SlideShare a Scribd company logo
Pembimbing :
dr.Irma Mardiana, SpJP
Oleh
Abdelrahman
1112103000103
Acute Limb Ischemic (ALI) Emergency case
 Definisi:
adalah kejadian yang mendadak yang mengakibatkan
penurunan atau perhenti total perfusi jaringan di
ekstrimitas maka aliran darah tidak menenuhi
kebutuhan basal metabolik dan bisa menyebabkan
ancaman potensial terhadap viabilitas ekstremitas.
Terjadi dalam waktu 2 minggu secara mendadak.’
(braunwald's the last edition)
Clinical classification
Nehler R. Inter-Society Consensus of the Management of PAD.
Diagnosis and treatment of acute limb ischemia. USA
IIb
Clinical classification:
Katzen BT. Clinical diagnosis and prognosis of acute limb
ischemia. Rev Cardiovasc Med 2002;3(Suppl 2):S2-S6.
Etiologi
 Embolism (sering):
 Cardiac origin (~85%):
 Atrial thrombus ( pasien dgn AF)
 Ventricular thrombus (post-MI)
 Venous embolism
 Non- cardiac origin ( 15%)
 Atherosclerotic plaque
 Thrombus dari aneurysm ( aortic aneurysm)
Nehler R. Inter-Society Consensus of the Management of PAD.
Diagnosis and treatment of acute limb ischemia. USA
Etiologi
 Traumatic:
 Timbul
 -/+ fraktur tulang
 Penetratsi
 Stab wound
 Gun shot
 Non-traumatic
 Embolism
 Thrombosis
 Diseksi aorta
 Thrombophilia
Nehler R. Inter-Society Consensus of the Management of PAD.
Diagnosis and treatment of acute limb ischemia. USA
Risk Factors:
• Smoker (2.5-3x)
• Diabetic (3-4x)
• Hypertension
• Hx of Hypercholesterolemia/AF/IHD
• Age ≥ 70 years.
• Age 50 - 69 years with a history of smoking or diabetes.
• Age 40 - 49 with diabetes and at least one other risk factor for
atherosclerosis.
• Leg symptoms suggestive of claudication with exertion or ischemic pain at
rest.
• Abnormal lower extremity pulse examination.
• Known atherosclerosis at other sites (eg, coronary, carotid, or renal artery
disease).
2005 American College of Cardiology/American Heart Association
(ACC/AHA) guidelines on PAD 2005
Pathophysiology
 Jaringan saraf : jaringan yang paling sensitif terhadap
ischemia
 Kulit dan tulang: relatif resisten terhadap iskemia
 Otot: komponent terbesar yang akan pengaruhi oleh
iskemia dan akan bermanifestasi secara lokal dan
sistemik setelah reperfusi.
R. Kevin Rogers, MD MSc and William R. Hiatt, MD. Pathophysiology
and Treatment of Critical Limb Ischemia.
R. Kevin Rogers, MD MSc and William R. Hiatt, MD. Pathophysiology
and Treatment of Critical Limb Ischemia.
Tanda-tanda ischemia akut: 6 P’s
 Pain: rasa sakit yang hebat secara mendadak.
 Pallor: warna ekstrimitas menjadi pucat.
 Pulselessness: bandingkan dengan ektrimitas
kontralateral.
 poikilothermia - cold limb- akral dingin
 Paresthesia-akibat neural ischemia
 Paralysis – akibat ischemia otot
Nehler R. Inter-Society Consensus of the Management of PAD.
Diagnosis and treatment of acute limb ischemia. USA
Pucat
Medscape
Levido reticularis
 Terjadi akibat akumulasi darah dalam arteri
Medscape
Pemeriksaan Fisik:
Ankle-brachial Index:
 Right or left ABI = ratio tekanan darah
sistolik ankle ( A. Tibialis posterior atau
dorsalis)/ tekanan darah sistolik di arteri
brachialis
 Interpretasi klinik ABI :
 >0.97 normal (1.1)
 0.4-0.8 claudication
 0.2-0.4 rest pain
 0.1-0.4 ulceration, gangrene
 < 0.1 ACUTE ISCHEMIA
Rutherford RB, et al: Textbook of Vascular surgery 6th ed.,2005
Pemeriksaan penunjang:
 Lab rutin
 Doppler US
 CTA
 Angiography
 EKG
ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for the Management of
Patients With Peripheral Arterial Disease (Lower Extremity,
Renal, Mesenteric, and Abdominal Aortic)
Diagnosis
 Riwayat:
 gejala dan tanda ALI ( nyeri , pucat, pulselessness,
paresthesia, paralisis dan poikilothermia)
 onset , durasi , dan intensitasi nyeri dan gejala-gejala
yang lain
 perubahan fungsi motorik dan sensorik .
 Riwayat claudication ,Atrial fibrilasi, Myocardial
Infarction dengan penurunan ejction fraction (EF),
gangguan katup aorta dan riwayat deep vein thrombosis
(DVT)
 Faktor resiko atheroseclerosis
ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for the Management of
Patients With Peripheral Arterial Disease (Lower Extremity,
Renal, Mesenteric, and Abdominal Aortic)
Dx ALI
ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for
the Management of
Patients With Peripheral Arterial Disease
(Lower Extremity,
Renal, Mesenteric, and Abdominal
Aortic)
ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for the Management of
Patients With Peripheral Arterial Disease (Lower Extremity,
Komplikasi
1- Hiperkalemia
2. Sindrom kompartemen
Pembengkakan jaringan dalam kaitannya dengan
reperfusi menyebabkan peningkatan pada
tekanan intra compartment tekanan, penurunan
aliran kapiler, iskemia, dan kematian jaringan otot
(pada >30 mmHg).
Penanganannya
adalah dengan dilakukannya fasciotomy.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for the Management of Patients With Peripheral Arterial Disease (Lower Extremity,
Renal, Mesenteric, and Abdominal Aortic)
Deep Vein Thrombosis
• Deep Vein Thrombosis atau thrombosis vena dalam
(DVT) adalah gumpalan darah yang terbentuk di vena
bagian dalam tubuh.
• Disebut juga Venous thromboembolism (VTE).
• Sebagian besar melibatkan vena ekstremitas
bawah/tungkai dan paha.
• Thrombus di vena : deposit yg terdiri dari fibrin, sel
darah merah dengan komponen darah putih dan
trombosit
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Deep Vein Thrombosis
 Thrombus yg berada di vena superfisialis tdk
menyebabkan emboli paru ok vena perforator
berfungsi sbg penyaring shg thrombus tidak bisa
memasuki sistem vena dalam.
 Vena-vena superficialis tidak berpotensi menyebabkan
emboli paru.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Deep Vein Thrombosis
Penyebab DVT :
Berhubungan dengan faktor risiko :
 Malignansi
 Acute MCI
 Imobilisasi
 Duduk dalam penerbangan, mobil atau kereta dalam waktu lama
("economy class syndrome”)
 Hospitalisasi/ perawatan di rumah sakit tu bed rest dalam waktu lama
 Pembedahan (orthopedi)
 Trauma ekstremitas bawah
 Kehamilan, tmsk post partum 6-8 minggu
 Merokok
 Komplikasi tindakan invasif yng melibatkan vena
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Deep Vein Thrombosis
• Thrombus dalam sistem vena dalam sendiri tidak
begitu berbahaya.
• Situasi akan berubah mengancam jiwa apabila
thrombus sebagian terlepas kmd mengikuti aliran
darah menuju jantung , masuk ke sirkulasi pulmoner
dan menyumbat di paru.
• Diagnosis dan pengobatan DVT bertujuan utk
mencegah Emboli Paru (Pulmonary Embolism = PE)
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Deep Vein Thrombosis
 Gejala DVT:
terutama melibatkan vena-vena besar dikaki
dan paha dan hampir selalu di salah satu sisi.
 Thrombus akan memblokade aliran darah dan
menyebabkan :
- perubahan warna kulit ( menjadi kemerahan)
- kaki terasa sakit
- kulit terasa hangat bila disentuh
- edema
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Deep Vein Thrombosis
Diagnosis :
 Riwayat Penyakit
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang
Kadang DVT tidak terdiagnosis sp timbul keadaan
darurat timbul emboli paru
Riwayat penyakit : pemberian obat-obatan, operasi,
trauma, melahirkan, terapi kanker
Pemeriksaan fisik : swelling/pembengkakan,
kemerahan
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Deep Vein Thrombosis
Pemeriksaan penunjang diagnostik :
 Ultrasound/ vascular doppler : melihat aliran darah
melalui arteri & vena pada daerah yang dicurigai
 D-Dimer : mengukur substa yg timbul bila jendalan
darah/blood clot dipecah
Bila kadar D-Dimer tinggi menandakan adanya DVT
 Venografi
 MRI & CT scanning
 Lung perfussion scanning bila dicurigai PE
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Deep Vein Thrombosis
Tatalaksana :
Tujuan pengobatan : mencegah jendalan darah menjadi
lebih besar, mencegah terlepasnya thrombus yang
akan menyebabkan PE dan mencegah timbulnya
blood – clott ditempat lain
Medika mentosa :
 Antikoagulan : heparin (iv)
warfarin (oral)
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Deep Vein Thrombosis
• Heparin : mulai bolus 5000 U iv diikuti dengan drip
32.000 u/24 jam sampai dicapai aPTT 1.8- 2.5 kali
kontrol selama 5-7 hari
• LMWH enoxaparin slm 5-14 hari
Pengobatan antikoagulan pu 3 sampai 6 bulan.
Lamanya Pengobatan tergantung kondisi pasien :
pengobatan stlh operasi tidak sama dgn malignancy
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Deep Vein Thrombosis
 Thrombin Inhibitor
 Thrombolytic
 Vena cava filter
 Compression stocking
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Penyakit vena tromboemboli
 Tromboflebitistanda-tanda peradangan akut.
 Flebotrombosistrombosis vena tanpa tanda dan
gejala peradangan yang jelas.
 Tromboflebitis superfisialperadangan vena-vena
superfisial.
 Trombosis vena profundavena-vena profunda
ekstremitas bawah.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Patofisiologi
Trias Virchow :
 Statis aliran darah
 Cedera endotel
 Hiperkoagulabilitas darah
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
1. STASIS VENA
Aliran vena
yang lambat
Statis
Gangguan
mekanisme
hemostasis
koagulasi Mudah
terbentuk
trombus
Imobilisasi lama
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
2. KERUSAKAN PEMBULUH DARAH
Pembuluh vena
Endotel Endotel Endotel
Mengandung prostaglandin (PG12),
proteoglikan, aktifator plasminogen
dan trombo-modulin, yang dapat
mencegah terbentuknya trombus
Pembuluh vena
Endotel Endotel
Jaringan subendotel terpapar merangsang
adhesi trombosit gpIIIb/IIa  agregasi
trombosit  fibrinogenesis
Kerusakan sel endotel sendiri juga akan mengaktifkan sistem
pembekuan darah
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
3. HIPERKOAGULASI
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam
sistem pembekuan darah dan sistem fibrinolisis.
Kecendrungan terjadinya trombosis, apabila aktifitas
pembekuan darah meningkat atau aktifitas fibrinolisis
menurun
Trombosis vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan
aktifitas pembekuan darah meningkat, seperti pada
hiper koagulasi, defisiensi Anti trombin III, defisiensi
protein C, defisiensi protein S dan kelainan
plasminogen
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
1. Defisiensi Anto trombin III, protein C,
protein S dan alfa 1 anti tripsin.
2. Tindakan operatif yang menyebabkan
imobilisasi lama:
3. Obat kontrasepsi oral
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
4. Kehamilan dan persalinan
Selama trimester ketiga kehamilan terjadi
penurunan aktifitas fibrinolitik, statis vena
karena bendungan dan peningkatan faktor
pembekuan VII, VIII dan IX
5. Infark miokard dan gagal jantung
adanya pelepasan plasminogen yang mengaktivasi
sistem pembekuan darah dan tatalaksana berupa
imobilisasi yang lama.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
6.Obesitas dan varices dapat menimbulkan statis aliran darah
dan penurunan aktifitas fibriolitik yang mempermudah
terjadinya trombosis vena.
7. Pada jaringan yang berdegenerasi maligna di temukan
“tissue thrombo plastin-like activity” dan “factor X
activiting” yang mengakibatkan aktifitas
koagulasi meningkat.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Tromboflebitis superfisialis
 Menyerang pembuluh darah subkutan di ekstremitas
atas dan bawah.
 Tromboflebitis ekstremitas atasinfus intra vena
(larutan asam/hipertonik).
 Tomboflebitis ekstremitas bawahvarises vena dan
trauma.
 Perjalanan jinak.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Manifestasi klinis
 Nyeri akut disertai rasa terbakar dan nyeri tekan
permukaan.
 Sekitar venakulit menjadi erimatosa, hangat dan
bengkak.
 Vena dapat terabatali subkutan.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Medscape
Penatalaksanaan
 Meninggikan ekstremitas yang terserang dan
mengompres dengan air hangat.
 Anti radang.
 Kaus kaki penekan/ pembalut elastik.
 Bila terdapat kemungkinan perluasan penyakit ke
pembuluh darah vena profunda
utamaligasi/pemotongan vena superfisialisyang
terserang pada persambungan safeno femoral.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Pulmonary emboli
 Pada pasien PE:
 dispneu,
 batuk,
 nyeri dada pleura,
 takipnea,
 bronkospasme,
 peningkatan tekanan arteri pulmonal,
 distensi vena jugular.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Definisi
Diseksi aorta adalah suatu keadaan robeknya lapisan
dalam aorta. Darah keluar melalui robekan dan
memisahkan bagian dalam aorta dari dinding aorta.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Etiologi
A. Penyebab kongenital : Marfan syndrome, Ehlers-
Danlos syndrome, Annuloaortic ectasia, Familial aortic
dissections, Adult polycystic kidney disease, Turner
syndrome, Noonan syndrome, Osteogenesis imperfecta,
Bicuspid aortic valve, Coarctation of the aorta,
Connective tissue disorders, Metabolic disorders (eg,
homocystinuria, familial hypercholesterolemia)
B. Penyebab didapat: Hipertensi, Kehamilan dapat
menjadi risiko DA terutama pada pasien yang memiliki
anomali seperti sindrom Marfan.
Penyebab didapat yang lain adalah aortitis sifilis,
penggunaan kokain, dan cedera deselerasi pada trauma dada.
C. Penyebab Iatrogenik : berasal dari prosedur seperti
pemasangan katup aorta dan mitral, coronary artery bypass graft
surgery, percutaneous catheterization.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Dinding
Aorta lemah
Hipertensi
kronik
Kongenital
(sindrom marfan,
katup aorta
bikuspid)
Trauma dada
(jarang)
Usia  daya regang
dan elastisitas
menurun.
Perubahan vasa
vasorum
Aliran darah yang
tinggi  rentan
mengalami cidera
mekanik
Patogensis
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Diseksi
aorta
Robekan intima
koneksi antara
lapisan media
dan lumen aorta
True lumen
(dilapisi
intima)
False lumen
(dilapisan
media)
Aneurisma
Diseksi aorta biasanya berhenti pada cabang aorta
atau pada tingkat terdapat plak atherosklerotik.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Lokasi tersering diseksi aorta adalah beberapa
centimeter pertama pada aorta ascending, dimana
90% terjadi pada 10 cm dari katup aorta. Tempat
kedua tersering adalah distal dari arteri subklavia kiri.
Antara 5-10% diseksi tidak memiliki robekan intima
yang jelas terlihat. Keterlibatan aorta ascending dapat
menyebabkan kematian akibat ruptur dinding,
hemopericardium dan tamponade, oklusi ostia
koroner dengan infark myokardium, atau insufisiensi
aorta berat.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Klasifikasi
Terdapat dua macam klasifikasi anatomik untuk DA yaitu
DeBakey dan Stanford.
 Klasifikasi DeBakey :
Tipe 1 : robekan intima terjadi pada aorta asenden, namun
aorta desenden juga terlibat
Tipe 2 : hanya aorta asenden yang terlibat
Tipe 3 : hanya aorta desenden yang terlibat. Tipa 3A
berawal dari distal ke arteri subklavia kiri dan memanjang
hingga diafragma. Tipe 3B melibatkan aorta desender
dibawah diafragma.
 Klasifikasi Stanford memiliki 2 tipe :
Tipe A : melibatkan aorta asenden (DeBakey 1 dan 2)
Tipe B : melibatkan aorta desenden (DeBakey tipe 3)
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Gejala
1. Dada yang nyeri parah secara tiba-tiba atau nyeri
punggung atas
2. Kehilangan kesadaran (pingsan)
3. Sesak napas
4. Kesulitan berbicara, kehilangan penglihatan, lemah,
atau kelumpuhan satu sisi tubuh, seperti memiliki
stroke
5. Berkeringat
6. Lemah di satu lengan dibandingkan dengan yang lain
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Penegakan Diagnosis
1. ANAMNESIS
Pasien dengan DA biasanya mengeluhkan nyeri dada berat
dengan onset akut. Beberapa pasien hanya merasakan
nyeri ringan  disalahartikan sebagai kelainan
muskuloskeletal di thoraks.
Lokasi nyeri dapat mengindikasikan dimana diseksi terjadi
a. Nyeri dada anterior dan nyeri dada yang menyerupai
infark myokard akut biasanya dihubungkan dengan
diseksi arkus aorta atau aortic root
b. Nyeri pada leher dan rahang mengindikasikan diseksi
melibatkan arkus aorta yang memanjang hingga pembuluh
besar
c. Sensasi nyeri seperti dirobek mengindikasikan diseksi melibatkan
aorta desenden
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
10% kasus DA terjadi tanpa nyeri. DA tanpa nyeri lebih
sering terjadi pada pasien dengan komplikasi
neurologi dari diseksi dan sindrom Marfan
Manifestasi kardiovaskular dapat terjadi sebagai gejala
gagal jantung akibat regurgitasi aorta akut berat.
Gejala tersebut termasuk dispneu dan orthopneu.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
2. PF
a. Hipertensi atau hipotensi
b. Perbedaan tekanan darah antar lengan lebih dari 20
mmHg (namun dapat ditemukan pada 20% orang normal)
c. Gejala regurgitasi aorta seperti murmur diastolik dapat
ditemukan.
d. Regurgitas aorta akut berat dapat mempelihatkan tanda
gagal jantung.
e. Temuan kardiovaskular lainnya adalah tanda-tanda
tamponade jantung (hipotensi, pulsus paradoksus, distensi
vena jugular, kussmaul sign, dan bunyi jantung muffled).
f. Pasien dengan diseksi pada ostium arteri koroner kanan
dapat memperlihatkan infark myokard akut biasanya
inferior.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
3. Pemeriksaan Penunjang
a. DPL
b. serum kimia
c. biomarker jantung
d. Smooth muscle myosin heavy-chain assay
e. Foto polos thorax
f. CT angiografi
g. Echo transtorakal
h. Echo transesofageal
i. MRI dan CT-Scan
j. EKG
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Tatalaksana
1. Bedah
2. Non-Bedah
3. Medikamentosa kontrol tekanan darah dan anti
nyeri
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
ANEURISMA AORTA
Definisi
Aneurisma adalah suatu dilatasi dinding aorta yang
bersifat patologis, terlokalisasi dan irreversible.
Dinding aorta yang mengalami aneurisma lebih lemah
daripada dinding aorta yang normal. Oleh karena itu,
karena tekanan yang begitu besar dari darah
menyebabkan dinding aorta menjadi melebar.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Klasifikasi:
Aneurisma dibagi berdasarkan morfologi dan lokasinya.
A. MORFOLOGI
1. Fusiform aortic aneurysm : dilatasinya simetris pada
sekeliling dinding aorta, dan bentuk yang lebih sering
ditemukan.
2. Saccular aortic aneurysm : berbentuk seperti kantong
yang menonjol keluar dan berhubungan dengan
dinding aorta melalui leher yang sempit.
3. Pseudoaneurysm or false aortic aneurysm :
merupakan akumulasi darah ekstravaskuler disertai
disrupsi ketiga lapisan pembuluh darah. Dindingnya
merupakan trombus dan jaringan yang berdekatan.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
b. LOKASI
1. Abdominal aortic aneurysm (AAA) : lokasinya pada aorta
abdominalis, biasanya mulai dari bawah arteri renalis dan
meluas ke bifurkasio aorta, kadang-kadang melibatkan
arteri iliaka. Aneurisma ini jarang meluas ke atas arteri
renalis
2. Thoracic aortic aneurysm (AAT) : lokasinya pada aorta
toraks, bagian-bagian yang mengalami pelebaran biasanya
pada ascending aorta di atap katup aorta, aortic arch, dan
descending thoracic aorta di luar arteri subklavia kiri.
3. Thoracoabdominalis aortic aneurysm (AATA) : lokasinya
pada aorta desendens yang secara bersamaan melibatkan
aorta abdominalis.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Faktor resiko dan etiologi
Abdominal aortic aneurysm paling sering
disebabkan oleh aterosklerosis. Namun pada
dasarnya, penyebab abdominal aortic aneurysm
dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Penyebab yang tidak dapat dikontrol seperti
penyakit genetik (Marfan syndrome, Ehlers-Danlos
syndrome, congenital defect) dan enzyme
destruction, usia, jenis kelamin.
2. Penyebab yang dapat dikontrol yaitu kondisi yang
dipengaruhi oleh gaya hidup (aterosklerosis,
tekanan darah tinggi, kolesterol yang tinggi, dan
trauma benda tumpul).
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Sama dengan abdominal aortic aneurysm, aneurisma pada
toraks juga sering disebabkan oleh aterosklerosis. Selain itu
thoracic aortic aneurysm juga disebabkan oleh congenital
defect pada dinding aorta, hipertensi, merokok, infeksi,
dan trauma dada
Sedangkan pada aneurisma torakoabdominalis, paling sering
disebabkan oleh proses degeneratif (degenerasi
miksomatosa, aorta senile). Penyebab lainnya yaitu diseksi,
Marfan syndrome (cystic medial necrosis), Ehlers-Danlos
syndrome, infeksi jamur, aortitis (Takayasu), dan trauma.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Patofisiologi
Penyebab utama: Degenerasi dan melemahnya tunika
media arteri
Atherosklerosis
deposit trombosit
fibrin, dan sel-sel
radang
Matriks
metaloproteinas
e
Menghancurkan
matriks elastin
dan kolagen
Aorta tidak
elastis dan
melemah
Aneurisma
Turbulensi
aliran darah
Inflamasi
Dinding
aneurisma
dilapisi trombus
Lama kelamaan trombus
berlapis tersebut akan
membentuk saluran yang
sama besar dengan saluran
aorta bagian proksimal dan
distal
Usia lanjut
Aliran turbulen
pada bifurkatio
Hipertensi
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Ukuran berat tidaknya aneurisma bergantung pada
diameter pembuluh darah, semakin lebar diameter
pembuluh drah maka tekanan dinding akan
meningkat sehingga dinding berdilatasi yang lama2
akan mengakibatkan ruptur
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Gambaran Klinis
1. Abdominal aortic aneurysm
 Aneurisma ini sering asimtomatis, namun pada pemeriksaan
fisik dapat ditemukan massa yang berdenyut di abdomen (57%
ditemukan pada aneurisma yang diameternya lebih dari 4 cm
dan 29% pada aneurisma yang diameternya kurang dari 4 cm).
 Pada AAA yang simtomatis dan tanpa ruptur, biasanya pasien
akan mengeluh nyeri abdomen yang intermiten tetapi
menetap. Nyeri abdomen ini menyebar ke panggul, pelipatan
paha, dan bisa juga ke testis.
 AAA sering menimbulkan komplikasi berupa ruptur pada
dinding aorta, trombosis atau embolisasi distal. Ruptur pada
dinding aorta sering terjadi pada aneurisma yang diameternya 5
cm.
 Karakteristik ruptur AAA: nyeri yang sangat berat, hipotensi,
dan massa pada abdomen yang nyeri tekan.
 Nyeri ini bersifat akut, menetap, berat, dan paling sering
terjadi di daerah lumbar yang menjalar ke panggul, organ
genital, dan kaki. Syok terkadang belum terjadi karena
perdarahan ke arah retroperitoneal mengalami tamponade oleh
jaringan sekitar. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
 Jangan memberikan transfusi darah untuk
memperbaiki keadaan umum penderita karena dapat
menyebabkan perdarahan berulang. Cara yang tepat
untuk mengatasi syok dini adalah memasang klem
vaskular dengan segera sebelah proksimal dari
aneurisma.
 Faktor predisposisi yang meningkatkan terjadinya
ruptur aneurisma aorta abdominalis yaitu : diameter
aneurisma, tekanan darah diastolik, penyakit paru
obstruktif kronik, merokok, riwayat keluarga ruptur
aneurisma, dan faktor intrinsik (peradangan dinding
aorta).
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
2. Thoracic aortic aneurysm
 Aneurisma torasika harus cukup besar untuk dapat
menimbulkan gejala. Oleh karena itu, aneurisma
mungkin baru ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan radiogram dada.
 Gejala timbul disebabkan oleh perluasan dan
kompresi pada struktur-struktur yang berdekatan.
Contohnya:
- Kompresi esofagus disfagia
- Kompresi saraf laringeus rekurens suara serak
- Kompresi vena cava distensi vena di leher
- Kompresi paru dan saluran napasàsesak
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
3. Thoracoabdominalis aortic aneurysm
 Sebanyak 40-50% pasien dengan thoracoabdominalis aortic
aneurysm tidak mengeluhkan gejala (asimptomatik).
 Gejala kemungkinan telah terjadinya ruptur.
 Gejala  nyeri lokal di antara skapula dan epigastrium
kompresi trakhea/bronkus  stridor, wheezing, atau
batuk.
 retensi sputum akibat penekanan bronkus  pneumonia
 erosi parenkim atau bronkus  hemoptisis
 erosi pada esofagus  disfagiaatau hematemesis
 erosi saraf laringeus rekurens  serak
 penekanan aneurisma aorta abdominalis pada duodenum
 obstruksi parsial atau perdarahan gastrointesinal
 trombosis cabang2 a.spinalis paraplegia atau
paraparesis
 Penekanan pada organ hepar sangat jarang terjadi
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Penegakan Diagnosis
PF:
- Pada dinding perut bagian bawah dapat terlihat massa yang berdenyut
mengikuti irama nadi. Melalui stetoskop, terdengar bising sistolik setinggi
lumbal 2 AAA
Sensitivitas palpasi abdomen bertambah dengan semakin lebarnya diameter
aneurisma
Rotgen dada dan abdomen  Tapi foto polos hanya mampu
menunjukkan kalsifikasi dinding abdominal aortic aneurysm pada sebagian
kecil kasus.
 pada aneurisma thorasic pelebaran mediastinum, pembesaran aortic knob
- Alat penunjang lain yang dapat menunjukkan diameter dan ukuran aneurisma
adalah USG B-mode atau Dupleks Sonografi berwarna
CT-SCAN dan MRI
Aortografi  gold standard pemeriksaan dalam mendiagnosis
thoracoabdominalis aortic aneurys
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Tatalaksana
1. Operatif
- bedah cito jika sudah ruptur
- belum ruptur terantung kemungkinan
aneurisma untuk menjadi ruptur (diameter
>50mm)
2. Kendali faktor resiko : hipertensi, DM,
hiperkolesterolemia, merokok, dll
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Terimakasih
 Fibrinolitik pada DVT
 Resiko perdarahan
 Zatfar score 2
 Chart score

More Related Content

What's hot

Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.BMakalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
koerniaso
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
AditAditya19
 
ketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikumketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikum
Letitia Kale
 
Tb duplex lama aktif
Tb duplex lama aktifTb duplex lama aktif
Tb duplex lama aktif
desierianto
 
Sindrom metabolik dr anjang
Sindrom metabolik dr anjangSindrom metabolik dr anjang
Sindrom metabolik dr anjang
Anjang Kusuma Netra
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
Seascape Surveys
 
Forensik - Traumatologi
Forensik - TraumatologiForensik - Traumatologi
Forensik - Traumatologi
Evan Permana
 
Overview syok
Overview syokOverview syok
Pbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batukPbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batuk
Ai Coryde
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
fikri asyura
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Dvt
DvtDvt
109976558 case-susilawati
109976558 case-susilawati109976558 case-susilawati
109976558 case-susilawati
homeworkping7
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
ADam Raeyoo
 
Spondilitis Tuberkulosis
Spondilitis TuberkulosisSpondilitis Tuberkulosis
Spondilitis Tuberkulosis
Afiqah Jasmi
 
Miokarditis
MiokarditisMiokarditis
Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
fikri asyura
 
Kaki diabetik
Kaki diabetikKaki diabetik

What's hot (20)

Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.BMakalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
ketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikumketoasidosis diabetikum
ketoasidosis diabetikum
 
Tb duplex lama aktif
Tb duplex lama aktifTb duplex lama aktif
Tb duplex lama aktif
 
Sindrom metabolik dr anjang
Sindrom metabolik dr anjangSindrom metabolik dr anjang
Sindrom metabolik dr anjang
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
 
Forensik - Traumatologi
Forensik - TraumatologiForensik - Traumatologi
Forensik - Traumatologi
 
Overview syok
Overview syokOverview syok
Overview syok
 
Pbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batukPbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batuk
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Dvt
DvtDvt
Dvt
 
109976558 case-susilawati
109976558 case-susilawati109976558 case-susilawati
109976558 case-susilawati
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
Spondilitis Tuberkulosis
Spondilitis TuberkulosisSpondilitis Tuberkulosis
Spondilitis Tuberkulosis
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 
Miokarditis
MiokarditisMiokarditis
Miokarditis
 
Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
 
Kaki diabetik
Kaki diabetikKaki diabetik
Kaki diabetik
 

Viewers also liked

ANEURYSM . THROMBOSIS EMBOLISM & DEEP VEIN THROMBOSIS
ANEURYSM . THROMBOSIS EMBOLISM & DEEP VEIN THROMBOSISANEURYSM . THROMBOSIS EMBOLISM & DEEP VEIN THROMBOSIS
ANEURYSM . THROMBOSIS EMBOLISM & DEEP VEIN THROMBOSIS
Muhammad Nasrullah
 
VARICOSE VEIN
VARICOSE VEINVARICOSE VEIN
VARICOSE VEIN
Muhammad Nasrullah
 
Arch final harkit2015 __
Arch final harkit2015 __Arch final harkit2015 __
Arch final harkit2015 __
Dicky A Wartono
 
Coronary Artery Aneurysms and Ectasia
Coronary Artery Aneurysms and Ectasia Coronary Artery Aneurysms and Ectasia
Coronary Artery Aneurysms and Ectasia
Michael Katz
 
How To Prevent Heart Disease & Stroke
How To Prevent Heart Disease & StrokeHow To Prevent Heart Disease & Stroke
How To Prevent Heart Disease & Stroke
Richard Saint Cyr MD
 
AORTIC ARCH SURGERY
AORTIC ARCH SURGERYAORTIC ARCH SURGERY
AORTIC ARCH SURGERY
Dicky A Wartono
 
Heart Disease and Stroke Prevention: Nutritional Needs and the ABCS Approach
Heart Disease and Stroke Prevention: Nutritional Needs and the ABCS ApproachHeart Disease and Stroke Prevention: Nutritional Needs and the ABCS Approach
Heart Disease and Stroke Prevention: Nutritional Needs and the ABCS Approach
wef
 
Spectrum Of Ct Findings In Rupture And Impendinging Rupture Of AAA
Spectrum Of Ct Findings In Rupture And Impendinging Rupture Of AAASpectrum Of Ct Findings In Rupture And Impendinging Rupture Of AAA
Spectrum Of Ct Findings In Rupture And Impendinging Rupture Of AAA
Xiu Srithammasit
 
Aortic dissection Nightmare
Aortic dissection NightmareAortic dissection Nightmare
DASH Diet
DASH DietDASH Diet
DASH Diet
Melissa Hart, RN
 
Powerpoint dmdf
Powerpoint dmdfPowerpoint dmdf
Powerpoint dmdf
Nur Fatihah Shaharuddin
 
Ruptured aortic aneurysms
Ruptured aortic aneurysmsRuptured aortic aneurysms
Ruptured aortic aneurysms
Vaishnavi S Nair
 
Dietary management for hypertension
Dietary management for hypertensionDietary management for hypertension
Dietary management for hypertension
plus100years | elkoochi healthcare technology pvt ltd
 
Peran nutrisi dan aktifitas fisik pada hipertensi
Peran nutrisi dan aktifitas fisik pada hipertensiPeran nutrisi dan aktifitas fisik pada hipertensi
Peran nutrisi dan aktifitas fisik pada hipertensi
Rulli Rosandi
 
Penjagaan kaki
Penjagaan kakiPenjagaan kaki
Penjagaan kaki
Mohd Mozaid
 
Pp perawatan luka
Pp perawatan lukaPp perawatan luka
Pp perawatan luka
depiheryanto
 
The dash diet plan
The dash diet planThe dash diet plan
The dash diet plan
helix1661
 
Nutrisi pada pasien hipertensi
Nutrisi pada pasien hipertensiNutrisi pada pasien hipertensi
Nutrisi pada pasien hipertensiRizky maulana
 

Viewers also liked (20)

ANEURYSM . THROMBOSIS EMBOLISM & DEEP VEIN THROMBOSIS
ANEURYSM . THROMBOSIS EMBOLISM & DEEP VEIN THROMBOSISANEURYSM . THROMBOSIS EMBOLISM & DEEP VEIN THROMBOSIS
ANEURYSM . THROMBOSIS EMBOLISM & DEEP VEIN THROMBOSIS
 
VARICOSE VEIN
VARICOSE VEINVARICOSE VEIN
VARICOSE VEIN
 
Arch final harkit2015 __
Arch final harkit2015 __Arch final harkit2015 __
Arch final harkit2015 __
 
Coronary Artery Aneurysms and Ectasia
Coronary Artery Aneurysms and Ectasia Coronary Artery Aneurysms and Ectasia
Coronary Artery Aneurysms and Ectasia
 
Penyakit aorta awam
Penyakit aorta awamPenyakit aorta awam
Penyakit aorta awam
 
How To Prevent Heart Disease & Stroke
How To Prevent Heart Disease & StrokeHow To Prevent Heart Disease & Stroke
How To Prevent Heart Disease & Stroke
 
AORTIC ARCH SURGERY
AORTIC ARCH SURGERYAORTIC ARCH SURGERY
AORTIC ARCH SURGERY
 
Heart Disease and Stroke Prevention: Nutritional Needs and the ABCS Approach
Heart Disease and Stroke Prevention: Nutritional Needs and the ABCS ApproachHeart Disease and Stroke Prevention: Nutritional Needs and the ABCS Approach
Heart Disease and Stroke Prevention: Nutritional Needs and the ABCS Approach
 
Spectrum Of Ct Findings In Rupture And Impendinging Rupture Of AAA
Spectrum Of Ct Findings In Rupture And Impendinging Rupture Of AAASpectrum Of Ct Findings In Rupture And Impendinging Rupture Of AAA
Spectrum Of Ct Findings In Rupture And Impendinging Rupture Of AAA
 
Aortic dissection Nightmare
Aortic dissection NightmareAortic dissection Nightmare
Aortic dissection Nightmare
 
Asupan gizi untuk pasien hipertensi
Asupan gizi untuk pasien hipertensiAsupan gizi untuk pasien hipertensi
Asupan gizi untuk pasien hipertensi
 
DASH Diet
DASH DietDASH Diet
DASH Diet
 
Powerpoint dmdf
Powerpoint dmdfPowerpoint dmdf
Powerpoint dmdf
 
Ruptured aortic aneurysms
Ruptured aortic aneurysmsRuptured aortic aneurysms
Ruptured aortic aneurysms
 
Dietary management for hypertension
Dietary management for hypertensionDietary management for hypertension
Dietary management for hypertension
 
Peran nutrisi dan aktifitas fisik pada hipertensi
Peran nutrisi dan aktifitas fisik pada hipertensiPeran nutrisi dan aktifitas fisik pada hipertensi
Peran nutrisi dan aktifitas fisik pada hipertensi
 
Penjagaan kaki
Penjagaan kakiPenjagaan kaki
Penjagaan kaki
 
Pp perawatan luka
Pp perawatan lukaPp perawatan luka
Pp perawatan luka
 
The dash diet plan
The dash diet planThe dash diet plan
The dash diet plan
 
Nutrisi pada pasien hipertensi
Nutrisi pada pasien hipertensiNutrisi pada pasien hipertensi
Nutrisi pada pasien hipertensi
 

Similar to Penyakit vascular

Asuhan keperawatan kegawatan ima
Asuhan keperawatan kegawatan imaAsuhan keperawatan kegawatan ima
Asuhan keperawatan kegawatan ima
wenylisyanti
 
Pjk awam
Pjk awamPjk awam
Pjk awam
rama respatio
 
Pertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantung
Pertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantungPertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantung
Pertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantung
Alex Bleskadit
 
Patophysiology cardiovascular ugm
Patophysiology cardiovascular ugmPatophysiology cardiovascular ugm
Patophysiology cardiovascular ugm
AnggunNs
 
Refresh Ilmu tgl 27 Bu Y.pptx
Refresh Ilmu tgl 27 Bu Y.pptxRefresh Ilmu tgl 27 Bu Y.pptx
Refresh Ilmu tgl 27 Bu Y.pptx
hamdhaniWs
 
Penyakit Jantung Kongenital
Penyakit Jantung KongenitalPenyakit Jantung Kongenital
Penyakit Jantung Kongenital
Muhammad Nasrullah
 
stenosis aorta dan mitral
stenosis aorta dan mitralstenosis aorta dan mitral
stenosis aorta dan mitralSri Nala
 
Modul 1 sesak napas skenario 2 7a
Modul 1 sesak napas skenario 2 7aModul 1 sesak napas skenario 2 7a
Modul 1 sesak napas skenario 2 7a
Ai Coryde
 
119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut
119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut
119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut
An Ita
 
Diagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan SyokDiagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan Syok
Fransiska Oktafiani
 
237100501 case-bedah
237100501 case-bedah237100501 case-bedah
237100501 case-bedah
homeworkping3
 
Chf
Chf Chf
Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koronerPenyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner
Operator Warnet Vast Raha
 
Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koronerPenyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner
Warnet Raha
 

Similar to Penyakit vascular (20)

Miokard infark
Miokard infarkMiokard infark
Miokard infark
 
Asuhan keperawatan kegawatan ima
Asuhan keperawatan kegawatan imaAsuhan keperawatan kegawatan ima
Asuhan keperawatan kegawatan ima
 
Pjk awam
Pjk awamPjk awam
Pjk awam
 
Pertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantung
Pertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantungPertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantung
Pertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantung
 
Patophysiology cardiovascular ugm
Patophysiology cardiovascular ugmPatophysiology cardiovascular ugm
Patophysiology cardiovascular ugm
 
1. infark miokard
1. infark miokard1. infark miokard
1. infark miokard
 
Askep lena pak yataba AKPER PEMKAB MUNA
Askep lena pak yataba  AKPER PEMKAB MUNA Askep lena pak yataba  AKPER PEMKAB MUNA
Askep lena pak yataba AKPER PEMKAB MUNA
 
Refresh Ilmu tgl 27 Bu Y.pptx
Refresh Ilmu tgl 27 Bu Y.pptxRefresh Ilmu tgl 27 Bu Y.pptx
Refresh Ilmu tgl 27 Bu Y.pptx
 
Penyakit Jantung Kongenital
Penyakit Jantung KongenitalPenyakit Jantung Kongenital
Penyakit Jantung Kongenital
 
stenosis aorta dan mitral
stenosis aorta dan mitralstenosis aorta dan mitral
stenosis aorta dan mitral
 
Modul 1 sesak napas skenario 2 7a
Modul 1 sesak napas skenario 2 7aModul 1 sesak napas skenario 2 7a
Modul 1 sesak napas skenario 2 7a
 
Chff (2)
Chff (2)Chff (2)
Chff (2)
 
119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut
119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut
119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut
 
Diagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan SyokDiagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan Syok
 
237100501 case-bedah
237100501 case-bedah237100501 case-bedah
237100501 case-bedah
 
Penyakit pada pembulu darah
Penyakit pada pembulu darahPenyakit pada pembulu darah
Penyakit pada pembulu darah
 
Chf
Chf Chf
Chf
 
gagal jantung kongestf
gagal jantung kongestfgagal jantung kongestf
gagal jantung kongestf
 
Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koronerPenyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner
 
Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koronerPenyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner
 

Recently uploaded

SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
abdinahyan
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
DrEngMahmudKoriEffen
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 

Recently uploaded (20)

SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 

Penyakit vascular

  • 1. Pembimbing : dr.Irma Mardiana, SpJP Oleh Abdelrahman 1112103000103
  • 2. Acute Limb Ischemic (ALI) Emergency case  Definisi: adalah kejadian yang mendadak yang mengakibatkan penurunan atau perhenti total perfusi jaringan di ekstrimitas maka aliran darah tidak menenuhi kebutuhan basal metabolik dan bisa menyebabkan ancaman potensial terhadap viabilitas ekstremitas. Terjadi dalam waktu 2 minggu secara mendadak.’ (braunwald's the last edition)
  • 3. Clinical classification Nehler R. Inter-Society Consensus of the Management of PAD. Diagnosis and treatment of acute limb ischemia. USA IIb
  • 4. Clinical classification: Katzen BT. Clinical diagnosis and prognosis of acute limb ischemia. Rev Cardiovasc Med 2002;3(Suppl 2):S2-S6.
  • 5. Etiologi  Embolism (sering):  Cardiac origin (~85%):  Atrial thrombus ( pasien dgn AF)  Ventricular thrombus (post-MI)  Venous embolism  Non- cardiac origin ( 15%)  Atherosclerotic plaque  Thrombus dari aneurysm ( aortic aneurysm) Nehler R. Inter-Society Consensus of the Management of PAD. Diagnosis and treatment of acute limb ischemia. USA
  • 6. Etiologi  Traumatic:  Timbul  -/+ fraktur tulang  Penetratsi  Stab wound  Gun shot  Non-traumatic  Embolism  Thrombosis  Diseksi aorta  Thrombophilia Nehler R. Inter-Society Consensus of the Management of PAD. Diagnosis and treatment of acute limb ischemia. USA
  • 7. Risk Factors: • Smoker (2.5-3x) • Diabetic (3-4x) • Hypertension • Hx of Hypercholesterolemia/AF/IHD • Age ≥ 70 years. • Age 50 - 69 years with a history of smoking or diabetes. • Age 40 - 49 with diabetes and at least one other risk factor for atherosclerosis. • Leg symptoms suggestive of claudication with exertion or ischemic pain at rest. • Abnormal lower extremity pulse examination. • Known atherosclerosis at other sites (eg, coronary, carotid, or renal artery disease). 2005 American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) guidelines on PAD 2005
  • 8. Pathophysiology  Jaringan saraf : jaringan yang paling sensitif terhadap ischemia  Kulit dan tulang: relatif resisten terhadap iskemia  Otot: komponent terbesar yang akan pengaruhi oleh iskemia dan akan bermanifestasi secara lokal dan sistemik setelah reperfusi. R. Kevin Rogers, MD MSc and William R. Hiatt, MD. Pathophysiology and Treatment of Critical Limb Ischemia.
  • 9. R. Kevin Rogers, MD MSc and William R. Hiatt, MD. Pathophysiology and Treatment of Critical Limb Ischemia.
  • 10. Tanda-tanda ischemia akut: 6 P’s  Pain: rasa sakit yang hebat secara mendadak.  Pallor: warna ekstrimitas menjadi pucat.  Pulselessness: bandingkan dengan ektrimitas kontralateral.  poikilothermia - cold limb- akral dingin  Paresthesia-akibat neural ischemia  Paralysis – akibat ischemia otot Nehler R. Inter-Society Consensus of the Management of PAD. Diagnosis and treatment of acute limb ischemia. USA
  • 12. Levido reticularis  Terjadi akibat akumulasi darah dalam arteri Medscape
  • 13. Pemeriksaan Fisik: Ankle-brachial Index:  Right or left ABI = ratio tekanan darah sistolik ankle ( A. Tibialis posterior atau dorsalis)/ tekanan darah sistolik di arteri brachialis  Interpretasi klinik ABI :  >0.97 normal (1.1)  0.4-0.8 claudication  0.2-0.4 rest pain  0.1-0.4 ulceration, gangrene  < 0.1 ACUTE ISCHEMIA Rutherford RB, et al: Textbook of Vascular surgery 6th ed.,2005
  • 14. Pemeriksaan penunjang:  Lab rutin  Doppler US  CTA  Angiography  EKG ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for the Management of Patients With Peripheral Arterial Disease (Lower Extremity, Renal, Mesenteric, and Abdominal Aortic)
  • 15. Diagnosis  Riwayat:  gejala dan tanda ALI ( nyeri , pucat, pulselessness, paresthesia, paralisis dan poikilothermia)  onset , durasi , dan intensitasi nyeri dan gejala-gejala yang lain  perubahan fungsi motorik dan sensorik .  Riwayat claudication ,Atrial fibrilasi, Myocardial Infarction dengan penurunan ejction fraction (EF), gangguan katup aorta dan riwayat deep vein thrombosis (DVT)  Faktor resiko atheroseclerosis ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for the Management of Patients With Peripheral Arterial Disease (Lower Extremity, Renal, Mesenteric, and Abdominal Aortic)
  • 16. Dx ALI ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for the Management of Patients With Peripheral Arterial Disease (Lower Extremity, Renal, Mesenteric, and Abdominal Aortic)
  • 17. ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for the Management of Patients With Peripheral Arterial Disease (Lower Extremity,
  • 18. Komplikasi 1- Hiperkalemia 2. Sindrom kompartemen Pembengkakan jaringan dalam kaitannya dengan reperfusi menyebabkan peningkatan pada tekanan intra compartment tekanan, penurunan aliran kapiler, iskemia, dan kematian jaringan otot (pada >30 mmHg). Penanganannya adalah dengan dilakukannya fasciotomy. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 19. ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for the Management of Patients With Peripheral Arterial Disease (Lower Extremity, Renal, Mesenteric, and Abdominal Aortic)
  • 20.
  • 21. Deep Vein Thrombosis • Deep Vein Thrombosis atau thrombosis vena dalam (DVT) adalah gumpalan darah yang terbentuk di vena bagian dalam tubuh. • Disebut juga Venous thromboembolism (VTE). • Sebagian besar melibatkan vena ekstremitas bawah/tungkai dan paha. • Thrombus di vena : deposit yg terdiri dari fibrin, sel darah merah dengan komponen darah putih dan trombosit Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 22. Deep Vein Thrombosis  Thrombus yg berada di vena superfisialis tdk menyebabkan emboli paru ok vena perforator berfungsi sbg penyaring shg thrombus tidak bisa memasuki sistem vena dalam.  Vena-vena superficialis tidak berpotensi menyebabkan emboli paru. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 23. Deep Vein Thrombosis Penyebab DVT : Berhubungan dengan faktor risiko :  Malignansi  Acute MCI  Imobilisasi  Duduk dalam penerbangan, mobil atau kereta dalam waktu lama ("economy class syndrome”)  Hospitalisasi/ perawatan di rumah sakit tu bed rest dalam waktu lama  Pembedahan (orthopedi)  Trauma ekstremitas bawah  Kehamilan, tmsk post partum 6-8 minggu  Merokok  Komplikasi tindakan invasif yng melibatkan vena Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 24. Deep Vein Thrombosis • Thrombus dalam sistem vena dalam sendiri tidak begitu berbahaya. • Situasi akan berubah mengancam jiwa apabila thrombus sebagian terlepas kmd mengikuti aliran darah menuju jantung , masuk ke sirkulasi pulmoner dan menyumbat di paru. • Diagnosis dan pengobatan DVT bertujuan utk mencegah Emboli Paru (Pulmonary Embolism = PE) Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 25. Deep Vein Thrombosis  Gejala DVT: terutama melibatkan vena-vena besar dikaki dan paha dan hampir selalu di salah satu sisi.  Thrombus akan memblokade aliran darah dan menyebabkan : - perubahan warna kulit ( menjadi kemerahan) - kaki terasa sakit - kulit terasa hangat bila disentuh - edema Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 26. Deep Vein Thrombosis Diagnosis :  Riwayat Penyakit  Pemeriksaan fisik  Pemeriksaan penunjang Kadang DVT tidak terdiagnosis sp timbul keadaan darurat timbul emboli paru Riwayat penyakit : pemberian obat-obatan, operasi, trauma, melahirkan, terapi kanker Pemeriksaan fisik : swelling/pembengkakan, kemerahan Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 27. Deep Vein Thrombosis Pemeriksaan penunjang diagnostik :  Ultrasound/ vascular doppler : melihat aliran darah melalui arteri & vena pada daerah yang dicurigai  D-Dimer : mengukur substa yg timbul bila jendalan darah/blood clot dipecah Bila kadar D-Dimer tinggi menandakan adanya DVT  Venografi  MRI & CT scanning  Lung perfussion scanning bila dicurigai PE Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 28. Deep Vein Thrombosis Tatalaksana : Tujuan pengobatan : mencegah jendalan darah menjadi lebih besar, mencegah terlepasnya thrombus yang akan menyebabkan PE dan mencegah timbulnya blood – clott ditempat lain Medika mentosa :  Antikoagulan : heparin (iv) warfarin (oral) Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 29. Deep Vein Thrombosis • Heparin : mulai bolus 5000 U iv diikuti dengan drip 32.000 u/24 jam sampai dicapai aPTT 1.8- 2.5 kali kontrol selama 5-7 hari • LMWH enoxaparin slm 5-14 hari Pengobatan antikoagulan pu 3 sampai 6 bulan. Lamanya Pengobatan tergantung kondisi pasien : pengobatan stlh operasi tidak sama dgn malignancy Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 30. Deep Vein Thrombosis  Thrombin Inhibitor  Thrombolytic  Vena cava filter  Compression stocking Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 31. Penyakit vena tromboemboli  Tromboflebitistanda-tanda peradangan akut.  Flebotrombosistrombosis vena tanpa tanda dan gejala peradangan yang jelas.  Tromboflebitis superfisialperadangan vena-vena superfisial.  Trombosis vena profundavena-vena profunda ekstremitas bawah. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 32. Patofisiologi Trias Virchow :  Statis aliran darah  Cedera endotel  Hiperkoagulabilitas darah Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 33. 1. STASIS VENA Aliran vena yang lambat Statis Gangguan mekanisme hemostasis koagulasi Mudah terbentuk trombus Imobilisasi lama Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 34. 2. KERUSAKAN PEMBULUH DARAH Pembuluh vena Endotel Endotel Endotel Mengandung prostaglandin (PG12), proteoglikan, aktifator plasminogen dan trombo-modulin, yang dapat mencegah terbentuknya trombus Pembuluh vena Endotel Endotel Jaringan subendotel terpapar merangsang adhesi trombosit gpIIIb/IIa  agregasi trombosit  fibrinogenesis Kerusakan sel endotel sendiri juga akan mengaktifkan sistem pembekuan darah Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 35. 3. HIPERKOAGULASI Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem pembekuan darah dan sistem fibrinolisis. Kecendrungan terjadinya trombosis, apabila aktifitas pembekuan darah meningkat atau aktifitas fibrinolisis menurun Trombosis vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan aktifitas pembekuan darah meningkat, seperti pada hiper koagulasi, defisiensi Anti trombin III, defisiensi protein C, defisiensi protein S dan kelainan plasminogen Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 36. 1. Defisiensi Anto trombin III, protein C, protein S dan alfa 1 anti tripsin. 2. Tindakan operatif yang menyebabkan imobilisasi lama: 3. Obat kontrasepsi oral Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 37. 4. Kehamilan dan persalinan Selama trimester ketiga kehamilan terjadi penurunan aktifitas fibrinolitik, statis vena karena bendungan dan peningkatan faktor pembekuan VII, VIII dan IX 5. Infark miokard dan gagal jantung adanya pelepasan plasminogen yang mengaktivasi sistem pembekuan darah dan tatalaksana berupa imobilisasi yang lama. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 38. 6.Obesitas dan varices dapat menimbulkan statis aliran darah dan penurunan aktifitas fibriolitik yang mempermudah terjadinya trombosis vena. 7. Pada jaringan yang berdegenerasi maligna di temukan “tissue thrombo plastin-like activity” dan “factor X activiting” yang mengakibatkan aktifitas koagulasi meningkat. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 39. Tromboflebitis superfisialis  Menyerang pembuluh darah subkutan di ekstremitas atas dan bawah.  Tromboflebitis ekstremitas atasinfus intra vena (larutan asam/hipertonik).  Tomboflebitis ekstremitas bawahvarises vena dan trauma.  Perjalanan jinak. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 40. Manifestasi klinis  Nyeri akut disertai rasa terbakar dan nyeri tekan permukaan.  Sekitar venakulit menjadi erimatosa, hangat dan bengkak.  Vena dapat terabatali subkutan. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 42. Penatalaksanaan  Meninggikan ekstremitas yang terserang dan mengompres dengan air hangat.  Anti radang.  Kaus kaki penekan/ pembalut elastik.  Bila terdapat kemungkinan perluasan penyakit ke pembuluh darah vena profunda utamaligasi/pemotongan vena superfisialisyang terserang pada persambungan safeno femoral. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 43. Pulmonary emboli  Pada pasien PE:  dispneu,  batuk,  nyeri dada pleura,  takipnea,  bronkospasme,  peningkatan tekanan arteri pulmonal,  distensi vena jugular. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 44.
  • 45.
  • 46.
  • 47. Definisi Diseksi aorta adalah suatu keadaan robeknya lapisan dalam aorta. Darah keluar melalui robekan dan memisahkan bagian dalam aorta dari dinding aorta. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 48. Etiologi A. Penyebab kongenital : Marfan syndrome, Ehlers- Danlos syndrome, Annuloaortic ectasia, Familial aortic dissections, Adult polycystic kidney disease, Turner syndrome, Noonan syndrome, Osteogenesis imperfecta, Bicuspid aortic valve, Coarctation of the aorta, Connective tissue disorders, Metabolic disorders (eg, homocystinuria, familial hypercholesterolemia) B. Penyebab didapat: Hipertensi, Kehamilan dapat menjadi risiko DA terutama pada pasien yang memiliki anomali seperti sindrom Marfan. Penyebab didapat yang lain adalah aortitis sifilis, penggunaan kokain, dan cedera deselerasi pada trauma dada. C. Penyebab Iatrogenik : berasal dari prosedur seperti pemasangan katup aorta dan mitral, coronary artery bypass graft surgery, percutaneous catheterization. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 49. Dinding Aorta lemah Hipertensi kronik Kongenital (sindrom marfan, katup aorta bikuspid) Trauma dada (jarang) Usia  daya regang dan elastisitas menurun. Perubahan vasa vasorum Aliran darah yang tinggi  rentan mengalami cidera mekanik Patogensis Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 50. Diseksi aorta Robekan intima koneksi antara lapisan media dan lumen aorta True lumen (dilapisi intima) False lumen (dilapisan media) Aneurisma Diseksi aorta biasanya berhenti pada cabang aorta atau pada tingkat terdapat plak atherosklerotik. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 51. Lokasi tersering diseksi aorta adalah beberapa centimeter pertama pada aorta ascending, dimana 90% terjadi pada 10 cm dari katup aorta. Tempat kedua tersering adalah distal dari arteri subklavia kiri. Antara 5-10% diseksi tidak memiliki robekan intima yang jelas terlihat. Keterlibatan aorta ascending dapat menyebabkan kematian akibat ruptur dinding, hemopericardium dan tamponade, oklusi ostia koroner dengan infark myokardium, atau insufisiensi aorta berat. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 52. Klasifikasi Terdapat dua macam klasifikasi anatomik untuk DA yaitu DeBakey dan Stanford.  Klasifikasi DeBakey : Tipe 1 : robekan intima terjadi pada aorta asenden, namun aorta desenden juga terlibat Tipe 2 : hanya aorta asenden yang terlibat Tipe 3 : hanya aorta desenden yang terlibat. Tipa 3A berawal dari distal ke arteri subklavia kiri dan memanjang hingga diafragma. Tipe 3B melibatkan aorta desender dibawah diafragma.  Klasifikasi Stanford memiliki 2 tipe : Tipe A : melibatkan aorta asenden (DeBakey 1 dan 2) Tipe B : melibatkan aorta desenden (DeBakey tipe 3) Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 53.
  • 54. Gejala 1. Dada yang nyeri parah secara tiba-tiba atau nyeri punggung atas 2. Kehilangan kesadaran (pingsan) 3. Sesak napas 4. Kesulitan berbicara, kehilangan penglihatan, lemah, atau kelumpuhan satu sisi tubuh, seperti memiliki stroke 5. Berkeringat 6. Lemah di satu lengan dibandingkan dengan yang lain Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 55. Penegakan Diagnosis 1. ANAMNESIS Pasien dengan DA biasanya mengeluhkan nyeri dada berat dengan onset akut. Beberapa pasien hanya merasakan nyeri ringan  disalahartikan sebagai kelainan muskuloskeletal di thoraks. Lokasi nyeri dapat mengindikasikan dimana diseksi terjadi a. Nyeri dada anterior dan nyeri dada yang menyerupai infark myokard akut biasanya dihubungkan dengan diseksi arkus aorta atau aortic root b. Nyeri pada leher dan rahang mengindikasikan diseksi melibatkan arkus aorta yang memanjang hingga pembuluh besar c. Sensasi nyeri seperti dirobek mengindikasikan diseksi melibatkan aorta desenden Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 56. 10% kasus DA terjadi tanpa nyeri. DA tanpa nyeri lebih sering terjadi pada pasien dengan komplikasi neurologi dari diseksi dan sindrom Marfan Manifestasi kardiovaskular dapat terjadi sebagai gejala gagal jantung akibat regurgitasi aorta akut berat. Gejala tersebut termasuk dispneu dan orthopneu. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 57. 2. PF a. Hipertensi atau hipotensi b. Perbedaan tekanan darah antar lengan lebih dari 20 mmHg (namun dapat ditemukan pada 20% orang normal) c. Gejala regurgitasi aorta seperti murmur diastolik dapat ditemukan. d. Regurgitas aorta akut berat dapat mempelihatkan tanda gagal jantung. e. Temuan kardiovaskular lainnya adalah tanda-tanda tamponade jantung (hipotensi, pulsus paradoksus, distensi vena jugular, kussmaul sign, dan bunyi jantung muffled). f. Pasien dengan diseksi pada ostium arteri koroner kanan dapat memperlihatkan infark myokard akut biasanya inferior. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 58. 3. Pemeriksaan Penunjang a. DPL b. serum kimia c. biomarker jantung d. Smooth muscle myosin heavy-chain assay e. Foto polos thorax f. CT angiografi g. Echo transtorakal h. Echo transesofageal i. MRI dan CT-Scan j. EKG Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 59. Tatalaksana 1. Bedah 2. Non-Bedah 3. Medikamentosa kontrol tekanan darah dan anti nyeri Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 60.
  • 61.
  • 62.
  • 63. ANEURISMA AORTA Definisi Aneurisma adalah suatu dilatasi dinding aorta yang bersifat patologis, terlokalisasi dan irreversible. Dinding aorta yang mengalami aneurisma lebih lemah daripada dinding aorta yang normal. Oleh karena itu, karena tekanan yang begitu besar dari darah menyebabkan dinding aorta menjadi melebar. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 64. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 65. Klasifikasi: Aneurisma dibagi berdasarkan morfologi dan lokasinya. A. MORFOLOGI 1. Fusiform aortic aneurysm : dilatasinya simetris pada sekeliling dinding aorta, dan bentuk yang lebih sering ditemukan. 2. Saccular aortic aneurysm : berbentuk seperti kantong yang menonjol keluar dan berhubungan dengan dinding aorta melalui leher yang sempit. 3. Pseudoaneurysm or false aortic aneurysm : merupakan akumulasi darah ekstravaskuler disertai disrupsi ketiga lapisan pembuluh darah. Dindingnya merupakan trombus dan jaringan yang berdekatan. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 66. b. LOKASI 1. Abdominal aortic aneurysm (AAA) : lokasinya pada aorta abdominalis, biasanya mulai dari bawah arteri renalis dan meluas ke bifurkasio aorta, kadang-kadang melibatkan arteri iliaka. Aneurisma ini jarang meluas ke atas arteri renalis 2. Thoracic aortic aneurysm (AAT) : lokasinya pada aorta toraks, bagian-bagian yang mengalami pelebaran biasanya pada ascending aorta di atap katup aorta, aortic arch, dan descending thoracic aorta di luar arteri subklavia kiri. 3. Thoracoabdominalis aortic aneurysm (AATA) : lokasinya pada aorta desendens yang secara bersamaan melibatkan aorta abdominalis. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 67. Faktor resiko dan etiologi Abdominal aortic aneurysm paling sering disebabkan oleh aterosklerosis. Namun pada dasarnya, penyebab abdominal aortic aneurysm dapat dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Penyebab yang tidak dapat dikontrol seperti penyakit genetik (Marfan syndrome, Ehlers-Danlos syndrome, congenital defect) dan enzyme destruction, usia, jenis kelamin. 2. Penyebab yang dapat dikontrol yaitu kondisi yang dipengaruhi oleh gaya hidup (aterosklerosis, tekanan darah tinggi, kolesterol yang tinggi, dan trauma benda tumpul). Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 68. Sama dengan abdominal aortic aneurysm, aneurisma pada toraks juga sering disebabkan oleh aterosklerosis. Selain itu thoracic aortic aneurysm juga disebabkan oleh congenital defect pada dinding aorta, hipertensi, merokok, infeksi, dan trauma dada Sedangkan pada aneurisma torakoabdominalis, paling sering disebabkan oleh proses degeneratif (degenerasi miksomatosa, aorta senile). Penyebab lainnya yaitu diseksi, Marfan syndrome (cystic medial necrosis), Ehlers-Danlos syndrome, infeksi jamur, aortitis (Takayasu), dan trauma. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 69. Patofisiologi Penyebab utama: Degenerasi dan melemahnya tunika media arteri Atherosklerosis deposit trombosit fibrin, dan sel-sel radang Matriks metaloproteinas e Menghancurkan matriks elastin dan kolagen Aorta tidak elastis dan melemah Aneurisma Turbulensi aliran darah Inflamasi Dinding aneurisma dilapisi trombus Lama kelamaan trombus berlapis tersebut akan membentuk saluran yang sama besar dengan saluran aorta bagian proksimal dan distal Usia lanjut Aliran turbulen pada bifurkatio Hipertensi Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 70. Ukuran berat tidaknya aneurisma bergantung pada diameter pembuluh darah, semakin lebar diameter pembuluh drah maka tekanan dinding akan meningkat sehingga dinding berdilatasi yang lama2 akan mengakibatkan ruptur Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 71. Gambaran Klinis 1. Abdominal aortic aneurysm  Aneurisma ini sering asimtomatis, namun pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan massa yang berdenyut di abdomen (57% ditemukan pada aneurisma yang diameternya lebih dari 4 cm dan 29% pada aneurisma yang diameternya kurang dari 4 cm).  Pada AAA yang simtomatis dan tanpa ruptur, biasanya pasien akan mengeluh nyeri abdomen yang intermiten tetapi menetap. Nyeri abdomen ini menyebar ke panggul, pelipatan paha, dan bisa juga ke testis.  AAA sering menimbulkan komplikasi berupa ruptur pada dinding aorta, trombosis atau embolisasi distal. Ruptur pada dinding aorta sering terjadi pada aneurisma yang diameternya 5 cm.  Karakteristik ruptur AAA: nyeri yang sangat berat, hipotensi, dan massa pada abdomen yang nyeri tekan.  Nyeri ini bersifat akut, menetap, berat, dan paling sering terjadi di daerah lumbar yang menjalar ke panggul, organ genital, dan kaki. Syok terkadang belum terjadi karena perdarahan ke arah retroperitoneal mengalami tamponade oleh jaringan sekitar. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 72.  Jangan memberikan transfusi darah untuk memperbaiki keadaan umum penderita karena dapat menyebabkan perdarahan berulang. Cara yang tepat untuk mengatasi syok dini adalah memasang klem vaskular dengan segera sebelah proksimal dari aneurisma.  Faktor predisposisi yang meningkatkan terjadinya ruptur aneurisma aorta abdominalis yaitu : diameter aneurisma, tekanan darah diastolik, penyakit paru obstruktif kronik, merokok, riwayat keluarga ruptur aneurisma, dan faktor intrinsik (peradangan dinding aorta). Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 73. 2. Thoracic aortic aneurysm  Aneurisma torasika harus cukup besar untuk dapat menimbulkan gejala. Oleh karena itu, aneurisma mungkin baru ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan radiogram dada.  Gejala timbul disebabkan oleh perluasan dan kompresi pada struktur-struktur yang berdekatan. Contohnya: - Kompresi esofagus disfagia - Kompresi saraf laringeus rekurens suara serak - Kompresi vena cava distensi vena di leher - Kompresi paru dan saluran napasàsesak Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 74. 3. Thoracoabdominalis aortic aneurysm  Sebanyak 40-50% pasien dengan thoracoabdominalis aortic aneurysm tidak mengeluhkan gejala (asimptomatik).  Gejala kemungkinan telah terjadinya ruptur.  Gejala  nyeri lokal di antara skapula dan epigastrium kompresi trakhea/bronkus  stridor, wheezing, atau batuk.  retensi sputum akibat penekanan bronkus  pneumonia  erosi parenkim atau bronkus  hemoptisis  erosi pada esofagus  disfagiaatau hematemesis  erosi saraf laringeus rekurens  serak  penekanan aneurisma aorta abdominalis pada duodenum  obstruksi parsial atau perdarahan gastrointesinal  trombosis cabang2 a.spinalis paraplegia atau paraparesis  Penekanan pada organ hepar sangat jarang terjadi Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 75. Penegakan Diagnosis PF: - Pada dinding perut bagian bawah dapat terlihat massa yang berdenyut mengikuti irama nadi. Melalui stetoskop, terdengar bising sistolik setinggi lumbal 2 AAA Sensitivitas palpasi abdomen bertambah dengan semakin lebarnya diameter aneurisma Rotgen dada dan abdomen  Tapi foto polos hanya mampu menunjukkan kalsifikasi dinding abdominal aortic aneurysm pada sebagian kecil kasus.  pada aneurisma thorasic pelebaran mediastinum, pembesaran aortic knob - Alat penunjang lain yang dapat menunjukkan diameter dan ukuran aneurisma adalah USG B-mode atau Dupleks Sonografi berwarna CT-SCAN dan MRI Aortografi  gold standard pemeriksaan dalam mendiagnosis thoracoabdominalis aortic aneurys Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 76. Tatalaksana 1. Operatif - bedah cito jika sudah ruptur - belum ruptur terantung kemungkinan aneurisma untuk menjadi ruptur (diameter >50mm) 2. Kendali faktor resiko : hipertensi, DM, hiperkolesterolemia, merokok, dll Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
  • 78.  Fibrinolitik pada DVT  Resiko perdarahan  Zatfar score 2  Chart score

Editor's Notes

  1. Patients at risk — Based in part upon the above observations, the 2005 American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) guidelines on PAD, which were produced in collaboration with major vascular medicine, vascular surgery, and interventional radiology societies, identified the following groups at risk for lower extremity PAD Risk Factors: Atherosclerosis (same as RF’s for CAD and CVD) Smoking (2.5-3x) Diabetes 3-4x Hypertension, increased age >50, male and family history RARE: homocysteinuria