Avian Influenza
• Swine Flu
• Japanese
Encephalitis
• Cow pox
Bakteri-Fungi
• Anthrax
• Leptospirosis
• Brucellosis
• Tuberkulosis
• Botulismus
• Dermatofitosis
Parasit
• Toksoplamosis
• Trypanosomiasis
• Taeniasis-
Sistiserkosis
• Skistosomiasis
Penyakit Zoonosis
Pada Ternak
Rabies
• Sinonim: Hidrofobia, Rage
• Kausa: virus rabies (Rhabdoviridae)
• Penyakit infeksi yang menyerang sistem syaraf
pusat dan bersifat fatal. Virus dapat menginfeksi
semua hewan berdarah panas
• Penyakit ini terdapat di semua benua kecuali
Australia dan Antartika.
• Reservoir: kucing liar, sigung, serigala,
kelelawar, musang
Rabies
• Penularan: gigitan hewan karnivora (anjing,
kucing, kelelawar, kalong, anjing hutan) atau
penderita yang lain
• Di Indonesia penyakit ini diketahui masih terjadi
di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi
Tenggara dan Nusa Tenggara
– Tahun 2002, Jawa Barat dinyatakan positif rabies
pada anjing liar
– Tahun 2009, Bali didiagnosa positif rabies pada
anjing liar dan terjadi wabah
– Tahun 2014, Kalimantan Barat dinyatakan wabah
rabies
Rabies
• Hewan
– Masa inkubasi: 10 hari - >1 tahun atau lebih, tergantung
lokasi gigitan. Semakin dekat gigitan dengan otak, semakin
cepat gejala muncul
– Gejala bervariasi (prodromal, eksitasi, paralisis)
– Perubahan perilaku hewan. Hewan menjadi gelisah, agresif,
tidak kenali pemilik atau hewan lain dan menggigit apa saja.
– Kemudian hewan masuk pada tahap tipe dungu dan
paralisis
– Paralisis esofagus, tidak bisa menelan, hipersalivasi,
paralisis anggota gerak. Paralisis otot-otot pernafasan,
menyebakan kesulitan bernafas dan menyebabkan
kematian
Rabies
• Manusia
– Demam
– Perubahan tingkah laku, cemas, sulit tidur, sakit
kepala, gelisah
– Kontraksi spasmodik dari otot yang membengkak
– Selanjutnya kejang dan diikuti paralisis dan kematian
– Umumnya terjadi kematian pada penderita
Rabies
• Terapi, pengendalian dan pencegahan pada
hewan
– Tidak ada terapi spesifik
– Anjing dan hewan lain diobservasi selama 14 hari.
Bila menunjukkan gejala, ambil sampel otak untuk
pemeriksaan FAT, Negri bodies, Isolasi virus
– Pencegahan melalui vaksinasi
Rabies
• Terapi pada manusia
– Tidak ada obat yang efektif pada penyakit ini, selain
vaksinasi sebagai tindakan pencegahan
– Vaksinasi pada orang-orang yang berisiko
– Pengobatan, bersihkan luka gigitan dengan
sabun/desinfeksi. Pemberian SAR, VAR
Avian Influenza
• Sinonim: Avian flu, Flu burung
• Kausa: Virus influenza H5N1, H9N9
• Penularan: kontak langsung dengan hewan mati
atau penderita AI, tidak langsung melalui
barang/alat, lingkungan terkontaminasi
• Wabah AI pada unggas tahun 2003, dan meluas
ke berbagai daerah di Indonesia
• Indonesia terjadi 99 kasus dengan 77 kematian
pada manusia
Avian Influenza
• Hewan
– Masa inkubasi bervariasi, 2 minggu
– Demam, lesu, anoreksia. Diare cair kehijauan hingga
berubah putih
– Jengger dan pial bengkak dan kehitaman. Perdarahan
di bawah kulit dada dan kaki. Bengkak pada sekitar
mata dan leher
– Beberapa menunjukkan gejala syaraf, tortikolis, paralisis
– Produksi telur berkurang bahkan berhenti bertelur
– Ditemukan juga kasus pada anjing, kucing, kuda dan
babi dengan gejala demam, batuk, sesak nafas, mati
Avian Influenza
• Manusia
– Demam tinggi, konjungtivitis
– Batuk, bersin, sakit tenggorokan, nyeri otot, nafas
dangkal, sesak nafas
– Muntah, diare, nyeri perut
– Kadang disertai gejala syaraf, gangguan perilaku,
kejang
– Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat
sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian
medis
Avian Influenza
• Terapi, pengendalian dan pencegahan pada
hewan
– Tidak ada terapi spesifik. Terapi menggunakan
antiviral tidak disarankan
– Pencegahan melalui vaksinasi
Avian Influenza
• Terapi pada manusia
– Amantadine, Laninamivir, Peramivir, Oseltamifir,
Arbidol, Zanamivir
– Pencegahan melalui vaksinasi
Swine flu
• Sinonim: flu babi, pig flu, hog flu
• Kausa: virus Influenza H1N1, H1N2, H3N1, H3N2, H2N3
• Asal: 1976, tentara Amerika meninggal di Fort Dix
• Tahun 2009, wabah pandemi flu babi
• Penularan: kontak langsung, bahan/alat terkontaminasi
• India: 26.000 positif, 1.500 meninggal akibat Flu babi,
sejak Desember 2014
• Indonesia: 86 kasus positif, sejak Juli 2009
Swine flu
• Hewan
– Demam, depresi, anoreksia
– Batuk, leleran hidung, bersin, sesak nafas
– Mata kemerahan, leleran mata
– Beberapa yang lain tanpa gejala
– Babi dewasa: morbiditas tinggi, mortalitas rendah
– Babi anakan: mortalitas tinggi
Swine flu
• Manusia
– Demam, batuk, pilek, rasa sakit tenggorokan, sakit
kepala, lemah lesu
– Beberapa penderita disertai diare dan muntah
– Disorientasi, nyeri otot, kekakuan dan nyeri sendi,
dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada
kematian
Swine flu
• Hewan
– Tidak ada terapi spesifik
– Terapi suprotif
– Pencegahan melalui vaksinasi
Swine flu
• Manusia
– Tidak terapi spesifik
– Terapi suportif
– Pencegahan melalui vaksinasi
Encephalitis Jepang
• Sinonim: Encephalitis B Jepang, Japanese encephalitis
• Kausa: virus Japanese encephalitis
• Penularan: gigitan nyamuk Culex tritaeniorynchuhs
• Reservoir: burung liar (hospes alami), babi, kuda, sapi
• Penyakit ini tersebar luas di Asia bagian Timur
• Indonesia, pertama kali 1960. Bali 163 kasus (2001-2004)
• Hingga 2008 telah tersebar di Sumatra Barat, Kalimantan
Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggra Timur dan Papua
Encephalitis Jepang
• Hewan
– Masa inkubasi tidak diketahui. Riset: kuda 4-14 hari,
babi 24 jam
– Babi adalah reservoir penting
– Babi dara dan indukan tidak menunjukkan gejala
– Babi jantan, scrotum bengkak, infertilitas
– Gejala encephalitis tampak pada saat-saat tertentu
– Angka kematian neonatus 50-70%
– Kuda, keledai, timbul gejala neurologis
– Sapi, domba, kambing, anjing, kucing, mamalia liar,
reptil, amphibi, dan burung, umumnya tanpa gejala
Encephalitis Jepang
• Manusia
– Masa inkubasi, 4-15 hari
– Demam tinggi, disertai sakit kepala, muntah dan
kelemahan
– Beberapa hari berkembang menjadi encephalitis,
disertai gejala neurologis, kelumpuhan spatik dan
koma
– Kejang seringkali pada anak-anak
– Kerusakan syaraf menetap, bagi yang dapat hidup
– Angka kematian 20-50%
Encephalitis Jepang
• Terapi, pengendalian dan pencegahan pada
hewan
– Tidak ada terapi spesifik
– Vaksinasi pada kuda dan babi
– Gunakan repellent, mencegah gigitan nyamuk
– Pengendalian nyamuk
Encephalitis Jepang
• Terapi pada manusia
– Tidak ada terapi spesifik
– Perawatan intensif membantu mencegah komplikasi
– Terapi suportif, terapi cairan dan analgesik untuk
mengatasi nyeri, serta istirahat
– Pencegahan melalui vaksinasi. Desinfektan (alkohol,
formalin, idodine, detergen, dll) dapat membunuh
virus
Cow pox
• Sinonim: cacar sapi
• Kausa: virus cow pox
• Reservoir: sapi
• Penularan: kontak langsung
• Masa inkubasi: manusia dan hewan, 3-7 hari
Cow pox
• Sapi
– Demam ringan
– Vesikula, erosi, ulserasi pada ambing atau puting sapi
– Berisiko komplikasi mastitis karena infeksi
sekunder/bakteri
Pseudo cow pox Cow pox
Cow pox
• Manusia
– Demam, limfadenitis
– Papula pada tangan dan lengan, berkembang
menjadi vesikula, krusta dan menyembuh
Cow pox
• Terapi, pengendalian dan pencegahan
– Manusia dan hewan, tidak ada
– Pencegahan
• Manusia, menghindari kontak dengan hewan penderita
• Hewan, menjaga higienitas pakan, kandang dan pemerahan
Penyakit lain
• Rift Valley Fever atau Hepatitis enzootik (virus Rift valley
fever, Bunyaviridae)
• Bovine Spongiform Encephalopathy
Penyakit Zoonosis
Pada Ternak
Anthrax
• Anthrax merupakan penyakit menular akut yang dapat
menyerang pada semua hewan berdarah panas
• Kausa: Bacillus anthracis. Kuman ini dapat membentuk
spora sehingga tahan hidup di dalam tanah selama
bertahun-tahun
• Di Indonesia pernah dilaporkan hampir di seluruh Nusa
Tenggara termasuk Bali. Jawa dan Madura juga pernah
dilaporkan pada daerah Jakarta, Purwakarta, Bogor,
Periangan, Banten, Cirebon, Tegal, Pekalongan,
Surakarta, Banyumas, Boyolali, Sragen, Madiun dan
Bojonegoro. Selain itu juga Jambi, Palembang, Padang,
Bengkulu, Bukittinggi, Sibolga dan Medan serta
Sulawesi seperti daerah Sulawesi Selatan, Menado,
Donggala dan Palu
Anthrax
• Hewan
– Akut, hewan mati tanpa diikuti gejala klinis. Kadang
disertai adanya perdarahan yang keluar melalui
lubang hidung dan anus
– Gejala umum: pembengkakan daerah leher, dada,
lambung dan alat kelamin luar
– Demam tinggi, kesulitan bernafas, sempoyongan,
lemah dan kematian cepat
– Di daerah enzootik: hewan mati tanpa gejala harus
dicurigai terhadap anthrax dan tidak boleh
dilakukan bedah bangkai. Preparat ulas darah
dapat diambil dari darah yang keluar melalui lubang
hidung atau anus untuk pemeriksaan lebih lanjut
Anthrax
• Manusia
– 3 bentuk serangan: kulit, pernafasan, pencernaan
– Masa inkubasi: kutaneus 3-10 hari, inhalasi 1-5 hari
dan intestinal 2-5 hari
– Anthrax kutaneus: tukak terlokalisir dan keropeng
disertai demam dan sakit kepala dalam beberapa hari
yang disebabkan septikemia dan meningitis
– Anthrax inhalasi: gejala pneumonia fulminans
– Anthrax intestinal: gejala gastroenteritis akut dengan
diare yang berdarah
Anthrax bentuk kulit
Anthrax
• Terapi, pengendalian dan pencegahan pada
hewan
– Penderita yang dicurigai, tidak boleh dipotong paksa
– Penderita diinjeksi antiserum dengan dosis kuratif
100-150 ml, penyuntikan antibiotika, atau kemoterapi
– Semua karkas dari hewan yang mati karena anthrax
atau yang dicurigai anthrax harus dikubur sedalam 2
meter dilapisi penutup gamping (kapur) dan daerah
tersebut dipagar. Semua material terinfeksi harus
dibakar dan semua hewan rentan dijauhkan dari
daerah terinfeksi
– Laporkan pada dokter hewan berwenang, dinas
peternakan atau dinas terkait
Anthrax
• Terapi pada manusia
– Antibiotika: penisilin
– Vaksinasi: pekerja yang berisiko
– Hindari kontak dengan binatang yang terinfeksi dan
produknya
– Obati luka secepatnya
– Berikan desinfektan pada wool atau rambut import.
– Isolasi pasien yang terinfeksi dengan bersama-sama
melakukan desinfeksi
Leptospirosis
• Sinonim: penyakit Weil, demam kanikola (L. canicola),
haemorrhagic jaundice (L. ichterohemaorrhagiae),
demam pekerja pabrik susu (L. hardjo)
• Kausa: Leptospira sp. Terdapat > 170 serotipe.
• Penyakit ini tersebar melalui kontak langsung dengan
urine atau dapat juga dari air dan makanan tercemar
urine
• Masa inkubasi: hewan 1-2 minggu, manusia 3-20 hari.
• Reservoir penting: L. canicola (anjing), L.hardjo (sapi)
dan L. ichterihaemorrhagiae (tikus)
Leptospirosis
• Hewan
– Demam tinggi, abortus atau keluron, di dalam susu
ditemukan adanya darah
– Urine berubah warna menjadi merah atau coklat.
Hewan mengalami ikhterus pada mukosa konjungtiva
dan mulut
– Hepatomegali, ginjal membesar, nefritis
– Diagnosa melalui pemeriksaan laboratorium. Sampel
yang diperlukan adalah darah, serum atau urine
segar serta spesimen ginjal atau hati dalam formalin
10%
Leptospirosis
• Manusia
– Demam, diikuti muntah, sakit kepala, ikterus, anemia,
nyeri otot, anemia hemolitik, meningitis, pneumonitis,
dan nefritis
– Penyakit Weil ditandai ikterus atau jaundice dan
gagal ginjal setelah beberapa hari
– Serangan L. Hardjo menyebabkan penyakit serupa
dengan influenza selama beberapa hari
– Hepatomegali dengan degenerasi hati dan nefritis
Leptospirosis
• Terapi, pengendalian dan pencegahan pada
hewan
– Antibiotika dapat membunuh bakteri penyebabnya,
(Penicillin, Streptomisin)
– Tikus, anjing dan sapi menjadi hewan perantara yang
penting dalam penyebaran penyakit ini berdasarkan
kuman penyebab
– Pemberantasan tikus menjadi hal yang penting dalam
pengendalian penyakit ini
– Tersedia vaksin untuk anjing dan ternak
Kandung kemih, urine bercampur darah
Kencing merah hitam,
bercampur darah
Ginjal membesar
Brucellosis
• Sinonim: keluron menular, Bang disease
• Penyakit ini sangat menular dan bersifat
zoonosis.
• Penyebab :
– Brucella abortus (sapi)
– Brucella melintesis (kambing, domba)
– Brucella suis (babi)
• Abortus terjadi biasanya pada trimester ketiga
atau sekitar 7 bulan.
• Sumber penularan: cairan kelahiran, pedet yang
mati atau plasenta
Brucellosis
• Hewan
– Abortus pada fetus antara 5-8 bulan kebuntingan,
berakibat selaput plasenta tertinggal lama (retensi)
dan menyebabkan steril pada sapi
– Bila sapi menderita abortus pada periode tersebut
harus dicurigai menderita Brucellosis, sampel darah
(serum) perlu diambil untuk peneguhan diagnosis
Brucellosis
• Manusia
– Masa inkubasi: bervariasi, 1-6 minggu
– Demam berfluktuasi
– Lemah, kaku, keringat malam hari, sakit kepala,
persendian
– Bengkak kelenjar limfe, hati, limpa
Brucellosis
• Terapi, pengendalian dan pencegahan pada
hewan
– Tidak ada obat yang efektif
– sapi penderita (reaktor) harus di-stamping out
– Semua bagian kelahiran (pedet yang mati, plasenta,
cairan, dll) harus dibakar agar tidak menjadi sumber
penularan
– Waspadai juga pejantan yang baru masuk dalam
kelompok karena bisa juga menjadi sumber
penularan
Brucellosis
• Terapi pada manusia
– Antibiotika: tetrasiklin, streptomisin, trimetoprim atau
sulfametoksazol
– Vaksinasi tidak efektif
Tuberkulosis
• Sinonim: BTB (bovine tuberculosis)
• Penyakit menular dan kronis
• Kausa:
– Mycobacterium tuberculosis (manusia)
– Mycobacterium bovis (sapi)
• Kejadian di Indonesia belum banyak dilaporkan,
namun pernah dilaporkan di Ngawi, Jawa Timur
tahun 1988. Jawa Barat 3 kasus tahun 1994.
Bangli, Bali 2,22% (1/45) tahun 2013
Tuberkulosis
• Hewan
– Pada sapi tidak ada gejala spesifik tahap stadium
awal
– Bila penyakit melanjut sapi akan menunjukkan batuk
menetap, anoreksia dan kondisi badan sangat
menurun disertai pembengkakan kelenjar limfe
– Pengerasan ambing karena adanya jaringan ikat
sering ditemukan. Pada saat itu kuman dapat terlihat
dalam sekreta dan eksreta
– Diagnosis: uji tuberkulin
Tuberkulosis
Paru-paru penderita, berbungkul bungkul
Ambing penderita berbungkul dan mengeras (kanan),
Ambing sehat (kiri)
Tuberkulosis
• Manusia
– Masa inkubasi, 4 minggu – beberapa tahun
– Lesi primer pembesaran kelenjar limfe leher
– Demam, penurunan berat badan, nyeri perut, nyeri
tekan perut, lesi tulang dan sendi, lesi genitouriner,
meningitis dengan tanda neurologis. Infeksinya bisa
serupa dengan tuberkulosis pernafasan
– Infeksi ulangan dapat terjadi
Tuberkulosis
• Terapi, pengendalian dan pencegahan pada
hewan
– Pengobatan dilakukan dengan pemberian INH atau
Streptomisin, namun seringkali efektif
– Sapi penderita yang kurus, dieuthanasia dan dibakar
– Hewan yang diduga menderita disingkirkan dan
dilakukan pemeriksaan diagnostik
Tuberkulosis
• Terapi pada manusia
– Untuk menghindari penularan dari manusia maka
pekerja di RPH dan peternakan sapi perah harus
bebas menderita TBC
– Pencegahan juga dapat dilakukan dengan vaksinasi
BCG
– Masak susu dengan baik sebelum diminum
Botulismus
• Sinonim: Lamziekte, Limberneck
• Kausa: Clostridium botulinum, bakteri yang
hidup di tanah dan bebas oksigen (anaerob)
serta dapat menghasilkan toksin. Kuman ini
dapat membentuk spora sehingga tahan
bertahun-tahun di dalam tanah
• Penyakit ini meluas di seluruh dunia
• Masa inkubasi pada hewan dan manusia 6 jam
hingga beberapa hari, biasanya 12-36 jam
Botulismus
• Hewan
– Toksin menyerang syaraf, hewan sempoyongan,
kesulitan menelan, hipersalivasi, mata terbelalak
– Hewan lumpuh pada lidah, bibir, tenggorokan dan
kaki serta kelemahan umum
– Hewan ambruk, kesulitan bernafas dan hewan akan
mati dalam 1-4 hari
– Kadang penyakit berjalan kronis, gejala berlangsung
beberapa minggu. Pada domba atau kambing
berjalan berkeliling dengan kepala di satu sisi
(miring/head tilt)
– Gejala bisa dikelirukan rabies
Botulismus
• Manusia
– Tanda intoksikasi berupa mual, muntah, nyeri perut,
diikuti gejala syaraf, ptosis, pandangan buram,
paresis, dan paralisis kegagalan pernafasan dapat
mengakibatkan kematian dalam beberapa jam-hari
– Gejala klinik yang khas adalah paralisis fleksid yang
turun dari atas ke bawah
Botulismus
• Terapi, pengendalian dan pencegahan pada
hewan
– Pengobatan tidak efektif, namun dapat diberikan
antiserum
– Obat oleum olifarum dapat mencegah terserapnya
toksin lebih lanjut
– Pengobatan lain dapat diberikan hanya simptomatis
dan suportif
– Pengendalian dan pencegahan terdiri atas
pemusnahan karkas, pemberian air bersih,
pengobatan pada setiap kekurangan mineral dan
dengan vaksinasi
Botulismus
• Terapi pada manusia
– Pemberian antitoksin polivalen sedini mungkin (dalam
1-2 hari) setelah menelan dapat memperbaiki
prognosis, tetapi risiko terhadap reaksi
hipersensitifitas yang berat terhadap serum kuda juga
tinggi
– Memberikan bantuan pernafasan intensif
Ring worm
• Sinonim: Kurap, Dermatophytosis, Tinea
• Kausa: Trichophyton sp., Microsporum sp. dan
Epidermophyton sp. penyebab utama pada
ternak adalah Trichophyton dan Microsporum
• Spora ringworm sangat tahan lama dalam
kandang dan bebas di tempat-tempat hewan
• Penularan: kontak langsung
Ring worm
• Hewan
– Dimulai bercak merah, eksudasi dan rambut patah
atau rontok. Perkembangan selanjutnya bervariasi.
Bersisik, berupa benjolan kecil atau erupsi kulit atau
berbentuk seperti tumor yang dikenal sebagai kerion
– Bentuk lesi spesifik seperti cincin. Bila keropeng
diangkat dapat terjadi perdarahan. Pada hewan
umumnya terjadi pada daerah wajah, leher, bahu
dada atau punggung. Hewan bertindak sebagai
reservoir
– Diagnosis dibantu dengan Wood lamp, meskipun
tidak semua penyebab menimbulkan pendaran warna
fluorescence
Ring worm
• Manusia
– Dermatitis dengan derajat keganasan yang bervariasi
disertai kebotakan lokal
– Lesi berbentuk cincin, bersisik tebal tersebar di
kepala atau bagian tubuh lain
– Hifa jamur tumbuh pada stratum korneum dan
tumbuh secepat pertumbuhan kulit agar membentuk
lesi
– Identifikasi melalui kerokan kulit
Ring worm
• Terapi, pencegahan dan penanggulangan
pada hewan
– Kerak atau keropeng tebal diambil dengan sikat,
sabun dan air
– Terapi dengan iodium tinctur setiap hari dan gliserin
dalam jumlah campuran yang sama
• Sapi: Na-kaprilat 20% disemprotkan pada area terinfeksi.
• Kuda: Na-trichloromethyl-thiotetrahydrophthalamide. Asam
borak 2-5% atau Kalium permanganat 1:5000. Obat lain
dapat diberikan asam benzoat 6%
• Griseofulvin memuaskan, namun cukup mahal
– Pencegahan bergantung dengan pemisahan dan
pengobatan penderita. Hindari kondisi penuh sesak
dan berdesakan. Bila mungkin berikan tambahan
vitamin A dan D
Ring worm
• Manusia
– Ketokonazole, Itraconazole, Griseofulvin
– Hindari kontak dengan hewan terinfeksi. Cuci tangan
setelah kontak
Penyakit lain
• Paratuberkulosis (Mycobacterium avium subspesies
paratuberkulosis)
• Kampilobakteriosis (Camphylobacter jejuni)
• Klamidiosis (Chlamydia psittaci)
• Listeriosis (Listeria monocytogenes)
• Actinomycosis (Actinomyces israelli, Actinomyces spp.)
• Aspergilosis (Aspergillus spp.)
Penyakit Zoonosis
Pada Ternak
Toksoplasmosis
• Kausa: Toksoplasma gondii
• Terdapat hampir di seluruh dunia terutama daerah tropis
• Kucing menjadi reservoir, induk semang definitif. Kucing
bisa terinfeksi toksoplasma dari daging mentah atau
burung atau tikus yang mengandung toksoplasma
• Manusia mungkin terinfeksi karena memakan daging
mentah atau daging yang tidak dimasak dengan baik
yang tercemar/mengandung toksoplasma. Termasuk
juga sayur mentah yang tidak dicuci dengan baik
• Infeksi kongenital pada manusia dapat menyebabkan
lesi otak yang serius
Toksoplasmosis
• Hewan
– Tidak ada tanda infeksi yang spesifik
– Domba dapat terjadi abortus pada akhir kebuntingan
– Gangguan syaraf terjadi akibat serangan pada sistem
syaraf dengan gejala berputar-putar, inkoordinasi
gerak, kekakuan otot serta kelelahan
– Pada kucing dapat terjadi diare, hepatitis, miokarditis,
miositis, pneumonia dan ensefalitis pada infeksi yang
berat tetapi umumnya simptomatik
Toksoplasmosis
• Manusia
– Biasanya asimptomatik
– Demam, sakit kepala, malaise, limfadenopati dan
batuk yang lamanya bervariasi dan jarang terjadi
miokarditis, ensefalitis dan pneumonitis
– Infeksi otak yang berat dapat terjadi dari rektivasi
infeksi laten pada individu yang mengalami
penurunan sistem kekebalan (AIDS).
– Infeksi kongenital menyebabkan retinitis kronik,
kerusakan otak, hidrosefali, mikrosefali, pembesaran
hati dan limpa, trombositopenia, rash dan demam
Toksoplasmosis
• Terapi, pengendalian dan pencegahan pada hewan
Toksoplasmosis
• Terapi pada manusia
– Rifampicin
– Anthelmintik namun hasilnya tidak bagus
– Pengobatan steroid untuk mata dapat mengatasi
keradangan dan edema. Laser fotokoagulasi mungkin
diperlukan
– Wanita hamil sebaiknya tidak menangani kotoran
kucing atau bila terpaksa gunakan sarung tangan.
Selalu cuci tangan dengan baik sebelum makan
– Hindari makan daging atau sumber protein yang
mentah (daging, telur). Cuci dengan baik sayuran
mentah yang ingin dimakan
Taeniasis dan Sistiserkosis
• Penyakit ini berhubungan dengan larva cacing
Taenia solium dan Taenia saginata
• Kausa:
– Manusia: Taenia sagiata;T. Solium, dan Cysticercus
cellulosa
– Sapi: Cysticercus bovis
– Babi: Cysticercus cellulosa
• Reservoir: babi (induk semang)
Taeniasis dan Sistiserkosis
• Hewan
– Masa inkubasi 60 hari
– Hewan biasanya subklinis, tetapi gejala sakit pada
otot dapat timbul bila terinfeksi cacing yang berat.
– Dapat juga muncul gejala neurologis
Proglottid gravid Taenia saginata
Cysticercus bovis
Taeniasis dan Sistiserkosis
• Manusia
– Masa inkubasi pada manusia terserang sistiserkosis
adalah 10-12 hari, taenisiasi 8-14 hari
– Cacing pita dapat menyebabkan gejala perut yang
tidak spesifik meliputi anoreksia, penurunan berat
badan
– Infeksi larva menimbulkan gejala akibatkan migrasi
larva ke seluruh jaringan seperti demam, sakit otot,
kehilangan pandangan, epilepsi dan gejala neurologi
lain
– Infeksi kista dan cacing pita biasanya ringan, tetapi
infeksi C. cellulosa pada manusia dapat
menyebabkan lesi otak serius dan bahkan fatal
Taeniasis dan Sistiserkosis
• Terapi pada manusia
– Niklosomid, praziquantel
– Pembedahan kadang diperlukan untuk sistiserkosis
– Hindari makan daging sapi atau babi ang mentah
atau tidak dimasak dengan baik. Pemeriksaan daging
yang baik di RPH. Sanitasi lingkungan yang baik
Trypanosomiasis
• Kausa: Trypanosoma brucei,
Trypanosoma gambiense
• Reservoir: sapi, babi (T. brucei); manusia
(T. gambiense)
• Penularan: lalat tsetse
Trypanosomiasis
• Hewan
– Subklinis
– Kadang disertai gejala syaraf
Trypanosoma brucei dalam darah
Trypanosomiasis
• Manusia
– Masa inkubasi, 3-21 hari (T. brucei), T. gambiense
lebih lama
– Furunkel pada lokasi gigitan serangga
– Akut, setahun parasit hanya ditemukan dalam darah.
Demam berulang, sakit kepala, insomnia, limfadetis,
anemia, hiperestesia.
– Kronis, parasit menyerang sistem syaraf. Perubahan
perilaku, gejala neurologis, kejang dan koma
Trypanosomiasis
• Terapi, pengendalian dan pencegahan pada
hewan
– Tidak ada terapi spesifik
– Tidak ada vaksin
– Pengendalian lalat
Trypanosomiasis
• Terapi pada manusia
– Suramin (T. brucei), Pentamidine (T. gambiense)
– Malasorpol dapat dipertimbangkan dalam stadium
syarafi
– Bila tidak diterapi, penyakit berjalan progresif 1-2
tahun dan berakhir dengan kematian
– Tidak ada vaksin
Skistosomiasis
• Sinonim: Bilharzia, Bilharziasis
• Infestasi cacing pita sistemik yang ditularkan
melalui air
• Penyebab:
– Schistosoma mansoni, S. hematobium, (manusia sbg
reservoir) di Afrika, Amerika Selatan, Karibia
– S. japonicum di Cina, Jepang, Philipina, Asia
Tenggara
• S. japonicum menginfeksi sapi, kerbau, kuda,
anjing, kucing, pengerat dan kera
• Hospes antara: Siput Biomfalaria dan Bulimus
Skistosomiasis
• Hewan
– Masa inkubasi, bervariasi
– Nyeri perut, diare, anemia, kurus dan hematuria
Skistosomiasis
• Manusia
– Masa inkubasi S. japonicum 4-6 minggu sebelum
gejala akut
– Larva masuk ke kulit (rash dg rasa gatal)
– Akut: demam, nyeri perut, batuk, penurunan berat
badan, diare dan disentri
– Kronik: hepatomegali, sirosis, pembesaran limpa,
asites dan epilepsi
Skistosomiasis
• Terapi, pengendalian dan pencegahan pada
hewan
– Tartar emetik, antimosa dan stibofen
– Lukanton dan Triklorofon (sapi, domba). Hikanton dan
Niridazaol (domba)
Skistosomiasis
• Terapi pada manusia
– Praziquantel
– Kontol hospes perantara siput. Sediakan air minum
melalui pipa air. Sanitasi lingkungan
Penderita, mengalami pembesaran perut
Skistosoma
Penyakit lain
• Ankilostomiasis (Ancylostoma sp.)
• Babesiosis (Babesia sp.)
• Fasciolasis (Fasciola hepatica)
• Skabiosis (S. scabie)
• Filariasis (D. immitis, Brugei malay)
• Trypanosomiasis (T. brucei)
• Trichinosis (Trichinella spiralis)
• Ekinokokosis (E. granulosus; E. multilocularis;
E. oligarthus; E. vogeli)

More Related Content

What's hot

Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
Tata Naipospos
 
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
Tata Naipospos
 
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Tata Naipospos
 
Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...
Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...
Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...
Tata Naipospos
 
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tata Naipospos
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Tata Naipospos
 
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
Riskymessyana99
 
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Tata Naipospos
 
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
Tata Naipospos
 
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
Tata Naipospos
 
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
Tata Naipospos
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
Ainur
 
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
Tata Naipospos
 
Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...
Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...
Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...
Tata Naipospos
 
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...
Tata Naipospos
 
Mengenal apa itu Zoonosis
Mengenal apa itu Zoonosis Mengenal apa itu Zoonosis
Mengenal apa itu Zoonosis
Lestari Moerdijat
 
Flu burung
Flu burungFlu burung
Flu burung
Meironi Waimir
 
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Tata Naipospos
 
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Tata Naipospos
 
Memahami Virus Penyakit Mulut dan Kuku - Zoom, PPSKI-Yayasan CBC - Jakarta, 1...
Memahami Virus Penyakit Mulut dan Kuku - Zoom, PPSKI-Yayasan CBC - Jakarta, 1...Memahami Virus Penyakit Mulut dan Kuku - Zoom, PPSKI-Yayasan CBC - Jakarta, 1...
Memahami Virus Penyakit Mulut dan Kuku - Zoom, PPSKI-Yayasan CBC - Jakarta, 1...
Tata Naipospos
 

What's hot (20)

Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
Epidemiologi, Dampak Ekonomi dan Peluang Pemberantasan LSD - IDHSI, 19 Maret ...
 
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
Strategi Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) - Ditkeswan-AIHSP, 4-6 Januari 2022
 
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
 
Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...
Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...
Epidemiologi dan Dampak Ekonomi Lumpy Skin Disease - PDHI, Hotel Grand Swiz, ...
 
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
 
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
 
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
Pengendalian dan Penanganan African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan - Presentas...
 
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
Mengenal ASF dan Mekanisme Penanganannya di Babi Hutan - KLHK, 2 Juni 2021
 
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
 
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
Penyebaran PMK Melalui Alat Angkut dan Peralatan - PKHKehani, BARANTAN - Bogo...
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
 
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
 
Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...
Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...
Seminar Zoonosis dan One Health - Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas...
 
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...
 
Mengenal apa itu Zoonosis
Mengenal apa itu Zoonosis Mengenal apa itu Zoonosis
Mengenal apa itu Zoonosis
 
Flu burung
Flu burungFlu burung
Flu burung
 
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
 
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
 
Memahami Virus Penyakit Mulut dan Kuku - Zoom, PPSKI-Yayasan CBC - Jakarta, 1...
Memahami Virus Penyakit Mulut dan Kuku - Zoom, PPSKI-Yayasan CBC - Jakarta, 1...Memahami Virus Penyakit Mulut dan Kuku - Zoom, PPSKI-Yayasan CBC - Jakarta, 1...
Memahami Virus Penyakit Mulut dan Kuku - Zoom, PPSKI-Yayasan CBC - Jakarta, 1...
 

Viewers also liked

Macam Penyakit Pada Ternak Unggas
Macam Penyakit Pada Ternak UnggasMacam Penyakit Pada Ternak Unggas
Macam Penyakit Pada Ternak Unggas
SIlfani Sabila
 
Uu nomor 41 tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan
Uu nomor 41 tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewanUu nomor 41 tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan
Uu nomor 41 tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewanWinarto Winartoap
 
 Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas
Muhammad Eko
 
Sapi potong
Sapi potongSapi potong
Sapi potong
Ahmad Sehah
 
Cat scratch disease
Cat scratch diseaseCat scratch disease
Cat scratch diseaseImad Zoukar
 
Salmonellosis
SalmonellosisSalmonellosis
Salmonellosis
udayana
 
PENYIAPAN TERNAK SEBELUM DIPOTONG (ANTE MORTEM)
PENYIAPAN TERNAK SEBELUM DIPOTONG (ANTE MORTEM)PENYIAPAN TERNAK SEBELUM DIPOTONG (ANTE MORTEM)
PENYIAPAN TERNAK SEBELUM DIPOTONG (ANTE MORTEM)
Muhammad Eko
 
Salmonella
SalmonellaSalmonella
Salmonella
Khem Chalise
 
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakosoAspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
Nusdianto Triakoso
 
Salmonelosis
SalmonelosisSalmonelosis
Salmonelosis
Ismael E. E.
 
Poxviruses
PoxvirusesPoxviruses
Poxviruses
Latha jithin
 
Cryptosporidium presentation
Cryptosporidium presentationCryptosporidium presentation
Cryptosporidium presentation
Charlotte Bates
 
Rabies
Rabies Rabies
Cat scratch disease
Cat scratch diseaseCat scratch disease
Cat scratch disease
MohanadOmran
 

Viewers also liked (18)

Buku penyakit ternak
Buku penyakit ternakBuku penyakit ternak
Buku penyakit ternak
 
Macam Penyakit Pada Ternak Unggas
Macam Penyakit Pada Ternak UnggasMacam Penyakit Pada Ternak Unggas
Macam Penyakit Pada Ternak Unggas
 
Uu nomor 41 tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan
Uu nomor 41 tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewanUu nomor 41 tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan
Uu nomor 41 tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan
 
 Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas Kesehatan ternak unggas
 Kesehatan ternak unggas
 
Sapi potong
Sapi potongSapi potong
Sapi potong
 
Cat scratch disease
Cat scratch diseaseCat scratch disease
Cat scratch disease
 
Salmonellosis
SalmonellosisSalmonellosis
Salmonellosis
 
PENYIAPAN TERNAK SEBELUM DIPOTONG (ANTE MORTEM)
PENYIAPAN TERNAK SEBELUM DIPOTONG (ANTE MORTEM)PENYIAPAN TERNAK SEBELUM DIPOTONG (ANTE MORTEM)
PENYIAPAN TERNAK SEBELUM DIPOTONG (ANTE MORTEM)
 
Salmonella
SalmonellaSalmonella
Salmonella
 
manajemen kesehatan ternak
manajemen kesehatan ternakmanajemen kesehatan ternak
manajemen kesehatan ternak
 
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakosoAspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
 
Sporozoa
SporozoaSporozoa
Sporozoa
 
Salmonelosis
SalmonelosisSalmonelosis
Salmonelosis
 
Poxviruses
PoxvirusesPoxviruses
Poxviruses
 
Cryptosporidium presentation
Cryptosporidium presentationCryptosporidium presentation
Cryptosporidium presentation
 
Rabies
Rabies Rabies
Rabies
 
Rabies ppt
Rabies pptRabies ppt
Rabies ppt
 
Cat scratch disease
Cat scratch diseaseCat scratch disease
Cat scratch disease
 

Similar to Penyakit Zoonosis Pada Ternak

Rabies : approach diagnostic and prophylaxis
Rabies : approach diagnostic and  prophylaxisRabies : approach diagnostic and  prophylaxis
Rabies : approach diagnostic and prophylaxis
Soroy Lardo
 
Penyuluhan rabies ppt hshdhdhdhdhdhdhdhhd
Penyuluhan rabies ppt hshdhdhdhdhdhdhdhhdPenyuluhan rabies ppt hshdhdhdhdhdhdhdhhd
Penyuluhan rabies ppt hshdhdhdhdhdhdhdhhd
syafira82
 
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannyaBeberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannyaIbnu Kamajaya
 
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawatiPenyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Noveldy Pitna
 
avian influenza
avian influenzaavian influenza
avian influenza
sabilaisyi
 
RABIES MAT UGM 2021.pptx
RABIES MAT UGM 2021.pptxRABIES MAT UGM 2021.pptx
RABIES MAT UGM 2021.pptx
AnggaPutraPerdana
 
Penyakit Kencing Tikus
Penyakit Kencing TikusPenyakit Kencing Tikus
Penyakit Kencing Tikus
Ahmad Hanis Nurul Shahida
 
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptxMalaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
Faishal39
 
penularan penyakit melalui vektor PES.pptx
penularan penyakit melalui vektor PES.pptxpenularan penyakit melalui vektor PES.pptx
penularan penyakit melalui vektor PES.pptx
lulukesling
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
fikri asyura
 
FAQ Penyakit Virus Nipah.pdf
FAQ Penyakit Virus Nipah.pdfFAQ Penyakit Virus Nipah.pdf
FAQ Penyakit Virus Nipah.pdf
nilnasaadatarrohmah
 
Peyakit yang disebabkan oleh virus
Peyakit yang disebabkan oleh virusPeyakit yang disebabkan oleh virus
Peyakit yang disebabkan oleh virus
Hafidz Setiyadi
 
Penyakit_Mulut_dan_Kuku.pptx
Penyakit_Mulut_dan_Kuku.pptxPenyakit_Mulut_dan_Kuku.pptx
Penyakit_Mulut_dan_Kuku.pptx
Herlianty Rukmana
 
IW RABIES.pdf
IW RABIES.pdfIW RABIES.pdf
IW RABIES.pdf
IndahSariRumapea
 
Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak
Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinakKhoiriil mikvir rabies dan cacar jinak
Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak
khoirilliana12
 
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjingFirst Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
Afifah Izzah
 
Askep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitisAskep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitisSumadin1112
 
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptxBlok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx
Fredy Samosir
 

Similar to Penyakit Zoonosis Pada Ternak (20)

Rabies : approach diagnostic and prophylaxis
Rabies : approach diagnostic and  prophylaxisRabies : approach diagnostic and  prophylaxis
Rabies : approach diagnostic and prophylaxis
 
Penyuluhan rabies ppt hshdhdhdhdhdhdhdhhd
Penyuluhan rabies ppt hshdhdhdhdhdhdhdhhdPenyuluhan rabies ppt hshdhdhdhdhdhdhdhhd
Penyuluhan rabies ppt hshdhdhdhdhdhdhdhhd
 
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannyaBeberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
 
Flu babi & flu burung
Flu babi & flu burungFlu babi & flu burung
Flu babi & flu burung
 
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawatiPenyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
Penyakit – penyakit menular pada zaman pemerintahan megawati
 
avian influenza
avian influenzaavian influenza
avian influenza
 
RABIES MAT UGM 2021.pptx
RABIES MAT UGM 2021.pptxRABIES MAT UGM 2021.pptx
RABIES MAT UGM 2021.pptx
 
Penyakit Kencing Tikus
Penyakit Kencing TikusPenyakit Kencing Tikus
Penyakit Kencing Tikus
 
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptxMalaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
 
penularan penyakit melalui vektor PES.pptx
penularan penyakit melalui vektor PES.pptxpenularan penyakit melalui vektor PES.pptx
penularan penyakit melalui vektor PES.pptx
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
FAQ Penyakit Virus Nipah.pdf
FAQ Penyakit Virus Nipah.pdfFAQ Penyakit Virus Nipah.pdf
FAQ Penyakit Virus Nipah.pdf
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
Peyakit yang disebabkan oleh virus
Peyakit yang disebabkan oleh virusPeyakit yang disebabkan oleh virus
Peyakit yang disebabkan oleh virus
 
Penyakit_Mulut_dan_Kuku.pptx
Penyakit_Mulut_dan_Kuku.pptxPenyakit_Mulut_dan_Kuku.pptx
Penyakit_Mulut_dan_Kuku.pptx
 
IW RABIES.pdf
IW RABIES.pdfIW RABIES.pdf
IW RABIES.pdf
 
Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak
Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinakKhoiriil mikvir rabies dan cacar jinak
Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak
 
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjingFirst Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
First Aid - Gigitan ular, kucing, dan anjing
 
Askep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitisAskep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitis
 
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptxBlok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx
 

More from Nusdianto Triakoso

DRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdf
DRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdfDRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdf
DRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdf
Nusdianto Triakoso
 
Patologi Nutrisi
Patologi NutrisiPatologi Nutrisi
Patologi Nutrisi
Nusdianto Triakoso
 
Blackwell's 5 Minute Veterinary Consult - Ruminant
Blackwell's 5 Minute Veterinary Consult - RuminantBlackwell's 5 Minute Veterinary Consult - Ruminant
Blackwell's 5 Minute Veterinary Consult - Ruminant
Nusdianto Triakoso
 
Pembuatan UMB - Triakoso
Pembuatan UMB - TriakosoPembuatan UMB - Triakoso
Pembuatan UMB - Triakoso
Nusdianto Triakoso
 
Body Condition Scoring In Dairy Cattle - Triakoso
Body Condition Scoring In Dairy Cattle - TriakosoBody Condition Scoring In Dairy Cattle - Triakoso
Body Condition Scoring In Dairy Cattle - Triakoso
Nusdianto Triakoso
 
Mudah Menulis Esai
Mudah Menulis EsaiMudah Menulis Esai
Mudah Menulis Esai
Nusdianto Triakoso
 
Differential Seizures - Small Animal Medicine
Differential Seizures - Small Animal MedicineDifferential Seizures - Small Animal Medicine
Differential Seizures - Small Animal Medicine
Nusdianto Triakoso
 
Differential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal Medicine
Differential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal MedicineDifferential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal Medicine
Differential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal Medicine
Nusdianto Triakoso
 
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Nusdianto Triakoso
 
Undang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan Peternakan
Undang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan PeternakanUndang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan Peternakan
Undang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan Peternakan
Nusdianto Triakoso
 
Differential Diarrhea - Small Animal Medicine
Differential Diarrhea - Small Animal MedicineDifferential Diarrhea - Small Animal Medicine
Differential Diarrhea - Small Animal Medicine
Nusdianto Triakoso
 
Differential Vomit - Small Animal Medicine
Differential Vomit - Small Animal MedicineDifferential Vomit - Small Animal Medicine
Differential Vomit - Small Animal Medicine
Nusdianto Triakoso
 
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakosoKucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
Nusdianto Triakoso
 
Meningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjing
Meningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjingMeningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjing
Meningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjing
Nusdianto Triakoso
 
Downer cow syndrome & bloat 2008 - triakoso
Downer cow syndrome & bloat 2008 - triakosoDowner cow syndrome & bloat 2008 - triakoso
Downer cow syndrome & bloat 2008 - triakoso
Nusdianto Triakoso
 
Menguasai power point - triakoso
Menguasai power point - triakosoMenguasai power point - triakoso
Menguasai power point - triakoso
Nusdianto Triakoso
 
Pembuatan UMB - triakoso
Pembuatan UMB - triakosoPembuatan UMB - triakoso
Pembuatan UMB - triakoso
Nusdianto Triakoso
 
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakosoPenyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Nusdianto Triakoso
 
Head Tilt - triakoso
Head Tilt - triakosoHead Tilt - triakoso
Head Tilt - triakoso
Nusdianto Triakoso
 
Nus body condition score cat dog 2009
Nus   body condition score cat dog 2009Nus   body condition score cat dog 2009
Nus body condition score cat dog 2009Nusdianto Triakoso
 

More from Nusdianto Triakoso (20)

DRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdf
DRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdfDRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdf
DRaft Kiatvetindo Penyakit Mulut dan Kuku 2014.pdf
 
Patologi Nutrisi
Patologi NutrisiPatologi Nutrisi
Patologi Nutrisi
 
Blackwell's 5 Minute Veterinary Consult - Ruminant
Blackwell's 5 Minute Veterinary Consult - RuminantBlackwell's 5 Minute Veterinary Consult - Ruminant
Blackwell's 5 Minute Veterinary Consult - Ruminant
 
Pembuatan UMB - Triakoso
Pembuatan UMB - TriakosoPembuatan UMB - Triakoso
Pembuatan UMB - Triakoso
 
Body Condition Scoring In Dairy Cattle - Triakoso
Body Condition Scoring In Dairy Cattle - TriakosoBody Condition Scoring In Dairy Cattle - Triakoso
Body Condition Scoring In Dairy Cattle - Triakoso
 
Mudah Menulis Esai
Mudah Menulis EsaiMudah Menulis Esai
Mudah Menulis Esai
 
Differential Seizures - Small Animal Medicine
Differential Seizures - Small Animal MedicineDifferential Seizures - Small Animal Medicine
Differential Seizures - Small Animal Medicine
 
Differential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal Medicine
Differential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal MedicineDifferential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal Medicine
Differential Dyspnea-Tachypnea - Small Animal Medicine
 
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
 
Undang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan Peternakan
Undang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan PeternakanUndang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan Peternakan
Undang-undang 18/2009 Kesehatan Hewan dan Peternakan
 
Differential Diarrhea - Small Animal Medicine
Differential Diarrhea - Small Animal MedicineDifferential Diarrhea - Small Animal Medicine
Differential Diarrhea - Small Animal Medicine
 
Differential Vomit - Small Animal Medicine
Differential Vomit - Small Animal MedicineDifferential Vomit - Small Animal Medicine
Differential Vomit - Small Animal Medicine
 
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakosoKucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
Kucing dan toxoplasma 2012 - triakoso
 
Meningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjing
Meningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjingMeningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjing
Meningkatnya prevalensi obesitas dan faktor faktor penyebabnya pada anjing
 
Downer cow syndrome & bloat 2008 - triakoso
Downer cow syndrome & bloat 2008 - triakosoDowner cow syndrome & bloat 2008 - triakoso
Downer cow syndrome & bloat 2008 - triakoso
 
Menguasai power point - triakoso
Menguasai power point - triakosoMenguasai power point - triakoso
Menguasai power point - triakoso
 
Pembuatan UMB - triakoso
Pembuatan UMB - triakosoPembuatan UMB - triakoso
Pembuatan UMB - triakoso
 
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakosoPenyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
 
Head Tilt - triakoso
Head Tilt - triakosoHead Tilt - triakoso
Head Tilt - triakoso
 
Nus body condition score cat dog 2009
Nus   body condition score cat dog 2009Nus   body condition score cat dog 2009
Nus body condition score cat dog 2009
 

Recently uploaded

Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
ResidenUrologiRSCM
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
rrherningputriganisw
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 

Recently uploaded (20)

Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 

Penyakit Zoonosis Pada Ternak

  • 2. Zoonosis • Zoonosis, infeksi yang dapat ditularkan di bawah kondisi alamiah antara hewan vertebrata dan manusia • Zooanthroponosis, penyakit yang umum terjadi pada manusia, menular pada hewan • Anthropozoonosis, penyakit yang umum terjadi pada hewan, menular pada manusia
  • 3. Virus • Rabies • Avian Influenza • Swine Flu • Japanese Encephalitis • Cow pox Bakteri-Fungi • Anthrax • Leptospirosis • Brucellosis • Tuberkulosis • Botulismus • Dermatofitosis Parasit • Toksoplamosis • Trypanosomiasis • Taeniasis- Sistiserkosis • Skistosomiasis
  • 5. Rabies • Sinonim: Hidrofobia, Rage • Kausa: virus rabies (Rhabdoviridae) • Penyakit infeksi yang menyerang sistem syaraf pusat dan bersifat fatal. Virus dapat menginfeksi semua hewan berdarah panas • Penyakit ini terdapat di semua benua kecuali Australia dan Antartika. • Reservoir: kucing liar, sigung, serigala, kelelawar, musang
  • 6. Rabies • Penularan: gigitan hewan karnivora (anjing, kucing, kelelawar, kalong, anjing hutan) atau penderita yang lain • Di Indonesia penyakit ini diketahui masih terjadi di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara – Tahun 2002, Jawa Barat dinyatakan positif rabies pada anjing liar – Tahun 2009, Bali didiagnosa positif rabies pada anjing liar dan terjadi wabah – Tahun 2014, Kalimantan Barat dinyatakan wabah rabies
  • 7. Rabies • Hewan – Masa inkubasi: 10 hari - >1 tahun atau lebih, tergantung lokasi gigitan. Semakin dekat gigitan dengan otak, semakin cepat gejala muncul – Gejala bervariasi (prodromal, eksitasi, paralisis) – Perubahan perilaku hewan. Hewan menjadi gelisah, agresif, tidak kenali pemilik atau hewan lain dan menggigit apa saja. – Kemudian hewan masuk pada tahap tipe dungu dan paralisis – Paralisis esofagus, tidak bisa menelan, hipersalivasi, paralisis anggota gerak. Paralisis otot-otot pernafasan, menyebakan kesulitan bernafas dan menyebabkan kematian
  • 8. Rabies • Manusia – Demam – Perubahan tingkah laku, cemas, sulit tidur, sakit kepala, gelisah – Kontraksi spasmodik dari otot yang membengkak – Selanjutnya kejang dan diikuti paralisis dan kematian – Umumnya terjadi kematian pada penderita
  • 9. Rabies • Terapi, pengendalian dan pencegahan pada hewan – Tidak ada terapi spesifik – Anjing dan hewan lain diobservasi selama 14 hari. Bila menunjukkan gejala, ambil sampel otak untuk pemeriksaan FAT, Negri bodies, Isolasi virus – Pencegahan melalui vaksinasi
  • 10. Rabies • Terapi pada manusia – Tidak ada obat yang efektif pada penyakit ini, selain vaksinasi sebagai tindakan pencegahan – Vaksinasi pada orang-orang yang berisiko – Pengobatan, bersihkan luka gigitan dengan sabun/desinfeksi. Pemberian SAR, VAR
  • 11. Avian Influenza • Sinonim: Avian flu, Flu burung • Kausa: Virus influenza H5N1, H9N9 • Penularan: kontak langsung dengan hewan mati atau penderita AI, tidak langsung melalui barang/alat, lingkungan terkontaminasi • Wabah AI pada unggas tahun 2003, dan meluas ke berbagai daerah di Indonesia • Indonesia terjadi 99 kasus dengan 77 kematian pada manusia
  • 12. Avian Influenza • Hewan – Masa inkubasi bervariasi, 2 minggu – Demam, lesu, anoreksia. Diare cair kehijauan hingga berubah putih – Jengger dan pial bengkak dan kehitaman. Perdarahan di bawah kulit dada dan kaki. Bengkak pada sekitar mata dan leher – Beberapa menunjukkan gejala syaraf, tortikolis, paralisis – Produksi telur berkurang bahkan berhenti bertelur – Ditemukan juga kasus pada anjing, kucing, kuda dan babi dengan gejala demam, batuk, sesak nafas, mati
  • 13. Avian Influenza • Manusia – Demam tinggi, konjungtivitis – Batuk, bersin, sakit tenggorokan, nyeri otot, nafas dangkal, sesak nafas – Muntah, diare, nyeri perut – Kadang disertai gejala syaraf, gangguan perilaku, kejang – Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis
  • 14. Avian Influenza • Terapi, pengendalian dan pencegahan pada hewan – Tidak ada terapi spesifik. Terapi menggunakan antiviral tidak disarankan – Pencegahan melalui vaksinasi
  • 15. Avian Influenza • Terapi pada manusia – Amantadine, Laninamivir, Peramivir, Oseltamifir, Arbidol, Zanamivir – Pencegahan melalui vaksinasi
  • 16. Swine flu • Sinonim: flu babi, pig flu, hog flu • Kausa: virus Influenza H1N1, H1N2, H3N1, H3N2, H2N3 • Asal: 1976, tentara Amerika meninggal di Fort Dix • Tahun 2009, wabah pandemi flu babi • Penularan: kontak langsung, bahan/alat terkontaminasi • India: 26.000 positif, 1.500 meninggal akibat Flu babi, sejak Desember 2014 • Indonesia: 86 kasus positif, sejak Juli 2009
  • 17. Swine flu • Hewan – Demam, depresi, anoreksia – Batuk, leleran hidung, bersin, sesak nafas – Mata kemerahan, leleran mata – Beberapa yang lain tanpa gejala – Babi dewasa: morbiditas tinggi, mortalitas rendah – Babi anakan: mortalitas tinggi
  • 18. Swine flu • Manusia – Demam, batuk, pilek, rasa sakit tenggorokan, sakit kepala, lemah lesu – Beberapa penderita disertai diare dan muntah – Disorientasi, nyeri otot, kekakuan dan nyeri sendi, dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian
  • 19. Swine flu • Hewan – Tidak ada terapi spesifik – Terapi suprotif – Pencegahan melalui vaksinasi
  • 20. Swine flu • Manusia – Tidak terapi spesifik – Terapi suportif – Pencegahan melalui vaksinasi
  • 21. Encephalitis Jepang • Sinonim: Encephalitis B Jepang, Japanese encephalitis • Kausa: virus Japanese encephalitis • Penularan: gigitan nyamuk Culex tritaeniorynchuhs • Reservoir: burung liar (hospes alami), babi, kuda, sapi • Penyakit ini tersebar luas di Asia bagian Timur • Indonesia, pertama kali 1960. Bali 163 kasus (2001-2004) • Hingga 2008 telah tersebar di Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggra Timur dan Papua
  • 22. Encephalitis Jepang • Hewan – Masa inkubasi tidak diketahui. Riset: kuda 4-14 hari, babi 24 jam – Babi adalah reservoir penting – Babi dara dan indukan tidak menunjukkan gejala – Babi jantan, scrotum bengkak, infertilitas – Gejala encephalitis tampak pada saat-saat tertentu – Angka kematian neonatus 50-70% – Kuda, keledai, timbul gejala neurologis – Sapi, domba, kambing, anjing, kucing, mamalia liar, reptil, amphibi, dan burung, umumnya tanpa gejala
  • 23. Encephalitis Jepang • Manusia – Masa inkubasi, 4-15 hari – Demam tinggi, disertai sakit kepala, muntah dan kelemahan – Beberapa hari berkembang menjadi encephalitis, disertai gejala neurologis, kelumpuhan spatik dan koma – Kejang seringkali pada anak-anak – Kerusakan syaraf menetap, bagi yang dapat hidup – Angka kematian 20-50%
  • 24. Encephalitis Jepang • Terapi, pengendalian dan pencegahan pada hewan – Tidak ada terapi spesifik – Vaksinasi pada kuda dan babi – Gunakan repellent, mencegah gigitan nyamuk – Pengendalian nyamuk
  • 25. Encephalitis Jepang • Terapi pada manusia – Tidak ada terapi spesifik – Perawatan intensif membantu mencegah komplikasi – Terapi suportif, terapi cairan dan analgesik untuk mengatasi nyeri, serta istirahat – Pencegahan melalui vaksinasi. Desinfektan (alkohol, formalin, idodine, detergen, dll) dapat membunuh virus
  • 26. Cow pox • Sinonim: cacar sapi • Kausa: virus cow pox • Reservoir: sapi • Penularan: kontak langsung • Masa inkubasi: manusia dan hewan, 3-7 hari
  • 27. Cow pox • Sapi – Demam ringan – Vesikula, erosi, ulserasi pada ambing atau puting sapi – Berisiko komplikasi mastitis karena infeksi sekunder/bakteri Pseudo cow pox Cow pox
  • 28. Cow pox • Manusia – Demam, limfadenitis – Papula pada tangan dan lengan, berkembang menjadi vesikula, krusta dan menyembuh
  • 29. Cow pox • Terapi, pengendalian dan pencegahan – Manusia dan hewan, tidak ada – Pencegahan • Manusia, menghindari kontak dengan hewan penderita • Hewan, menjaga higienitas pakan, kandang dan pemerahan
  • 30. Penyakit lain • Rift Valley Fever atau Hepatitis enzootik (virus Rift valley fever, Bunyaviridae) • Bovine Spongiform Encephalopathy
  • 32. Anthrax • Anthrax merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang pada semua hewan berdarah panas • Kausa: Bacillus anthracis. Kuman ini dapat membentuk spora sehingga tahan hidup di dalam tanah selama bertahun-tahun • Di Indonesia pernah dilaporkan hampir di seluruh Nusa Tenggara termasuk Bali. Jawa dan Madura juga pernah dilaporkan pada daerah Jakarta, Purwakarta, Bogor, Periangan, Banten, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Surakarta, Banyumas, Boyolali, Sragen, Madiun dan Bojonegoro. Selain itu juga Jambi, Palembang, Padang, Bengkulu, Bukittinggi, Sibolga dan Medan serta Sulawesi seperti daerah Sulawesi Selatan, Menado, Donggala dan Palu
  • 33. Anthrax • Hewan – Akut, hewan mati tanpa diikuti gejala klinis. Kadang disertai adanya perdarahan yang keluar melalui lubang hidung dan anus – Gejala umum: pembengkakan daerah leher, dada, lambung dan alat kelamin luar – Demam tinggi, kesulitan bernafas, sempoyongan, lemah dan kematian cepat – Di daerah enzootik: hewan mati tanpa gejala harus dicurigai terhadap anthrax dan tidak boleh dilakukan bedah bangkai. Preparat ulas darah dapat diambil dari darah yang keluar melalui lubang hidung atau anus untuk pemeriksaan lebih lanjut
  • 34. Anthrax • Manusia – 3 bentuk serangan: kulit, pernafasan, pencernaan – Masa inkubasi: kutaneus 3-10 hari, inhalasi 1-5 hari dan intestinal 2-5 hari – Anthrax kutaneus: tukak terlokalisir dan keropeng disertai demam dan sakit kepala dalam beberapa hari yang disebabkan septikemia dan meningitis – Anthrax inhalasi: gejala pneumonia fulminans – Anthrax intestinal: gejala gastroenteritis akut dengan diare yang berdarah
  • 35.
  • 37. Anthrax • Terapi, pengendalian dan pencegahan pada hewan – Penderita yang dicurigai, tidak boleh dipotong paksa – Penderita diinjeksi antiserum dengan dosis kuratif 100-150 ml, penyuntikan antibiotika, atau kemoterapi – Semua karkas dari hewan yang mati karena anthrax atau yang dicurigai anthrax harus dikubur sedalam 2 meter dilapisi penutup gamping (kapur) dan daerah tersebut dipagar. Semua material terinfeksi harus dibakar dan semua hewan rentan dijauhkan dari daerah terinfeksi – Laporkan pada dokter hewan berwenang, dinas peternakan atau dinas terkait
  • 38. Anthrax • Terapi pada manusia – Antibiotika: penisilin – Vaksinasi: pekerja yang berisiko – Hindari kontak dengan binatang yang terinfeksi dan produknya – Obati luka secepatnya – Berikan desinfektan pada wool atau rambut import. – Isolasi pasien yang terinfeksi dengan bersama-sama melakukan desinfeksi
  • 39. Leptospirosis • Sinonim: penyakit Weil, demam kanikola (L. canicola), haemorrhagic jaundice (L. ichterohemaorrhagiae), demam pekerja pabrik susu (L. hardjo) • Kausa: Leptospira sp. Terdapat > 170 serotipe. • Penyakit ini tersebar melalui kontak langsung dengan urine atau dapat juga dari air dan makanan tercemar urine • Masa inkubasi: hewan 1-2 minggu, manusia 3-20 hari. • Reservoir penting: L. canicola (anjing), L.hardjo (sapi) dan L. ichterihaemorrhagiae (tikus)
  • 40. Leptospirosis • Hewan – Demam tinggi, abortus atau keluron, di dalam susu ditemukan adanya darah – Urine berubah warna menjadi merah atau coklat. Hewan mengalami ikhterus pada mukosa konjungtiva dan mulut – Hepatomegali, ginjal membesar, nefritis – Diagnosa melalui pemeriksaan laboratorium. Sampel yang diperlukan adalah darah, serum atau urine segar serta spesimen ginjal atau hati dalam formalin 10%
  • 41. Leptospirosis • Manusia – Demam, diikuti muntah, sakit kepala, ikterus, anemia, nyeri otot, anemia hemolitik, meningitis, pneumonitis, dan nefritis – Penyakit Weil ditandai ikterus atau jaundice dan gagal ginjal setelah beberapa hari – Serangan L. Hardjo menyebabkan penyakit serupa dengan influenza selama beberapa hari – Hepatomegali dengan degenerasi hati dan nefritis
  • 42. Leptospirosis • Terapi, pengendalian dan pencegahan pada hewan – Antibiotika dapat membunuh bakteri penyebabnya, (Penicillin, Streptomisin) – Tikus, anjing dan sapi menjadi hewan perantara yang penting dalam penyebaran penyakit ini berdasarkan kuman penyebab – Pemberantasan tikus menjadi hal yang penting dalam pengendalian penyakit ini – Tersedia vaksin untuk anjing dan ternak
  • 43. Kandung kemih, urine bercampur darah Kencing merah hitam, bercampur darah Ginjal membesar
  • 44. Brucellosis • Sinonim: keluron menular, Bang disease • Penyakit ini sangat menular dan bersifat zoonosis. • Penyebab : – Brucella abortus (sapi) – Brucella melintesis (kambing, domba) – Brucella suis (babi) • Abortus terjadi biasanya pada trimester ketiga atau sekitar 7 bulan. • Sumber penularan: cairan kelahiran, pedet yang mati atau plasenta
  • 45. Brucellosis • Hewan – Abortus pada fetus antara 5-8 bulan kebuntingan, berakibat selaput plasenta tertinggal lama (retensi) dan menyebabkan steril pada sapi – Bila sapi menderita abortus pada periode tersebut harus dicurigai menderita Brucellosis, sampel darah (serum) perlu diambil untuk peneguhan diagnosis
  • 46. Brucellosis • Manusia – Masa inkubasi: bervariasi, 1-6 minggu – Demam berfluktuasi – Lemah, kaku, keringat malam hari, sakit kepala, persendian – Bengkak kelenjar limfe, hati, limpa
  • 47. Brucellosis • Terapi, pengendalian dan pencegahan pada hewan – Tidak ada obat yang efektif – sapi penderita (reaktor) harus di-stamping out – Semua bagian kelahiran (pedet yang mati, plasenta, cairan, dll) harus dibakar agar tidak menjadi sumber penularan – Waspadai juga pejantan yang baru masuk dalam kelompok karena bisa juga menjadi sumber penularan
  • 48. Brucellosis • Terapi pada manusia – Antibiotika: tetrasiklin, streptomisin, trimetoprim atau sulfametoksazol – Vaksinasi tidak efektif
  • 49. Tuberkulosis • Sinonim: BTB (bovine tuberculosis) • Penyakit menular dan kronis • Kausa: – Mycobacterium tuberculosis (manusia) – Mycobacterium bovis (sapi) • Kejadian di Indonesia belum banyak dilaporkan, namun pernah dilaporkan di Ngawi, Jawa Timur tahun 1988. Jawa Barat 3 kasus tahun 1994. Bangli, Bali 2,22% (1/45) tahun 2013
  • 50. Tuberkulosis • Hewan – Pada sapi tidak ada gejala spesifik tahap stadium awal – Bila penyakit melanjut sapi akan menunjukkan batuk menetap, anoreksia dan kondisi badan sangat menurun disertai pembengkakan kelenjar limfe – Pengerasan ambing karena adanya jaringan ikat sering ditemukan. Pada saat itu kuman dapat terlihat dalam sekreta dan eksreta – Diagnosis: uji tuberkulin
  • 51. Tuberkulosis Paru-paru penderita, berbungkul bungkul Ambing penderita berbungkul dan mengeras (kanan), Ambing sehat (kiri)
  • 52. Tuberkulosis • Manusia – Masa inkubasi, 4 minggu – beberapa tahun – Lesi primer pembesaran kelenjar limfe leher – Demam, penurunan berat badan, nyeri perut, nyeri tekan perut, lesi tulang dan sendi, lesi genitouriner, meningitis dengan tanda neurologis. Infeksinya bisa serupa dengan tuberkulosis pernafasan – Infeksi ulangan dapat terjadi
  • 53. Tuberkulosis • Terapi, pengendalian dan pencegahan pada hewan – Pengobatan dilakukan dengan pemberian INH atau Streptomisin, namun seringkali efektif – Sapi penderita yang kurus, dieuthanasia dan dibakar – Hewan yang diduga menderita disingkirkan dan dilakukan pemeriksaan diagnostik
  • 54. Tuberkulosis • Terapi pada manusia – Untuk menghindari penularan dari manusia maka pekerja di RPH dan peternakan sapi perah harus bebas menderita TBC – Pencegahan juga dapat dilakukan dengan vaksinasi BCG – Masak susu dengan baik sebelum diminum
  • 55. Botulismus • Sinonim: Lamziekte, Limberneck • Kausa: Clostridium botulinum, bakteri yang hidup di tanah dan bebas oksigen (anaerob) serta dapat menghasilkan toksin. Kuman ini dapat membentuk spora sehingga tahan bertahun-tahun di dalam tanah • Penyakit ini meluas di seluruh dunia • Masa inkubasi pada hewan dan manusia 6 jam hingga beberapa hari, biasanya 12-36 jam
  • 56. Botulismus • Hewan – Toksin menyerang syaraf, hewan sempoyongan, kesulitan menelan, hipersalivasi, mata terbelalak – Hewan lumpuh pada lidah, bibir, tenggorokan dan kaki serta kelemahan umum – Hewan ambruk, kesulitan bernafas dan hewan akan mati dalam 1-4 hari – Kadang penyakit berjalan kronis, gejala berlangsung beberapa minggu. Pada domba atau kambing berjalan berkeliling dengan kepala di satu sisi (miring/head tilt) – Gejala bisa dikelirukan rabies
  • 57. Botulismus • Manusia – Tanda intoksikasi berupa mual, muntah, nyeri perut, diikuti gejala syaraf, ptosis, pandangan buram, paresis, dan paralisis kegagalan pernafasan dapat mengakibatkan kematian dalam beberapa jam-hari – Gejala klinik yang khas adalah paralisis fleksid yang turun dari atas ke bawah
  • 58. Botulismus • Terapi, pengendalian dan pencegahan pada hewan – Pengobatan tidak efektif, namun dapat diberikan antiserum – Obat oleum olifarum dapat mencegah terserapnya toksin lebih lanjut – Pengobatan lain dapat diberikan hanya simptomatis dan suportif – Pengendalian dan pencegahan terdiri atas pemusnahan karkas, pemberian air bersih, pengobatan pada setiap kekurangan mineral dan dengan vaksinasi
  • 59. Botulismus • Terapi pada manusia – Pemberian antitoksin polivalen sedini mungkin (dalam 1-2 hari) setelah menelan dapat memperbaiki prognosis, tetapi risiko terhadap reaksi hipersensitifitas yang berat terhadap serum kuda juga tinggi – Memberikan bantuan pernafasan intensif
  • 60. Ring worm • Sinonim: Kurap, Dermatophytosis, Tinea • Kausa: Trichophyton sp., Microsporum sp. dan Epidermophyton sp. penyebab utama pada ternak adalah Trichophyton dan Microsporum • Spora ringworm sangat tahan lama dalam kandang dan bebas di tempat-tempat hewan • Penularan: kontak langsung
  • 61. Ring worm • Hewan – Dimulai bercak merah, eksudasi dan rambut patah atau rontok. Perkembangan selanjutnya bervariasi. Bersisik, berupa benjolan kecil atau erupsi kulit atau berbentuk seperti tumor yang dikenal sebagai kerion – Bentuk lesi spesifik seperti cincin. Bila keropeng diangkat dapat terjadi perdarahan. Pada hewan umumnya terjadi pada daerah wajah, leher, bahu dada atau punggung. Hewan bertindak sebagai reservoir – Diagnosis dibantu dengan Wood lamp, meskipun tidak semua penyebab menimbulkan pendaran warna fluorescence
  • 62. Ring worm • Manusia – Dermatitis dengan derajat keganasan yang bervariasi disertai kebotakan lokal – Lesi berbentuk cincin, bersisik tebal tersebar di kepala atau bagian tubuh lain – Hifa jamur tumbuh pada stratum korneum dan tumbuh secepat pertumbuhan kulit agar membentuk lesi – Identifikasi melalui kerokan kulit
  • 63. Ring worm • Terapi, pencegahan dan penanggulangan pada hewan – Kerak atau keropeng tebal diambil dengan sikat, sabun dan air – Terapi dengan iodium tinctur setiap hari dan gliserin dalam jumlah campuran yang sama • Sapi: Na-kaprilat 20% disemprotkan pada area terinfeksi. • Kuda: Na-trichloromethyl-thiotetrahydrophthalamide. Asam borak 2-5% atau Kalium permanganat 1:5000. Obat lain dapat diberikan asam benzoat 6% • Griseofulvin memuaskan, namun cukup mahal – Pencegahan bergantung dengan pemisahan dan pengobatan penderita. Hindari kondisi penuh sesak dan berdesakan. Bila mungkin berikan tambahan vitamin A dan D
  • 64. Ring worm • Manusia – Ketokonazole, Itraconazole, Griseofulvin – Hindari kontak dengan hewan terinfeksi. Cuci tangan setelah kontak
  • 65.
  • 66. Penyakit lain • Paratuberkulosis (Mycobacterium avium subspesies paratuberkulosis) • Kampilobakteriosis (Camphylobacter jejuni) • Klamidiosis (Chlamydia psittaci) • Listeriosis (Listeria monocytogenes) • Actinomycosis (Actinomyces israelli, Actinomyces spp.) • Aspergilosis (Aspergillus spp.)
  • 68. Toksoplasmosis • Kausa: Toksoplasma gondii • Terdapat hampir di seluruh dunia terutama daerah tropis • Kucing menjadi reservoir, induk semang definitif. Kucing bisa terinfeksi toksoplasma dari daging mentah atau burung atau tikus yang mengandung toksoplasma • Manusia mungkin terinfeksi karena memakan daging mentah atau daging yang tidak dimasak dengan baik yang tercemar/mengandung toksoplasma. Termasuk juga sayur mentah yang tidak dicuci dengan baik • Infeksi kongenital pada manusia dapat menyebabkan lesi otak yang serius
  • 69. Toksoplasmosis • Hewan – Tidak ada tanda infeksi yang spesifik – Domba dapat terjadi abortus pada akhir kebuntingan – Gangguan syaraf terjadi akibat serangan pada sistem syaraf dengan gejala berputar-putar, inkoordinasi gerak, kekakuan otot serta kelelahan – Pada kucing dapat terjadi diare, hepatitis, miokarditis, miositis, pneumonia dan ensefalitis pada infeksi yang berat tetapi umumnya simptomatik
  • 70. Toksoplasmosis • Manusia – Biasanya asimptomatik – Demam, sakit kepala, malaise, limfadenopati dan batuk yang lamanya bervariasi dan jarang terjadi miokarditis, ensefalitis dan pneumonitis – Infeksi otak yang berat dapat terjadi dari rektivasi infeksi laten pada individu yang mengalami penurunan sistem kekebalan (AIDS). – Infeksi kongenital menyebabkan retinitis kronik, kerusakan otak, hidrosefali, mikrosefali, pembesaran hati dan limpa, trombositopenia, rash dan demam
  • 71. Toksoplasmosis • Terapi, pengendalian dan pencegahan pada hewan
  • 72.
  • 73. Toksoplasmosis • Terapi pada manusia – Rifampicin – Anthelmintik namun hasilnya tidak bagus – Pengobatan steroid untuk mata dapat mengatasi keradangan dan edema. Laser fotokoagulasi mungkin diperlukan – Wanita hamil sebaiknya tidak menangani kotoran kucing atau bila terpaksa gunakan sarung tangan. Selalu cuci tangan dengan baik sebelum makan – Hindari makan daging atau sumber protein yang mentah (daging, telur). Cuci dengan baik sayuran mentah yang ingin dimakan
  • 74. Taeniasis dan Sistiserkosis • Penyakit ini berhubungan dengan larva cacing Taenia solium dan Taenia saginata • Kausa: – Manusia: Taenia sagiata;T. Solium, dan Cysticercus cellulosa – Sapi: Cysticercus bovis – Babi: Cysticercus cellulosa • Reservoir: babi (induk semang)
  • 75. Taeniasis dan Sistiserkosis • Hewan – Masa inkubasi 60 hari – Hewan biasanya subklinis, tetapi gejala sakit pada otot dapat timbul bila terinfeksi cacing yang berat. – Dapat juga muncul gejala neurologis
  • 76. Proglottid gravid Taenia saginata Cysticercus bovis
  • 77. Taeniasis dan Sistiserkosis • Manusia – Masa inkubasi pada manusia terserang sistiserkosis adalah 10-12 hari, taenisiasi 8-14 hari – Cacing pita dapat menyebabkan gejala perut yang tidak spesifik meliputi anoreksia, penurunan berat badan – Infeksi larva menimbulkan gejala akibatkan migrasi larva ke seluruh jaringan seperti demam, sakit otot, kehilangan pandangan, epilepsi dan gejala neurologi lain – Infeksi kista dan cacing pita biasanya ringan, tetapi infeksi C. cellulosa pada manusia dapat menyebabkan lesi otak serius dan bahkan fatal
  • 78. Taeniasis dan Sistiserkosis • Terapi pada manusia – Niklosomid, praziquantel – Pembedahan kadang diperlukan untuk sistiserkosis – Hindari makan daging sapi atau babi ang mentah atau tidak dimasak dengan baik. Pemeriksaan daging yang baik di RPH. Sanitasi lingkungan yang baik
  • 79. Trypanosomiasis • Kausa: Trypanosoma brucei, Trypanosoma gambiense • Reservoir: sapi, babi (T. brucei); manusia (T. gambiense) • Penularan: lalat tsetse
  • 80. Trypanosomiasis • Hewan – Subklinis – Kadang disertai gejala syaraf Trypanosoma brucei dalam darah
  • 81. Trypanosomiasis • Manusia – Masa inkubasi, 3-21 hari (T. brucei), T. gambiense lebih lama – Furunkel pada lokasi gigitan serangga – Akut, setahun parasit hanya ditemukan dalam darah. Demam berulang, sakit kepala, insomnia, limfadetis, anemia, hiperestesia. – Kronis, parasit menyerang sistem syaraf. Perubahan perilaku, gejala neurologis, kejang dan koma
  • 82. Trypanosomiasis • Terapi, pengendalian dan pencegahan pada hewan – Tidak ada terapi spesifik – Tidak ada vaksin – Pengendalian lalat
  • 83. Trypanosomiasis • Terapi pada manusia – Suramin (T. brucei), Pentamidine (T. gambiense) – Malasorpol dapat dipertimbangkan dalam stadium syarafi – Bila tidak diterapi, penyakit berjalan progresif 1-2 tahun dan berakhir dengan kematian – Tidak ada vaksin
  • 84. Skistosomiasis • Sinonim: Bilharzia, Bilharziasis • Infestasi cacing pita sistemik yang ditularkan melalui air • Penyebab: – Schistosoma mansoni, S. hematobium, (manusia sbg reservoir) di Afrika, Amerika Selatan, Karibia – S. japonicum di Cina, Jepang, Philipina, Asia Tenggara • S. japonicum menginfeksi sapi, kerbau, kuda, anjing, kucing, pengerat dan kera • Hospes antara: Siput Biomfalaria dan Bulimus
  • 85. Skistosomiasis • Hewan – Masa inkubasi, bervariasi – Nyeri perut, diare, anemia, kurus dan hematuria
  • 86. Skistosomiasis • Manusia – Masa inkubasi S. japonicum 4-6 minggu sebelum gejala akut – Larva masuk ke kulit (rash dg rasa gatal) – Akut: demam, nyeri perut, batuk, penurunan berat badan, diare dan disentri – Kronik: hepatomegali, sirosis, pembesaran limpa, asites dan epilepsi
  • 87. Skistosomiasis • Terapi, pengendalian dan pencegahan pada hewan – Tartar emetik, antimosa dan stibofen – Lukanton dan Triklorofon (sapi, domba). Hikanton dan Niridazaol (domba)
  • 88. Skistosomiasis • Terapi pada manusia – Praziquantel – Kontol hospes perantara siput. Sediakan air minum melalui pipa air. Sanitasi lingkungan
  • 90. Penyakit lain • Ankilostomiasis (Ancylostoma sp.) • Babesiosis (Babesia sp.) • Fasciolasis (Fasciola hepatica) • Skabiosis (S. scabie) • Filariasis (D. immitis, Brugei malay) • Trypanosomiasis (T. brucei) • Trichinosis (Trichinella spiralis) • Ekinokokosis (E. granulosus; E. multilocularis; E. oligarthus; E. vogeli)