Oleh :


Vera Febriana,
S.Psi, Psikolog
A. PENGERTIAN BERPIKIR
 Berpikiradalah tingkah laku yang menggunakan
  ide untuk membantu seseorang.
 Secara sederhana, berpikir adalah memproses
  informasi secara mental atau secara kognitif.
 Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan
  ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari
  lingkungan maupun simbol-simbol yang
  disimpan dalam long term memory. (Khodijah,
  2006:117).
 Drever  (dalam Walgito, 1997 dikutip
  Khodijah, 2006:117) berpikir adalah
  melatih ide-ide dengan cara yang tepat
  dan seksama yang dimulai dengan adanya
  masalah.
 Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117)
  berpikir adalah sebuah proses dimana
  representasi mental baru dibentuk melalui
  transformasi informasi dengan interaksi
  yang komplek antara atribut-atribut mental
  seperti penilaian, abstraksi, logika,
  imajinasi, dan pemecahan masalah.
 Definisiyang paling umum dari berfikir adalah
  berkembangnya ide dan konsep
  (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52
  dalam http://www.andragogi.com) di dalam diri
  seseorang.
 Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung
  melalui proses penjalinan hubungan antara
  bagian-bagian informasi yang tersimpan di
  dalam diri seseorang yang berupa pengertian-
  perngertian.
B. JENIS, TIPE, DAN POLA BERPIKIR

 Morgan  dkk. (1986, dalam Khodijah,
  2006: 118) membagi dua jenis berpikir,
  yaitu
   Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu
    proses berpikir yang sangat pribadi
    menggunakan simbol-simbol dengan
    makna yang sangat pribadi, contohnya
    mimpi.
   Berpikir langsung (directed thinking)
    yaitu berpikir untuk memecahkan
    masalah.
Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah,
 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu:
1.   Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam
     dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu
2.   Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam
     ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan
     atau disempurnakan keluasannya.
3.   Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir
     menganai klasifikasi atau pengaturan menurut
     kelas-kelas tingkat tertentu.
4.   Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk
     mencari hubungan antarperistiwa atas
     dasar kemiripannya.
5.   Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam
     hubungan yang luas dengan pengertian
     yang lebih komplek disertai pembuktian-
     pembuktian.
6.   Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir
     ilmiah yang terjadi secara lebih cepat,
     lebih dangkal dan seringkali tidak logis.
Macam-macam kegiatan berpikir:
1. Berpikir asosiatif, yaitu proses
   berpikir di mana suatu ide merangsang
   timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam
   proses berpikir asosiatif tidak ditentukan
   atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide
   timbul secara bebas.
JENIS-JENIS BERPIKIR ASOSIATIF:
  a. Asosiasi bebas:
  Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa
  ada batasnya.
  Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya
  ide tentang restoran dapur, nasi atau anak yang belum
  sempat diberi makanan atau hal lainnya.
  b. Asosiasi terkontrol:
  Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam
  batas-batas tertentu.
  Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang
  ide-ide lain tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya,
  mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide
  tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas,
  polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-barang,
  piutang yang belum ditagih, dan sebagainya.
c. Melamun:
yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga
mengenai hal-hal yang tidak realistis.

d. Mimpi:
ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari
pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada
waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat.

e. Berpikir artistik:
yaitu proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran
sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi
tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh
para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
2.   Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang
     sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada
     sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya
     persoalan.
     Dua macam berpikir terarah, yaitu:
     a. Berpikir kritis
        yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan
     terhadap suatu keadaan.
     b. Berpikir kreatif,
        yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-
     hubungan baru antara berbagai hal, menemukan
     pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem
     baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.
   Dalam berpkir selalu dipergunakan simbol, yaitu
    sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam alam
    pikiran.
   Misalnya kata buku
    simbol yang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-
    lembaran kertas yang dijilid dan tertulis huruf-huruf.
   Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara lain
    angka-angka dan simbol matematika, simbol simbol
    yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, not
    musik, mata uang, dan sebagainya.
    Telah dikatakan di atas, bahwa berpikir terarah
    diperlukan dalam memecahkan persoalan-persoalan.
    Untuk mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan
    persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan
    penyusunan strategi.
C. BERFIKIR KREATIF
   Menurut Munandar (1999), berpikir kreatif
    kemampuan – berdasarkan data atau informasi yang
    tersedia- menemukan banyak kemungkinan jawaban
    terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah
    pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman
    jawaban.
   Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat
    diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah
    seseorang, tentunya dengan memperhatikan mutu atau
    kualitas dari jawaban tersebut.
   Secara operasional, Munandar mengemukakan; berpikir
    kreatif merupakan kemampuan yang mencerminkan
    kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas dalam
    berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
    (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu
    gagasan dan kemampuan memberikan penilaian atau
    evaluasi terhadap suatu obyek atau situasi.
 Cotton,K (1991, dalam Pelita Pascasarjana,
 2008), bahwa berpikir kreatif memiliki
 karakteristik sebagai berikut:
  a.   fluency (membangun banyak ide),
  b.   flexibility (dapat merubah-ubah pandangan
       dengan mudah),
  c.   originality (menghasilkan sesuatu yang
       baru), dan
  d.   elaboration (membangun ide-ide berdasarkan
       ide-ide yang lain).
 Berpikir kreatif berkaitan dengan berfikir divergen dan
  berfikir orisinal.
 Berfikir kreatif dapat digambarkan sebagai bentuk
  kombinasi baru dari ide-ide untuk memenuhi suatu
  kebutuhan atau sebagai berfikir dengan cara
  memproduksi hasil yang orisinal dan tepat.
 Kata “orisinal” dalam kaitan dengan kreativitas tidak
  perlu diartikan sesuatu yang benar-benar baru
  (sebelumnya belum pernah ada), tetapi dapat saja
  hasil ciptaannya itu merupakan kombinasi dari apa-apa
  yang telah ada sebelumnya. Atau mungkin pula
  sesuatu yang baru itu hanya baru bagi orang tersebut,
  jadi mungkin saja bagi orang lain bukan hal yang baru
  (Anderson, 1970, dalam Wahidin, 2009).

Berpikir

  • 1.
  • 2.
    A. PENGERTIAN BERPIKIR Berpikiradalah tingkah laku yang menggunakan ide untuk membantu seseorang.  Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif.  Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. (Khodijah, 2006:117).
  • 3.
     Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah.  Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek antara atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.
  • 4.
     Definisiyang palingumum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52 dalam http://www.andragogi.com) di dalam diri seseorang.  Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian- perngertian.
  • 5.
    B. JENIS, TIPE,DAN POLA BERPIKIR  Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu  Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi.  Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.
  • 6.
    Menurut Kartono (1996,dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu: 1. Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu 2. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya. 3. Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.
  • 7.
    4. Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya. 5. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian- pembuktian. 6. Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.
  • 8.
    Macam-macam kegiatan berpikir: 1.Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas.
  • 9.
    JENIS-JENIS BERPIKIR ASOSIATIF: a. Asosiasi bebas: Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran dapur, nasi atau anak yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya. b. Asosiasi terkontrol: Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih, dan sebagainya.
  • 10.
    c. Melamun: yaitu menghayalbebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis. d. Mimpi: ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat. e. Berpikir artistik: yaitu proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
  • 11.
    2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu: a. Berpikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu keadaan. b. Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan- hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.
  • 12.
    Dalam berpkir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam alam pikiran.  Misalnya kata buku simbol yang mewakili benda yang terdiri dari lembaran- lembaran kertas yang dijilid dan tertulis huruf-huruf.  Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara lain angka-angka dan simbol matematika, simbol simbol yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, not musik, mata uang, dan sebagainya. Telah dikatakan di atas, bahwa berpikir terarah diperlukan dalam memecahkan persoalan-persoalan. Untuk mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan penyusunan strategi.
  • 13.
    C. BERFIKIR KREATIF  Menurut Munandar (1999), berpikir kreatif kemampuan – berdasarkan data atau informasi yang tersedia- menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.  Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang, tentunya dengan memperhatikan mutu atau kualitas dari jawaban tersebut.  Secara operasional, Munandar mengemukakan; berpikir kreatif merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan dan kemampuan memberikan penilaian atau evaluasi terhadap suatu obyek atau situasi.
  • 14.
     Cotton,K (1991,dalam Pelita Pascasarjana, 2008), bahwa berpikir kreatif memiliki karakteristik sebagai berikut: a. fluency (membangun banyak ide), b. flexibility (dapat merubah-ubah pandangan dengan mudah), c. originality (menghasilkan sesuatu yang baru), dan d. elaboration (membangun ide-ide berdasarkan ide-ide yang lain).
  • 15.
     Berpikir kreatifberkaitan dengan berfikir divergen dan berfikir orisinal.  Berfikir kreatif dapat digambarkan sebagai bentuk kombinasi baru dari ide-ide untuk memenuhi suatu kebutuhan atau sebagai berfikir dengan cara memproduksi hasil yang orisinal dan tepat.  Kata “orisinal” dalam kaitan dengan kreativitas tidak perlu diartikan sesuatu yang benar-benar baru (sebelumnya belum pernah ada), tetapi dapat saja hasil ciptaannya itu merupakan kombinasi dari apa-apa yang telah ada sebelumnya. Atau mungkin pula sesuatu yang baru itu hanya baru bagi orang tersebut, jadi mungkin saja bagi orang lain bukan hal yang baru (Anderson, 1970, dalam Wahidin, 2009).