Dokumen tersebut membahas tentang rabies dan profilaksis pasca paparan. Rabies adalah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi yang menyebabkan kematian 99.9% tanpa perawatan. Profilaksis pasca paparan meliputi pembersihan luka, vaksinasi, dan imunoglobulin berdasarkan kategori paparan.
Dokumen tersebut membandingkan perbedaan antara skizoafektif, gangguan bipolar, dan depresi pasca skizofrenia dalam 7 aspek: 1) sifat, 2) jumlah episode, 3) gejala dominan, 4) waktu timbulnya, 5) keberadaan episode normal, 6) batasan waktu gejala, dan 7) tatalaksana.
Berdasarkan dokumen tersebut, ibu mengeluh gatal-gatal dan munculnya plak di sekitar sendi lutut dan lengan selama sebulan terakhir. Plak tersebut menebal dan sering kambuh ketika cuaca dingin dan lembab. Sendi-sendi juga terasa sakit. Berdasarkan gejala klinis, diduga ibu mengalami psoriasis.
Gangguan skizoafektif tipe depresi dengan gejala skizofrenia dan depresi yang muncul secara bersamaan. Pasien mengeluhkan halusinasi auditorik dan gejala depresi seperti murung, menyendiri, dan tidak nafsu makan. Diagnosis gangguan skizoafektif tipe depresi berdasarkan gejala klinis dan riwayat medis pasien.
1. Atelektasis adalah kondisi paru atau sebagian paru yang tidak berkembang sempurna sehingga tidak berisi udara.
2. Penyebabnya antara lain penyumbatan bronkus, tekanan luar, dan gangguan pernapasan.
3. Pada radiologi tampak penurunan volume paru, pergeseran mediastinum dan fissura.
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Dokumen tersebut membandingkan perbedaan antara skizoafektif, gangguan bipolar, dan depresi pasca skizofrenia dalam 7 aspek: 1) sifat, 2) jumlah episode, 3) gejala dominan, 4) waktu timbulnya, 5) keberadaan episode normal, 6) batasan waktu gejala, dan 7) tatalaksana.
Berdasarkan dokumen tersebut, ibu mengeluh gatal-gatal dan munculnya plak di sekitar sendi lutut dan lengan selama sebulan terakhir. Plak tersebut menebal dan sering kambuh ketika cuaca dingin dan lembab. Sendi-sendi juga terasa sakit. Berdasarkan gejala klinis, diduga ibu mengalami psoriasis.
Gangguan skizoafektif tipe depresi dengan gejala skizofrenia dan depresi yang muncul secara bersamaan. Pasien mengeluhkan halusinasi auditorik dan gejala depresi seperti murung, menyendiri, dan tidak nafsu makan. Diagnosis gangguan skizoafektif tipe depresi berdasarkan gejala klinis dan riwayat medis pasien.
1. Atelektasis adalah kondisi paru atau sebagian paru yang tidak berkembang sempurna sehingga tidak berisi udara.
2. Penyebabnya antara lain penyumbatan bronkus, tekanan luar, dan gangguan pernapasan.
3. Pada radiologi tampak penurunan volume paru, pergeseran mediastinum dan fissura.
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitpeternugraha
Kortikosteroid topikal memiliki mekanisme kerja yang kompleks melalui jalur genomik dan nongenomik. Pemilihan kortikosteroid dan penggunaannya harus mempertimbangkan faktor penyakit, pasien, dan obat. Kortikosteroid topikal dapat mengobati berbagai penyakit kulit dengan respons yang bervariasi, namun harus digunakan dengan tepat dosis dan lama pengobatan untuk mencapai efek maksimal dan menghind
1. Seorang pria mengalami henti jantung saat makan malam di kapal pesiar. Dokter memberikan resusitasi jantung paru sebelum awak kapal datang dengan defibrilator otomatis. Pasien tertolong setelah menerima dua kali kejutan listrik.
2. Defibrilasi dan kardioversi menggunakan kejutan listrik untuk menghentikan aritmia jantung. Defibrilasi digunakan untuk detak ventrikel tak beraturan tanpa denyut,
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dermatitis kontak disebabkan oleh bahan yang menempel pada kulit dan memiliki dua jenis, iritan dan alergik
2. Dermatitis kontak iritan disebabkan oleh bahan kimia yang merusak kulit sementara dermatitis kontak alergik disebabkan oleh sensitivitas terhadap alergen tertentu
3. Kedua jenis dermatitis kontak menimbulkan gejala seperti eritema, edema, vesikel
DIAGNOSA BANDING PENURUNAN KESADARAN MANAJEMEN
Dipresentasikan oleh Jofizal Jannis | Neurologist| National Brain Centre
pada PIT VI IDI Kota Bogor | 10 Nopember 2013
Demam tifoid disebabkan oleh infeksi Salmonella Typhi dan memiliki gejala demam tinggi, lidah berlapis, dan hepatomegali. Diagnosis didasarkan pada trias klinis, kultur darah minggu pertama, dan tes serologi. Pengobatan lini pertama adalah antibiotik seperti kloramfenikol selama 10-14 hari. Pencegahan melalui vaksinasi dan meningkatkan sanitasi dan kebersihan.
Seizures & Epilepsy, chapt. #1: Diagnosis, at a glance, for beginnersErsifa Fatimah
di-request adek2 Dokter Muda buat nentir ttg kejang, so, yang singkat n praktis2 aja dalam diagnosis kejang.. (sambil bertanya-tanya, ujian bakal kayak apa ya?)
met belajar!^^v
Dermatitis venenata disebabkan oleh toksin dari hewan seperti kumbang paederus dan tumbuhan seperti Dieffenbachia yang menyebabkan peradangan kulit. Gejala klinis muncul 8-24 jam setelah kontak berupa makula, papula, vesikel, eritema dan edema. Penatalaksanaan meliputi kortikosteroid topikal dan sistemik sesuai derajat kasusnya.
Anak laki-laki berusia 9 tahun dibawa ke poli oleh ibunya dengan keluhan demam, batuk, dan sesak napas selama 2 minggu. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda infeksi dan edema paru. Pemerikasaan laboratorium menunjukkan adanya infeksi, hipernatremia, dan hipoalbuminemia.
Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari segala aspek yang berkaitan dengan kematian, termasuk diagnosis kematian, perubahan yang terjadi setelah kematian, dan manfaatnya untuk menentukan waktu dan penyebab kematian. Ilmu ini mempelajari tanda-tanda awal kematian seperti berhentinya pernafasan hingga tanda pasti kematian seperti suhu, lebam, dan kaku mayat untuk memperkirakan waktu kematian. Tan
Tokyo guidline 13 (kolesistitis & kolangitis)fikri asyura
Pedoman ini membahas penatalaksanaan kolangitis dan kolesistitis akut. Kolangitis akut didefinisikan sebagai infeksi saluran empedu yang disebabkan oleh obstruksi parsial atau total dari duktus billiar. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium dan gambar. Kolesistitis akut adalah peradangan kandung empedu yang umumnya disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu. Diagnosis didasarkan pada gejala
Dokumen tersebut membahas tentang askep pada anak dengan campak. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi campak, gejala klinis yang terdiri dari 3 stadium yaitu stadium kataral, erupsi dan konvalesensi, serta penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada anak dengan campak.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang zoonosis dan beberapa penyakit zoonosis pada hewan dan manusia, seperti rabies, avian influenza, swine flu, Japanese encephalitis, cowpox, anthrax, dan leptospirosis. Penyakit-penyakit tersebut ditularkan melalui kontak langsung atau vektor seperti nyamuk, dan menyebabkan gejala seperti demam, batuk, dan paralisis pada hewan maupun manusia. Pencegahannya melalui
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitpeternugraha
Kortikosteroid topikal memiliki mekanisme kerja yang kompleks melalui jalur genomik dan nongenomik. Pemilihan kortikosteroid dan penggunaannya harus mempertimbangkan faktor penyakit, pasien, dan obat. Kortikosteroid topikal dapat mengobati berbagai penyakit kulit dengan respons yang bervariasi, namun harus digunakan dengan tepat dosis dan lama pengobatan untuk mencapai efek maksimal dan menghind
1. Seorang pria mengalami henti jantung saat makan malam di kapal pesiar. Dokter memberikan resusitasi jantung paru sebelum awak kapal datang dengan defibrilator otomatis. Pasien tertolong setelah menerima dua kali kejutan listrik.
2. Defibrilasi dan kardioversi menggunakan kejutan listrik untuk menghentikan aritmia jantung. Defibrilasi digunakan untuk detak ventrikel tak beraturan tanpa denyut,
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dermatitis kontak disebabkan oleh bahan yang menempel pada kulit dan memiliki dua jenis, iritan dan alergik
2. Dermatitis kontak iritan disebabkan oleh bahan kimia yang merusak kulit sementara dermatitis kontak alergik disebabkan oleh sensitivitas terhadap alergen tertentu
3. Kedua jenis dermatitis kontak menimbulkan gejala seperti eritema, edema, vesikel
DIAGNOSA BANDING PENURUNAN KESADARAN MANAJEMEN
Dipresentasikan oleh Jofizal Jannis | Neurologist| National Brain Centre
pada PIT VI IDI Kota Bogor | 10 Nopember 2013
Demam tifoid disebabkan oleh infeksi Salmonella Typhi dan memiliki gejala demam tinggi, lidah berlapis, dan hepatomegali. Diagnosis didasarkan pada trias klinis, kultur darah minggu pertama, dan tes serologi. Pengobatan lini pertama adalah antibiotik seperti kloramfenikol selama 10-14 hari. Pencegahan melalui vaksinasi dan meningkatkan sanitasi dan kebersihan.
Seizures & Epilepsy, chapt. #1: Diagnosis, at a glance, for beginnersErsifa Fatimah
di-request adek2 Dokter Muda buat nentir ttg kejang, so, yang singkat n praktis2 aja dalam diagnosis kejang.. (sambil bertanya-tanya, ujian bakal kayak apa ya?)
met belajar!^^v
Dermatitis venenata disebabkan oleh toksin dari hewan seperti kumbang paederus dan tumbuhan seperti Dieffenbachia yang menyebabkan peradangan kulit. Gejala klinis muncul 8-24 jam setelah kontak berupa makula, papula, vesikel, eritema dan edema. Penatalaksanaan meliputi kortikosteroid topikal dan sistemik sesuai derajat kasusnya.
Anak laki-laki berusia 9 tahun dibawa ke poli oleh ibunya dengan keluhan demam, batuk, dan sesak napas selama 2 minggu. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda infeksi dan edema paru. Pemerikasaan laboratorium menunjukkan adanya infeksi, hipernatremia, dan hipoalbuminemia.
Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari segala aspek yang berkaitan dengan kematian, termasuk diagnosis kematian, perubahan yang terjadi setelah kematian, dan manfaatnya untuk menentukan waktu dan penyebab kematian. Ilmu ini mempelajari tanda-tanda awal kematian seperti berhentinya pernafasan hingga tanda pasti kematian seperti suhu, lebam, dan kaku mayat untuk memperkirakan waktu kematian. Tan
Tokyo guidline 13 (kolesistitis & kolangitis)fikri asyura
Pedoman ini membahas penatalaksanaan kolangitis dan kolesistitis akut. Kolangitis akut didefinisikan sebagai infeksi saluran empedu yang disebabkan oleh obstruksi parsial atau total dari duktus billiar. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium dan gambar. Kolesistitis akut adalah peradangan kandung empedu yang umumnya disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu. Diagnosis didasarkan pada gejala
Dokumen tersebut membahas tentang askep pada anak dengan campak. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi campak, gejala klinis yang terdiri dari 3 stadium yaitu stadium kataral, erupsi dan konvalesensi, serta penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada anak dengan campak.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang zoonosis dan beberapa penyakit zoonosis pada hewan dan manusia, seperti rabies, avian influenza, swine flu, Japanese encephalitis, cowpox, anthrax, dan leptospirosis. Penyakit-penyakit tersebut ditularkan melalui kontak langsung atau vektor seperti nyamuk, dan menyebabkan gejala seperti demam, batuk, dan paralisis pada hewan maupun manusia. Pencegahannya melalui
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar wabah dan penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan wabah beserta tanda-tandanya. Beberapa penyakit yang dijelaskan antara lain kolera, pes, demam kuning, demam bolak-balik, tifes, campak, polio, difteri, pertusis, rabies, malaria, influenza, dan hepatitis.
PENGKAJIAN lanjut KEPERAWATAN HIV power point.pptxIsyeSiahaya
Dokumen tersebut berisi data demografi, riwayat sosial, kesehatan, dan pemeriksaan fisik pasien yang diduga terinfeksi HIV. Meliputi riwayat seksual berisiko, penggunaan narkoba suntik, riwayat kesehatan terdahulu, dan gejala-gejala yang muncul. Pemeriksaan fisik mencakup sistem kardiorespirasi, gastrointestinal, neurologi, dan lainnya untuk mengetahui dampak HIV. Pemeriksaan laboratorium dil
Teks tersebut membahas tentang rabies pada hewan dan penularannya ke manusia. Secara ringkas, rabies disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf pusat dan menyebar melalui gigitan atau air liur hewan yang terinfeksi. Gejalanya bervariasi namun dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani. Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan jaringan otak dan tes laboratorium.
5.Materi Investigasi Klinis_TB dan HIV_ DIM.pptxAdra10
Dokumen ini membahas tentang investigasi klinis penyakit TBC dan HIV/AIDS. TBC adalah penyakit paru akibat infeksi Mycobacterium tuberculosis, sementara HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan AIDS. Dokumen ini menjelaskan gejala, pemeriksaan, dan pengobatan untuk kedua penyakit tersebut.
Pertusis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Gejalanya berupa batuk terus menerus yang diawali batuk kering dan berlanjut menjadi batuk berdahak disertai bunyi "whoop" ketika menghirup napas. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium."
Dokumen tersebut membahas diagnosis dan penatalaksanaan difteri pada anak. Secara ringkas, difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menghasilkan toksin yang menyebabkan gejala klinis dan komplikasi. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan isolasi bakteri, sementara penatalaksananya meliputi pemberian antitoksin, antimikrobial, dan isolasi pasien beserta kontak eratnya.
Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit glomerular yang ditandai dengan edema, proteinuria masif >3,5 gram/hari, hipoalbunemia <3,5 gram/hari, hiperkolesterolemia
Dokumen tersebut membahas tentang Flu Singapore yang sebenarnya adalah Hand-Foot-Mouth Disease (HFMD), penyakit menular yang umum terjadi pada anak-anak dan disebabkan oleh virus Picornaviridae."
Ringkasan dokumen tersebut adalah kasus laporan seorang pasien perempuan berusia 8 tahun yang dirawat karena demam selama 4 hari dan didiagnosis menderita malaria.
Similar to Rabies : approach diagnostic and prophylaxis (20)
A 71-year-old woman presented with fever, cough, and altered mental status. She was diagnosed with sepsis and acute kidney injury. She received empiric antibiotics and underwent hemodialysis to manage her organ dysfunction. Her condition improved over several days of treatment, though cultures did not identify a definite microbe.
Cardiac Manifestation in Dengue InfectionSoroy Lardo
Dengue Infection and Cardiac Manifestations How Important? Certainly greatly affect the clinical course of dengue patients with viremia phase - critical phase and recovery phase. Cardiac Manifestations, as an important organ that determines stable hemodynamics. What if our heart is disturbed? of course there is influence in management and prognosis. Please refer to this power point.
Case Report : Integrating Review Inflammation and Commorbid diseasesSoroy Lardo
Diabetes is associated with atherosclerosis and COPD contributed to the chronic inflammation within the systemic vascular. Management of CVI with diabetes and COPD requires multi-disciplinary approach
Fungal infections can occur due to the increasing use of broad-spectrum antibiotics and patients with immunodeficiency. Some pathogens, such as Cryptococcus, Candida,and Fusarium, rarely cause serious diseases in the normal host, while other endemic fungi, such as Histoplasmosis, Coccidiodes,and Paracoccidiodes can cause disease in a normal host, but has a tendency to be aggressive on immunocompromise.
Candida species are normal flora that may be an apportunistic pathogen. Candidiasis occurs in some diseases such as gastrointestinal mucosal esophagitis, a fungal disease associated with the use of catheters and in - patients who have mucosal damage or obtain broad – spectrum antibiotics. Other candidiasis consist of skin candidiasis, funguria candidiasis, disseminated candidiasis and endocarditis candidiasis. Candidemia is the fourth most common cause of nosocomial bloodstream infections in the United States and in many of the developed country. Invasive candidiasis has a significant impact on patient outcomes, and it has been estimated that the mortality of invasive candidiasis is as high as 47%. The mortality rates are 15%-25% for adults and 10%-15% for neonates and children. Diagnostic approach to fungal infection is a priority. The knowledge of the changes in epidemiology and risk factors for fungal infections, has become the main reference to measure optimal treatment of fungal infections.
Co Infection Dengue and HIV are simultanously infection. Dengue is viral infection with short term and clearence viremia. HIV is viral persistence infection with thrombocytopenia is caused by molecular mimicry
1. The patient, a 60-year-old man, presented with pale skin and fatigue for two days and was diagnosed with aplastic anemia four months ago requiring twice weekly platelet transfusions.
2. Physical examination found anemic conjunctiva, pale nails, and purpura on the arms and legs. Laboratory tests showed decreased red blood cell counts and pancytopenia.
3. The patient was diagnosed with aplastic anemia based on his history of frequent transfusions, physical findings, and low blood cell counts on laboratory tests. He received platelet transfusions and IV fluids and was advised to follow up every two weeks.
Manifestasi atipikal pada infeksi virus dengue dapat berupa demam tak terdiferensiasi, demam dengue atau DHF. Dokumen ini membahas kasus seorang wanita 32 tahun dengan keluhan nyeri perut kanan dan demam selama 11 hari yang diduga mengalami infeksi virus dengue bermanifestasi atipikal berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium.
MERS-CoV infection causes severe respiratory and substantial nonpulmonary organ dysfunctions and has a high mortality rate. Community acquired and health care–associated MERS-CoV infection occurs in patients with chronic comorbid conditions
The approach to sepsis certainly needs to be based on organ involement. The mysteri of the role of the heart associated with myocardial dysfunction, becomes a growing scientific challenge
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi oleh Mycobacterium selain M. tuberculosis (NTM) yang dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh termasuk paru. NTM lebih sering menginfeksi paru, kelenjar limfe, dan jaringan lunak. Faktor host dan karakteristik organisme berpengaruh terhadap kerentanan terhadap infeksi NTM. Kulturing dan identifikasi spesies NTM diperlukan untuk diagnosis dan penentuan pengobatan.
Laki-laki 59 tahun dirawat dengan diagnosis sepsis akibat pneumonia nosokomial yang didukung oleh riwayat demam, penurunan nafsu makan, dan penurunan kesadaran sebelum masuk rumah sakit. Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus selama 15 tahun dan hipertensi. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan procalcitonin dan kultur sputum menemukan Acinetobacter baumannii. Pasien diberikan terapi resusitasi cairan dan antibiotik berdasark
Case Presentation : Severe Dengue With Menstruation and Plasma Leakage Soroy Lardo
Laporan kasus ini membahas kasus seorang wanita usia 31 tahun dengan diagnosis Demam Berdarah Dengue (DHF) tingkat I yang dirawat selama 3 hari. Pasien mengeluh demam, nyeri sendi, nyeri kepala, dan muntah sejak 3 hari sebelumnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan nyeri di daerah epigastrik dan hasil laboratorium menunjukkan leukopenia, trombositopenia, serta tes Dengue NS1 Ag positif. Diagnosis yang
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS Soroy Lardo
1. Dokumen tersebut membahas tentang ko-infeksi HIV dan TB, dimana kedua penyakit saling mempengaruhi dan memperburuk prognosis satu sama lain. 2. HIV menurunkan kekebalan tubuh sehingga meningkatkan risiko infeksi TB aktif, sementara replikasi HIV lebih tinggi pada lokasi infeksi TB. 3. Ko-infeksi meningkatkan replikasi kedua agen patogen dan merupitkan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Rabies : approach diagnostic and prophylaxis
1. RABIES & PROFILAKSIS
PASCA PAPARAN
Case report
Pembimbing : Dr. dr. Soroy Lardo Sp.PD
PPDS IPD FKUI : dr. Hikmat Pramukti
Sub SMF/Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi
Departemen Penyakit Dalam
RSPAD Gatot Soebroto
2. Fakta tentang rabies
• Rabies adalah penyakit yang dapat dicegah
dengan vaksinasi.
• Rabies terdapat di 150 negara seluruh dunia1
• Case Fatality Rabies 99.9%2
• Eliminasi rabies dapat dilakukan dengan
memvaksinasi Hewan peliharaan1
• Biaya PEP dengan biaya mengvaksinasi 50
anjing atau kucing1
1. F.X.Meslin, T. Hemachuda, H. Wilde and G.Gongal, 2010. WHO Standards for Rabies Control(prevention of human infection,
professional hazards)
2. Warrell MJ, Warrell DA. Rabies: the clinical features, management and prevention of the classic zoonosis. Clin Med [Internet]
2015;15(1):78–81. Available from: http://www.clinmed.rcpjournal.org/content/15/1/78.full
3.
4. Identitas
• Nama : Tn. M
• Umur : 49 tahun
• MR :
• Pekerjaan : TNI
• Pembiayaan: BPJS Dinas
7. Riwayat Penyakit Sekarang
1 hari SMRS
Pasien mengaku digigit anjing saat sedang beristirahat di
pinggir jalan.
Pasien mengeluh kepala pusing, nyeri dada kanan seperti
pegal, nyeri menjalar(-) keringat dingin (-). Mual dan muntah
(-) pasien sudah mencuci luka dengan air mengalir dan
betadine
8. Riwayat penyakit dahulu
• HT, DM, TB paru tidak ada
• Riwayat Vaksinasi : lengkap imunisasi dasar,
vaksinasi rabies (-)
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang TNI, tidak merokok,
tidak minum minuman keras
9. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis E4M6V5
• Tek. Darah : 110/70 mmHg
• Frek. Nadi : 88 x/mnt, Isi cukup.
• Frek Napas : 20 x/mnt (Sat O2: 99% O2 room air)
• Suhu : 360C
• Berat badan : 55 Kg
• Tinggi badan : 165 cm
• BMI : 20.2 kg/m2
10. Pemeriksaan Fisik
• Mata : konjungtiva tak anemis , sklera tidak ikterik
• Leher : JVP 5-2 cmH2O, KGB tidak teraba membesar.
• Jantung :
– Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat
– Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS 5 1 jari medial linea midklavikula
kiri
– Perkusi : Batas kanan : ICS V linea parasternalis kanan
Batas kiri : ICS 5 1 jari medial linea midklavikula kiri
Pinggang Jantung : ICS III linea parasternalis kiri
– Auskultasi : BJ I & II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
11. Pemeriksaan Fisik
• Paru
– Inspeksi: bentuk dan gerak simetris
– Palpasi: fremitus kiri = kanan
– Perkusi: paru kanan & kiri sonor
– Auskultasi: Vesikuler kiri sama dengan kanan, ronkhi tidak ada,
wheezing tak ada
• Abdomen
– Inspeksi: datar
– Palpasi: supel, hepar dan lien tidak teraba membesar,
– Perkusi: Timpani
– Auskultasi: Bising usus normal
• Ekstremitas: akral hangat, edema tidak ada, vulnus morsum suspek
caninum a.r femoral kanan
12. Lab Hasil
Hb 15.7
Ht 47
leukosit 6940
Trombosit 287000
MCV 84
MCH 28
MCHC 33
SGOT 17
SGPT 15
ureum 30
Creatinin 1
Na 148
K 4.1
Cl 102
Pemeriksaan Tambahan :
• PCR saliva : -
• Biopsi jaringan luka : tidak dapat
dilakukan
13. Elektrokardiogram
Sinus rhythm, 90 kali per
menit, normoaksis,
gelombang P normal,
QRS kompleks 0,08
detik, PR interval 0,12
detik, ST-T changes tidak
ada BBB negatif, LVH
negatif, RVH negatif
14. RESUME PASIEN
Pasien laki-laki 49 tahun digigit anjing 1 hari SMRS,
Pasien mengeluh kepala pusing, nyeri dada kanan
seperti pegal, nyeri menjalar(-) keringat dingin (-).
Mual dan muntah (-) pasien sudah mencuci luka
dengan air mengalir dan betadine
Pasien seorang TNI. Merokok (-), Alkohol (-)
Pemeriksaan fisik ditemukan : Luka di femoral kanan
Pemeriksaan lab : DPL 15/47/6940/287.000, lain lain
dalam batas normal
15. Epidemiologi
• endemis di 24 propinsi di Indonesia
– Provinsi Bali, Sumatera Utara, Maluku, NTT.
• Di Indonesia, rabies pada hewan sudah
ditemukan sejak tahun 1884, dan kasus rabies
pada manusia pertama kali ditemukan pada
tahun 1894 di Jawa Barat
17. Etiologi
• Ciri khas
– Bullet-shaped (75 x 180 nm)
– Enveloped
– Single stranded RNA
genome, 12 kb
– Host dari virus beragam
• Klasifikasi
– Family Rhabdoviridae
• Genus Lyssavirus
18.
19. • Hewan yang dapat terkena rabies
– Semua hewan berdarah panas dengan
kerentanan yang berbeda
• High – serigala, coyote, rubah, anjing
• Intermediate – sigung, rakun , kelelawar
• Low – possum
– Virus terdapat di saliva, nervous system,
urin, lymph, air susu
21. Definisi kasus Rabies :
• sindrom neurologis akut (ensefalitis) didominasi oleh
bentuk hiperaktivitas (yaitu furios rabies) atau
sindrom lumpuh (yaitu dumb rabies) memberat
menuju koma dan kematian, dengan gagal jantung
atau pernapasan, biasanya dalam 7-10 hari setelah
tanda pertama.
WHO, 2010
22. Manifestasi Klinis
• Non specific prodrome
• Acute neurologic encephalitis
– Acute encephalitis
– Disfungsi berat batang otak
• Koma
• Kematian
– terjadi dalam beberapa hari atau minggu ( kasus
jarang recovery hanya ada 10 kasus tercatat sampai
saat ini )[1,2]
1. De Souza A, Madhusudana SN. Survival from rabies encephalitis. J Neurol Sci [Internet] 2014;339(1-2):8–14. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jns.2014.02.013
2. Jackson AC. Recovery from rabies: A call to arms. J Neurol Sci [Internet] 2014;339(1-2):5–7. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jns.2014.02.012
23. Manifestasi Klinis
Fase Prodormal
• Gejala non spesifik
• 1 - 2 hari 1 minggu
• Demam, sakit kepala, sakit tenggorokan
• Anorexia, nausea, vomiting,
• Agitasi, depresi
• Paresthesia atau fasikulasi sekitar area inokulasi
virus
Organization WH. WHO Expert Consultation on rabies. World Heal Organ Tech
Rep Ser 2013;931:7, 88.
24. Acute Neurologic
Encephalitis
1 – 2 hari to < 1 minggu
• Furious Rabies
– Aktivitas motorik berlebih ,
Eksitasi, Agitasi,
Inkoordinasi, Hyperaktivitas
– Confusion, Halusinasi,
Delirium, ( periode lucid
coma )
– Isi pikiran absurd, kejang ,
– Muscle spasms,
Meningismus, Opisthotonic
posturing
– Hypersalivasi,keringat
berlebih, Lakrimasi, irregular
pupils dilatasi
– Aphasia, Pharyngeal spasms,
– Demam > 40.60
– Upper motor neuron
paralysis
– Deep tendon reflexes
– Extensor plantar responses
– Hydrophobia or
Aerophobia (50 -70% )
• Dumb/paralysis
1. Organization WH. WHO Expert Consultation on rabies. World Heal Organ Tech Rep Ser 2013;931:7,
88.
25. Komplikasi
– Cardiac:
• aritmia, hipotensi,
myocarditis and cardiac
failure
– Respiratory:
• asfiksia, pneumonia,
pneumothorax,
inspiratory spasms,
periodic breathing-
cluster breathing,
Cheyne–Stokes dan
gangguan irama respirasi
lain, ARDS and
respiratory failure
– Neuroendokrin :
• kejang,
hypo/hyperpyrexia,
diabetes insipidus,
inappropriate ADH
secretion dan cerebral
oedema
– Gastroenterological:
• perdarahan, Mallory–
Weiss tears dan stress
ulcer
1. Organization WH. WHO Expert Consultation on rabies. World Heal Organ Tech Rep Ser
2013;931:7, 88.
27. Diagnosis
• Laboratory diagnosis
– PCR : saliva
– Serology : serum dan LCS
– Biopsi jaringan : nervus kutaneus dari dekat luka
– Jaringan otak pada hewan atau manusia (post mortem)
• Animal control
– Hewan yang dicurigai rabies dilakukan euthanasia dan
diperiksa secara histopathology untuk mencari Negri
bodies dan viral antigen dari brain stem dan cerebellum
(24-72 jam)
– Observation period ( 10 hari )
28. PENCEGAHAN
• Preexposure Prophylaxis
– Veterinarian, Penjaga hutan , pekerja lab , Animal
handlers
– Imunisasi aktif (Vaksin) dengan jadwal: 0, 7, 21 (28)
• Postexposure Prophylaxis
– Cuci bersih dan perawatan luka dengan air dan sabun
– Imunisasi Pasif (Vaksin Rabies)
– Imunisasi Aktif (Imunoglobulin)
29. Kategori Paparan
• Kategori I:
– menyentuh atau makan hewan, jilatan pada kulit utuh, bersentuhan
langsung dari kulit utuh dengan kotoran dari hewan rabies atau
manusia, tidak dianggap sebagai eksposur, dan tidak ada profilaksis
pasca pajanan diperlukan.
• Kategori II:
– mengunyah kulit terbuka, goresan kecil atau lecet tanpa perdarahan.
Vaksin harus disuntikkan sesegera mungkin.
• Kategori III:
– satu atau beberapa gigitan transdermal atau goresan, jilatan pada kulit
yang rusak, kontaminasi selaput lendir dengan air liur dari jilatan dan
paparan kelelawar. Vaksin rabies dan immunoglobulin harus diberikan
di tempat yang berbeda sesegera mungkin. Rabies Immuno Globulin
dapat diberikan sampai hari 7 suntikan dari dosis pertama vaksin[4].
Organization WH. WHO Expert Consultation on rabies. World Heal Organ Tech Rep Ser
2013;931:7, 88.
30. Rabies Post Eksposure Prophylaksis (PEP)
Status Vaksinasi Intervensi Regimen
Belum pernah
divaksinasi
Bersihkan luka
Semua PEP dimulai dengan memberikan
luka dengan air dan sabun. Bila tersedia
gunakan agen virusidal ( Povidone
iodine)
Human Rabies
Immunoglobulin (HRIG)
Berikan 20 IU/kg BB. Bila memungkinkan
berikan secara infiltrasi pada daerah
sekitar luka dan sebagian secara IM pada
tempat yang berjauhan dengan HRIG
Vaksin
Human Diploid Cell Vaccine (HDCV) atau
Purified Chick Embrio Cell vaccine
(PCECV) 1.0ml IM (deltoid) dgn jadwal
0,3,7,14,(28)*
Pernah divaksinasi** Bersihkan Luka
Semua PEP dimulai dengan memberikan
luka dengan air dan sabun. Bila tersedia
gunakan agen virusidal ( Povidone
iodine)
HRIG HRIG tidak diberikan
Vaksin
HDCV atau PCECV 1.0 ml IM (deltoid)
pada hari ke 0 dan 3
• * Pada keaadaan immunocompromised
• ** Termasuk pernah dilakukan PEP sebelumnya
• CDC recommeddations and reports March 19,2010/59(RR02);1-9
31. Regimen Vaksin Rabies
• Regimen yang direkomendasikan terdiri dari lima dosis
(1-1-1-1-1) atau empat dosis (2-0-1-0-1 atau 2-1-1):
• Regimen 'Essen’ (1-1-1-1-1)
– terdiri dari satu dosis diberikan, jadwal hari 0, 3, 7, 14 dan
28.
– 'Essen' dipersingkat empat dosis ( 1-1-1-1-0) satu dosis
pada setiap hari 0, 3, 7 dan 14, untuk individu sehat,
immunokompeten, paparan kategori III atau kategori II
atau pada individu yang sudah divaksin rabies
• Regimen 'Zagreb’ (2-0-1-0-1 atau 2-1-1)
– terdiri dari dua dosis vaksin disuntikkan pada hari 0 (dua
situs deltoid atau paha) diikuti oleh satu dosis pada setiap
hari 7 dan 21.
32. Regimen Vaksin Rabies
Administrasi intradermal
• Regimen Thai Red Cross (2-2-2-0-2)
– suntikan 0,1 ml vaksin di dua lokasi intradermal
berbeda pada hari 0, 3, 7 dan 28.
– adalah rejimen dapat digunakan untuk orang
dengan paparan kategori II atau III di negara-
negara di mana rute intradermal telah disahkan
oleh otoritas kesehatan nasional
33. Profilaksis pasca paparan untuk
individu riwayat vaksinasi
sebelumnya
• Satu dosis vaksin IM atau ID di satu lokasi di hari 0
dan 3.
• RIG tidak diindikasikan dalam kasus tersebut.
• sebagai alternatif :
– vaksinasi empat titik dalam satu kali kunjungan sebanyak
0.1 ml di deltoid kanan dan kiri serta paha dan area
suprascapular
34. Vaksinasi pada individu
immunocompromised
• Diwajibkan melakukan perawatan luka secara
baik dan adekuat dibarengi dengan pemberian
antiseptik
• infiltrasi dari Rabies Immuno Globulin
• dosis lengkap vaksin rabies sebanyak 5 seri.
35. • Tidak ada pemeriksaan rutin yg
direkomendasikan untuk mengecek status
kekebalan/serokonversi sesudah PEP1
• serum specimens dapat diperiksa collected 1--
2 minggu sesudah prophylaxis selesai.
Kekebalan tubuh yang cukup dapat
menetralisir virus setidaknya 1:5 oleh rapid
fluorescent focus inhibition test (RFFIT).
1. Report MW. Morbidity and Mortality Weekly Report Human Rabies Prevention — United States ,
2008 Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices depar. 2008.
36. Treatment
• Kematian hampir tidak dapat dihindarkan pada
pasien yang tidak diimunisasi
• Hanya tindakan suportif yang direkomendasikan.
• Pasien yang mengalami encephalitis rabies
memerlukan tindakan paliatif termasuk sedasi,
disarankan untuk dirawat diruang observasi yang
privat namun tidak perlu isolasi
• Obat antiviral seperti ribavirin dan interferon
alpha menunjukkan aktivitas yang terbatas untuk
rabies
37. Treatment
• Saat ini dikembangkan immunoglobulin yang
diproduksi dari hewan (mouse monoclonal
antibody) cocktail
• Vaksin baru yang lebih murah
• Pemberian vaksin secara intradermal