SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Pengembanagn Afektif
Peserta Didik
Nur Elisa Febriani
Riscka amalia
Gitta Leviana
Pengertian Afektif
 Perasaan senang atau tidak senang yang selalu mnyertai perbuatan-perbuatan kita
sehari-hari disebut warna afektif. Warna afektif ini kadang-kadang lemah tau
kadang-kadang tidak jelas (samar-samar). Dalam hal warna afetif tersebut kuat,
maka perasaan-perasaan menjadi lebih mnedalam, lebih luas dan lebih terarah.
Perasaan-perasaan tersebut disebut emosi (Sarlito, 1982:59). Di samping perasaan
senang atau tidak senang, beberapa contoh macam emosi yang lain adalah
gembira, cintah, marah, takut, cemas dan benci.
 Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda. Emosi dan perasaan merupakan
suatu gejala emosional yang secar kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas
batasnya. Pada suatu saat warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi
juga dapat dikatakan sebagai emosi; contohnya marah yang ditunjukan dalam
bentuk diam. Jadi sukar sekali kita mendefinisikan emosi
Karakteristik Perkembangan Emosional.
 Pola emosi remaja adalah sama dengna pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi
yang secara normal dialami adalah : cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut,
dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan
derajat rangsangan yang mengakibatkan emosinya, dan khususnya pola
pengendalian yang dilakukan individu terhadapat ungkapan emosi mereka.
 Remaja sendiri menyadari bahwa aspek-aspek emosional dalam kehidupan adalah
kepentingna adalah penting (Jersild, 1957:133). Untuk selanjutnya berikut ini
dibahas beberapa kondisi emosional sebagai berikut:
 a. Cinta/Kasih Sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan
kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk memberinya. Kebutuhan
untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting, walaupun kebutuhan-kebutuhan akan
perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal dan
mempunyai sikap permusuhan besar kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai
yang tidak disadari.
 b. Gembira
Pada umumnya individu dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang menyenangkan yang
dialami selama remaja. Perasaan gembira dari remaja belum banyak diteliti. Perasaan gembira sedikit
mendapat perhatian dari petugas peneliti daripada perasaan marah dan takut atau tingkah laku problema
lain yang memantul-mantulkan kesedihan. Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya
berlangsung dengna baik dan para remaja akan mengalami kegimbiraan jika ia diterima sebagai seorang
sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambuta (diterima) oleh yang dicintai.
 c. Keamarahan dan Permusuhan
Sejak masa kanak-kanak, rasa marah telah dikaitkan dengan usaha remaja untuk mencapai dan memiliki
kebebasan sebagai seorang pribadi yang mandiri. Rasa marah merupakan gejala yang penting di antara
emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonkol dalam perkembanagn kepribadian. Pertama,
dianatar emosi-emosi ini adalah cinta, dimana kita ketahui bahwa dicintai dan mencintai adalah segala
emosi bagi perkembangan pribadi yang sehat. Rasa marah juga penting dalam kehidupan, karena melalui
rasa marahnya seseorang mempertajam tuntunnannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
 d. Ketakutan Dan Kecemasan
Menjelang anak mencapai masa remaja, dia telah mengalami seringkali perkembangna panjang
yang mempengauhi pasang surut berkenan dengna rasa ketakutannya. Banyak ketakutan-
ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa berani yang bersamaan
dengan perkembangan remaja itu sendiri. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa
takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia
tidak berani mencapai apa yang ada sekarang atau masa depan tidak menentu.
 Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun:
 1). Pada usia seorang siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka. Sebagian
kemurungan sebagai akibat dari perubahan-perubahan biologis dalam hubungannya dengan
kematangan seksual dan sebagian karena kebingungannya dalam menghadapi apakah ia masih
sebagai anak-anak atau sebagai seorang dewasa.
 2). Siswa mungkin bertingka laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
 3). Ledakan-ledakan kemarahan mungkin biasa terjadi. Hal ini seringkali terjadi sebagai akibat
dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis dan kelelahan karena terlalu keras
atau pola makan yang tidak tepat atau tidur yang tidak cukup.
 4). Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya
sendiri yang disebabkan kurangnyarasa percaya diri. Mereka mempunyai pendapat bahwa ada
jawaban-jawaban absolut dan bahwa mereka menegtahuinya.
 5). Siswa-siwa di SMP mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara lebih objektif
dan mungkin menjadi marah apabila mereka ditipu dengan gaya guru yang bersikap serba tahu
(maha tahu).
 Ciri-ciri emosional remaja usia 15 – 18 tahun :
 1). “Pembentrokan” remaja merupakan pertanyaan-pertanyaan/ ekspresi dari perubahan
yang universal dari masa kanak-kanak ke dewasa.
 2). Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaj yang mengalami konflik
dengna orang tua mereka. Mereka mungkin mengharapkan simpati dan nasihat orang
tua dan guru.
 3). Siswa pada usia ini seringkali melamun, memikirkan mas depan mereka. Banyak di
antara mereka terlalu tinggi menafsirkan kemampuan mereka sendiri dan merasa
berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock,
1960;266). Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi
tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin. Kematangan
dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain adalah :
 Belajar dengan coba-coba
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang
memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit
atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
 Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan
emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
 Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification)
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang etrgugah oleh rangsangan yang telah
membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan
mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
 Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional,
kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat
pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman
untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.
Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada
perkembangan rasa suka dan tidak suka.
Upaya Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya
dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam kaitannya dengan emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit
diterka, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah konsisten dalam
pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung
jawab. Guru-guru dapat membantu mereka yang bertingkah laku kasar dengan jalan mencapai
keberhasilan dalam pekerjaan/tugas-tugas sekolah sehingga mereka menjadi anak yang lebih
tenang dan lebih mudah ditangani. Salah satu cara yang mendasar adalah dengan mendorong
mereka untuk bersaing dengan diri sendiri.
Apabila ada ledakan-ledakan kemarahan sebaiknya kita memperkecil ledakan emosi tersebut,
misalnya dengan jalan tindakan yang bijaksana dan lemah lembut, mengubah pokok
pembicaraan, dan memulai aktivitas baru. Jika kemarahan siswa tidak juga reda, guru dapat
minta bantuan kepada petugas bimbingan penyuluhan. Dalam diskusi kelas, tekankan
pentingnya memperhatikan pandangan orang lain dalam mengembangkan/meningkatkan
pandangan sendiri. Kita hendaknya waspada terhadap siswa yang sangat ambisius,
berpendirian keras, dan kaku yang suka mengintimidasi kelasnya sehingga tidak ada seseorang
yang berani tidak sependapat dengannya atau menentangnya.
Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
 Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat
kebiasaan dan sopan santun (Sutikna, 1988:5). Sopan santun,adat, dan kebiasaan serta niali-niai
yang terkandung dalam pancasila adalah nilai-nilai hidup yang manjadi pegangan seseorang
dalam kedudukannya sebagai warga Negara dengan sesame warga Negara.
 Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan
sebagainya (Purwadarminto, 1957: 957). Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai tidak
baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara
perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam
bertingkah laku.
 Sedangkan, menurut Gerug, sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu
terhadap sesuatu hal (Mappiare, 1982:58).sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah
laku seseorang dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi dan akan diperbuat jika
telah diketahui sikapnya. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
berupa kecenderungan (predisposisi) itngkah laku. Jadi sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
tersebut.
Upaya Mengembangkan Nilai, Moral, dan Sikap Remaja
serta Implikasinya Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
 Menciptakan Kominikasi
Mengikutsertakan, remaja dalam beberapa pembicaraan dan dalam pengambilan keputusan
keluarga, sedangkan dalam kelompok sebaya, remaja turut serta secara aktif dalam tanggung
jawab dan penentuan maupun keputusan kelompok. Dan remaja juga berpartisipasi untuk
mengembangkan aspek moral misalnya dalam kerja kelompok, sehingga dia belajar tidak
melakukan sesuatu yang akan merugikan orang lain karena hal ini idak sesuai dengan nilai atau
norma-norma moral.
 Menciptakan Iklim Lingkungan Yang Serasi
Usaha pengembangan tingkah laku niali hidup hendaknya tidak hanya mengutamakan
pendekatan-pendekatan intelektual semata-mata tetapi juga mengutamakan adanya lingkungan
yang kondusif di mana faktor-faktor lingkungan itu sndiri merupakan penjelmaan yang konkret
dari nilai-nilai hidup tersebut. Selain itu lingkungan bersifat mengajak mengajak, mengundang
atau memberi kesempatan akan lebih aktif daripada lingkungan yang ditandai dengan larangan
dan peraturan yang membatasi.

More Related Content

What's hot

Perkembanganemosi 120602013421-phpapp01
Perkembanganemosi 120602013421-phpapp01Perkembanganemosi 120602013421-phpapp01
Perkembanganemosi 120602013421-phpapp01Serly Amalia
 
Perkembangan Peserta Didik "Emosi Pada Dimensi Perkembangan Manusia"
Perkembangan Peserta Didik "Emosi Pada Dimensi Perkembangan Manusia"Perkembangan Peserta Didik "Emosi Pada Dimensi Perkembangan Manusia"
Perkembangan Peserta Didik "Emosi Pada Dimensi Perkembangan Manusia"noussevarenna
 
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosionalModul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosionalRizka Supriyanti
 
Perkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdPerkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdShinta Nz
 
Perkembangan emosi remaja
Perkembangan emosi remaja Perkembangan emosi remaja
Perkembangan emosi remaja Rizali Avenged
 
Pp perkembangan emosi remaja
Pp perkembangan emosi remajaPp perkembangan emosi remaja
Pp perkembangan emosi remajaPoetra Chebhungsu
 
metode pengembangan sosial emosi anak usia dini
metode pengembangan sosial emosi anak usia dinimetode pengembangan sosial emosi anak usia dini
metode pengembangan sosial emosi anak usia diniRiszki Alfiah Rahmah
 
Perkembangan emosi kanak kanak
Perkembangan emosi kanak kanakPerkembangan emosi kanak kanak
Perkembangan emosi kanak kanakArra Asri
 
Perkembangan emosi anak usia sekolah dasar
Perkembangan emosi anak usia sekolah dasarPerkembangan emosi anak usia sekolah dasar
Perkembangan emosi anak usia sekolah dasarVivi Puspita
 
Jurnal perkembangan peserta didik
Jurnal perkembangan peserta didikJurnal perkembangan peserta didik
Jurnal perkembangan peserta didikkhairul jalil
 
Makalah psikologi emosi klp 9 "EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI"
Makalah psikologi emosi klp 9 "EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI"Makalah psikologi emosi klp 9 "EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI"
Makalah psikologi emosi klp 9 "EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI"Yelfy Yazid
 
Emosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakter
Emosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakterEmosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakter
Emosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakterAfrils
 
1. teori teori perkembangan sosioemosi
1. teori teori perkembangan sosioemosi1. teori teori perkembangan sosioemosi
1. teori teori perkembangan sosioemosishikinedin1
 
Aspek perkembangan sosial
Aspek perkembangan sosialAspek perkembangan sosial
Aspek perkembangan sosialSatrio Lintang
 
pengertian perkembangan emosi dan sosial anak usia dini
pengertian perkembangan emosi dan sosial anak usia dinipengertian perkembangan emosi dan sosial anak usia dini
pengertian perkembangan emosi dan sosial anak usia diniHana Hafifah
 
Laporan wawancara observasi kasus pendidikan
Laporan wawancara observasi kasus pendidikanLaporan wawancara observasi kasus pendidikan
Laporan wawancara observasi kasus pendidikanDevyta Upan Ipin
 
Sosioemosi remaja
Sosioemosi remajaSosioemosi remaja
Sosioemosi remajaAwatif Atif
 

What's hot (19)

Perkembanganemosi 120602013421-phpapp01
Perkembanganemosi 120602013421-phpapp01Perkembanganemosi 120602013421-phpapp01
Perkembanganemosi 120602013421-phpapp01
 
Perkembangan Peserta Didik "Emosi Pada Dimensi Perkembangan Manusia"
Perkembangan Peserta Didik "Emosi Pada Dimensi Perkembangan Manusia"Perkembangan Peserta Didik "Emosi Pada Dimensi Perkembangan Manusia"
Perkembangan Peserta Didik "Emosi Pada Dimensi Perkembangan Manusia"
 
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosionalModul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
 
Perkembangan emosi
Perkembangan emosiPerkembangan emosi
Perkembangan emosi
 
Perkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdPerkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sd
 
Perkembangan emosi remaja
Perkembangan emosi remaja Perkembangan emosi remaja
Perkembangan emosi remaja
 
Perkembangan emosi
Perkembangan emosiPerkembangan emosi
Perkembangan emosi
 
Pp perkembangan emosi remaja
Pp perkembangan emosi remajaPp perkembangan emosi remaja
Pp perkembangan emosi remaja
 
metode pengembangan sosial emosi anak usia dini
metode pengembangan sosial emosi anak usia dinimetode pengembangan sosial emosi anak usia dini
metode pengembangan sosial emosi anak usia dini
 
Perkembangan emosi kanak kanak
Perkembangan emosi kanak kanakPerkembangan emosi kanak kanak
Perkembangan emosi kanak kanak
 
Perkembangan emosi anak usia sekolah dasar
Perkembangan emosi anak usia sekolah dasarPerkembangan emosi anak usia sekolah dasar
Perkembangan emosi anak usia sekolah dasar
 
Jurnal perkembangan peserta didik
Jurnal perkembangan peserta didikJurnal perkembangan peserta didik
Jurnal perkembangan peserta didik
 
Makalah psikologi emosi klp 9 "EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI"
Makalah psikologi emosi klp 9 "EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI"Makalah psikologi emosi klp 9 "EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI"
Makalah psikologi emosi klp 9 "EMOSI DAN PSIKOPATOLOGI"
 
Emosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakter
Emosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakterEmosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakter
Emosi, perkembangan sosial dalam pembentukan karakter
 
1. teori teori perkembangan sosioemosi
1. teori teori perkembangan sosioemosi1. teori teori perkembangan sosioemosi
1. teori teori perkembangan sosioemosi
 
Aspek perkembangan sosial
Aspek perkembangan sosialAspek perkembangan sosial
Aspek perkembangan sosial
 
pengertian perkembangan emosi dan sosial anak usia dini
pengertian perkembangan emosi dan sosial anak usia dinipengertian perkembangan emosi dan sosial anak usia dini
pengertian perkembangan emosi dan sosial anak usia dini
 
Laporan wawancara observasi kasus pendidikan
Laporan wawancara observasi kasus pendidikanLaporan wawancara observasi kasus pendidikan
Laporan wawancara observasi kasus pendidikan
 
Sosioemosi remaja
Sosioemosi remajaSosioemosi remaja
Sosioemosi remaja
 

Similar to Pengembangan Afektif Peserta Didik

peran orang tua dalam kecerdasan anak
peran orang tua dalam kecerdasan anakperan orang tua dalam kecerdasan anak
peran orang tua dalam kecerdasan anakNova Ci Necis
 
Tugas perkembangan ii emosi dewasa awal
Tugas  perkembangan ii emosi dewasa awalTugas  perkembangan ii emosi dewasa awal
Tugas perkembangan ii emosi dewasa awalswirawan
 
puteri,+yessss_p170-181,oleh+Rini+Susanti,+Perkembangan+Emosi+Manusia.pdf
puteri,+yessss_p170-181,oleh+Rini+Susanti,+Perkembangan+Emosi+Manusia.pdfputeri,+yessss_p170-181,oleh+Rini+Susanti,+Perkembangan+Emosi+Manusia.pdf
puteri,+yessss_p170-181,oleh+Rini+Susanti,+Perkembangan+Emosi+Manusia.pdfghinaabbad2
 
Meningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan EmosiMeningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan Emosimandalina landy
 
Jenis kecerdasan emosi
Jenis kecerdasan emosiJenis kecerdasan emosi
Jenis kecerdasan emosifiro HAR
 
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta DidikPertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta DidikmonichaSihombing
 
Kematangan Emosional
Kematangan EmosionalKematangan Emosional
Kematangan EmosionalKenlia Dexena
 
Kelompok 6
Kelompok 6Kelompok 6
Kelompok 6anycacan
 
Kelompok 6 ppd
Kelompok 6 ppdKelompok 6 ppd
Kelompok 6 ppdonageol
 
Komunikasi dengan remaja .pptx
Komunikasi dengan remaja .pptxKomunikasi dengan remaja .pptx
Komunikasi dengan remaja .pptxNurHijrahTiala1
 
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajar
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajarKecerdasan emosional sebagai hasil belajar
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajarRiva Warid
 
Masa puber, remaja dan gadis remaja
Masa puber, remaja dan gadis remajaMasa puber, remaja dan gadis remaja
Masa puber, remaja dan gadis remajaNova Ci Necis
 
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosiEmpati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emositarmizitaher
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan dan Perkembangan RemajaPertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan dan Perkembangan Remajawahyusrisayekti
 

Similar to Pengembangan Afektif Peserta Didik (20)

Perkembangan afektif
Perkembangan afektifPerkembangan afektif
Perkembangan afektif
 
peran orang tua dalam kecerdasan anak
peran orang tua dalam kecerdasan anakperan orang tua dalam kecerdasan anak
peran orang tua dalam kecerdasan anak
 
Tugas perkembangan ii emosi dewasa awal
Tugas  perkembangan ii emosi dewasa awalTugas  perkembangan ii emosi dewasa awal
Tugas perkembangan ii emosi dewasa awal
 
puteri,+yessss_p170-181,oleh+Rini+Susanti,+Perkembangan+Emosi+Manusia.pdf
puteri,+yessss_p170-181,oleh+Rini+Susanti,+Perkembangan+Emosi+Manusia.pdfputeri,+yessss_p170-181,oleh+Rini+Susanti,+Perkembangan+Emosi+Manusia.pdf
puteri,+yessss_p170-181,oleh+Rini+Susanti,+Perkembangan+Emosi+Manusia.pdf
 
Asigmen
AsigmenAsigmen
Asigmen
 
Ciri
CiriCiri
Ciri
 
Meningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan EmosiMeningkatkan Kecerdikan Emosi
Meningkatkan Kecerdikan Emosi
 
Jenis kecerdasan emosi
Jenis kecerdasan emosiJenis kecerdasan emosi
Jenis kecerdasan emosi
 
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta DidikPertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
Pertemuan 11 12 Perkembangan Peserta Didik
 
Kematangan Emosional
Kematangan EmosionalKematangan Emosional
Kematangan Emosional
 
MATERI LPP 3.pptx
MATERI  LPP 3.pptxMATERI  LPP 3.pptx
MATERI LPP 3.pptx
 
Kelompok 6
Kelompok 6Kelompok 6
Kelompok 6
 
Kelompok 6 ppd
Kelompok 6 ppdKelompok 6 ppd
Kelompok 6 ppd
 
Komunikasi dengan remaja .pptx
Komunikasi dengan remaja .pptxKomunikasi dengan remaja .pptx
Komunikasi dengan remaja .pptx
 
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajar
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajarKecerdasan emosional sebagai hasil belajar
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajar
 
Masa puber, remaja dan gadis remaja
Masa puber, remaja dan gadis remajaMasa puber, remaja dan gadis remaja
Masa puber, remaja dan gadis remaja
 
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosiEmpati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
Empati sebagai salah satu aspek pengendalian emosi
 
Pp miss eldarni
Pp miss eldarniPp miss eldarni
Pp miss eldarni
 
Seksualiti k.kursus
Seksualiti k.kursusSeksualiti k.kursus
Seksualiti k.kursus
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan dan Perkembangan RemajaPertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
 

More from gittaleviana

More from gittaleviana (9)

Materi tik-1
Materi tik-1Materi tik-1
Materi tik-1
 
Gitta leviana ppt tik uts
Gitta leviana ppt tik utsGitta leviana ppt tik uts
Gitta leviana ppt tik uts
 
Gitta leviana ppt tik uts
Gitta leviana ppt tik utsGitta leviana ppt tik uts
Gitta leviana ppt tik uts
 
Attachment
AttachmentAttachment
Attachment
 
Attachment
AttachmentAttachment
Attachment
 
Makalah morfologi
Makalah morfologiMakalah morfologi
Makalah morfologi
 
Laporan pengamatan
Laporan pengamatanLaporan pengamatan
Laporan pengamatan
 
Laporan pengamatan
Laporan pengamatanLaporan pengamatan
Laporan pengamatan
 
Panduan dasar spss
Panduan dasar spssPanduan dasar spss
Panduan dasar spss
 

Recently uploaded

Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalHendriKurniawanP
 
KISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAH
KISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAHKISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAH
KISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAHIrmaYanti71
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanBungaCitraNazwaAtin
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanamalaguswan1
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 

Recently uploaded (10)

Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
 
KISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAH
KISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAHKISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAH
KISI AKM BAHASA INGGRIS ASSESMENT MADRASAH
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 

Pengembangan Afektif Peserta Didik

  • 1. Pengembanagn Afektif Peserta Didik Nur Elisa Febriani Riscka amalia Gitta Leviana
  • 2. Pengertian Afektif  Perasaan senang atau tidak senang yang selalu mnyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Warna afektif ini kadang-kadang lemah tau kadang-kadang tidak jelas (samar-samar). Dalam hal warna afetif tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mnedalam, lebih luas dan lebih terarah. Perasaan-perasaan tersebut disebut emosi (Sarlito, 1982:59). Di samping perasaan senang atau tidak senang, beberapa contoh macam emosi yang lain adalah gembira, cintah, marah, takut, cemas dan benci.  Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda. Emosi dan perasaan merupakan suatu gejala emosional yang secar kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi; contohnya marah yang ditunjukan dalam bentuk diam. Jadi sukar sekali kita mendefinisikan emosi
  • 3. Karakteristik Perkembangan Emosional.  Pola emosi remaja adalah sama dengna pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah : cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut, dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang mengakibatkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadapat ungkapan emosi mereka.  Remaja sendiri menyadari bahwa aspek-aspek emosional dalam kehidupan adalah kepentingna adalah penting (Jersild, 1957:133). Untuk selanjutnya berikut ini dibahas beberapa kondisi emosional sebagai berikut:
  • 4.  a. Cinta/Kasih Sayang Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk memberinya. Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting, walaupun kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal dan mempunyai sikap permusuhan besar kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.  b. Gembira Pada umumnya individu dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang menyenangkan yang dialami selama remaja. Perasaan gembira dari remaja belum banyak diteliti. Perasaan gembira sedikit mendapat perhatian dari petugas peneliti daripada perasaan marah dan takut atau tingkah laku problema lain yang memantul-mantulkan kesedihan. Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengna baik dan para remaja akan mengalami kegimbiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambuta (diterima) oleh yang dicintai.  c. Keamarahan dan Permusuhan Sejak masa kanak-kanak, rasa marah telah dikaitkan dengan usaha remaja untuk mencapai dan memiliki kebebasan sebagai seorang pribadi yang mandiri. Rasa marah merupakan gejala yang penting di antara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonkol dalam perkembanagn kepribadian. Pertama, dianatar emosi-emosi ini adalah cinta, dimana kita ketahui bahwa dicintai dan mencintai adalah segala emosi bagi perkembangan pribadi yang sehat. Rasa marah juga penting dalam kehidupan, karena melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntunnannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
  • 5.  d. Ketakutan Dan Kecemasan Menjelang anak mencapai masa remaja, dia telah mengalami seringkali perkembangna panjang yang mempengauhi pasang surut berkenan dengna rasa ketakutannya. Banyak ketakutan- ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa yang ada sekarang atau masa depan tidak menentu.
  • 6.  Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun:  1). Pada usia seorang siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka. Sebagian kemurungan sebagai akibat dari perubahan-perubahan biologis dalam hubungannya dengan kematangan seksual dan sebagian karena kebingungannya dalam menghadapi apakah ia masih sebagai anak-anak atau sebagai seorang dewasa.  2). Siswa mungkin bertingka laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.  3). Ledakan-ledakan kemarahan mungkin biasa terjadi. Hal ini seringkali terjadi sebagai akibat dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis dan kelelahan karena terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat atau tidur yang tidak cukup.  4). Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnyarasa percaya diri. Mereka mempunyai pendapat bahwa ada jawaban-jawaban absolut dan bahwa mereka menegtahuinya.  5). Siswa-siwa di SMP mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara lebih objektif dan mungkin menjadi marah apabila mereka ditipu dengan gaya guru yang bersikap serba tahu (maha tahu).
  • 7.  Ciri-ciri emosional remaja usia 15 – 18 tahun :  1). “Pembentrokan” remaja merupakan pertanyaan-pertanyaan/ ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak ke dewasa.  2). Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaj yang mengalami konflik dengna orang tua mereka. Mereka mungkin mengharapkan simpati dan nasihat orang tua dan guru.  3). Siswa pada usia ini seringkali melamun, memikirkan mas depan mereka. Banyak di antara mereka terlalu tinggi menafsirkan kemampuan mereka sendiri dan merasa berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu.
  • 8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960;266). Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain adalah :  Belajar dengan coba-coba Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.  Belajar dengan cara meniru Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
  • 9.  Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification) Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang etrgugah oleh rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.  Belajar melalui pengkondisian Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka.
  • 10. Upaya Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan Dalam kaitannya dengan emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Guru-guru dapat membantu mereka yang bertingkah laku kasar dengan jalan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan/tugas-tugas sekolah sehingga mereka menjadi anak yang lebih tenang dan lebih mudah ditangani. Salah satu cara yang mendasar adalah dengan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri. Apabila ada ledakan-ledakan kemarahan sebaiknya kita memperkecil ledakan emosi tersebut, misalnya dengan jalan tindakan yang bijaksana dan lemah lembut, mengubah pokok pembicaraan, dan memulai aktivitas baru. Jika kemarahan siswa tidak juga reda, guru dapat minta bantuan kepada petugas bimbingan penyuluhan. Dalam diskusi kelas, tekankan pentingnya memperhatikan pandangan orang lain dalam mengembangkan/meningkatkan pandangan sendiri. Kita hendaknya waspada terhadap siswa yang sangat ambisius, berpendirian keras, dan kaku yang suka mengintimidasi kelasnya sehingga tidak ada seseorang yang berani tidak sependapat dengannya atau menentangnya.
  • 11. Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap  Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun (Sutikna, 1988:5). Sopan santun,adat, dan kebiasaan serta niali-niai yang terkandung dalam pancasila adalah nilai-nilai hidup yang manjadi pegangan seseorang dalam kedudukannya sebagai warga Negara dengan sesame warga Negara.  Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1957: 957). Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.  Sedangkan, menurut Gerug, sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal (Mappiare, 1982:58).sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi dan akan diperbuat jika telah diketahui sikapnya. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi berupa kecenderungan (predisposisi) itngkah laku. Jadi sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.
  • 12. Upaya Mengembangkan Nilai, Moral, dan Sikap Remaja serta Implikasinya Dalam Penyelenggaraan Pendidikan  Menciptakan Kominikasi Mengikutsertakan, remaja dalam beberapa pembicaraan dan dalam pengambilan keputusan keluarga, sedangkan dalam kelompok sebaya, remaja turut serta secara aktif dalam tanggung jawab dan penentuan maupun keputusan kelompok. Dan remaja juga berpartisipasi untuk mengembangkan aspek moral misalnya dalam kerja kelompok, sehingga dia belajar tidak melakukan sesuatu yang akan merugikan orang lain karena hal ini idak sesuai dengan nilai atau norma-norma moral.  Menciptakan Iklim Lingkungan Yang Serasi Usaha pengembangan tingkah laku niali hidup hendaknya tidak hanya mengutamakan pendekatan-pendekatan intelektual semata-mata tetapi juga mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif di mana faktor-faktor lingkungan itu sndiri merupakan penjelmaan yang konkret dari nilai-nilai hidup tersebut. Selain itu lingkungan bersifat mengajak mengajak, mengundang atau memberi kesempatan akan lebih aktif daripada lingkungan yang ditandai dengan larangan dan peraturan yang membatasi.