2. Pendahuluan
Keputusan etik yg bertanggung jawab a/ yang berpikir
rasional.
Prosesnya sistematis dan didasarkan pada prinsip etik serta
hukum.
Pengambilan keputusan etik tdk didasarkan pada emosi,
intuisi, kebijakan permanen atau kejadian sebelumnya yang
serupa tp secara rasional.
Setiap perawat hrs dpt mendeterminasi dasar2 yg ia miliki
dlm membuat keputusan misalnya agama, kepercayaan /
falsafah moral tertentu yg menyatakan hub kebenaran /
kebaikan dgn keburukan.
3. Lanjutan……
Faktor2 yg mempengaruhi pembuatan keputusan etis :
1. Faktor agama dan adat-istiadat
Mrpkan faktor utama dlm membuat keputusan etis shg perawat
disarankan mamahami nilai2 yg diyakini maupun kaidah agama
yg dianutnya.
Sebagai negara berketuhanan, maka segala kebijakan/aturan
yg dibuat diupayakan tdk bertentangan dgn aspek agama yg
ada di Indonesia.
Dgn kejelasan ttg program kes nasional dgn ketentuan agama,
maka perawat tdk ragu2 lagi dlm mempromosikan program tsb
dan dpt memberi informasi yg tdk bertentangan dgn agama yg
dianut oleh pasien.
Selain faktor agama, faktor adat istiadat juga berpengaruh
pada seseorang dlm membuat keputusan etis.
4. Lanjutan……
2. Faktor sosial
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhdp pembuatan etis,
antara lain prilaku sosial dan budaya.
3. Faktor ilmu pengetahuan dan teknologi
Kemajuan di bidang kes telah mampu meningkatkan kualitas
hidup serta memperpanjang usia manusia dgn ditemukannya
berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru dan
bahan2/obat2an baru.
Kemajuan2 ini menimbulkan pertanyaan2 yg berhub dgn etika
3. Faktor legislasi dan keputusan juridis
Legislasi mrpkan jaminan tindakan menurut hukum shg org yg
bertindak tdk sesuai hukum dpt menimbulkan suatu konflik.
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi
permasalahan etika kesehatan sedang mjd topik yg banyak
dibicarakan.
Hukum kesehatan disusun utk menyempurnakan perundang-
undangan utk mengantisipasi perkembangan permasalahan
hukum kesehatan.
UU perlu disusun utk mengatur berbagai permasalahan yg
menyangkut hak asasi manusia.
5. Lanjutan….
5. Faktor dana/keuangan
Dana/keuangan utk membiayai pengobatan&perawatan dpt
menimbulkan konflik.
Perawat sbg tenaga kes yg setiap hari menghadapi pasien
sering menerima keluhan pasien mengenai pendanaan.
Dlm daftar kategori dx kep tdk ada pernyataan yg
menyatakan ketdkcukupan dana, tapi hal ini dpt mjd etiologi
bagi berbagai dx kep, antara lain gelisah dan tdk taat/patuh.
6. Faktor pekerjaan
Dlm pembuatan suatu keputusan perawat perlu
mempertimbangkan posisi pekerjaannya.
Tdk semua keputusan pribadi perawat dpt dilaksanakan,
namun hrs disesuaikan dgn keputusan/aturan tempat ia
bekerja.
Perawat yg mengutamakan kepentingan pribadi sering
mendpt sorotan sbg perawat pembangkang, shg
konsekuensinya ia dpt sanksi administrasi atau mungkin
kehilangan pekerjaan.
6. Lanjutan…….
7. Kode etik keperawatan
Kode etik mrpkan salah satu ciri/persyaratan profesi, yg
memberikan arti penting dlm penentuan, pemertahanan
dan peningkatan standar profesi.
Apabila seorang anggota melanggar kode etik maka
organisasi profesi dpt memberi sanksi atau
mengeluarkan anggota tsb.
Utk dpt mengambil keputusan&tindakan yg tepat terhdp
masalah yg menyangkut etika, perawat hrs banyak
berlatih mencoba menganalisa masalah2 etis yg dpt
diperoleh dari berbagai buku, jurnal, artikel atau video.
7. Hak-hak pasien
Pada awalnya isu ttg hak2 pasien muncul berdasarkan
berbagai peristiwa yg merugikan pasien dan melanggar
martabat pasien sbg manusia.
Untuk melindungi hak2 pasien beberapa negara
menyusun UU perlindungan hak pasien.
7. Teori Dasar Pembuatan Keputusan
Etis
Teori dasar/prinsip2 etika mrpkan penuntun utk membuat keputusan
etis praktik profesional.
Teori etik digunakan dlm pembuatan keputusan bila terjadi konflik
antara prinsip2 dan aturan2.
Para ahli falsafah moral telah mengembangkan beberapa teori etik,
yg secara garis besar dpt diklasifikasikan mjd teori teleologi dan
deontologi.
1. Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani telos, berarti akhir).
Teleologi mrpkan suatu dokrin yg menjelaskan fenomena
berdasarkan akibat yg dihasilkan atau konsekuensi yg dpt
terjadi.
Teori ini menekankan pada pencapaian hasil dgn kebaikan
maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia.
Contoh penerapan teori ini misalnya bayi2 yg lahir cacat lebih
baik diizinkan meninggal daripada nantinya mjd beban di
masyarakat.
8. Lanjutan…..
2. Deontologi
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani deon, berarti tugas),
berprinsip pada aksi atau tindakan.
Dlm konteks di sini perhatian difokuskan pada tindakan
melakukan tanggung jawab moral yg dpt memberikan penentu
apakah tindakan tsb secara moral benar atau salah.
Contoh penerapan deontologi a/ seorang perawat yg yakin
bahwa pasien hrs diberitahu ttg apa yg sebenarnya terjadi
walaupun kenyataan tsb sangat menyakitkan.
Contoh lain misalnya seorang perawat menolak membantu
pelaksanaan abortus krn keyakinan agamanya yg melarang
tindakan membunuh.
Dlm menggunakan pendekatan teori ini, perawat tdk
menggunakan pertimbangan misalnya seperti tindakan
abortus dilakukan utk menyelamatkan nyawa ibu krn setiap
tindakan yg mengakhiri kehidupan mrpkan tindakan yg secara
moral buruk.
9. Lanjutan……
Secara lebih luas teori deontologi dikembangkan mjd 5 prinsip :
1. Kemurahan hati (benefience)
Inti dari prinsip kemurahan hati a/ tanggung jawab utk melakukan
kebaikan yg menguntungkan pasien dan menghindari perbuatan
yg merugikan / membahayakan pasien.
1. Keadilan (justice)
Prinsip dari keadilan menyatakan bahwa mrk yg sederajat hrs
diperlakukan sederajat, sedangkan yg tdk sederajat diperlakukan
secara tdk sederajat, sesuai dgn kebutuhan mereka.
1. Otonomi
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu memp
kebebasan menentukan tindakan / keputusan berdasarkan
rencana yg mrk pilih.
Permasalahan yg muncul dari penerapan prinsip ini a/ variasi
kemampuan otonomi pasien yg dipengaruhi oleh banyak hal,
seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan RS, ekonomi,
tersedianya informasi, dll.
10. Lanjutan…..
3. Kejujuran (Veracity)
Prinsip kejujuran didefinisikan sebagai menyatakan hal yg
sebenarnya dan tidak bohong.
Kejujuran mrpkan dasar terbinanya hubungan saling percaya antara
perawat-pasien.
3. Ketaatan (Fidelity)
Prinsip ketaatan didefinisikan sebagai tanggung jawab utk tetap setia
pada suatu kesepakatan.
Tanggung jawab dlm konteks hub perawat-pasien meliputi tanggung
jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi ( menepati janji)
dan memberikan perhatian/kepedulian.
Salah satu cara utk menerapkan prinsip konfidensi a/ dgn
memasukkan ketaatan dlm tanggungjawab.
Peduli pada pasien mrpkan salah satu aspek dari prinsip ketaatan.
Rasa kepedulian perawat diwujudkan dlm memberi perawatan dgn
pendekatan individual, bersikap baik pada pasien, memberikan
kenyamanan dan menunjukkan kemampuan profesional.
11. Lanjutan….
Catalano (1997) menyusun algoritma pengambilan etik
untuk perawat, yg berisi 5 langkah.
Algoritma Pengambilan Keputusan Etik :
12. Identifikasi dilema etik yang mungkin terjadi
Kumpulkan, analisis, dan interpretasi data
Tetapkan Dilema
Dilema tidak dapat
Diselesaikan oleh perawat
Dilema dapat
Diselesaikan oleh perawat
Tidak melakukan tindakan Tuliskan Penyelesaian
Masalah yang mungkin digunakan
Konsekuensi dapat diterima Konsekuensi tidak dapat
diterima
Dilema terselesaikan
Keputusan etik Tidak melakukan tindakan
13. :Lanjutan…..
Komponen yg masuk dlm proses pengambilan keputusan :
Fakta situasi
Teori dan prinsip etik
Kode etik keperawatan
Hak klien
Nilai personal
Faktor yg berperan/menggangu seseorang utk membuat
suatu keputusan.
Perawat bertanggungjawab utk memutuskan tindakan mrk
sendiri dan mendukung klien yg mengambil keputusan etik
atau melakukan koping terhdp hasil keputusan yg dibuat
orang lain.
14. Lanjutan……
Suatu keputusan yg baik a/ keputusan yang berpihak pada
kepentingan klien dan pada waktu yg sama juga melindungi
integritas semua pihak yg terlibat.
Langkah pertama dlm pengambilan keputusan etik a/
memastikan bahwa masalah memiliki muatan etik atau
moral.
Kriteria yg digunakan utk menentukan apakah terdpt situasi
moral (Fry, 1989) :
1. Terdpt kebutuhan utk memilih antara tindakan alternatif
yg menimbulkan konflik dgn kebutuhan
manusia/kesejahteraan orang lain.
2. Pilihan apa yg akan dibuat dipandu oleh prinsip/teori
moral universal, yg dpt digunakan utk memberikan
beberapa pembenaran tindakan.
3. Pilihan dipandu oleh suatu proses penimbangan alasan
4. Pilihan dipengaruhi oleh perasaan personal dan oleh
konteks tertentu dari situasi.
15. Lanjutan…….
Dalam beberapa kasus, pertanyaan yang paling penting
adalah siapa yang seharusnya mengambil keputusan.
Pertanyaan di bawah ini dapat membantu perawat
menentukan siapa yg memiliki masalah :
Untuk siapa keputusan dibuat?
Siapa yg akan terlibat dlm pengambilan keputusan dan
mengapa?
Kriteria apa (sosial, ekonomi, psikologi, fisiologi atau
legal) yg sehrsnya digunakan dlm memutuskan siapa yg
akan mengambil keputusan.
Persetujuan semacam apa yg diperlukan oleh subyek.
16. Aplikasi Klinis Model Pengambilan
Keputusan Bioetik
Situasi :
Ny. I, usia 67 thn, msk RS dgn fraktur multipel & laserasi
disebabkan krn kecelakaan mobil. Suaminya, meninggal
dlm kecelakaan tsb dan dibawa juga ke RS yg sama. Ny I
sering kali menanyakan pada Ners A, perawat primer Ny
I, mengenai suaminya, dr M telah memberi tahu perawat
utk tdk memberitahu Ny I mengenai kematian suaminya,
namun tdk memberi alasan utk instruksi ini. Ners A
mengungkapkan kekhawatirannya pada kepala ruangan,
dan dia mengatakan instruksi dr M hrs diikuti. Ners A tdk
nyaman dgn hal ini dan bertanya2 apa yg seharusnya dia
lakukan.
17. Lanjutan…….
Tindakan
Keperawatan
Pertimbangan
1. Identifikasi aspek
moral.
2. Kumpulkan fakta2
relevan yg terkait
dgn isu.
Dlm situasi ini, dilema etik yg dihadapi a/ apakah
mengatakan yg sebenarnya atau tdk.Terdpt konflik
antara nilai kejujuran dan loyalitas : Ners A ingin jujur
pada Ny I tanpa tdk setia pada dr M dan kepala
ruangan. Pilihanya mungkin akan dipengaruhi oleh
keprihatinannya terhdp Ny I dan mungkin oleh
komunikasi dr M yg tdk lengkap.
Data hrs mencakup informasi mengenai masalah kes.
klien. Tentukan siapa yg terlibat, sifat dari keterlibatan
mrk & motif mrk bertindak. Dlm kasus ini, org yg terlibat
a/ klien, suami klien, dr M, kepala ruangan, dan Ners A.
Motif tdk diketahui. Mungkin perawat ingin melindungi
hub terapeutik dgn Ny I, mungkin dr M yakin bahwa ia
melindungi Ny I dari trauma psikologis & kerusakan fisik
kemudian.
18. Lanjutan………
Tindakan
Keperawatan
Pertimbangan
3. Tentukan
pengambilan
keputusan
4. Klarifikasi &
terapkan nilai
personal
5. Identifikasi teori
& prinsip etik
Dlm kasus ini, keputusan dibuat utk Ny I. dr M sangat yakin
bahwa dialah yg sehrsnya memutuskan & kepala ruangan
menyetujuinya. Akan sangat membantu jika pemberi
perawatan setuju mengenai kriteria utk memutuskan siapa
yg seharusnya mjd pengambil keputusan.
Kita dpt menyimpulkan dari situasi ini bahwa Ny I
mementingkan kesejahteraan suaminya, kepala ruangan
mementingkan kebijakan & prosedur dan Ners A tampak
mementingkan hak klien utk dptkan informasi. Ners A
perlu utk mengklarifikasi nilainya sendiri & nilai dr M, jg
memastikan nilai Ny I dan kepala ruangan.
Contoh : tdk memberi tahu Ny I ttg hal yg sebenarnya dpt
menghilangkan otonominya. Perawat akan memegang
prinsip kejujuran dgn mengatakan yg sebenarnya pada Ny
I. Prinsip beneficence & nonmaleficence jg terlibat krn
kemungkinan pengaruh dari tindakan alternatif pd
kesejahteraan fisik & psikologis Ny I.
19. Lanjutan…….
Tindakan
Keperawatan
Pertimbangan
6. Identifikasi
hukum/kebijakan
institusi yg dpt
digunakan
7. Gunakan sumber
interdisiplin yg
kompeten
8. Susun tindakan
alternatif dan
rancang hasil
akhirnya utk klien
& kelg.
Krn dr M semata2 “memberi instruksi” bukan program
kebijakan institusi tdk mengharuskan Ners A melakukan
apa yg dikatakannya. Ners A hrs mengklarifikasi
instruksi tsb dgn kepala ruangan. Dia sehrsnya jg
familier dgn peraturan perUU ttg praktek perawat.
Dlm kasus ini, Ners A dpt membawa literatur utk
mengetahui apakah klien akan mengalami bahaya jika
menerima berita buruk saat mrk cedera. Dia jg dpt
berkonsultasi dgn rohaniawan.
2 tindakan alternatif, dgn kemungkinan hasil akhir, sbb :
a.Mengikuti saran kepala ruangan & melakukan sesuai
dgn apa yg dikatakan dr M. Hasil akhir yg mungkin :
1.Ny I dpt sangat cemas& marah saat mengetahui
informasi telah disembunyikan.
2.Menunggu hingga Ny I cukup kuat utk menyampaikan
berita buruk padanya, tim kes menghindari bahaya kes
Ny I.
20. Lanjutan……
Tindakan Keperawatan Pertimbangan
9.Aplikasikan kode etik
keperawatan utk
membantu memandu
tindakan. Kode etik
biasanya mendukung
otonomi & advokasi
keperawatan
b. Diskusikan situasi lebih lanjut dgn kepala ruangan
& dr M, dgn menekankan hak Ny I terhdp otonomi
& informasi. Hasil akhir yg mungkin :
1. dr M mengakui hak Ny I utk mendpt informasi.
2. dr M menyatakan bahwa kes Ny I berisiko &
berkeras agar dia tdk diinformasikan hingga waktu
yg tepat.
Tanpa mempertimbangkan apakah tindakan ini
sesuai dgn sistem nilai personal Ners A,
kepentingan Ny I didahulukan
Jika Ners A sangat yakin bahwa Ny I hrs
mendengar kebenaran, kemudian sbg advokat
klien, ia hrs memilih menentang kepala ruangan
dan dr M tsb.
21. Lanjutan…….
Tindakan
Keperawatan
Pertimbangan
10.Utk setiap
tindakan alternatif,
identifikasi risiko &
keseriusan
konsekuensinya
bagi perawat.
11.Berpartisipasi aktif
dlm
menyelesaikan isu
tsb.
Jika Ners A memberi tahu Ny I ttg kebenaran tanpa
persetujuan dari kepala ruangan & dr M, dia berisiko
dimarahi dr M & dpt teguran dari kepala ruangan. Jika
Ners A mengikuti saran kepala ruangan, dia akan
mendptkan persetujuan dari kepala ruangan & dr M,
dia berisiko terlihat tdk asertif, dan dia melanggar nilai
pribadinya ttg kejujuran. Jika Ners A meminta suatu
pertemuan, dia bisa mendptkan rasa hormat utk
keasertifan & profesionalismenya, tetapi dia berisiko
menjengkelkan dr M krn instruksinya dipertanyakan.
Derajat input keperawatan yg tepat bervariasi sesuai
dgn situasi. Terkadang perawat berpartisipasi dlm
memilih apa yg dilakukan, terkadang mrk hanya
mendukung klien yg mengambil keputusan. Dlm situasi
ini, Ners A hrs memutuskan apakah isu ini cukup
penting utk risiko personal yg akan dihadapinya.