Spondilitis tuberkulosis adalah peradangan granulomatosa di tulang vertebrae yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan berlangsung kronis serta destruktif. Penyakit ini dapat menyebabkan deformitas tulang belakang seperti kifosis dan paraplegia jika tidak ditangani dengan tepat. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pencitraan seperti CT scan atau MRI. Penatalaksanaannya meliputi terapi konserv
2. • Pott's disease is named
after Percival Pott (1714-
1788) who was a surgeon
in London.
• In 1782, Sir Percival Pott
described spinal TB and
surgical treatment of
paravertebral abscess.
Hence, spinal TB was
called 'Pott's Disease'.
Percival Pott. British surgeon,
born January 6, 1714,
Threadneedle Street, London;
died December 22, 1788.
7. VERTEBRA LUMBALIS
• Terdiri dari 5 ruas
tulang vertebra
• Merupakan bagian
columna vertebralis
yang terpanjang dan
terkuat
8. VERTEBRA SACRALIS
• Berbentuk triangular
• Kelima ruas tulang
bergabung dan tidak
memiliki celah atau
diskus intervertebra
satu sama lainnya
9. FUNGSI VERTEBRA
• ☻Segmen anterior
( corpus vertebrae)
• Sebagai penahan dan
peredam gerakan
• Terdiri dari corpus
vertebra yang
dihubungkan satu
sama lain oleh discus
intervertebralis
10. • ☻ Segmen posterior
(arcus vertebrae)
• Berfungsi sebagai
pelindung organ dan
penentu arah
• Arcus vertebrae dibentuk
oleh dua “kaki” atau
pediculus dan dua
lamina, serta didukung
oleh procesus yakni
procesus articularis,
procesus transversus,
dan procesus spinosus.
12. Spondylitis korpus vertebra dibagi menjadi
tiga bentuk :
Bentuk sentral
• Dekstruksi awal terletak di sentral
korpus vertebra
Bentuk paradikus
• Terletak di bagian korpus vertebra
yang bersebelahan dengan diskus
intervertebral
Bentuk anterior
• Dengan lokus awal di korpus
vertebra bagian anterior, merupakan
penjalaran per kontinuitatum dari
vertebra di atasnya.
14. 1. Stadium Implantasi
• Daya tahan tubuh ↓ → Duplikasi kuman
6- 8 minggu
• Biasanya terjadi pada daerah paradiskus
• Pada anak terjadi pada daerah sentral
vertebra
15. 2. Stadium Destruksi Awal
►Berlangsung 3 – 6 minggu
► Terjadi destruksi pada corpus
vertebra dan penyempitan pada
diskus
16. 3. Stadium Destruksi Lanjut
► Destruksi masif - Kolaps vertebra
► Masa kaseosa dan cold abses
yang terjadi 2-3 bulan setelah stadium
destruksi awal
►sekuestrum + kerusakan diskus
vertebralis
►Wedging anterior → kifosis / gibbus
17. 4. Stadium Gangguan Neurologis
Tekanan abses kekanalis spinalis.
Vertebra torakalis mempunyai kanalis
spinalis yang kecil
18. Kerusakan medulla spinalis akibat penyakit
Pott terjadi melalui kombinasi 4 faktor
yaitu :
• Penekanan oleh cold absces
• Iskemia akibat penekanan pada arteri
spinalis
• Endarteritis tuberkulosa setinggi blokade
spinalnya
• Penyempitan kanalis spinalis akibat
angulasi korpus vertebra yang rusak
19. • Derajat I:Kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi
setelah melakukan aktivitas atau setelah berjalan jauh.
Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.
• Derajat II:Terdapat kelemahan pada anggota gerak
bawah tapi penderita masih dapat melakukan
pekerjaannya.
• Derajat III: Terdapat kelemahan pada anggota gerak
bawah yang membatasi gerak atau aktivitas penderita
serta terdapat hipestesia sampai anastesia
• Derajat IV :Terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris
disertai gangguan defekasi dan miksi.
21. 5. Stadium Deformitas Residual
Stadium ini terjadi lebih kurang 3-5 tahun setelah
terjadi stadium implantasi.
Kifosis atau gibbus bersifat permanen karena
kerusakan vertebra yang masif disebelah depan.
22.
23. EPIDEMIOLOGI
• 1 hingga 5 % penderita TB mengalami TB osteoartikular.
• Separuh dari TB osteoartikular adalah spondilitis TB.
• Pada negara yang sedang berkembang, sekitar 60%
kasus terjadi pada usia dibawah usia 20 tahun
• Pada negara maju, lebih sering mengenai pada usia
yang lebih tua dekade kelima -keenam
27. exposure to m. tuberculosis
Pulmonary tuberculosis
Accumulation of the bacteria in the vertebrae
Proliferation of the bacteria in the vertebrae (gravitation-> anterior)
Infection
Pott's Disease
Hematogenous Spread plexus venosus batson
28. Pott's Disease
Progressive Bone Destruction Back Pain
CaseationInfected Anterior
Intervebral Disc
Collapse
Kyphosis
Gibbus
deformity
Spinal canal
narrowed by
abscesses,
granulation,
tissue or direct
dural invasion
Spinal cord compression
neurological effects &
lower motor deficits
Numbness & weakness
of both lower
extremities
Pott's
paraplegia
29. GEJALA KLINIK
Penyakit ini berkembang lambat, tanda dan gejalanya
dapat berupa :
• Nyeri lokal tidak spesifik pada daerah vertebra yang
terinfeksi.
• Bengkak pada daerah paravertebral
• Tanda dan gejala sistemik dari TB
• Cold abscess
• Gibus
• Tanda defisit neurologis: gangguan motoris, sensoris
maupun autonom sesuai dengan beratnya destruksi
tulang belakang, kifosis dan abses yang terbentuk.
30. Defisit neurologis terjadi pada 12 – 50 persen
penderita.Defisit yang mungkin antara lain:
paraplegia, paresis, hipestesia, nyeri radikular dan/
atau sindrom kauda equina
Kifosis: patogenesis TB sudah berjalan selama kurang
lebih tiga sampai empat bulan.
.
31. Spondilitis TB servikal: gejala awal - kaku
leher atau nyeri leher tidak spesifik
• n. laringeus: disfagia dan stridor, tortikollis,
suara serak
• n. frenikus: Pernapasan terganggu dan
timbul sesak napas (disebut juga Millar
asthma). Umumnya gejala awal spondilitis
servikal adalah kaku leher atau nyeri leher
yang tidak spesifik
32. Insiden paraplegia pada spondilitis TB (Pott’s paraplegia), sebagai
komplikasi yang paling berbahaya, hanya terjadi pada 4 – 38
persen penderita.
Pott’s paraplegia dibagi menjadi dua jenis:
• Paraplegia onset cepat -> akut -dua tahun pertama (kompresi
medula spinalis oleh abses atau proses infeksi)
• Paraplegia onset lambat -> saat penyakit sedang tenang, tanpa
adanya tanda-tanda reaktifasi spondilitis (tekanan jaringan
fibrosa/parut atau tonjolan-tonjolan tulang akibat destruksi tulang
sebelumnya)
36. ANAMNESA
• Keluhan paling awal: Nyeri punggung
• Riwayat TB paru
• Adanya gejala sistemik seperti demam,
nafsu makan turun, keringat malam
• Riwayat batuk lama >3 minggu
• Adanya paraparesis/kekakuan otot
sampai nyeri yang tergantung pada lokasi
infeksi
• Adanya perubahan pola jalan
• Kebas, baal, gangguan defekasi & miksi
37. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
• tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan pada tulang
belakang terlihat bentuk kiposis.
• Alignment tulang
Palpasi
• Gibbus pada area tulangyang mengalami infeksi.
• Abses paravertebra
• Abses terbentuk di anterior rongga dada atau abdomen
Perkusi
• Nyeri ketok pada tempat infeksi
Auskultasi
• Pada Infi ltrat paru akan terdengar sebagai ronkhi
dengan predileksi di apeks paru.
39. Pemeriksaan Fisik Neurologis
Gangguan fungsi motorik, sensorik, dan autonom.
Kelumpuhan berupa kelumpuhan upper motor neuron (UMN) :
paralisis flaksid -> spastisitas dan refleks patologis yang positif.
Kelumpuhan lower motor neuron (LMN) mononeuropati jika radiks
spinalis anterior ikut terkompresi.
Kelumpuhan sudah lama -> atrofi otot.
Sensibilitas
• Protopatis (raba, nyeri, suhu)
• Proprioseptif (gerak, arah, rasa getar, diskriminasi 2 titik).
Evaluasi sekresi keringat rutin dikerjakan untuk menilai fungsi saraf
autonom.
40. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Peningkatan LED dan mungkin disertai leukositosis
• Uji Mantoux positif
• Kultur/Pewarnaan: ditemukan Micobacterium TB
• Pungsi lumbal: Akan didapati tekanan cairan
serebrospinalis rendah, test Queckenstedt menunjukkan
adanya blokade sehingga menimbulkan sindrom Froin
yaitu kadar protein likuor serebrospinalis amat tinggi
sehingga likuor dapat secara spontan membeku.
41. PENCITRAAN
Rontgen
• Foto toraks -> tuberkulosis paru
• Foto polos vertebra-> osteoporosis, osteolitik dan
destruksi korpus vertebra, disertai penyempitan discus
intervertebralis yang berada di antara korpus tersebut,
massa abses paravertebral.
• Pada foto AP -> abses paravertebral di daerah servikal
berbentuk sarang burung (bird’s net), di daerah torakal
berbentuk bulbus dan pada daerah lumbal abses terlihat
berbentuk fusiform.
• Pada stadium lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat
sehingga timbul kifosis.
42. PENCITRAAN
Pemeriksaan CT scan :
• CT scan dapat memberi gambaran tulang
secara lebih detail dari lesi irreguler,
skelerosis, kolaps diskus dan gangguan
sirkumferensi tulang.
Pemeriksaan MRI :
• Mengevaluasi infeksi diskus intervertebra
dan osteomielitis tulang belakang.
• Menunjukkan adanya penekanan saraf.
49. A 68-year-old man with
tuberculous infection. A, T1-
weighted image shows T12-L2
hypointensity, mild anterior
longitudinal ligament spread,
and epidural extension. B, T2-
weighted image shows T12-L2
inhomogeneous
hyperintensity, relative disc
preservation (arrow), and
Grade 4 L1 destruction
(asterisk). C, Focal
inhomogeneous L1 and
intraosseous rim enhancement
(arrow), which is read on
sagittal view.
50. complete destruction of a number of vertebrae has resulted in severe kyphosis
("hunchback") as well as scoliosis and loss of height.
52. TERAPI KONSERVATIF
Terapi konservatif
a. Medikamentosa :
b. Imobilisasi - 2-3 bulan
c. Pencegahan komplikasi imobilisasi lama
• turning tiap 2 jam untuk menghindari ulkus dekubitus
• latihan luas gerak sendi untuk mencegah kontraktur
• latihan pernapasan untuk memperkuat otot-otot pernapasan dan
mencegah terjadinya orthostatik pneumonia
• latihan penguatan otot
• bladder training dan bowel training bila ada gangguan mobilisasi
bertahap sesuai dengan perkembangan penyakit
d. Program aktivitas hidup sehari-hari sesuai perkembangan
penyakit
53.
54.
55. TERAPI OPERASI
Indikasi operasi :
1) defisit neurologis akut, paraparesis, atau paraplegia.
2) deformitas tulang belakang yang tidak stabil atau disertai nyeri,
dalam hal ini kifosis progresif (30º untuk dewasa, 15º untuk anak
anak).
3) tidak responsif kemoterapi selama 4 minggu.
4) abses luas.
5) biopsi perkutan gagal untuk memberikan diagnosis.
6) nyeri berat karena kompresi abses.
Kontra-indikasi operasi :
Kegagalan pernapasan dengan kelainan jantung yang membahayakan
operasi
56. Tindakan bedah yang dapat dilakukan
1. drainase abses
2. debridemen radikal
3. penyisipan tandur tulang
4. artrodesis/fusi
5. osteotomi.
57. Pilihan tandur tulang
Tandur tulang yang dapat digunakan
pada penatalaksanaan bedah spondilitis
TB adalah tandur krista iliaka, tandur iga,
tandur tibia,tandur fi bula, hingga tandur
humerus
58. • a) Atlanto-axial
dislocation-Extensor
view (MRI Scan),
• b and c) Posterior
fusion done by
titanium wiring
(Skiagram),
• d) Posterior fusion
done by multiple
titanium wiring
(Intraoperative)
59. • a) Oral cavity
exposed after
application of boyle's
retractor,
• b) Midline pharyngeal
incision,
• c) Exposed odontoid
after the removal of
C1 arch,
• d) Drilling of odontoid
along with lateral
pillar ensuring a good
size gutter
60.
61. • a lumbar laminectomy back surgery procedure.