SlideShare a Scribd company logo
TINJAUAN KEPUSTAKAAN 
Penatalaksanaan Hipertensi pada Stroke Akut 
Suhardi 
Esti Hindariati 
Pendahuluan 
Hipertensi pada stroke akut adalah kenaikan tekanan darah diatas normal dan menjadi 
premorbid yang muncul dalam 24 jam pada pasien stroke. Fenomena ini dilaporkan > 60% pada 
pasien stroke pada studi di AS. Sekitar 980 000 pasien yang dirawat dengan stroke setiap 
tahunnya diperkirakan lebih dari separuhnya terjadi hipertensi akut. Jumlah penderita stroke 
diseluruh dunia setiap tahun sekitar 15 juta dengan respon hipertensi akut sekitar 10 juta. 
Sebelumnya belum ada strategi manejemen dan obat anti hipertensi yang direkomendasikan 
guidelines. Dari sebuah penelitian Project for Improvement of Stroke Care Management, dari 
1181 pasien dengan stroke iskemik akut diberikan obat anti hipertensi pada 56% pasien dalam 
waktu 24 jam (Thompson, 2004 ; Adnan, 2008). 
Tahun 2003 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) / International Society of Hypertension 
(ISH) dan JNC 7 mendefinisikan hipertensi sebagai kenaikan tekanan darah sistolik ≥140/90 
mmHg yang konsisten (beberapa bacaan pada hari yang terpisah). Definisi hipertensi ini adalah 
sebagai ambang batas untuk penggunaan antihipertensi dalam jangka panjang yang diperoleh 
dari penelitian yang membuktikan terjadinya penurunan kejadian kardiovaskuler selama 
pengobatan. ISH mendefinisikan hipertensi pada stroke akut adalah tekanan darah sistolik > 140 
mmHg dan diastolik > 90 mmHg dengan pengukuran 2 kali selang 5 menit dalam 24 jam timbul 
gejala. Definisi ini berfungsi untuk menyeragamkan pengukuran prevalensi dan bukan untuk 
menetapkan pemberian anti hipertensi, dimana tergantung dari tipe stroke dan pertimbangan 
yang lain (Adnan, 2008).
Prevalensi terjadinya hipertensi pada stroke akut tergantung pada pilihan pasien, desain 
studi, arahan pola, dan definisi yang digunakan. Dalam review sistematis dari 18 studi, 52% 
pasien dengan stroke dilaporkan terjadi hipertensi pada saat diterima di rumah sakit. Kriteria 
yang digunakan untuk mendefinisikan tekanan darah tinggi bervariasi: tekanan darah sistolik 
berkisar 150-200 mmHg dan diastolik 90-115 mmHg. Dalam salah satu studi terbesar di 
Amerika Serikat , National Hospital Ambulatory Medical Care Survey, dengan tekanan darah 
sistolik >140 mmHg diamati pada 63% dari 563.704 pasien dewasa stroke, dan diastolik > 90 
mmHg pada 28%, dan mean arterial pressure (MAP) 107 mmHg pada 38%. Dalam 
International Stroke Trial, sebanyak 17. 398 pasien yang diambil secara acak dalam waktu 48 
jam setelah timbul stroke (waktu rata-rata 20 jam) dari 467 rumah sakit di 36 negara. Dengan 
rata-rata tekanan darah sistolik 160,1 mmHg, dan 82% pasien mempunyai tekanan darah tinggi 
berdasarkan WHO (TDS > 140 mm Hg) (Kevin, 2007; Adnan, 2008). 
Dalam beberapa studi menunjukkan bahwa tekanan darah akan meningkat secara spontan 
pada kasus stroke akut. Dan peningkatan tekanan darah semakin parah pada pasien dengan 
hipertensi yang telah ada sebelumnya. Dalam beberapa kasus peningkatan tekanan darah dapat 
ekstrem khususnya pada ischemia batang otak. Tekanan darah akan menurun pada beberapa hari 
pertama dan minggu setelah timbul stroke tanpa intervensi farmakologis. Broderic et al 
melaporkan sepertiga pasien mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan dalam 
beberapa jam pertama timbulnya gejala stroke. Apakah intervensi farmakologis untuk 
mengurangi tekanan darah menguntungkan atau merugikan menjadi bahan perdebatan (Robert, 
2006). 
Beberapa studi meneliti hubungan perubahan tekanan darah yang terjadi pada beberapa hari 
pertama dengan outcome pasien stroke. Peningkatan tekanan darah pada saat presentasi stroke 
dikaitkan dengan prognosis yang jelek (Kevin, 2007). 
Carlberg et al melaporkan angka kematian yang tinggi dalam 30 hari pada pasien dengan 
peningkatan tekanan darah tetapi hanya pada pasien dengan gangguan kesadaran. Mattle et al 
melaporkan bahwa pasien yang mendapatkan terapi trombolisis dan terjadi rekanalisasi yang 
sukses didapatkan tekanan darah yang turun. Sebaliknya apabila terjadi sumbatan yang permanen 
akan memperluas area iskemia dan akan memicu peningkatan tekanan darah (Robert, 2006).
Peningkatan tekanan darah sistemik terkait dengan peningkatan tekanan intrakranial 
(ICP), khususnya pada kompresi batang otak , yaitu pada pasien dengan pendarahan intraserebral 
dan subarakhnoid. Namun peningkatan tekanan darah sistemik tidak menunjukkan 
hubungan yang jelas dengan adanya iskemia serebral, nilai ICP, herniasi transtentorial. 
Hal ini menunjukkan bahwa penyebab primer respon hipertensi akut adalah kerusakan atau 
kompresi bagian tertentu di otak yang memediasi kontrol otonom (Qaisar, 2006). 
Diagnosis stroke 
Stroke merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan timbulnya defisit neurologik akut dan 
tetap berlangsung selama 24 jam, melibatkan reflek fokal dari sistem saraf pusat, dan 
menimbulkan gangguan sirkulasi serebral (Kevin, 2007) 
Membedakan stroke iskemik atau stroke perdarahan adalah sangat penting, karena keduanya 
berbeda dalam pengelolaannya. (Adams, 2003) 
Stroke Iskemik 
Terjadi karena penyumbatan pembuluh darah (arteriol, kapiler, dan venula) yang memasuki 
parenkim otak menyebabkan daerah tersebut menjadi tidak ada aliran dan dikelilingi oleh 
penumbra dengan akibat : ( Thomas, 2000 ; Gilroy, 2000 ; Kevin, 2007). 
1. Kegagalan elektrik (reversible). 
Pada keadaan ini terjadi kegagalan energi jaringan berupa penurunan oksigen dan 
glukosa, menurunnya energi (ATP dan fosfokreatin) dan timbulnya asidosis laktat, yang 
diikuti kegagalan homeostasis kation dalam bentuk menurunnya K+ intrasel, disertai 
meningkatnya Na+ , Ca+, Cl, H2O ekstrasel dengan terjadinya edema sitotoksik dan 
pelepasan neurotransmitter bersama influk Ca2+.
2. Kegagalan Metabolik 
Proses berlanjut dengan terjadinya toksisitas kalsium intrasel (fosfolipase diubah 
menjadi asam arakidonat, leukotrin dan prostaglandin). Oksigen radikal merusak 
membrane, protein dan DNA, sedangkan protease akan menyebabkan pemecahan protein 
dan arginin menjadi sitrulin + NO. 
Pada proses akhir terjadi infark dan nekrosis karena pecahnya sawar darah otak 
disertai edema vasogenik dengan aktivasi lekosit. Neutropil darah, makrofag, mikroglia 
dan astrosit memasuki zona infark, mengawali proses perubahan lesi nekrotik menjadi 
scar gliotik. 
Aktifasi lekosit yang berlebihan diprovokasi untuk meningkatkan sitokin yang 
akan mempengaruhi reaksi hiperviskositas. Adanya iskemik menyebabkan limposit 
memperbanyak produksi TNF α, IL 1β. Sitokin- sitokin ini akan meningkatkan produksi 
intercellular adhesion moleculer (ICAM 1). Sementara itu, iskemik lekosit pada daerah 
oklusi vaskular memprovokasi peningkatan reseptor adhesi yang disebut dengan integrin 
(CD 11b dan CD 18). Integrin termasuk dalam kelompok reseptor adhesi yang menjadi 
perantara pengikatan interselular dalam system vascular. 
Pada proses ini CD 11b dan CD 18 terikat pada endotel ICAM 1 yang 
mengakibatkan sludging sel-sel sepanjang permukaan endotel dan bahkan terjadi 
transmigrasi lekosit pada endotel, sehingga terjadi efflux cairan dan plasma yang 
mengakibatkan hemokonsentrasi didaerah intravaskuler disertai peningkatan viskositas 
dan sludging. 
Respon radang ini mempengaruhi elemen darah, dengan perubahan protrombotik 
terjadi simultan. Pada iskemik, endotel akan mengurangi produksi tissue plasminogen 
activator (tPA) pada trombolitik normal, sehingga memacu trobosis intravascular. 
Selanjutnya tissue factor (TF) yang merupakan prokoagulan kuat dilepaskan dari jaringan 
otak, bersama factor VIIa menghasilkan thrombin dan trombogenesis.
3. Perubahan Mikrosirkulasi Otak 
Dalam keadaan normal, sel endotel disepanjang pembuluh darah bekerja 
mencegah thrombosis dan agregasi platelet, serta membantu menjaga tonus vascular 
akibat kerja NO yang disintesis sel endotel. Pelepasan NO tersebut pada pembuluh darah 
mempengaruhi sel otot polosuntuk vasodilatasi. Juga terjadi pelepasan prostasiklin yang 
merupakan inhibitor thrombosis dan agregasi platelet. 
Pada keadaan stroke trombotik dimana akan menyebabkan iskemik diikuti 
perubahan sel endotel, yang selanjutnya mengaktifkan lekosit, platelet, factor koagulasi 
sehingga menimbulkan aktifitas radang dan memindahkan propagasi agregasi platelet. 
Penatalaksanaan 
Sebagian ahli tidak merekomendasikan terapi hipertensi pada stroke iskemik akut, kecuali 
terdapat hipertensi berat yang menetap yaitu tekanan darah sistolik > 220 mmHg atau diastolik > 
120 mmHg (Adnan, 2008). 
Obat – obat anti hipertensi yang sudah ada sebelum serangan stroke diteruskan pada fase awal 
stroke dan menunda pemberian obat anti hipertensi yang baru sampai dengan 7 – 10 hari paska 
awal serangan stroke. Pada penderita dengan tekanan darah diastolik > 140 mmHg (atau > 110 
mmHg bila akan dilakukan terapi trombolisis) diperlakukan sebagai penderita hipertensi 
emergensi berupa drip kontinyu nikardipin, diltiazem, nimodipin dan lain – lain. Jika tekanan 
darah sistolik > 230 mmHg dan /atau tekanan darah diastolic 121 – 140 mmHg, berikan labetalol 
i.v selama 1-2 menit. Dosis labetalol dapat diulang atau digandakan setiap 10-20 menit samapi 
penurunan tekanan darah yang memuaskan dapat dicapai atau sampai dosis komulatif 300mg 
yang diberikan melalui teknik bolus mini. Setelah dosis awal, labetalol dapat diberikan setiap 6-8 
jam bila diperlukan (Perdossi, 2004) 
Jika tekanan darah sistolik 180-230 mmHg dan/atau tekanan darah diastolic 105-120 
mmHg, terapi darurat harus ditunda kecuali adanya bukti perdarahan intraserebral, gagal
ventrikel jantung kiri, infark miokard akut, gagal ginjal akut, edema paru, diseksi aorta, 
ensepalopati hipertensi. Jika peninggian tekanan darah tersebut menetap pada dua kali 
pengukuran selang waktu 60 menit, maka diberikan 200-300 mg labetalol 2-3 kali sehari sesuai 
kebutuhan. Pengobatan alternative yang memuaskan selain labetalol adalah nifedipin oral 10 mg 
setiap 6 jam atau 6,25-25 mg kaptopril setiap 8 jam. Batas penurunan tekanan darah sebanyak-banyaknya 
sampai 20%-25% dari MAP (Adam PH, 2003 ; Perdosi, 2004). 
Stroke iskemik dengan pemberian trombolitik 
Pada studi NIND (National Institute of Neurological Disorder and Stroke ) yang 
memberikan tPA (tissue Plasminogen Activator) pada stroke akut, ditemukan adanya 
peningkatan resiko terjadi perdarahan cerebral pada tekanan darah diastolic yang meningkat 
(>110mmHg) (Larry; 2004, Robert ; 2006). 
Perdarahan serebral setelah pemberian trombolitik berkisar 3-9%. Kejadian ini 
dihubungkan dengan prognosis yang jelek dengan angka kematian lebih dari 60% pada 30 hari. 
Akhir-akhir ini direkomendasikan pemberian infuse platelet ( 6 - 8U ) dan cryoprecipitate yang 
berisi faktor VIII yang mengoreksi secara cepat pengaruh sistemik dari pemberian trombolitik 
(Broderick et al; 2007). 
Australian Streptokinase Trial, melaporkan terjadinya peningkatan perdarahan sekitar 25% 
pada pasien yang diterapi streptokinase dengan tekanan darah sistolik > 165 mmHg. ASA and 
European Stroke Initiative merekomendasikan penurunan tekanan darah (>180/105 mmHg) 
sebelum pemberian trombolitik. Pemberian anti hipertensi pre dan post trombolitik dapat 
mengurangi terjadinya perdarahan dalam 3 bulan (Robert, 2006). 
AHA/ASA Recommendations for BP Management in Acute Ischemic Stroke (Venkatesh, 
2009).
1. Patients eligible for treatment with intravenous thrombolytics or other acute reperfusion 
intervention and SBP ≥185 mm Hg or DBP ≥110 mm Hg should have BP lowered before 
the intervention. A persistent SBP of ≥185 mm Hg or a DBP ≥110 mm Hg is a 
contraindication to intravenous thrombolytic therapy. After reperfusion therapy, keep 
SBP <180 mm Hg and DBP <105 mm Hg for at least 24 hours. 
2. Patients who have other medical indications for aggressive treatment of BP should be 
treated. 
3. For those not receiving thrombolytic therapy, BP may be lowered if it is markedly 
elevated (SBP ≥220 mm Hg or DBP ≥120 mm Hg). A reasonable goal would be to lower 
BP by approximately 15% during the first 24 hours after onset of stroke. 
4. In hypotensive patients, the cause of hypotension should be sought. Hypovolemia and 
cardiac arrhythmias should be treated and in exceptional circumstances, vasopressors 
may be prescribed in an attempt to improve cerebral blood flow. 
Stroke perdarahan intraserebral 
Perdarahan intra parenkimal otak dengan atau tanpa ekstensi ke ventrikel dan jarang ke 
subarachnoid dikenal dengan stroke perdarahan intraserebral. Hipertensi kronis sebagai 
penyebab utama dari stroke perdarahan intraserebral. Autoregulasi serebral terjadi pada tingkat 
arteriol, dimana vasokonstriksi akan meningkatkan tekanan darah dan vasodilatasi akan 
menurunkan tekanan darah. Perubahan pada diameter pembuluh darah akan menjaga aliran darah 
serebral dalam keadaan normal. Nilai normal dari autoregulasi serebral berkisar 50-150 mmHg. 
Pada hipertensi kronis yang tidak diterapi akan meningkatkan resiko injuri iskemik dan 
menurunkan tekanan perfusi serebral dibawah limit autoregulasi (Qaisar, 2006). 
Ada beberapa perbedaan yang menjelaskan terjadinya kenaikan tekanan darah secara 
akut, pertama, sebagai reaksi terhadap hipertensi yang tidak diterapi. Kedua, Cushing-Kohler 
Response, dimana merupakan reaksi terhadap penekanan batang otak. Ketiga, meningkatnya 
katekolamin, aktifitas simpatetik dan parasimpatetik dan brain natriuretic peptide (BNP) 
(Qaisar, 2006) 
Penatalaksanaan
Pada stroke perdarahan intraserebral dengan tekanan darah sistolik > 220 mmHg tekanan 
diastolik > 120 mmHg harus diturunkan sedini dan secepat mungkin untuk membatasi 
pembentukan edema vasogenik akibat robeknya sawar darah otak pada daerah iskemia sekitar 
perdarahan. Penurunan tekanan darah akan menurunkan risiko perdarahan ulang, akan tetapi 
daerah otak sekitar hematom bertambah iskemik karena autoregulasi pada daerah ini telah 
hilang. Atas dasar ini obat anti hipertensi diberikan kalau tekanan sistolik > 180 mmHg atau 
tekanan diastolik > 100 mmHg (Perdossi, 2004 ; Arthur, 2006). 
Dandapani et al menganjurkan penurunan tekanan darah sedini mungkin pada perdarahan 
intraserebral dengan MAP > 145 mmHg untuk mencegah perdarahan ulang, pengurangan 
tekanan intra kranial dan edema otak (Perdossi, 2004). 
Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan diastolik > 140 mmHg diberikan 
nikardipin, diltiazem atau nimodipin. Bila tekanan darah sistolik 180-230 mmHg atau tekanan 
diastolik 105-140 mmHg atau MAP 130 mmHg diberikan labetalol 10-20 mg IV selama 1-2 
menit. Ulangi atau gandakan setiap 10 menit sampai maksimum atau berikan dosis awal bolus 
diikuti oleh labetalol drip 2-8 mg/menit atau nikardipin (Perdosi, 2004). 
Pada fase akut tekanan darah tidak boleh diturunkan lebih dari 20-25% dari MAP. Bila 
tekanan sistolik < 180 mmHg dan tekanan diastolik < 105 mmHg tangguhkan pemberian obat 
anti hipertensi. Tekanan perfusi otak harus dipertahankan > 70 mmHg. Pada penderita dengan 
riwayat hipertensi, penurunan tekanan darah harus dipertahankan dibawah MAP 130 mmHg. 
Bila tekanan darah sistolik < 90 mmHg harus diberikan vasopresor (Perdosi, 2004). 
Recommended Guidelines for Treating Elevated Blood Pressure in Spontaneous ICH . 
1 If SBP is ≥200 mm Hg or MAP is ≥150 mm Hg, then consider aggressive reduction of 
blood pressure with continuous intravenous infusion, with frequent blood pressure 
monitoring every 5 minutes.
2 If SBP is ≥180 mm Hg or MAP is ≥130 mm Hg and there is evidence of or suspicion of 
elevated ICP, then consider monitoring ICP and reducing blood pressure using intermittent 
or continuous intravenous medications to keep cerebral perfusion pressure ≥60 to 80 mm 
Hg. 
3 If SBP is ≥180 mm Hg or MAP is ≥130 mm Hg and there is not evidence of or suspicion of 
elevated ICP, then consider a modest reduction of blood pressure (eg, MAP of 110 mm Hg 
or target blood pressure of 160/90 mm Hg) using intermittent or continuous intravenous 
medications to control blood pressure, and clinically 
reexamine the patient every 15 minutes. 
(Broderick et al, 2007 ; Venkatesh, 2009) 
Intravenous Medications That May Be Considered for Control of Elevated Blood Pressure 
in Patients With ICH 
(Broderick et al ; 2007) 
Beberapa obat Anti Hipertensi 
1. Antagonis adrenergik.
Pada studi The Low Dose Beta Blockade in Acute Stroke (BEST) melibatkan 302 
pasien, dimana didapatkan angka mortalitas yang rendah setelah 6 bulan (Adnan, 2008). 
Labetalol adalah golongan antagonis adrenergic, selektif pada reseptor α dan non 
selektif pada β1 dan β2. Efek menghambat reseptor β lebih dominan, dengan rasio 
tergantung cara pemberian. Jika diberikan oral rasio β : α adalah 3 : 1, sedangkan jika 
diberikan secara intravena 7:1. Labetalol mempunyai efek kronotropik negatif dan 
mengurangi tahanan vaskular sistemik (Robert, 2006). 
Labetalol dapat diberikan secara intravena bolus 10-20 mg dan dapat diulang 
setiap 10 menit sampai 300mg. Efek tampak setelah 5-10 menit. Dapat diberikan secara 
infus kontinyu dimulai 2mg/menit setelah diberikan dosis bolus, dititrasi sesuai efek. 
Waktu paruh 2-8 jam, metabolism terjadi di liver. Efek samping yang sering terjadi 
bradikardia, A-V blok, gagal jantung. Labetalol memelihara aliran darah serebral dan 
mempunyai efek minimal pada tekanan intracranial pada stroke iskemik (Arthur, 2006 ; 
Robert, 2006). 
Pada studi observasional prospektif multicenter diberikan labetalol, hidralazin, 
dan nitropruside pada stroke perdarahan dengan tekanan darah >160/90 mmHg dalam 24 
jam timbulnya gejala. Dimana ditemukan kelainan neurologi dan perluasan hematom 
yang rendah (Adnan, 2008). 
Esmolol adalah golongan antagonis adrenergic selektif terhadap reseptor β1. 
Pemberian hanya dengan intravena dan mempunyai efek sama dengan β selektif yang 
lainnya yaitu menurunkan heart rate, kontraksi jantung dan tekanan darah. Waktu paruh 
pendek, 9 menit. Dimetabolisme oleh esterase di sitosol sel darah merah. Jika terjadi 
disfungsi ginjal dan hati esmolol tidak dapat metabolism. Esmolol diberikan loading 500 
μg/kg diikuti dengan infus kontinyu 25-50 μg/kg/menit dan dititrasi sesuai efek (Arthur, 
2006). 
2. Kalsium Channel Bloker
Nikardipin adalah golongan kalsium channel bloker dihidropiridin. Mempunyai 
fungsi sebagai vasodilator arteri, menurunkan tekanan darah. Juga memiliki efek pada SA 
node atau AV node, menurunkan tahanan perifer, dan sedikit meningkatkan cardiac 
output (CO). Pemberian melalui intravena dan menghasilkan efek takikardia. Nikardipin 
mempunyai onset aksi 5-15 menit, dengan waktu paruh 8,6 jam. Diberikan dengan infus 
kontinyu dimulai 5mg/jam dan dititrasi setiap 5-15 menit, dengan dosis maksimum 
15mg/jam. Nikardipin dimetabolisme di liver (Arthur, 2006 ; Robert, 2006). 
Efek nikardipin pada vascular serebral dari beberapa studi menunjukkan, tidak 
meningkatkan tekanan intrakranial, dapat menurunkan spasme vaskular serebral dan 
perbaikan terhadap tekanan perfusi serebral (Qaisar, 2006). 
Haley et al melakukan studi prospektif, double-blind, dengan kontrol placebo 
pada 906 pasien dengan stroke perdarahan. Pasien diberikan nikardipin dan placebo 
selama 14 hari, ditemukan vasospasme simptomatik sebanyak 32% pada pasien yang 
diberikan nikardipin dan 46% pada pasien yang diberikan placebo (Robert, 2006). 
2. ACE Inhibitor dan ARB 
Enalapril adalah salah satu golongan ACE inhibitor, yang mempunyai onset aksi 
15 menit, dan respon puncak tampak setelah 30 menit pemberian secara intravena. 
Dengan dosis awal 1,25mg setiap 6 jam, dan titrasi dengan interval 12 jam, dan 
maksimum 6mg setiap 6jam. Efek samping pemberian ACE inhibitor adalah angioedema 
(Arthur, 2006 ; Robert, 2006). 
Acute Candesartan Cilexetil Evaluation in Stroke Survivors (ACCESS) 
trial,diberikan candesartan dan placebo, pada pasien stroke iskemik, dengan tekanan 
darah ≥200/100 mmHg dalam 6 – 24 jam. Angka kematian 2,9% pada pasien yang 
diberikan candesartan dan 7,2% pada placebo dalam 12 bulan (Thompson, 2004 ; Adnan, 
2008). 
2. Nitroprusid (NTP)
Studi yang dilakukan oleh National Institutes of Neurological Disorder and 
Stroke (NINDS) pada pasien stroke iskemik yang diberikan recombinant tissue 
plasminogen (rtPA). Pasien dengan tekanan darah 180/105mmHg diberikan labetalol 
intravena atau infuse nitroprusid apabila didapatkan tekanan darah diastolic >140mmHg 
atau tidak respon dengan labetalol dalam 24 jam (Adnan, 2008). 
Mempunyai efek vasodilator arteri dan vena yang poten. Dapat menurunkan nitric 
oxide dan cyanide. Nitric oxide mengaktifkan guanylate cyclase dan menghasil 
vasodilatasi melalui cGMP. Cyanide yang dihasilkan NTP dikonversi di liver menjadi 
thiocyanate yang lebih rendah tingkat toksisitasnya dibanding cyanide. Thiocyanate 
dieliminasi didalam urin. Dosis dimulai dengan 0,25-0,5 μg/kg/min dititrasi tiap beberapa 
menit 0,5μg/kg/min dinaikkan sesuai efek. Maksimum dosis 10μg/kg/min. NTP dapat 
bereaksi cepat (dalam detik) dengan waktu paruh 3 menit, memiliki minimal efek pada 
rate jantung (Robert, 2006). 
Efek NTP pada vascular cerebral dapat meningkatkan volume darah cerebral, 
meningkatkan ICP, dan menurunkan CBF. Meskipun NTP obat yang ideal untuk 
menurunkan tekanan darah tetapi efek toksisitasnya juga besar, sehingga digunakan 
sebagai pilihan terakhir (Robert, 2006). 
2. Hidralasin 
Hidralasin adalah arteriodilator yang bekerja langsung, dengan bentuk formula 
oral dan intravena. Mempunyai potensi pada arteri koroner dan cerebral, dan sedikit 
berpengaruh pada sistem vena. Dosis secra intravena 10-20mg diberikan 4-6 jam. Onset 
aksi 5-15menit setelah pemberian intravena. Dieliminasi didalam hepar dengan waktu 
paruh 3-5 jam. Hidralasin diberikan untuk meningkatkan ICP pada pasien denga cidera 
otak dan pada pasien yang akan menjalani operasi bedah syaraf. Hidralasin ini tidak 
direkomendasikan untuk menurunkan tekanan darah pada stroke iskemi akut (Robert, 
2006).
Kesimpulan 
Hipertensi pada stroke akut adalah kenaikan tekanan darah diatas normal dan menjadi 
premorbid yang muncul dalam 24 jam pada pasien stroke. Dalam beberapa studi menunjukkan 
bahwa tekanan darah akan meningkat secara spontan pada kasus stroke akut. Tekanan darah 
akan menurun pada beberapa hari pertama dan minggu setelah stroke tanpa intervensi 
farmakologis. Peningkatan tekanan darah pada saat presentasi stroke dikaitkan dengan 
prognosis yang jelek. 
Sebagian ahli tidak merekomendasikan terapi hipertensi pada stroke iskemik akut, 
kecuali terdapat hipertensi berat yang menetap. Sedangkan pemberian anti hipertensi pre dan 
post trombolitik dapat mengurangi terjadinya perdarahan dalam 3 bulan. Pada stroke perdarahan 
intraserebral penurunan tekanan darah bertujuan untuk membatasi pembentukan edema 
vasogenik akibat robeknya sawar darah otak pada daerah iskemia sekitar perdarahan, 
menurunkan risiko perdarahan ulang. Obat anti hipertensi diberikan kalau tekanan sistolik > 180 
mmHg atau tekanan diastolik > 100 mm atau dengan MAP > 145 mmHg. 
Obat antihipertensi yang biasa digunakan adalah golongan antagonis adrenergic, kalsium 
channel bloker dihidropiridin, ACE inhibitor, Nitroprusid (NTP), hidralazin. 
DAFTAR PUSTAKA 
1. Adam PH (2003), Guidelines for The Early Management of Patients with Ischemic 
Stroke. Stroke 34, 1056-83.
2. Adnan I. Qureshi, MD (2008), Acute Hypertensive Response in Patients With Stroke 
Pathophysiology and Management. Circulation Vol 118, 176-187. 
3. Arthur M. Pancioli, MD and Scott E. Kasner, MD (2006). Hypertention Management in 
Acute Neurovascular Emergencies. Emergency Medicine Cardiac Reserarch And 
Education Group, Vol 3. 
4. Broderick et al, (2007). Guidelines for the Management of Spontaneous Intracerebral 
Hemorrhage in Adults: 2007 Update: A Guideline From the American Heart Association/ 
American Stroke Association Stroke Council, High Blood Pressure Research Council, 
and the Quality of Care and Outcomes in Research Interdisciplinary Working Group: The 
American Academy of Neurology affirms the value of this guideline as an educational 
tool for neurologists. Stroke ;38;2001-2023. 
5. Gilroy J (2000), Cerebrovascular Disease. In : Basic Neurology. Third edition. Editor 
Gilroy J. The Mc Graw-Hill Companies, pp 225-77. 
6. Kevin N. Sheth and David M. Greer, (200). Intensive Care Management of acute 
Ischemic Stroke, In : Acute Ischemic Stroke An Evidence Based Approach. Editors : 
David M. Greer. Published by John Wiley & Sons, Inc.,Hoboken, New Jersey, p 163- 
198. 
7. Larry B. Goldstein (2004). Blood Pressure Management in Patients With Acute Ischemic 
Stroke. Hypertension Vol 43; 137-141. 
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (Perdossi) (2004). Penatalaksanaan 
Hipertensi pada stroke Akut. Guideline Stroke. Kelompok Studi Cerebrovaskular ed 3, p 
3-13. 
9. Qaisar A. Shah, MD and Adnan I. Qureshi, MD (2006). Acute Hypertension in 
Intracerebral Hemorrhage- Pathophysiology ang Management. Stroke ; 38-42. 
10. Robert J. Wityk and John J. Lewin III (2006). Blood Pressure Management During Acute 
Ischemic Stroke. Expert Opin. Pharmacother. 7(3); 247-258. 
11. Thompson G. Robinson and John F. Potter (2004). Blood Pressure in Acute Stroke. Age 
and Ageing Vol 33 No. I 
12. Thomas Brott, MD and Julien Bogousslavsky, MD (2000). Treatment Of Acute Ischemic 
Stroke. The New England Journal of Medicine, p 710-722.
13. Venkatesh A. and Philip B. (2009), Management of Blood Pressure for Acute and 
Recurrent Stroke. Stroke; 40; 2251-56.

More Related Content

What's hot

Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Seascape Surveys
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Tenri Ashari Wanahari
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
Phil Adit R
 
Sirosis hati
Sirosis hatiSirosis hati
Sirosis hati
fikri asyura
 
Komplikasi akut diabetes
Komplikasi akut diabetesKomplikasi akut diabetes
Komplikasi akut diabetes
fikri asyura
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
ADam Raeyoo
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
Adam Muhammad
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
eka yunita
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
peternugraha
 
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran ManajemenDiagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
mataharitimoer MT
 
Cedera Kepala
Cedera KepalaCedera Kepala
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Dayu Agung Dewi Sawitri
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
Azis Aimaduddin
 
vertigo
vertigovertigo
SKA / CAD
SKA / CADSKA / CAD
SKA / CAD
yus rendra
 
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaAnamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Phil Adit R
 

What's hot (20)

Presentasi Tekanan Intrakranial
Presentasi Tekanan IntrakranialPresentasi Tekanan Intrakranial
Presentasi Tekanan Intrakranial
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 
Sirosis hati
Sirosis hatiSirosis hati
Sirosis hati
 
Komplikasi akut diabetes
Komplikasi akut diabetesKomplikasi akut diabetes
Komplikasi akut diabetes
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
Fraktur tibia
Fraktur tibiaFraktur tibia
Fraktur tibia
 
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran ManajemenDiagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
 
Cedera Kepala
Cedera KepalaCedera Kepala
Cedera Kepala
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Aki
AkiAki
Aki
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
 
vertigo
vertigovertigo
vertigo
 
SKA / CAD
SKA / CADSKA / CAD
SKA / CAD
 
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaAnamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
 

Similar to 119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut

Lp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilanLp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilan
Novita Novita
 
Acei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorAcei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorMulkan Fadhli
 
ppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptx
ppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptxppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptx
ppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptx
HafdziMaulana1
 
Penatalaksanaan hipertensi-pada-stroke
Penatalaksanaan hipertensi-pada-strokePenatalaksanaan hipertensi-pada-stroke
Penatalaksanaan hipertensi-pada-stroke
Enggar Asyaf
 
menkas Stroke iskemik [Autosaved].pdf
menkas Stroke iskemik [Autosaved].pdfmenkas Stroke iskemik [Autosaved].pdf
menkas Stroke iskemik [Autosaved].pdf
ZahraRizqikaAliyyaSa1
 
Manajemen Nyeri
Manajemen NyeriManajemen Nyeri
Manajemen Nyeri
SulthanSalsabilNezaW
 
Journal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptx
Journal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptxJournal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptx
Journal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptx
rhezapaleva6
 
stroke.pptx
stroke.pptxstroke.pptx
stroke.pptx
NicholeCook5
 
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiMakalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiMakalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Warnet Raha
 
LP_Hipertensi_Pada_Lansia.doc
LP_Hipertensi_Pada_Lansia.docLP_Hipertensi_Pada_Lansia.doc
LP_Hipertensi_Pada_Lansia.doc
IntanPurnamaHerliand
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2
Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2
Warnet Raha
 
Laporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unuLaporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unuKhusnul Khotimah
 

Similar to 119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut (20)

Lp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilanLp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilan
 
Acei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorAcei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektor
 
ppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptx
ppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptxppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptx
ppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptx
 
Penatalaksanaan hipertensi-pada-stroke
Penatalaksanaan hipertensi-pada-strokePenatalaksanaan hipertensi-pada-stroke
Penatalaksanaan hipertensi-pada-stroke
 
menkas Stroke iskemik [Autosaved].pdf
menkas Stroke iskemik [Autosaved].pdfmenkas Stroke iskemik [Autosaved].pdf
menkas Stroke iskemik [Autosaved].pdf
 
Manajemen Nyeri
Manajemen NyeriManajemen Nyeri
Manajemen Nyeri
 
Journal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptx
Journal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptxJournal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptx
Journal reading kkkkjkbbkjkbkbkak rona.pptx
 
stroke.pptx
stroke.pptxstroke.pptx
stroke.pptx
 
Pp hipertensi kmb1
Pp hipertensi kmb1Pp hipertensi kmb1
Pp hipertensi kmb1
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiMakalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
 
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiMakalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
 
LP_Hipertensi_Pada_Lansia.doc
LP_Hipertensi_Pada_Lansia.docLP_Hipertensi_Pada_Lansia.doc
LP_Hipertensi_Pada_Lansia.doc
 
Hipertensi 1
Hipertensi 1Hipertensi 1
Hipertensi 1
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2
 
Laporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unuLaporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unu
 
Chapter ii 3
Chapter ii 3Chapter ii 3
Chapter ii 3
 
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
 
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
 

119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut

  • 1. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Penatalaksanaan Hipertensi pada Stroke Akut Suhardi Esti Hindariati Pendahuluan Hipertensi pada stroke akut adalah kenaikan tekanan darah diatas normal dan menjadi premorbid yang muncul dalam 24 jam pada pasien stroke. Fenomena ini dilaporkan > 60% pada pasien stroke pada studi di AS. Sekitar 980 000 pasien yang dirawat dengan stroke setiap tahunnya diperkirakan lebih dari separuhnya terjadi hipertensi akut. Jumlah penderita stroke diseluruh dunia setiap tahun sekitar 15 juta dengan respon hipertensi akut sekitar 10 juta. Sebelumnya belum ada strategi manejemen dan obat anti hipertensi yang direkomendasikan guidelines. Dari sebuah penelitian Project for Improvement of Stroke Care Management, dari 1181 pasien dengan stroke iskemik akut diberikan obat anti hipertensi pada 56% pasien dalam waktu 24 jam (Thompson, 2004 ; Adnan, 2008). Tahun 2003 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) / International Society of Hypertension (ISH) dan JNC 7 mendefinisikan hipertensi sebagai kenaikan tekanan darah sistolik ≥140/90 mmHg yang konsisten (beberapa bacaan pada hari yang terpisah). Definisi hipertensi ini adalah sebagai ambang batas untuk penggunaan antihipertensi dalam jangka panjang yang diperoleh dari penelitian yang membuktikan terjadinya penurunan kejadian kardiovaskuler selama pengobatan. ISH mendefinisikan hipertensi pada stroke akut adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg dengan pengukuran 2 kali selang 5 menit dalam 24 jam timbul gejala. Definisi ini berfungsi untuk menyeragamkan pengukuran prevalensi dan bukan untuk menetapkan pemberian anti hipertensi, dimana tergantung dari tipe stroke dan pertimbangan yang lain (Adnan, 2008).
  • 2. Prevalensi terjadinya hipertensi pada stroke akut tergantung pada pilihan pasien, desain studi, arahan pola, dan definisi yang digunakan. Dalam review sistematis dari 18 studi, 52% pasien dengan stroke dilaporkan terjadi hipertensi pada saat diterima di rumah sakit. Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan tekanan darah tinggi bervariasi: tekanan darah sistolik berkisar 150-200 mmHg dan diastolik 90-115 mmHg. Dalam salah satu studi terbesar di Amerika Serikat , National Hospital Ambulatory Medical Care Survey, dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg diamati pada 63% dari 563.704 pasien dewasa stroke, dan diastolik > 90 mmHg pada 28%, dan mean arterial pressure (MAP) 107 mmHg pada 38%. Dalam International Stroke Trial, sebanyak 17. 398 pasien yang diambil secara acak dalam waktu 48 jam setelah timbul stroke (waktu rata-rata 20 jam) dari 467 rumah sakit di 36 negara. Dengan rata-rata tekanan darah sistolik 160,1 mmHg, dan 82% pasien mempunyai tekanan darah tinggi berdasarkan WHO (TDS > 140 mm Hg) (Kevin, 2007; Adnan, 2008). Dalam beberapa studi menunjukkan bahwa tekanan darah akan meningkat secara spontan pada kasus stroke akut. Dan peningkatan tekanan darah semakin parah pada pasien dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya. Dalam beberapa kasus peningkatan tekanan darah dapat ekstrem khususnya pada ischemia batang otak. Tekanan darah akan menurun pada beberapa hari pertama dan minggu setelah timbul stroke tanpa intervensi farmakologis. Broderic et al melaporkan sepertiga pasien mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan dalam beberapa jam pertama timbulnya gejala stroke. Apakah intervensi farmakologis untuk mengurangi tekanan darah menguntungkan atau merugikan menjadi bahan perdebatan (Robert, 2006). Beberapa studi meneliti hubungan perubahan tekanan darah yang terjadi pada beberapa hari pertama dengan outcome pasien stroke. Peningkatan tekanan darah pada saat presentasi stroke dikaitkan dengan prognosis yang jelek (Kevin, 2007). Carlberg et al melaporkan angka kematian yang tinggi dalam 30 hari pada pasien dengan peningkatan tekanan darah tetapi hanya pada pasien dengan gangguan kesadaran. Mattle et al melaporkan bahwa pasien yang mendapatkan terapi trombolisis dan terjadi rekanalisasi yang sukses didapatkan tekanan darah yang turun. Sebaliknya apabila terjadi sumbatan yang permanen akan memperluas area iskemia dan akan memicu peningkatan tekanan darah (Robert, 2006).
  • 3. Peningkatan tekanan darah sistemik terkait dengan peningkatan tekanan intrakranial (ICP), khususnya pada kompresi batang otak , yaitu pada pasien dengan pendarahan intraserebral dan subarakhnoid. Namun peningkatan tekanan darah sistemik tidak menunjukkan hubungan yang jelas dengan adanya iskemia serebral, nilai ICP, herniasi transtentorial. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab primer respon hipertensi akut adalah kerusakan atau kompresi bagian tertentu di otak yang memediasi kontrol otonom (Qaisar, 2006). Diagnosis stroke Stroke merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan timbulnya defisit neurologik akut dan tetap berlangsung selama 24 jam, melibatkan reflek fokal dari sistem saraf pusat, dan menimbulkan gangguan sirkulasi serebral (Kevin, 2007) Membedakan stroke iskemik atau stroke perdarahan adalah sangat penting, karena keduanya berbeda dalam pengelolaannya. (Adams, 2003) Stroke Iskemik Terjadi karena penyumbatan pembuluh darah (arteriol, kapiler, dan venula) yang memasuki parenkim otak menyebabkan daerah tersebut menjadi tidak ada aliran dan dikelilingi oleh penumbra dengan akibat : ( Thomas, 2000 ; Gilroy, 2000 ; Kevin, 2007). 1. Kegagalan elektrik (reversible). Pada keadaan ini terjadi kegagalan energi jaringan berupa penurunan oksigen dan glukosa, menurunnya energi (ATP dan fosfokreatin) dan timbulnya asidosis laktat, yang diikuti kegagalan homeostasis kation dalam bentuk menurunnya K+ intrasel, disertai meningkatnya Na+ , Ca+, Cl, H2O ekstrasel dengan terjadinya edema sitotoksik dan pelepasan neurotransmitter bersama influk Ca2+.
  • 4. 2. Kegagalan Metabolik Proses berlanjut dengan terjadinya toksisitas kalsium intrasel (fosfolipase diubah menjadi asam arakidonat, leukotrin dan prostaglandin). Oksigen radikal merusak membrane, protein dan DNA, sedangkan protease akan menyebabkan pemecahan protein dan arginin menjadi sitrulin + NO. Pada proses akhir terjadi infark dan nekrosis karena pecahnya sawar darah otak disertai edema vasogenik dengan aktivasi lekosit. Neutropil darah, makrofag, mikroglia dan astrosit memasuki zona infark, mengawali proses perubahan lesi nekrotik menjadi scar gliotik. Aktifasi lekosit yang berlebihan diprovokasi untuk meningkatkan sitokin yang akan mempengaruhi reaksi hiperviskositas. Adanya iskemik menyebabkan limposit memperbanyak produksi TNF α, IL 1β. Sitokin- sitokin ini akan meningkatkan produksi intercellular adhesion moleculer (ICAM 1). Sementara itu, iskemik lekosit pada daerah oklusi vaskular memprovokasi peningkatan reseptor adhesi yang disebut dengan integrin (CD 11b dan CD 18). Integrin termasuk dalam kelompok reseptor adhesi yang menjadi perantara pengikatan interselular dalam system vascular. Pada proses ini CD 11b dan CD 18 terikat pada endotel ICAM 1 yang mengakibatkan sludging sel-sel sepanjang permukaan endotel dan bahkan terjadi transmigrasi lekosit pada endotel, sehingga terjadi efflux cairan dan plasma yang mengakibatkan hemokonsentrasi didaerah intravaskuler disertai peningkatan viskositas dan sludging. Respon radang ini mempengaruhi elemen darah, dengan perubahan protrombotik terjadi simultan. Pada iskemik, endotel akan mengurangi produksi tissue plasminogen activator (tPA) pada trombolitik normal, sehingga memacu trobosis intravascular. Selanjutnya tissue factor (TF) yang merupakan prokoagulan kuat dilepaskan dari jaringan otak, bersama factor VIIa menghasilkan thrombin dan trombogenesis.
  • 5. 3. Perubahan Mikrosirkulasi Otak Dalam keadaan normal, sel endotel disepanjang pembuluh darah bekerja mencegah thrombosis dan agregasi platelet, serta membantu menjaga tonus vascular akibat kerja NO yang disintesis sel endotel. Pelepasan NO tersebut pada pembuluh darah mempengaruhi sel otot polosuntuk vasodilatasi. Juga terjadi pelepasan prostasiklin yang merupakan inhibitor thrombosis dan agregasi platelet. Pada keadaan stroke trombotik dimana akan menyebabkan iskemik diikuti perubahan sel endotel, yang selanjutnya mengaktifkan lekosit, platelet, factor koagulasi sehingga menimbulkan aktifitas radang dan memindahkan propagasi agregasi platelet. Penatalaksanaan Sebagian ahli tidak merekomendasikan terapi hipertensi pada stroke iskemik akut, kecuali terdapat hipertensi berat yang menetap yaitu tekanan darah sistolik > 220 mmHg atau diastolik > 120 mmHg (Adnan, 2008). Obat – obat anti hipertensi yang sudah ada sebelum serangan stroke diteruskan pada fase awal stroke dan menunda pemberian obat anti hipertensi yang baru sampai dengan 7 – 10 hari paska awal serangan stroke. Pada penderita dengan tekanan darah diastolik > 140 mmHg (atau > 110 mmHg bila akan dilakukan terapi trombolisis) diperlakukan sebagai penderita hipertensi emergensi berupa drip kontinyu nikardipin, diltiazem, nimodipin dan lain – lain. Jika tekanan darah sistolik > 230 mmHg dan /atau tekanan darah diastolic 121 – 140 mmHg, berikan labetalol i.v selama 1-2 menit. Dosis labetalol dapat diulang atau digandakan setiap 10-20 menit samapi penurunan tekanan darah yang memuaskan dapat dicapai atau sampai dosis komulatif 300mg yang diberikan melalui teknik bolus mini. Setelah dosis awal, labetalol dapat diberikan setiap 6-8 jam bila diperlukan (Perdossi, 2004) Jika tekanan darah sistolik 180-230 mmHg dan/atau tekanan darah diastolic 105-120 mmHg, terapi darurat harus ditunda kecuali adanya bukti perdarahan intraserebral, gagal
  • 6. ventrikel jantung kiri, infark miokard akut, gagal ginjal akut, edema paru, diseksi aorta, ensepalopati hipertensi. Jika peninggian tekanan darah tersebut menetap pada dua kali pengukuran selang waktu 60 menit, maka diberikan 200-300 mg labetalol 2-3 kali sehari sesuai kebutuhan. Pengobatan alternative yang memuaskan selain labetalol adalah nifedipin oral 10 mg setiap 6 jam atau 6,25-25 mg kaptopril setiap 8 jam. Batas penurunan tekanan darah sebanyak-banyaknya sampai 20%-25% dari MAP (Adam PH, 2003 ; Perdosi, 2004). Stroke iskemik dengan pemberian trombolitik Pada studi NIND (National Institute of Neurological Disorder and Stroke ) yang memberikan tPA (tissue Plasminogen Activator) pada stroke akut, ditemukan adanya peningkatan resiko terjadi perdarahan cerebral pada tekanan darah diastolic yang meningkat (>110mmHg) (Larry; 2004, Robert ; 2006). Perdarahan serebral setelah pemberian trombolitik berkisar 3-9%. Kejadian ini dihubungkan dengan prognosis yang jelek dengan angka kematian lebih dari 60% pada 30 hari. Akhir-akhir ini direkomendasikan pemberian infuse platelet ( 6 - 8U ) dan cryoprecipitate yang berisi faktor VIII yang mengoreksi secara cepat pengaruh sistemik dari pemberian trombolitik (Broderick et al; 2007). Australian Streptokinase Trial, melaporkan terjadinya peningkatan perdarahan sekitar 25% pada pasien yang diterapi streptokinase dengan tekanan darah sistolik > 165 mmHg. ASA and European Stroke Initiative merekomendasikan penurunan tekanan darah (>180/105 mmHg) sebelum pemberian trombolitik. Pemberian anti hipertensi pre dan post trombolitik dapat mengurangi terjadinya perdarahan dalam 3 bulan (Robert, 2006). AHA/ASA Recommendations for BP Management in Acute Ischemic Stroke (Venkatesh, 2009).
  • 7. 1. Patients eligible for treatment with intravenous thrombolytics or other acute reperfusion intervention and SBP ≥185 mm Hg or DBP ≥110 mm Hg should have BP lowered before the intervention. A persistent SBP of ≥185 mm Hg or a DBP ≥110 mm Hg is a contraindication to intravenous thrombolytic therapy. After reperfusion therapy, keep SBP <180 mm Hg and DBP <105 mm Hg for at least 24 hours. 2. Patients who have other medical indications for aggressive treatment of BP should be treated. 3. For those not receiving thrombolytic therapy, BP may be lowered if it is markedly elevated (SBP ≥220 mm Hg or DBP ≥120 mm Hg). A reasonable goal would be to lower BP by approximately 15% during the first 24 hours after onset of stroke. 4. In hypotensive patients, the cause of hypotension should be sought. Hypovolemia and cardiac arrhythmias should be treated and in exceptional circumstances, vasopressors may be prescribed in an attempt to improve cerebral blood flow. Stroke perdarahan intraserebral Perdarahan intra parenkimal otak dengan atau tanpa ekstensi ke ventrikel dan jarang ke subarachnoid dikenal dengan stroke perdarahan intraserebral. Hipertensi kronis sebagai penyebab utama dari stroke perdarahan intraserebral. Autoregulasi serebral terjadi pada tingkat arteriol, dimana vasokonstriksi akan meningkatkan tekanan darah dan vasodilatasi akan menurunkan tekanan darah. Perubahan pada diameter pembuluh darah akan menjaga aliran darah serebral dalam keadaan normal. Nilai normal dari autoregulasi serebral berkisar 50-150 mmHg. Pada hipertensi kronis yang tidak diterapi akan meningkatkan resiko injuri iskemik dan menurunkan tekanan perfusi serebral dibawah limit autoregulasi (Qaisar, 2006). Ada beberapa perbedaan yang menjelaskan terjadinya kenaikan tekanan darah secara akut, pertama, sebagai reaksi terhadap hipertensi yang tidak diterapi. Kedua, Cushing-Kohler Response, dimana merupakan reaksi terhadap penekanan batang otak. Ketiga, meningkatnya katekolamin, aktifitas simpatetik dan parasimpatetik dan brain natriuretic peptide (BNP) (Qaisar, 2006) Penatalaksanaan
  • 8. Pada stroke perdarahan intraserebral dengan tekanan darah sistolik > 220 mmHg tekanan diastolik > 120 mmHg harus diturunkan sedini dan secepat mungkin untuk membatasi pembentukan edema vasogenik akibat robeknya sawar darah otak pada daerah iskemia sekitar perdarahan. Penurunan tekanan darah akan menurunkan risiko perdarahan ulang, akan tetapi daerah otak sekitar hematom bertambah iskemik karena autoregulasi pada daerah ini telah hilang. Atas dasar ini obat anti hipertensi diberikan kalau tekanan sistolik > 180 mmHg atau tekanan diastolik > 100 mmHg (Perdossi, 2004 ; Arthur, 2006). Dandapani et al menganjurkan penurunan tekanan darah sedini mungkin pada perdarahan intraserebral dengan MAP > 145 mmHg untuk mencegah perdarahan ulang, pengurangan tekanan intra kranial dan edema otak (Perdossi, 2004). Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan diastolik > 140 mmHg diberikan nikardipin, diltiazem atau nimodipin. Bila tekanan darah sistolik 180-230 mmHg atau tekanan diastolik 105-140 mmHg atau MAP 130 mmHg diberikan labetalol 10-20 mg IV selama 1-2 menit. Ulangi atau gandakan setiap 10 menit sampai maksimum atau berikan dosis awal bolus diikuti oleh labetalol drip 2-8 mg/menit atau nikardipin (Perdosi, 2004). Pada fase akut tekanan darah tidak boleh diturunkan lebih dari 20-25% dari MAP. Bila tekanan sistolik < 180 mmHg dan tekanan diastolik < 105 mmHg tangguhkan pemberian obat anti hipertensi. Tekanan perfusi otak harus dipertahankan > 70 mmHg. Pada penderita dengan riwayat hipertensi, penurunan tekanan darah harus dipertahankan dibawah MAP 130 mmHg. Bila tekanan darah sistolik < 90 mmHg harus diberikan vasopresor (Perdosi, 2004). Recommended Guidelines for Treating Elevated Blood Pressure in Spontaneous ICH . 1 If SBP is ≥200 mm Hg or MAP is ≥150 mm Hg, then consider aggressive reduction of blood pressure with continuous intravenous infusion, with frequent blood pressure monitoring every 5 minutes.
  • 9. 2 If SBP is ≥180 mm Hg or MAP is ≥130 mm Hg and there is evidence of or suspicion of elevated ICP, then consider monitoring ICP and reducing blood pressure using intermittent or continuous intravenous medications to keep cerebral perfusion pressure ≥60 to 80 mm Hg. 3 If SBP is ≥180 mm Hg or MAP is ≥130 mm Hg and there is not evidence of or suspicion of elevated ICP, then consider a modest reduction of blood pressure (eg, MAP of 110 mm Hg or target blood pressure of 160/90 mm Hg) using intermittent or continuous intravenous medications to control blood pressure, and clinically reexamine the patient every 15 minutes. (Broderick et al, 2007 ; Venkatesh, 2009) Intravenous Medications That May Be Considered for Control of Elevated Blood Pressure in Patients With ICH (Broderick et al ; 2007) Beberapa obat Anti Hipertensi 1. Antagonis adrenergik.
  • 10. Pada studi The Low Dose Beta Blockade in Acute Stroke (BEST) melibatkan 302 pasien, dimana didapatkan angka mortalitas yang rendah setelah 6 bulan (Adnan, 2008). Labetalol adalah golongan antagonis adrenergic, selektif pada reseptor α dan non selektif pada β1 dan β2. Efek menghambat reseptor β lebih dominan, dengan rasio tergantung cara pemberian. Jika diberikan oral rasio β : α adalah 3 : 1, sedangkan jika diberikan secara intravena 7:1. Labetalol mempunyai efek kronotropik negatif dan mengurangi tahanan vaskular sistemik (Robert, 2006). Labetalol dapat diberikan secara intravena bolus 10-20 mg dan dapat diulang setiap 10 menit sampai 300mg. Efek tampak setelah 5-10 menit. Dapat diberikan secara infus kontinyu dimulai 2mg/menit setelah diberikan dosis bolus, dititrasi sesuai efek. Waktu paruh 2-8 jam, metabolism terjadi di liver. Efek samping yang sering terjadi bradikardia, A-V blok, gagal jantung. Labetalol memelihara aliran darah serebral dan mempunyai efek minimal pada tekanan intracranial pada stroke iskemik (Arthur, 2006 ; Robert, 2006). Pada studi observasional prospektif multicenter diberikan labetalol, hidralazin, dan nitropruside pada stroke perdarahan dengan tekanan darah >160/90 mmHg dalam 24 jam timbulnya gejala. Dimana ditemukan kelainan neurologi dan perluasan hematom yang rendah (Adnan, 2008). Esmolol adalah golongan antagonis adrenergic selektif terhadap reseptor β1. Pemberian hanya dengan intravena dan mempunyai efek sama dengan β selektif yang lainnya yaitu menurunkan heart rate, kontraksi jantung dan tekanan darah. Waktu paruh pendek, 9 menit. Dimetabolisme oleh esterase di sitosol sel darah merah. Jika terjadi disfungsi ginjal dan hati esmolol tidak dapat metabolism. Esmolol diberikan loading 500 μg/kg diikuti dengan infus kontinyu 25-50 μg/kg/menit dan dititrasi sesuai efek (Arthur, 2006). 2. Kalsium Channel Bloker
  • 11. Nikardipin adalah golongan kalsium channel bloker dihidropiridin. Mempunyai fungsi sebagai vasodilator arteri, menurunkan tekanan darah. Juga memiliki efek pada SA node atau AV node, menurunkan tahanan perifer, dan sedikit meningkatkan cardiac output (CO). Pemberian melalui intravena dan menghasilkan efek takikardia. Nikardipin mempunyai onset aksi 5-15 menit, dengan waktu paruh 8,6 jam. Diberikan dengan infus kontinyu dimulai 5mg/jam dan dititrasi setiap 5-15 menit, dengan dosis maksimum 15mg/jam. Nikardipin dimetabolisme di liver (Arthur, 2006 ; Robert, 2006). Efek nikardipin pada vascular serebral dari beberapa studi menunjukkan, tidak meningkatkan tekanan intrakranial, dapat menurunkan spasme vaskular serebral dan perbaikan terhadap tekanan perfusi serebral (Qaisar, 2006). Haley et al melakukan studi prospektif, double-blind, dengan kontrol placebo pada 906 pasien dengan stroke perdarahan. Pasien diberikan nikardipin dan placebo selama 14 hari, ditemukan vasospasme simptomatik sebanyak 32% pada pasien yang diberikan nikardipin dan 46% pada pasien yang diberikan placebo (Robert, 2006). 2. ACE Inhibitor dan ARB Enalapril adalah salah satu golongan ACE inhibitor, yang mempunyai onset aksi 15 menit, dan respon puncak tampak setelah 30 menit pemberian secara intravena. Dengan dosis awal 1,25mg setiap 6 jam, dan titrasi dengan interval 12 jam, dan maksimum 6mg setiap 6jam. Efek samping pemberian ACE inhibitor adalah angioedema (Arthur, 2006 ; Robert, 2006). Acute Candesartan Cilexetil Evaluation in Stroke Survivors (ACCESS) trial,diberikan candesartan dan placebo, pada pasien stroke iskemik, dengan tekanan darah ≥200/100 mmHg dalam 6 – 24 jam. Angka kematian 2,9% pada pasien yang diberikan candesartan dan 7,2% pada placebo dalam 12 bulan (Thompson, 2004 ; Adnan, 2008). 2. Nitroprusid (NTP)
  • 12. Studi yang dilakukan oleh National Institutes of Neurological Disorder and Stroke (NINDS) pada pasien stroke iskemik yang diberikan recombinant tissue plasminogen (rtPA). Pasien dengan tekanan darah 180/105mmHg diberikan labetalol intravena atau infuse nitroprusid apabila didapatkan tekanan darah diastolic >140mmHg atau tidak respon dengan labetalol dalam 24 jam (Adnan, 2008). Mempunyai efek vasodilator arteri dan vena yang poten. Dapat menurunkan nitric oxide dan cyanide. Nitric oxide mengaktifkan guanylate cyclase dan menghasil vasodilatasi melalui cGMP. Cyanide yang dihasilkan NTP dikonversi di liver menjadi thiocyanate yang lebih rendah tingkat toksisitasnya dibanding cyanide. Thiocyanate dieliminasi didalam urin. Dosis dimulai dengan 0,25-0,5 μg/kg/min dititrasi tiap beberapa menit 0,5μg/kg/min dinaikkan sesuai efek. Maksimum dosis 10μg/kg/min. NTP dapat bereaksi cepat (dalam detik) dengan waktu paruh 3 menit, memiliki minimal efek pada rate jantung (Robert, 2006). Efek NTP pada vascular cerebral dapat meningkatkan volume darah cerebral, meningkatkan ICP, dan menurunkan CBF. Meskipun NTP obat yang ideal untuk menurunkan tekanan darah tetapi efek toksisitasnya juga besar, sehingga digunakan sebagai pilihan terakhir (Robert, 2006). 2. Hidralasin Hidralasin adalah arteriodilator yang bekerja langsung, dengan bentuk formula oral dan intravena. Mempunyai potensi pada arteri koroner dan cerebral, dan sedikit berpengaruh pada sistem vena. Dosis secra intravena 10-20mg diberikan 4-6 jam. Onset aksi 5-15menit setelah pemberian intravena. Dieliminasi didalam hepar dengan waktu paruh 3-5 jam. Hidralasin diberikan untuk meningkatkan ICP pada pasien denga cidera otak dan pada pasien yang akan menjalani operasi bedah syaraf. Hidralasin ini tidak direkomendasikan untuk menurunkan tekanan darah pada stroke iskemi akut (Robert, 2006).
  • 13. Kesimpulan Hipertensi pada stroke akut adalah kenaikan tekanan darah diatas normal dan menjadi premorbid yang muncul dalam 24 jam pada pasien stroke. Dalam beberapa studi menunjukkan bahwa tekanan darah akan meningkat secara spontan pada kasus stroke akut. Tekanan darah akan menurun pada beberapa hari pertama dan minggu setelah stroke tanpa intervensi farmakologis. Peningkatan tekanan darah pada saat presentasi stroke dikaitkan dengan prognosis yang jelek. Sebagian ahli tidak merekomendasikan terapi hipertensi pada stroke iskemik akut, kecuali terdapat hipertensi berat yang menetap. Sedangkan pemberian anti hipertensi pre dan post trombolitik dapat mengurangi terjadinya perdarahan dalam 3 bulan. Pada stroke perdarahan intraserebral penurunan tekanan darah bertujuan untuk membatasi pembentukan edema vasogenik akibat robeknya sawar darah otak pada daerah iskemia sekitar perdarahan, menurunkan risiko perdarahan ulang. Obat anti hipertensi diberikan kalau tekanan sistolik > 180 mmHg atau tekanan diastolik > 100 mm atau dengan MAP > 145 mmHg. Obat antihipertensi yang biasa digunakan adalah golongan antagonis adrenergic, kalsium channel bloker dihidropiridin, ACE inhibitor, Nitroprusid (NTP), hidralazin. DAFTAR PUSTAKA 1. Adam PH (2003), Guidelines for The Early Management of Patients with Ischemic Stroke. Stroke 34, 1056-83.
  • 14. 2. Adnan I. Qureshi, MD (2008), Acute Hypertensive Response in Patients With Stroke Pathophysiology and Management. Circulation Vol 118, 176-187. 3. Arthur M. Pancioli, MD and Scott E. Kasner, MD (2006). Hypertention Management in Acute Neurovascular Emergencies. Emergency Medicine Cardiac Reserarch And Education Group, Vol 3. 4. Broderick et al, (2007). Guidelines for the Management of Spontaneous Intracerebral Hemorrhage in Adults: 2007 Update: A Guideline From the American Heart Association/ American Stroke Association Stroke Council, High Blood Pressure Research Council, and the Quality of Care and Outcomes in Research Interdisciplinary Working Group: The American Academy of Neurology affirms the value of this guideline as an educational tool for neurologists. Stroke ;38;2001-2023. 5. Gilroy J (2000), Cerebrovascular Disease. In : Basic Neurology. Third edition. Editor Gilroy J. The Mc Graw-Hill Companies, pp 225-77. 6. Kevin N. Sheth and David M. Greer, (200). Intensive Care Management of acute Ischemic Stroke, In : Acute Ischemic Stroke An Evidence Based Approach. Editors : David M. Greer. Published by John Wiley & Sons, Inc.,Hoboken, New Jersey, p 163- 198. 7. Larry B. Goldstein (2004). Blood Pressure Management in Patients With Acute Ischemic Stroke. Hypertension Vol 43; 137-141. 8. Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (Perdossi) (2004). Penatalaksanaan Hipertensi pada stroke Akut. Guideline Stroke. Kelompok Studi Cerebrovaskular ed 3, p 3-13. 9. Qaisar A. Shah, MD and Adnan I. Qureshi, MD (2006). Acute Hypertension in Intracerebral Hemorrhage- Pathophysiology ang Management. Stroke ; 38-42. 10. Robert J. Wityk and John J. Lewin III (2006). Blood Pressure Management During Acute Ischemic Stroke. Expert Opin. Pharmacother. 7(3); 247-258. 11. Thompson G. Robinson and John F. Potter (2004). Blood Pressure in Acute Stroke. Age and Ageing Vol 33 No. I 12. Thomas Brott, MD and Julien Bogousslavsky, MD (2000). Treatment Of Acute Ischemic Stroke. The New England Journal of Medicine, p 710-722.
  • 15. 13. Venkatesh A. and Philip B. (2009), Management of Blood Pressure for Acute and Recurrent Stroke. Stroke; 40; 2251-56.