cardiovascular diseases- Bahasa indonesia
ALI : Acute Limb Ischemia
DVT: Deep Vein Thrombosis
Aortic Disection
Aortic Aneurysma
kuliah bimbingan penyakit vaskular sistemik
1. Acute Limb Ischemia (ALI) adalah kondisi penurunan aliran darah ke ekstremitas secara tiba-tiba yang menyebabkan gangguan fungsi dan iskemia;
2. ALI disebabkan oleh trombosis atau emboli yang menyebabkan oklusi arteri, dengan gejala utama nyeri, kebas, kelemahan otot, dan kulit pucat dan dingin;
3. Diagnosis ALI didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik ekstre
Kasus ini mendiagnosis pasien dengan sindrom nefrotik berdasarkan gejala proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan edema. Diagnosis bandingnya adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus karena hasil pemeriksaan anti streptolisin reaktif. Penatalaksanaannya meliputi rawat inap, diet protein rendah, obat prednison dan transfusi albumin.
Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri, jika terjadi infeksi di dalamnya, misalnya, jika anak-anak penderitanya terlalu aktif.
Berasal dari bahasa Latin, herniae, yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus.
Pneumotoraks adalah kondisi di mana udara masuk ke ruang pleura yang mengelilingi paru-paru, menyebabkan paru-paru mengempis. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan tanpa cedera atau disebabkan oleh trauma toraks. Gejala umumnya meliputi nyeri dada dan kesulitan bernapas. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan radiologi yang menunjukkan adanya udara di ruang pleura. Penatalaksanaan bervariasi mulai dari ok
Efusi pleura adalah penumpukan cairan berlebih di rongga pleura yang dapat berupa empiema (cairan purulen), hemotoraks (darah), atau kilotoraks (cairan limfe). Efusi pleura disebabkan oleh berbagai kondisi seperti neoplasma, gagal jantung, infeksi, dan penyakit lainnya. Gejala klinisnya meliputi dispneu, nyeri dada, dan batuk. Pemeriksaan fisik menunjukkan tambak lebi
1. Acute Limb Ischemia (ALI) adalah kondisi penurunan aliran darah ke ekstremitas secara tiba-tiba yang menyebabkan gangguan fungsi dan iskemia;
2. ALI disebabkan oleh trombosis atau emboli yang menyebabkan oklusi arteri, dengan gejala utama nyeri, kebas, kelemahan otot, dan kulit pucat dan dingin;
3. Diagnosis ALI didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik ekstre
Kasus ini mendiagnosis pasien dengan sindrom nefrotik berdasarkan gejala proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan edema. Diagnosis bandingnya adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus karena hasil pemeriksaan anti streptolisin reaktif. Penatalaksanaannya meliputi rawat inap, diet protein rendah, obat prednison dan transfusi albumin.
Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri, jika terjadi infeksi di dalamnya, misalnya, jika anak-anak penderitanya terlalu aktif.
Berasal dari bahasa Latin, herniae, yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus.
Pneumotoraks adalah kondisi di mana udara masuk ke ruang pleura yang mengelilingi paru-paru, menyebabkan paru-paru mengempis. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan tanpa cedera atau disebabkan oleh trauma toraks. Gejala umumnya meliputi nyeri dada dan kesulitan bernapas. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan radiologi yang menunjukkan adanya udara di ruang pleura. Penatalaksanaan bervariasi mulai dari ok
Efusi pleura adalah penumpukan cairan berlebih di rongga pleura yang dapat berupa empiema (cairan purulen), hemotoraks (darah), atau kilotoraks (cairan limfe). Efusi pleura disebabkan oleh berbagai kondisi seperti neoplasma, gagal jantung, infeksi, dan penyakit lainnya. Gejala klinisnya meliputi dispneu, nyeri dada, dan batuk. Pemeriksaan fisik menunjukkan tambak lebi
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.Bkoerniaso
Makalah ini membahas tentang hernia, termasuk definisi, komponen, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis hernia."
Ketoasidosis diabetikum adalah kondisi medis darurat yang disebabkan oleh penurunan kadar insulin yang menyebabkan peningkatan keton dan asamosis metabolik. Pasien mengalami gejala dehidrasi, hiperventilasi, nyeri perut, dan penurunan kesadaran. Diagnosis didukung dengan peningkatan glukosa darah, ketonuria, dan gas darah asam. Pengobatan meliputi resusitasi cairan dan pemberian insulin.
Dokumen tersebut membahas sindrom metabolik yang merupakan kumpulan gejala yang menjadi faktor risiko utama penyakit jantung dan diabetes. Sindrom metabolik ditandai dengan obesitas, hipertensi, gangguan regulasi gula darah, dan dislipidemia. Dokumen tersebut juga menjelaskan definisi sindrom metabolik menurut NCEP ATP III dan IDF serta faktor risiko dan akibat obesitas bagi kesehatan.
FAST (Focused Assessment with Sonography for Trauma) adalah pemeriksaan USG serial untuk mendeteksi cairan atau udara di area anatomis tertentu seperti perikardium, ruang pleura, dan kantung Morisson untuk mendiagnosis keadaan pasien trauma. Lokasi yang diperiksa meliputi subkostal, kanan atas kuadran, kiri atas kuadran, suprapubik, dan dada kanan-kiri. Temuan abnormal seperti efusi pericardium, hemoperitoneum, dan hemothoraks
Traumatologi forensik mempelajari luka dan cedera serta hubungannya dengan kekerasan. Kekerasan dapat bersifat mekanik, fisika, atau kimia. Ada beberapa jenis luka seperti luka lecet, memar, dan luka robek yang disebabkan oleh kekerasan tumpul atau tajam. Karakteristik dan umur setiap luka penting untuk menentukan cara dan waktu terjadinya trauma.
Dokumen berisi daftar nama dan skenario pasien laki-laki remaja yang diduga menderita pneumonia berdasarkan gejalanya seperti batuk berkepanjangan, sesak napas, demam, dan nyeri dada."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan dan teknik pemeriksaan fisik abdomen yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendeteksi kelainan pada organ dalam perut.
DVT adalah bekuan darah pada vena dalam yang menghambat aliran darah menuju jantung. DVT disebabkan oleh faktor risiko seperti imobilitas, bed rest, dan kerusakan dinding pembuluh darah. Gejala klinisnya adalah nyeri dan bengkak pada tungkak. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan tes seperti USG dan venografi. Penatalaksanaan meliputi istirahat, kompresi, antikoagulasi dengan
Spondilitis tuberkulosis adalah peradangan granulomatosa di tulang vertebrae yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan berlangsung kronis serta destruktif. Penyakit ini dapat menyebabkan deformitas tulang belakang seperti kifosis dan paraplegia jika tidak ditangani dengan tepat. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pencitraan seperti CT scan atau MRI. Penatalaksanaannya meliputi terapi konserv
Myocarditis is defined as inflammation of the heart muscle that can be caused by viruses, bacteria, parasites, toxins or drugs. Clinical signs include chest pain, palpitations, shortness of breath, edema and sudden death. Diagnosis involves endomyocardial biopsy, electrocardiogram, cardiac enzymes, scintigraphy and cardiac MRI or echocardiogram showing abnormalities. The Dallas criteria requires inflammatory cells and myocardial necrosis on biopsy. Treatment focuses on supporting heart function, treating the underlying cause, and preventing complications. Prognosis depends on the severity and cause of myocarditis.
Bab ini membahas kajian pustaka tentang diabetes melitus, termasuk pengertian, klasifikasi, gejala, patogenesis, faktor risiko, dan manajemennya. Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi yang disebabkan kelainan sekresi insulin atau kerja insulin, yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi kronis.
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.Bkoerniaso
Makalah ini membahas tentang hernia, termasuk definisi, komponen, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis hernia."
Ketoasidosis diabetikum adalah kondisi medis darurat yang disebabkan oleh penurunan kadar insulin yang menyebabkan peningkatan keton dan asamosis metabolik. Pasien mengalami gejala dehidrasi, hiperventilasi, nyeri perut, dan penurunan kesadaran. Diagnosis didukung dengan peningkatan glukosa darah, ketonuria, dan gas darah asam. Pengobatan meliputi resusitasi cairan dan pemberian insulin.
Dokumen tersebut membahas sindrom metabolik yang merupakan kumpulan gejala yang menjadi faktor risiko utama penyakit jantung dan diabetes. Sindrom metabolik ditandai dengan obesitas, hipertensi, gangguan regulasi gula darah, dan dislipidemia. Dokumen tersebut juga menjelaskan definisi sindrom metabolik menurut NCEP ATP III dan IDF serta faktor risiko dan akibat obesitas bagi kesehatan.
FAST (Focused Assessment with Sonography for Trauma) adalah pemeriksaan USG serial untuk mendeteksi cairan atau udara di area anatomis tertentu seperti perikardium, ruang pleura, dan kantung Morisson untuk mendiagnosis keadaan pasien trauma. Lokasi yang diperiksa meliputi subkostal, kanan atas kuadran, kiri atas kuadran, suprapubik, dan dada kanan-kiri. Temuan abnormal seperti efusi pericardium, hemoperitoneum, dan hemothoraks
Traumatologi forensik mempelajari luka dan cedera serta hubungannya dengan kekerasan. Kekerasan dapat bersifat mekanik, fisika, atau kimia. Ada beberapa jenis luka seperti luka lecet, memar, dan luka robek yang disebabkan oleh kekerasan tumpul atau tajam. Karakteristik dan umur setiap luka penting untuk menentukan cara dan waktu terjadinya trauma.
Dokumen berisi daftar nama dan skenario pasien laki-laki remaja yang diduga menderita pneumonia berdasarkan gejalanya seperti batuk berkepanjangan, sesak napas, demam, dan nyeri dada."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan dan teknik pemeriksaan fisik abdomen yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendeteksi kelainan pada organ dalam perut.
DVT adalah bekuan darah pada vena dalam yang menghambat aliran darah menuju jantung. DVT disebabkan oleh faktor risiko seperti imobilitas, bed rest, dan kerusakan dinding pembuluh darah. Gejala klinisnya adalah nyeri dan bengkak pada tungkak. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan tes seperti USG dan venografi. Penatalaksanaan meliputi istirahat, kompresi, antikoagulasi dengan
Spondilitis tuberkulosis adalah peradangan granulomatosa di tulang vertebrae yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan berlangsung kronis serta destruktif. Penyakit ini dapat menyebabkan deformitas tulang belakang seperti kifosis dan paraplegia jika tidak ditangani dengan tepat. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pencitraan seperti CT scan atau MRI. Penatalaksanaannya meliputi terapi konserv
Myocarditis is defined as inflammation of the heart muscle that can be caused by viruses, bacteria, parasites, toxins or drugs. Clinical signs include chest pain, palpitations, shortness of breath, edema and sudden death. Diagnosis involves endomyocardial biopsy, electrocardiogram, cardiac enzymes, scintigraphy and cardiac MRI or echocardiogram showing abnormalities. The Dallas criteria requires inflammatory cells and myocardial necrosis on biopsy. Treatment focuses on supporting heart function, treating the underlying cause, and preventing complications. Prognosis depends on the severity and cause of myocarditis.
Bab ini membahas kajian pustaka tentang diabetes melitus, termasuk pengertian, klasifikasi, gejala, patogenesis, faktor risiko, dan manajemennya. Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi yang disebabkan kelainan sekresi insulin atau kerja insulin, yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi kronis.
This document summarizes Dicky Aligheri's experience with hybrid procedures for aortic arch involvement between 2013-2014 at the National Cardiac & Vascular Centre Harapan Kita in Jakarta. It describes several case studies of patients who received treatments like total arch replacement, hemi arch replacement, and the frozen elephant trunk procedure. It also reviews literature on debates around the best surgical strategies for aortic arch pathology and the safety and efficacy of hybrid techniques compared to open surgery.
Coronary Artery Aneurysms and Ectasia Michael Katz
This document summarizes the morning report of a 59-year-old man with a history of kidney transplant, SLE, and prior STEMI managed with thrombus extraction. He presented with recurrent chest pain. Key findings include inferolateral wall perfusion defect on nuclear stress test. The report reviews coronary aneurysms/ectasia classification, etiologies including atherosclerosis, Kawasaki disease, inflammatory disorders. The patient's systemic lupus erythematosus and transplant status suggest an inflammatory cause is possible. Evaluation and management of antiplatelet therapy is discussed.
Practical information from a family doctor on what you can do -- without medicines -- to prevent the most common killers in the world, heart attacks and strokes.
Surgical management of aortic arch pathology often requires complex techniques to protect vital organs like the brain during replacement or repair of the aortic arch. Conventional techniques used hypothermic circulatory arrest and surface cooling but had limitations. Newer techniques like antegrade and retrograde selective cerebral perfusion allow prolonged safe periods of cerebral protection with improved cooling and independent control of cerebral and systemic circulation, though they are more technically challenging. The optimal approach considers individual patient and anatomical factors to maximize benefits and reduce risks.
Heart Disease and Stroke Prevention: Nutritional Needs and the ABCS Approachwef
This document discusses a workshop on heart disease and stroke prevention through proper nutrition. The objectives are to understand nutrition needs of older adults, the relationship between nutrition and health, and the ABCS approach to prevention. Key points covered include nutritional needs like calories, fluids, protein, vitamins and minerals; potential complications in older adults like physical changes, malnutrition risks, and dehydration risks; special needs of groups like those with disabilities or dementia; how medications can impact nutrition and vice versa; nutrition interventions for chronic diseases; and the ABCS initiative of aspirin use, blood pressure control, cholesterol management, and smoking cessation.
Spectrum Of Ct Findings In Rupture And Impendinging Rupture Of AAAXiu Srithammasit
This document discusses CT imaging findings of ruptured and impending rupture of abdominal aortic aneurysms. CT is the preferred imaging method for evaluating acute aortic syndrome due to its speed and availability. Findings indicative of rupture include retroperitoneal hematoma adjacent to the AAA and active extravasation of contrast. Findings predictive of impending rupture are large aneurysm size, lack of circumferential thrombus, discontinuity of wall calcifications, and the hyperattenuating crescent sign. Infected, inflammatory, and fistula-related aneurysms are also described.
1) Aortic dissection is a tear in the inner layer of the aorta that allows blood to flow between the layers of the aortic wall, creating a false passageway. It was first documented in King George II of England in 1760.
2) Symptoms include a sudden, severe chest pain that can radiate to the back. Diagnosis is often challenging, but can be made through imaging like CT, MRI, or TEE ultrasound.
3) Type A dissections involving the ascending aorta require emergency surgery, while Type B dissections of the descending aorta can sometimes be treated medically to reduce blood pressure. Without treatment, mortality is high within the first few weeks.
The DASH diet is designed to lower blood pressure by focusing on foods rich in nutrients like potassium, calcium and magnesium. It emphasizes fruits, vegetables, whole grains, fish, poultry, nuts and low-fat dairy while limiting fats, red meat, sweets and cholesterol. Following DASH can reduce blood pressure in just two weeks and lower the risk of heart disease, stroke and diabetes. The diet recommends specific daily servings from each food group for a 2,000 calorie intake.
Dokumen tersebut membahas kasus pasien dengan diabetes melitus tipe 2 dan komplikasi kaki diabetes. Pasien mengalami luka ulkus di kaki kiri yang meluas disertai infeksi. Berdasarkan pemeriksaan dan pemeriksaan penunjang, didiagnosis dengan diabetes melitus tipe 2, gangren kaki kiri, dan komplikasi lainnya seperti nefropati dan hipertensi. Penatalaksanaan dilakukan dengan rawat inap, pengobatan
The document discusses ruptured aneurysms of the aorta, specifically focusing on ruptured abdominal aortic aneurysms (RAAAs). It describes the typical presentation of RAAAs, which includes abdominal or back pain, hypotension, and the potential presence of a pulsatile abdominal mass. It notes that RAAAs have a high mortality rate if not treated emergently through open repair or potentially endovascular aneurysm repair (EVAR). Unusual presentations of RAAAs are also discussed, which can include symptoms like leg paralysis or groin/testicular pain that mimic other conditions and delay diagnosis.
Dokumen tersebut memberikan panduan lengkap tentang penjagaan kaki yang penting bagi pesakit diabetes, termasuk membersihkan dan memeriksa kaki secara berkala, memilih alas kaki yang sesuai, melakukan senaman kaki, serta tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai. Penjagaan kaki yang cermat dapat mencegah komplikasi serius akibat diabetes seperti gangren.
The document discusses the DASH diet plan for reducing hypertension. It provides information on hypertension prevalence, blood pressure goals, and how high blood pressure affects the body. The DASH diet is highlighted as an effective non-pharmacological approach to treating hypertension through its focus on fruits, vegetables, whole grains, and low-fat dairy while limiting sodium, red meat, and sugar. Weight loss through diet and exercise is also emphasized as important for reducing hypertension risk factors like obesity.
Pengkajian keperawatan pasien infark miokard akut meliputi pengkajian kondisi umum, kesadaran, sirkulasi, jalan nafas, dan pernafasan untuk mengidentifikasi masalah yang mengancam jiwa pasien seperti syok, henti jantung, atau sumbatan pernafasan.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit jantung koroner pada seorang pria usia 56 tahun yang mengeluh sakit dada dan sesak napas saat bermain tenis. Pemeriksaan menemukan tekanan darah tinggi, kenaikan enzim jantung, dan kerusakan jaringan otot jantung. Dokumen ini juga menjelaskan gejala, penyebab, diagnosis, dan tindakan pengobatan penyakit jantung koroner.
Pertimbangan dental pada pasien dengan penyakit jantungAlex Bleskadit
1. Penanganan pasien dengan penyakit kardiovaskuler membutuhkan konsultasi dengan dokter untuk mengetahui tingkat penyakit dan obat-obatan yang dikonsumsi.
2. Perawatan gigi harus dilakukan dengan hati-hati, menghindari stres, dan memantau tanda vital untuk mencegah komplikasi pada jantung.
3. Antibiotik profilaksis hanya dianjurkan untuk pasien dengan risiko endokarditis akibat prosed
Dokumen tersebut membahas tentang patofisiologi beberapa gangguan sistem kardiovaskular seperti jantung iskemia, gagal jantung, infark miokard, aritmia, hipertensi, dan dislipidemia. Dokumen ini menjelaskan anatomi sistem kardiovaskular, mekanisme pengaturan tekanan darah, patofisiologi hipertensi, gejala dan diagnosis jantung iskemia.
Laporan kasus ini membahas pasien wanita berusia 56 tahun dengan keluhan sulit bicara dan badan kaku. Pemeriksaan menunjukkan gejala stroke dan CT scan menunjukkan adanya infark di beberapa bagian otak serta hidrosefalus ringan. Pasien mendapat perawatan antistroke dan observasi untuk perkembangan hidrosefalusnya.
Dokumen tersebut membahas beberapa penyakit jantung kongenital termasuk ventrikular septal defect (VSD), atrial septal defect (ASD), dan patent ductus arteriosus (PDA). VSD adalah pembukaan pada septum antara ventrikel kiri dan kanan yang menyebabkan shunt darah. ASD adalah pembukaan pada septum atrium yang menyebabkan overload darah ke ventrikel kanan. PDA adalah keberadaan duktus arteriosus yang terbuka antara arteri pul
119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akutAn Ita
Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan hipertensi pada stroke akut. Hipertensi sering muncul pada pasien stroke akut dan perlu ditangani, terutama sebelum pemberian trombolisis untuk mencegah perdarahan. Beberapa obat antihipertensi seperti labetalol dapat digunakan, dengan tujuan menurunkan tekanan darah sekitar 20%.
1. Dokumen tersebut berisi ringkasan penyakit gagal jantung kongestif (CHF) yang mencakup definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala, pemeriksaan pendukung, komplikasi, dan penatalaksanaan CHF.
Dokumen tersebut membahas tentang gagal jantung kongestif dan unit perawatan intensif. Secara ringkas, gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti kelainan otot jantung, aterosklerosis, hipertensi, dan lainnya. Unit perawatan intensif adalah unit khusus di rumah sakit yang dilengkapi peralatan dan tenaga me
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang ditandai dengan endapan lemak yang menyumbat arteri koroner dan mengurangi suplai darah ke jantung, menyebabkan iskemia dan kerusakan jaringan. Faktor risikonya termasuk merokok, kolesterol tinggi, dan diabetes. Gejalanya antara lain nyeri dada, sesak nafas, dan gangguan fungsi jantung. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan EKG, echocardiografi, dan laborator
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
2. Acute Limb Ischemic (ALI) Emergency case
Definisi:
adalah kejadian yang mendadak yang mengakibatkan
penurunan atau perhenti total perfusi jaringan di
ekstrimitas maka aliran darah tidak menenuhi
kebutuhan basal metabolik dan bisa menyebabkan
ancaman potensial terhadap viabilitas ekstremitas.
Terjadi dalam waktu 2 minggu secara mendadak.’
(braunwald's the last edition)
3. Clinical classification
Nehler R. Inter-Society Consensus of the Management of PAD.
Diagnosis and treatment of acute limb ischemia. USA
IIb
5. Etiologi
Embolism (sering):
Cardiac origin (~85%):
Atrial thrombus ( pasien dgn AF)
Ventricular thrombus (post-MI)
Venous embolism
Non- cardiac origin ( 15%)
Atherosclerotic plaque
Thrombus dari aneurysm ( aortic aneurysm)
Nehler R. Inter-Society Consensus of the Management of PAD.
Diagnosis and treatment of acute limb ischemia. USA
6. Etiologi
Traumatic:
Timbul
-/+ fraktur tulang
Penetratsi
Stab wound
Gun shot
Non-traumatic
Embolism
Thrombosis
Diseksi aorta
Thrombophilia
Nehler R. Inter-Society Consensus of the Management of PAD.
Diagnosis and treatment of acute limb ischemia. USA
7. Risk Factors:
• Smoker (2.5-3x)
• Diabetic (3-4x)
• Hypertension
• Hx of Hypercholesterolemia/AF/IHD
• Age ≥ 70 years.
• Age 50 - 69 years with a history of smoking or diabetes.
• Age 40 - 49 with diabetes and at least one other risk factor for
atherosclerosis.
• Leg symptoms suggestive of claudication with exertion or ischemic pain at
rest.
• Abnormal lower extremity pulse examination.
• Known atherosclerosis at other sites (eg, coronary, carotid, or renal artery
disease).
2005 American College of Cardiology/American Heart Association
(ACC/AHA) guidelines on PAD 2005
8. Pathophysiology
Jaringan saraf : jaringan yang paling sensitif terhadap
ischemia
Kulit dan tulang: relatif resisten terhadap iskemia
Otot: komponent terbesar yang akan pengaruhi oleh
iskemia dan akan bermanifestasi secara lokal dan
sistemik setelah reperfusi.
R. Kevin Rogers, MD MSc and William R. Hiatt, MD. Pathophysiology
and Treatment of Critical Limb Ischemia.
9. R. Kevin Rogers, MD MSc and William R. Hiatt, MD. Pathophysiology
and Treatment of Critical Limb Ischemia.
10. Tanda-tanda ischemia akut: 6 P’s
Pain: rasa sakit yang hebat secara mendadak.
Pallor: warna ekstrimitas menjadi pucat.
Pulselessness: bandingkan dengan ektrimitas
kontralateral.
poikilothermia - cold limb- akral dingin
Paresthesia-akibat neural ischemia
Paralysis – akibat ischemia otot
Nehler R. Inter-Society Consensus of the Management of PAD.
Diagnosis and treatment of acute limb ischemia. USA
13. Pemeriksaan Fisik:
Ankle-brachial Index:
Right or left ABI = ratio tekanan darah
sistolik ankle ( A. Tibialis posterior atau
dorsalis)/ tekanan darah sistolik di arteri
brachialis
Interpretasi klinik ABI :
>0.97 normal (1.1)
0.4-0.8 claudication
0.2-0.4 rest pain
0.1-0.4 ulceration, gangrene
< 0.1 ACUTE ISCHEMIA
Rutherford RB, et al: Textbook of Vascular surgery 6th ed.,2005
14. Pemeriksaan penunjang:
Lab rutin
Doppler US
CTA
Angiography
EKG
ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for the Management of
Patients With Peripheral Arterial Disease (Lower Extremity,
Renal, Mesenteric, and Abdominal Aortic)
15. Diagnosis
Riwayat:
gejala dan tanda ALI ( nyeri , pucat, pulselessness,
paresthesia, paralisis dan poikilothermia)
onset , durasi , dan intensitasi nyeri dan gejala-gejala
yang lain
perubahan fungsi motorik dan sensorik .
Riwayat claudication ,Atrial fibrilasi, Myocardial
Infarction dengan penurunan ejction fraction (EF),
gangguan katup aorta dan riwayat deep vein thrombosis
(DVT)
Faktor resiko atheroseclerosis
ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for the Management of
Patients With Peripheral Arterial Disease (Lower Extremity,
Renal, Mesenteric, and Abdominal Aortic)
16. Dx ALI
ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for
the Management of
Patients With Peripheral Arterial Disease
(Lower Extremity,
Renal, Mesenteric, and Abdominal
Aortic)
17. ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for the Management of
Patients With Peripheral Arterial Disease (Lower Extremity,
18. Komplikasi
1- Hiperkalemia
2. Sindrom kompartemen
Pembengkakan jaringan dalam kaitannya dengan
reperfusi menyebabkan peningkatan pada
tekanan intra compartment tekanan, penurunan
aliran kapiler, iskemia, dan kematian jaringan otot
(pada >30 mmHg).
Penanganannya
adalah dengan dilakukannya fasciotomy.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
19. ACC/AHA 2005 Practice Guidelines for the Management of Patients With Peripheral Arterial Disease (Lower Extremity,
Renal, Mesenteric, and Abdominal Aortic)
20.
21. Deep Vein Thrombosis
• Deep Vein Thrombosis atau thrombosis vena dalam
(DVT) adalah gumpalan darah yang terbentuk di vena
bagian dalam tubuh.
• Disebut juga Venous thromboembolism (VTE).
• Sebagian besar melibatkan vena ekstremitas
bawah/tungkai dan paha.
• Thrombus di vena : deposit yg terdiri dari fibrin, sel
darah merah dengan komponen darah putih dan
trombosit
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
22. Deep Vein Thrombosis
Thrombus yg berada di vena superfisialis tdk
menyebabkan emboli paru ok vena perforator
berfungsi sbg penyaring shg thrombus tidak bisa
memasuki sistem vena dalam.
Vena-vena superficialis tidak berpotensi menyebabkan
emboli paru.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
23. Deep Vein Thrombosis
Penyebab DVT :
Berhubungan dengan faktor risiko :
Malignansi
Acute MCI
Imobilisasi
Duduk dalam penerbangan, mobil atau kereta dalam waktu lama
("economy class syndrome”)
Hospitalisasi/ perawatan di rumah sakit tu bed rest dalam waktu lama
Pembedahan (orthopedi)
Trauma ekstremitas bawah
Kehamilan, tmsk post partum 6-8 minggu
Merokok
Komplikasi tindakan invasif yng melibatkan vena
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
24. Deep Vein Thrombosis
• Thrombus dalam sistem vena dalam sendiri tidak
begitu berbahaya.
• Situasi akan berubah mengancam jiwa apabila
thrombus sebagian terlepas kmd mengikuti aliran
darah menuju jantung , masuk ke sirkulasi pulmoner
dan menyumbat di paru.
• Diagnosis dan pengobatan DVT bertujuan utk
mencegah Emboli Paru (Pulmonary Embolism = PE)
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
25. Deep Vein Thrombosis
Gejala DVT:
terutama melibatkan vena-vena besar dikaki
dan paha dan hampir selalu di salah satu sisi.
Thrombus akan memblokade aliran darah dan
menyebabkan :
- perubahan warna kulit ( menjadi kemerahan)
- kaki terasa sakit
- kulit terasa hangat bila disentuh
- edema
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
26. Deep Vein Thrombosis
Diagnosis :
Riwayat Penyakit
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Kadang DVT tidak terdiagnosis sp timbul keadaan
darurat timbul emboli paru
Riwayat penyakit : pemberian obat-obatan, operasi,
trauma, melahirkan, terapi kanker
Pemeriksaan fisik : swelling/pembengkakan,
kemerahan
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
27. Deep Vein Thrombosis
Pemeriksaan penunjang diagnostik :
Ultrasound/ vascular doppler : melihat aliran darah
melalui arteri & vena pada daerah yang dicurigai
D-Dimer : mengukur substa yg timbul bila jendalan
darah/blood clot dipecah
Bila kadar D-Dimer tinggi menandakan adanya DVT
Venografi
MRI & CT scanning
Lung perfussion scanning bila dicurigai PE
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
28. Deep Vein Thrombosis
Tatalaksana :
Tujuan pengobatan : mencegah jendalan darah menjadi
lebih besar, mencegah terlepasnya thrombus yang
akan menyebabkan PE dan mencegah timbulnya
blood – clott ditempat lain
Medika mentosa :
Antikoagulan : heparin (iv)
warfarin (oral)
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
29. Deep Vein Thrombosis
• Heparin : mulai bolus 5000 U iv diikuti dengan drip
32.000 u/24 jam sampai dicapai aPTT 1.8- 2.5 kali
kontrol selama 5-7 hari
• LMWH enoxaparin slm 5-14 hari
Pengobatan antikoagulan pu 3 sampai 6 bulan.
Lamanya Pengobatan tergantung kondisi pasien :
pengobatan stlh operasi tidak sama dgn malignancy
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
30. Deep Vein Thrombosis
Thrombin Inhibitor
Thrombolytic
Vena cava filter
Compression stocking
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
31. Penyakit vena tromboemboli
Tromboflebitistanda-tanda peradangan akut.
Flebotrombosistrombosis vena tanpa tanda dan
gejala peradangan yang jelas.
Tromboflebitis superfisialperadangan vena-vena
superfisial.
Trombosis vena profundavena-vena profunda
ekstremitas bawah.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
32. Patofisiologi
Trias Virchow :
Statis aliran darah
Cedera endotel
Hiperkoagulabilitas darah
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
33. 1. STASIS VENA
Aliran vena
yang lambat
Statis
Gangguan
mekanisme
hemostasis
koagulasi Mudah
terbentuk
trombus
Imobilisasi lama
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
34. 2. KERUSAKAN PEMBULUH DARAH
Pembuluh vena
Endotel Endotel Endotel
Mengandung prostaglandin (PG12),
proteoglikan, aktifator plasminogen
dan trombo-modulin, yang dapat
mencegah terbentuknya trombus
Pembuluh vena
Endotel Endotel
Jaringan subendotel terpapar merangsang
adhesi trombosit gpIIIb/IIa agregasi
trombosit fibrinogenesis
Kerusakan sel endotel sendiri juga akan mengaktifkan sistem
pembekuan darah
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
35. 3. HIPERKOAGULASI
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam
sistem pembekuan darah dan sistem fibrinolisis.
Kecendrungan terjadinya trombosis, apabila aktifitas
pembekuan darah meningkat atau aktifitas fibrinolisis
menurun
Trombosis vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan
aktifitas pembekuan darah meningkat, seperti pada
hiper koagulasi, defisiensi Anti trombin III, defisiensi
protein C, defisiensi protein S dan kelainan
plasminogen
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
36. 1. Defisiensi Anto trombin III, protein C,
protein S dan alfa 1 anti tripsin.
2. Tindakan operatif yang menyebabkan
imobilisasi lama:
3. Obat kontrasepsi oral
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
37. 4. Kehamilan dan persalinan
Selama trimester ketiga kehamilan terjadi
penurunan aktifitas fibrinolitik, statis vena
karena bendungan dan peningkatan faktor
pembekuan VII, VIII dan IX
5. Infark miokard dan gagal jantung
adanya pelepasan plasminogen yang mengaktivasi
sistem pembekuan darah dan tatalaksana berupa
imobilisasi yang lama.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
38. 6.Obesitas dan varices dapat menimbulkan statis aliran darah
dan penurunan aktifitas fibriolitik yang mempermudah
terjadinya trombosis vena.
7. Pada jaringan yang berdegenerasi maligna di temukan
“tissue thrombo plastin-like activity” dan “factor X
activiting” yang mengakibatkan aktifitas
koagulasi meningkat.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
39. Tromboflebitis superfisialis
Menyerang pembuluh darah subkutan di ekstremitas
atas dan bawah.
Tromboflebitis ekstremitas atasinfus intra vena
(larutan asam/hipertonik).
Tomboflebitis ekstremitas bawahvarises vena dan
trauma.
Perjalanan jinak.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
40. Manifestasi klinis
Nyeri akut disertai rasa terbakar dan nyeri tekan
permukaan.
Sekitar venakulit menjadi erimatosa, hangat dan
bengkak.
Vena dapat terabatali subkutan.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
42. Penatalaksanaan
Meninggikan ekstremitas yang terserang dan
mengompres dengan air hangat.
Anti radang.
Kaus kaki penekan/ pembalut elastik.
Bila terdapat kemungkinan perluasan penyakit ke
pembuluh darah vena profunda
utamaligasi/pemotongan vena superfisialisyang
terserang pada persambungan safeno femoral.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
43. Pulmonary emboli
Pada pasien PE:
dispneu,
batuk,
nyeri dada pleura,
takipnea,
bronkospasme,
peningkatan tekanan arteri pulmonal,
distensi vena jugular.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
44.
45.
46.
47. Definisi
Diseksi aorta adalah suatu keadaan robeknya lapisan
dalam aorta. Darah keluar melalui robekan dan
memisahkan bagian dalam aorta dari dinding aorta.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
48. Etiologi
A. Penyebab kongenital : Marfan syndrome, Ehlers-
Danlos syndrome, Annuloaortic ectasia, Familial aortic
dissections, Adult polycystic kidney disease, Turner
syndrome, Noonan syndrome, Osteogenesis imperfecta,
Bicuspid aortic valve, Coarctation of the aorta,
Connective tissue disorders, Metabolic disorders (eg,
homocystinuria, familial hypercholesterolemia)
B. Penyebab didapat: Hipertensi, Kehamilan dapat
menjadi risiko DA terutama pada pasien yang memiliki
anomali seperti sindrom Marfan.
Penyebab didapat yang lain adalah aortitis sifilis,
penggunaan kokain, dan cedera deselerasi pada trauma dada.
C. Penyebab Iatrogenik : berasal dari prosedur seperti
pemasangan katup aorta dan mitral, coronary artery bypass graft
surgery, percutaneous catheterization.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
49. Dinding
Aorta lemah
Hipertensi
kronik
Kongenital
(sindrom marfan,
katup aorta
bikuspid)
Trauma dada
(jarang)
Usia daya regang
dan elastisitas
menurun.
Perubahan vasa
vasorum
Aliran darah yang
tinggi rentan
mengalami cidera
mekanik
Patogensis
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
50. Diseksi
aorta
Robekan intima
koneksi antara
lapisan media
dan lumen aorta
True lumen
(dilapisi
intima)
False lumen
(dilapisan
media)
Aneurisma
Diseksi aorta biasanya berhenti pada cabang aorta
atau pada tingkat terdapat plak atherosklerotik.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
51. Lokasi tersering diseksi aorta adalah beberapa
centimeter pertama pada aorta ascending, dimana
90% terjadi pada 10 cm dari katup aorta. Tempat
kedua tersering adalah distal dari arteri subklavia kiri.
Antara 5-10% diseksi tidak memiliki robekan intima
yang jelas terlihat. Keterlibatan aorta ascending dapat
menyebabkan kematian akibat ruptur dinding,
hemopericardium dan tamponade, oklusi ostia
koroner dengan infark myokardium, atau insufisiensi
aorta berat.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
52. Klasifikasi
Terdapat dua macam klasifikasi anatomik untuk DA yaitu
DeBakey dan Stanford.
Klasifikasi DeBakey :
Tipe 1 : robekan intima terjadi pada aorta asenden, namun
aorta desenden juga terlibat
Tipe 2 : hanya aorta asenden yang terlibat
Tipe 3 : hanya aorta desenden yang terlibat. Tipa 3A
berawal dari distal ke arteri subklavia kiri dan memanjang
hingga diafragma. Tipe 3B melibatkan aorta desender
dibawah diafragma.
Klasifikasi Stanford memiliki 2 tipe :
Tipe A : melibatkan aorta asenden (DeBakey 1 dan 2)
Tipe B : melibatkan aorta desenden (DeBakey tipe 3)
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
53.
54. Gejala
1. Dada yang nyeri parah secara tiba-tiba atau nyeri
punggung atas
2. Kehilangan kesadaran (pingsan)
3. Sesak napas
4. Kesulitan berbicara, kehilangan penglihatan, lemah,
atau kelumpuhan satu sisi tubuh, seperti memiliki
stroke
5. Berkeringat
6. Lemah di satu lengan dibandingkan dengan yang lain
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
55. Penegakan Diagnosis
1. ANAMNESIS
Pasien dengan DA biasanya mengeluhkan nyeri dada berat
dengan onset akut. Beberapa pasien hanya merasakan
nyeri ringan disalahartikan sebagai kelainan
muskuloskeletal di thoraks.
Lokasi nyeri dapat mengindikasikan dimana diseksi terjadi
a. Nyeri dada anterior dan nyeri dada yang menyerupai
infark myokard akut biasanya dihubungkan dengan
diseksi arkus aorta atau aortic root
b. Nyeri pada leher dan rahang mengindikasikan diseksi
melibatkan arkus aorta yang memanjang hingga pembuluh
besar
c. Sensasi nyeri seperti dirobek mengindikasikan diseksi melibatkan
aorta desenden
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
56. 10% kasus DA terjadi tanpa nyeri. DA tanpa nyeri lebih
sering terjadi pada pasien dengan komplikasi
neurologi dari diseksi dan sindrom Marfan
Manifestasi kardiovaskular dapat terjadi sebagai gejala
gagal jantung akibat regurgitasi aorta akut berat.
Gejala tersebut termasuk dispneu dan orthopneu.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
57. 2. PF
a. Hipertensi atau hipotensi
b. Perbedaan tekanan darah antar lengan lebih dari 20
mmHg (namun dapat ditemukan pada 20% orang normal)
c. Gejala regurgitasi aorta seperti murmur diastolik dapat
ditemukan.
d. Regurgitas aorta akut berat dapat mempelihatkan tanda
gagal jantung.
e. Temuan kardiovaskular lainnya adalah tanda-tanda
tamponade jantung (hipotensi, pulsus paradoksus, distensi
vena jugular, kussmaul sign, dan bunyi jantung muffled).
f. Pasien dengan diseksi pada ostium arteri koroner kanan
dapat memperlihatkan infark myokard akut biasanya
inferior.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
58. 3. Pemeriksaan Penunjang
a. DPL
b. serum kimia
c. biomarker jantung
d. Smooth muscle myosin heavy-chain assay
e. Foto polos thorax
f. CT angiografi
g. Echo transtorakal
h. Echo transesofageal
i. MRI dan CT-Scan
j. EKG
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
63. ANEURISMA AORTA
Definisi
Aneurisma adalah suatu dilatasi dinding aorta yang
bersifat patologis, terlokalisasi dan irreversible.
Dinding aorta yang mengalami aneurisma lebih lemah
daripada dinding aorta yang normal. Oleh karena itu,
karena tekanan yang begitu besar dari darah
menyebabkan dinding aorta menjadi melebar.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
65. Klasifikasi:
Aneurisma dibagi berdasarkan morfologi dan lokasinya.
A. MORFOLOGI
1. Fusiform aortic aneurysm : dilatasinya simetris pada
sekeliling dinding aorta, dan bentuk yang lebih sering
ditemukan.
2. Saccular aortic aneurysm : berbentuk seperti kantong
yang menonjol keluar dan berhubungan dengan
dinding aorta melalui leher yang sempit.
3. Pseudoaneurysm or false aortic aneurysm :
merupakan akumulasi darah ekstravaskuler disertai
disrupsi ketiga lapisan pembuluh darah. Dindingnya
merupakan trombus dan jaringan yang berdekatan.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
66. b. LOKASI
1. Abdominal aortic aneurysm (AAA) : lokasinya pada aorta
abdominalis, biasanya mulai dari bawah arteri renalis dan
meluas ke bifurkasio aorta, kadang-kadang melibatkan
arteri iliaka. Aneurisma ini jarang meluas ke atas arteri
renalis
2. Thoracic aortic aneurysm (AAT) : lokasinya pada aorta
toraks, bagian-bagian yang mengalami pelebaran biasanya
pada ascending aorta di atap katup aorta, aortic arch, dan
descending thoracic aorta di luar arteri subklavia kiri.
3. Thoracoabdominalis aortic aneurysm (AATA) : lokasinya
pada aorta desendens yang secara bersamaan melibatkan
aorta abdominalis.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
67. Faktor resiko dan etiologi
Abdominal aortic aneurysm paling sering
disebabkan oleh aterosklerosis. Namun pada
dasarnya, penyebab abdominal aortic aneurysm
dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Penyebab yang tidak dapat dikontrol seperti
penyakit genetik (Marfan syndrome, Ehlers-Danlos
syndrome, congenital defect) dan enzyme
destruction, usia, jenis kelamin.
2. Penyebab yang dapat dikontrol yaitu kondisi yang
dipengaruhi oleh gaya hidup (aterosklerosis,
tekanan darah tinggi, kolesterol yang tinggi, dan
trauma benda tumpul).
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
68. Sama dengan abdominal aortic aneurysm, aneurisma pada
toraks juga sering disebabkan oleh aterosklerosis. Selain itu
thoracic aortic aneurysm juga disebabkan oleh congenital
defect pada dinding aorta, hipertensi, merokok, infeksi,
dan trauma dada
Sedangkan pada aneurisma torakoabdominalis, paling sering
disebabkan oleh proses degeneratif (degenerasi
miksomatosa, aorta senile). Penyebab lainnya yaitu diseksi,
Marfan syndrome (cystic medial necrosis), Ehlers-Danlos
syndrome, infeksi jamur, aortitis (Takayasu), dan trauma.
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
69. Patofisiologi
Penyebab utama: Degenerasi dan melemahnya tunika
media arteri
Atherosklerosis
deposit trombosit
fibrin, dan sel-sel
radang
Matriks
metaloproteinas
e
Menghancurkan
matriks elastin
dan kolagen
Aorta tidak
elastis dan
melemah
Aneurisma
Turbulensi
aliran darah
Inflamasi
Dinding
aneurisma
dilapisi trombus
Lama kelamaan trombus
berlapis tersebut akan
membentuk saluran yang
sama besar dengan saluran
aorta bagian proksimal dan
distal
Usia lanjut
Aliran turbulen
pada bifurkatio
Hipertensi
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
70. Ukuran berat tidaknya aneurisma bergantung pada
diameter pembuluh darah, semakin lebar diameter
pembuluh drah maka tekanan dinding akan
meningkat sehingga dinding berdilatasi yang lama2
akan mengakibatkan ruptur
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
71. Gambaran Klinis
1. Abdominal aortic aneurysm
Aneurisma ini sering asimtomatis, namun pada pemeriksaan
fisik dapat ditemukan massa yang berdenyut di abdomen (57%
ditemukan pada aneurisma yang diameternya lebih dari 4 cm
dan 29% pada aneurisma yang diameternya kurang dari 4 cm).
Pada AAA yang simtomatis dan tanpa ruptur, biasanya pasien
akan mengeluh nyeri abdomen yang intermiten tetapi
menetap. Nyeri abdomen ini menyebar ke panggul, pelipatan
paha, dan bisa juga ke testis.
AAA sering menimbulkan komplikasi berupa ruptur pada
dinding aorta, trombosis atau embolisasi distal. Ruptur pada
dinding aorta sering terjadi pada aneurisma yang diameternya 5
cm.
Karakteristik ruptur AAA: nyeri yang sangat berat, hipotensi,
dan massa pada abdomen yang nyeri tekan.
Nyeri ini bersifat akut, menetap, berat, dan paling sering
terjadi di daerah lumbar yang menjalar ke panggul, organ
genital, dan kaki. Syok terkadang belum terjadi karena
perdarahan ke arah retroperitoneal mengalami tamponade oleh
jaringan sekitar. Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
72. Jangan memberikan transfusi darah untuk
memperbaiki keadaan umum penderita karena dapat
menyebabkan perdarahan berulang. Cara yang tepat
untuk mengatasi syok dini adalah memasang klem
vaskular dengan segera sebelah proksimal dari
aneurisma.
Faktor predisposisi yang meningkatkan terjadinya
ruptur aneurisma aorta abdominalis yaitu : diameter
aneurisma, tekanan darah diastolik, penyakit paru
obstruktif kronik, merokok, riwayat keluarga ruptur
aneurisma, dan faktor intrinsik (peradangan dinding
aorta).
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
73. 2. Thoracic aortic aneurysm
Aneurisma torasika harus cukup besar untuk dapat
menimbulkan gejala. Oleh karena itu, aneurisma
mungkin baru ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan radiogram dada.
Gejala timbul disebabkan oleh perluasan dan
kompresi pada struktur-struktur yang berdekatan.
Contohnya:
- Kompresi esofagus disfagia
- Kompresi saraf laringeus rekurens suara serak
- Kompresi vena cava distensi vena di leher
- Kompresi paru dan saluran napasàsesak
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
74. 3. Thoracoabdominalis aortic aneurysm
Sebanyak 40-50% pasien dengan thoracoabdominalis aortic
aneurysm tidak mengeluhkan gejala (asimptomatik).
Gejala kemungkinan telah terjadinya ruptur.
Gejala nyeri lokal di antara skapula dan epigastrium
kompresi trakhea/bronkus stridor, wheezing, atau
batuk.
retensi sputum akibat penekanan bronkus pneumonia
erosi parenkim atau bronkus hemoptisis
erosi pada esofagus disfagiaatau hematemesis
erosi saraf laringeus rekurens serak
penekanan aneurisma aorta abdominalis pada duodenum
obstruksi parsial atau perdarahan gastrointesinal
trombosis cabang2 a.spinalis paraplegia atau
paraparesis
Penekanan pada organ hepar sangat jarang terjadi
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
75. Penegakan Diagnosis
PF:
- Pada dinding perut bagian bawah dapat terlihat massa yang berdenyut
mengikuti irama nadi. Melalui stetoskop, terdengar bising sistolik setinggi
lumbal 2 AAA
Sensitivitas palpasi abdomen bertambah dengan semakin lebarnya diameter
aneurisma
Rotgen dada dan abdomen Tapi foto polos hanya mampu
menunjukkan kalsifikasi dinding abdominal aortic aneurysm pada sebagian
kecil kasus.
pada aneurisma thorasic pelebaran mediastinum, pembesaran aortic knob
- Alat penunjang lain yang dapat menunjukkan diameter dan ukuran aneurisma
adalah USG B-mode atau Dupleks Sonografi berwarna
CT-SCAN dan MRI
Aortografi gold standard pemeriksaan dalam mendiagnosis
thoracoabdominalis aortic aneurys
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
76. Tatalaksana
1. Operatif
- bedah cito jika sudah ruptur
- belum ruptur terantung kemungkinan
aneurisma untuk menjadi ruptur (diameter
>50mm)
2. Kendali faktor resiko : hipertensi, DM,
hiperkolesterolemia, merokok, dll
Harrison’s principles of Internal Medicine .17ed. USA
Patients at risk — Based in part upon the above observations, the 2005 American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) guidelines on PAD, which were produced in collaboration with major vascular medicine, vascular surgery, and interventional radiology societies, identified the following groups at risk for lower extremity PAD
Risk Factors:
Atherosclerosis (same as RF’s for CAD and CVD)
Smoking (2.5-3x)
Diabetes 3-4x
Hypertension, increased age >50, male and family history
RARE: homocysteinuria