Laporan penelitian ini membahas implementasi pendekatan manajemen kelas perubahan perilaku (behavior modification) di SDN Semen 5 Kabupaten Blitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan behavior modification di sekolah tersebut melalui observasi, wawancara, dan angket."
Pendekatan manajemen kelas perubahan perilaku (behavior modification) di sdn semen 5 blitar (KELOMPOK 7)
1. PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS PERUBAHAN PERILAKU
(BEHAVIOR MODIFICATION) di SDN SEMEN 5 KABUPATEN BLITAR
LAPORAN PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Kelas
Yang dibina oleh Bapak Achmad Supriyanto dan Bapak Supriyanto
Oleh:
Nastiti Rahajeng 109151415406
Dwi Mitasari 109151415426
Kurnia Lilin PA 109151422300
The Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
November 2011
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini dengan baik.
Penulisan Laporan Penelitian yang berjudul ” Pendekatan Manajemen Kelas
Perubahan Perilaku (Behavior Modification) di SDN Semen 5 Kabupaten Blitar“ yaitu
untuk mengetahui implementasi Behavior Modification di SD.
Penulisan Laporan Penelitian ini disusun berdasarkan observasi, wawancara, dan
angket di SDN Semen 5 untuk mencari informasi mengenai implementasi Behavior
Modification.
Tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih atas semua pihak yang ikut membantu
akan penyelesaian tugas ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna
menyempurnakan tulisan ini dalam kesempatan berikutnya. Semoga penulisan Laporan
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Amin.
Malang, November 2011
Penulis
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendekatan dalam pembelajaran ada bermacam-macam. Guru harus paham dan
mengetahui bermacam-macam pendekatan tersebut agar dapat mengimplementasikannya
di dalam kelas. Setiap pendekatan mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing
tentunya guru harus paham bagaimana karakterisrik dari masing-masing pendekatan agar
dalam memadukan berbagai pendekatan dapat dipergunakan guru dengan baik sehingga
memperoleh suatu pendekatan yang cocok untuk diterapkan kepada murid-murid di kelas.
Kegiatan modifikasi perilaku (behavior modification) secara umum didasari
psikologi behavioristik, khususnya teori stimulus respon dari pavlov yang kemudian
dikembangkan oleh B. F. Skinner. (Sunanto, 2006:2). Semua yang kita lakukan dapat
disebut sebagai perilaku (Joko Yuwono, 2009:50). Secara umum perilaku (behavior)
didefinisikan sebagai suatu yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang (Marthin dan
Pear dalam Juang Sunanto, 2006:4). Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa perilaku ialah semua tindakan seseorang yang dapat dilihat, didengar,
atau dirasakan oleh orang lain atau diri sendiri. Kegiatan modifikasi perilaku sebagian
besar diaplikasikan dalam perilaku manusia. Pada umumnya perilaku yang diharapkan
dapat dibentuk seperti dalam proses pembelajaran. Sebaliknya perilaku yang tidak
diharapkan dapat dihilangkan.
Melalui laporan penelitian ini penulis membahas bagaimana behavior
modification dan melakukan penelitian pengimplementasian behavior modification di
salah satu sekolah yang terletak di Kabupaten Blitar.
4. B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja teori belajar yang melandasi pendekatan manajemen kelas Behavior
Modification?
2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan manajemen kelas Behavior Modification?
3. Bagaimana prinsip-prinsip dasar pendekatan manajemen kelas Behavior
Modification?
4. Bagaimana strategi yang dapat digunakan dalam Pendekatan manajemen kelas
Behavior Modification?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui landasan teori dari pendekatan manajemen kelas Behavior
Modification.
2. Untuk mengetahui pendekatan manajemen kelas Behavior Modification.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar pendekatan manajemen kelas Behavior
Modification.
4. Untuk mengetahui strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan manajemen
kelas Behavior Modification.
D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori-Teori Belajar Perilaku
Studi secara ilmiah tentang belajar baru dimulai pada akhir abad ke-19. Dengan
menggunakan teknik-teknik dari sains (phisical scienses), para ahli mulai melakukan
eksperimen-eksperimen untuk memahami bagaimana manusia dan hewan belajar.
Semua yang kita lakukan dapat disebut sebagai perilaku (Joko Yuwono,
2009:50). Secara umum perilaku (behavior) didefinisikan sebagai suatu yang
5. dikatakan atau dilakukan oleh seseorang (Marthin dan Pear dalam Juang Sunanto,
2006:4). Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku ialah
semua tindakan seseorang yang dapat dilihat, didengar, atau dirasakan oleh orang lain
atau diri sendiri. Perilaku itu ada yang dapat diamati dan ada yang tidak dapat diamati.
Perilaku yang dapat diamati misalnya senyum, makan, minum, berjalan, menangis,
berbicara dan sebagainya. Perilaku yang tidak dapat diamati misalnya berfikir,
menghayal dan sebagainya.
Berkaitan dengan modifikasi perilaku, perilaku juga terdiri dari perilaku adaptif
dan perilaku maladaptif. Perilaku adaptif misalnya belajar, menolong orang lain,
duduk di dalam kelas dll. Perilaku maladaptif misalnya memukul teman, mencuri,
berkelahi dll.
a. Ivan Pavlov (Classical Conditioning)
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal
dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang
darinya hingga kini. Ia tidak pernah memiliki hambatan serius dalam sepanjang
kariernya meskipun terjadi kekacauan dalam revolusi rusia. Pavlov lahir di kota kecil
di Rusia tengah, anak seorang pendeta ortodoks pedesaan. Pada awalnya ia berniat
mengikuti jejak ayahnya, namun mengurungkan dan pergi ke universitas di St.
Petersburg untuk mengajar pada tahun 1870. Dari sinilah karir seorang Pavlov mulai
berjalan hingga ia memimpin Institut Fisiologi Pavlovian di Akademi Ilmu
Pengetahuan Rusia. Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral,
seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Dalam hal ini,
eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov menggunakan anjing sebagai subyek
penelitian.
6. Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:
Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka
secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau
mengeluarkan air liur.
Gambar ketiga. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah
makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing
akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang,
maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara
otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar
ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun
tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon
apapun ketika mendengar bunyi bel. Jika anjing secara terus menerus diberikan
stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah
7. hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk
menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau
penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi
dan penghapusan sebagai berikut:
1. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui
kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh:
makanan
2. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral
dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel
adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi
berupa makanan.
3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara
otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari
penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan
bunyi bel dengan makanan.
Menilik psikologi behavioristik menggunakan suatu pendekatan ekperimental,
refleksiologis objektif pavlov tetap merupakan model yang luar biasa dan tidak
tertandingi.
Bila dicontohkan dalam kehidupan nyata teori pavlov ini bisa diterapkan.
Sebagai contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda mempunyai
pasangan yang “sangat suka (UCR)” dengan coklat (UCS). Disetiap anda bertemu
(CS) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara
otonom dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda. Berdasarkan teori, ketika
8. hal itu dilakukan secara berulang-ulang, selanjutnya cukup dengan bertemu dengan
anda tanpa memberikan coklat, maka secara otonom pasangan anda akan sangat suka
(CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena pembentukan perilaku antara UCS, CS,
UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah dilakukan oleh pavlov.
b. E.L. Thorndike (Hukum Pengaruh)
Dalam studi Thorndike terdahulu ia memandang perilaku sebagai respon
terhadap stimulus-stimulus dalam lingkungan (perhatikan kesesuaian dengan Pavlov).
Pandangan ini, bahwa stimulus-stimulus dapat mengeluarkan respons-respons,
merupakan titik tolak dari teori stimulus-respons (S—R) yang dikenal sekarang.
Seperti para ahli teori perilaku sebelumnya, Thorndike menghubungkan perilaku pada
refleks-refleks fisik seperti mengangkat sekonyong-konyong lutut ke atas bila lutut itu
dipukul, terjadi tanpa diproses dalam otak. Dihipotesiskan bahwa perilaku yang lain
juga ditentukan secara refleksif oleh stimulus yang ada di lingkungan dan bukan oleh
pikiran yang sadar atau tidak sadar.
Dalam sejumlah eksperimen-eksperimennya, Thordike menempatkan kucing-
kucing dalam kotak-kotak. Dari kotak-kotak ini, kucing-kucing itu harus keluar untuk
memperoleh makanan. Ia mengamati bahwa sesudah selang beberapa saat, kucing-
kucing itu belajar bagaimana dapat keluar dari kotak-kotak itu lebih cepat dengan
mengulangi perilaku-perilaku yang mengarah pada keluar dan tidak mengulangi
perilaku-perilaku yang tidak efektif. Dari eksperimen-eksperimen ini, Thorndike
mengembangkan hukumnya yang dikenal dengan Hukum Pengaruh (Law of Effect).
Hukum Pengaruh Thorndike mengemukakan bahwa jika suatu tindakan diikuti
oleh suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, memungkinkan bahwa
tindakan itu diulangi dalam situasi-situasi yang mirip akan meningkat. Tetapi bila
suatu perilaku diikuti oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan,
9. memungkinkan bahwa perilaku itu diulangi akan menurun. Jadi konsekuensi dari
perilaku seseorang pada suatu saat, memegang peranan penting dalam menentukan
perilaku orang itu selanjutnya (Dahar, 1988).
c. B.F. Skinner (Operant Conditioning)
Skinner berpendapat bahwa perilaku operant hanya mewakili sebagian kecil dari
semua perilaku-perilaku. Sebab perilaku-perilaku ini beroperasi terhadap lingkungan
tanpa adanya stimulus tak terkondisi apapun, misalnya makanan. Studi skinner
berpusat pada hubungan antara perilaku dan konsekuensi-konsekuensinya, contoh:
bila perilaku seseorang segera diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi yang
menyenangkan, orang itu akan lebih sering terlibat dalam perilaku tersebut.
Penggunaan konsekuensi yang menyenangkan dan tak menyenangkan untuk
mengubah perilaku disebut Operant Conditioning.
Eksperimen Skinner dipusatkan pada penempatan subjek-subjek dalam situasi
yang terkontrol dan mengamati perubahan dalam perilaku subjek itu yang dihasilkan
dengan mengubah secara sistematis konsekuensi dari perilaku subjek tersebut.
Skinner terkenal dengan pengembangan dan penggunaan aparatus yang biasa disebut
“kotak Skinner”, dengan kotak ini ia meneliti perilaku hewan, biasanya tikus dan
burung merpati. Pekerjaan Skinner dengan tikus dan burung merpati menghasilkan
sekumpulan prinsi-prinsip tentang perilaku yang telah ditunjang oleh beratus-ratus
studi yang melibatkan manusia maupun hewan.
2. Pendekatan Manajemen Kelas Pengubahan Perilaku (Behavior Modification)
Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi
behaviorisme. Pendekatan ini dapat pula diartikan sebagai suatu proses untuk
mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah
10. laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Prinsip
utama yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku merupakan hasil proses belajar.
Prinsip ini berlaku baik bagi perilaku yang sesuai maupun perilaku yang menyimpan.
Ahli dari pendekatan ini berpendapat bahwa seorang peserta didik yang berperilaku
menyimpang disebabkan oleh salah satu dari dua alasan yaitu:
a. Peserta didik telah belajar berperilaku yang tidak sesuai
b. Peserta didik tidak belajar berperilaku yang sesuai
Perubahan perilaku berakar dari hasil kerja Watson dan yang paling akhir dari
Skinner (Ornstein dalam Punaji, 1999). Perubahan perilaku ini mencakup berbagai
teknik dan metode, mulai dari pemberian hadiah yang sederhana hingga elaborasi
latihan penguatan. Para pakar yang berkecimpung dalam pendekatan ini beranggapan
bahwa perilaku itu dibentuk melalui lingkungan dan sedikit sekali perhatiannya pada
sebab-sebab masalah. Para guru yang menggunakan pendekatan perubahan perilaku
ini sedikit sekali menggunakan waktunya pada diri siswa secara personal atau pada
upaya untuk mencari atau menemukan alasan-alasan untuk suatu masalah khusus.
Mereka berusaha meningkatkan kejadian perilaku yang kurang sesuai melalui
hukuman.
3. Prinsip – Prinsip Behavior Modification
Pendekatan pengubahan perilaku dibangun atas dasar dua asumsi utama yaitu
empat proses dasar belajar dan pengaruh kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas
guru adalah menguasai dan menerapkan empat prinsip dasar belajar yang oleh
sebagian para ahli juga disebut sebagai prinsip psikologi, prinsip tersebut meliputi:
1. Tindakan penguatan positif, yaitu memberikan stimulus positif, berupa ganjaran
atau pujian terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan. Pemberian
11. penghargaan setelah terjadi suatu perbuatan menyebabkan perbuatan yang
dikuatkan itu semakin meningkat sehingga perbuatan yang dihargai tersebut
diperkuat dan diulangi di kemudian hari. Misalnya berupa ungkapan seperti "Nah
seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi mudah dibaca". Jenis-jenis
penguatan positif itu ada dua:
a. Penguatan primer (dasar) yaitu penguatan-penguatan yang tidak dipelajari
dan selalu diperlukan untuk berlangsungnya hidup, seperti, makanan, air,
udara yang segar dan sebagainya. Suasana seperti ini dapat membentuk
perilaku siswa yang baik dan betah di dalam kelas.
b. Penguatan sekunder bersyarat yang menjadi penguat sebagai hasil proses
belajar atau dipelajari, seperti diperhatikan, pujian (penguat sosial), nilai
angka, rangking (penguatan simbolik), kegiatan atau permainan yang
disenangi siswa (penguatan bentuk kegiatan).
Ditinjau dari segi waktu, penguatan positif bisa diberikan secara:
Terus menerus pada setiap kali terjadi perbuatan baik atau yang diharapkan
Tenggang waktu atau berkala, yaitu setelah jangka jam pelajaran dimulai,
atau setiap "sekian" kali perbuatan. Ada dua macam penjadwalan dalam
panguatan berkala yaitu:
Penjadwalan interval yaitu pemberian penguatan siswa setiap jangka
waktu tertentu. Misalnya setiap satu jam, seperti gambar berikut:
Keterangan : 0 = pemberian penguatan
+ = tingkah laku yang dimaksud
12. Penjadwalan rasio
Pada umumnya, penjadwalan interval lebih efektif untuk "Mempertahankan"
tingkah laku yang dimaksud terus menerus terjadi. Dan penjadwalan rasio lebih
efektif untuk "Meningkatkan frekuensi penampilan tingkah laku yang dimaksud".
Yang perlu diperhatikan guru juga adalah bahwa makna suatu penguat bersifat
"Unik" artinya sangat tergantung pada si pemberi dan si penerima penguat tersebut.
Apa yang oleh seorang siswa dianggap sebagai penguat, bagi siswa lain belum tentu
diterima demikian. Dalam hal ini, pemahaman guru terhadap kondisi psikologis siswa
akan sangat membantu. Ada tiga cara yang dikenal dalam upaya pemilihan dan
penerapan tindakan penguat, yaitu:
Memperhatikan gelagat/tanda-tanda atau petunjuk khusus dengan cara mengamati
hal-hal apa yang ingin dilakukan oleh siswa.
Memperhatikan petunjuk-petunjuk tambahan dengan mengamati apa yang terjadi
setelah siswa menampilkan perilaku tertentu. Dalam hal ini guru mencoba
menetapkan tindakan dan perilaku apa yang dilakukan guru dan temanteman
siswa itu yang tampaknya menguatkan perilaku siswa yang bersangkutan.
Memperoleh petunjuk-petunjuk tambahan dengan cara langsung bertanya kepada
siswa yang bersangkutan apa yang ingin dimilikinya, dan untuk apa untuk siapa
biasanya siswa itu melakukan sesuatu yang berarti.
Contoh: Nana membuat karya tulis yang sangat rapi, kemudian karya tulis itu
diserahkan kepada guru (=perbuatan/tingkah laku). Guru memuji karya tulis itu dan
mengatakan bahwa karya tulis yang rapi lebih mudah dan enak dibaca daripada
karya tulis yang tidak rapi (=penguatan positif). Dalam karya tulis selanjutnya, Nana
13. lebih bersungguh-sungguh dan tulisannya lebih rapi (=frekuensi perbuatan yang
dikuatkan lebih meningkat).
2. Tindakan penghukuman, yaitu suatu penampilan perangsang yang tidak diinginkan
atau tidak disukai, dengan harapan menurunkan frekuensi pemunculan tingkah laku
yang tidak dikehendaki. Tindakan hukuman dalam pengelolaan kelas masih bersifat
kontroversial (dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan
alat yang efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak
dikehendaki, sekaligus merupakan contoh "yang tidak dikehendaki" bagi siswa lain.
Sebagian lain melihat bahwa akibat sampingan dari hubungan pribadi antara guru
(yang menghukum) dan siswa (terhukum) menjadi terganggu atau siswa yang
dihukum menjadi “Pahlawan” di mata teman-temannya.
Contoh: Tari membuat dan menyerahkan makalah yang tulisannya tidak rapi kepada
gurunya (=perilaku peserta didik). Guru menegur Tari karena dia tidak membuat
pekerjaan secara rapi. Guru mengatakan kepadanya bahwa tulisan yang tidak rapi
sukar dibaca. Guru menyuruh Tari menulis kembali makalah itu (=hukuman). Dalam
makalah berikutnya, tulisan Tari bertambah baik (=frekuensi perbuatan yang
dihukum berkurang).
3. Tindakan penghilangan atau penghentian, yaitu tidak memberikan ganjaran yang
diharapkan seperti yang lalu (menahan pemberian penguatan positif), atau
pembatalan pemberian ganjaran yang sebenarnya diharapkan siswa. Terkadang,
penghentian menyebabkan menurunnya frekuensi perbuatan yang sebelumya
dihargai.
14. Contoh: Marni yang pekerjaannya rapi selalu dipuji oleh guru. Ia menyiapkan sebuah
karya tulis dengan tulisan yang rapi. Kemudian menyerahkannya kepada guru
(=perbuatan peserta didik yang sebelumnya dikuatkan oleh guru). Guru
menerimanya, kemudian mengembalikannya kepada Marni tanpa member komentar
apapun (=menahan penguatan positif). Pekerjaan Marni menjadi kurang rapi dalam
membuat makalah berikutnya atau bisa saja tetap rapi karena Marni ingin mendapat
nilai yang bagus tanpa harus ada pujian/hadiah (=frekuensi perbuatan yang
sebelumnya dikuatkan menjadi menurun).
4. Tindakan penguatan negatif, yaitu meniadakan perangsang yang tidak
menyenangkan atau tidak disukai. Atau dengan kala lain menghilangkan hukuman.
Contoh : Wawan yang waktu sebelumnya dimarahi Pak guru karena pekerjaannya
tidak benar dan tidak rapi, pada pengumpulan tugas berikutnya Pak guru tidak
memarahinya lagi.
Harapan dari tindakan-tindakan tersebut dapat menghentikan atau mengurangi
perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki serta dapat meneruskan atau meningkatkan
perilaku-perilaku yang dikehendaki.
Seperti digambarkan pada contoh-contoh di atas, guru dapat menumbuhkan perilaku-
perilaku yang dikehendaki pada diri siswa melalui penerapan penguatan positif dan
penguatan negatif. Dan guru mengurangi perilaku siswa yang tidak dikehendaki melalui
penerapan penghukuman dan penghilangan. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa penerapan pendekatan perubahan tingkah laku (behavior
modivication) mengandung prinsip.
15. Mengabaikan persetujuan atas tingkah laku yang tidak diinginkan, menunjukan
persetujuan atas tingkah laku yang diinginkan, itu sangat efektif menumbuhkan
tingkah laku yang baik pada siswa.
Menunjukan persetujuan atas tingkah laku yang baik merupakan kunci pengelolaan
kelas yang efektif. Untuk lebih jelasnya, coba Anda perhatikan diagram prinsip
penguatan tingkah laku berikut ini:
Prinsip-prinsip dasar pendekatan perubahan perilaku (dalam Punaji, 1999) adalah sebagai
berikut:
a. Perilaku dibentuk melalui konsekuensinya, bukan oleh penyebab-penyebab masalah
pada diri individu atau kondisi-kondisi kelompok
16. b. Perilaku diperkuat oleh penguatan-penguatan secara langsung. Pengukuhan secara
positif berupa penghargaan dan ganjaran. Pengukuhan-pengukuhan negatif
mengurangi atau menghentikan sesuatu yang tidak disukai siswa. Misalnya siswa
ditegur oleh guru, siswa dituntut agar berperilaku sesuai dengan aturan kelas dan
kemudian guru menghentikan teguran itu. Dalam situasi pengukuhan yang bersifat
negatif siswa berperilaku secara demikian sehingga menghindari stimuli yang tidak
dikehendaki (mengomel, menggurutu dan ancaman) dan lingkungan
c. Perilaku itu diperkuat oleh pengukuhan yang sistematis (positif atau negatif).
Perilaku itu lemah jika tidak diikuti oleh penguatan
d. Pembelajar merespon lebih baik terhadap pengukuhan yang bersifat positif daripada
hukuman (stimuli yang dihindari). Hukuman dapat dipakai untuk mengurangi
perilaku yang tidak sesuai, tetapi dilakukan secara hati-hati
e. Apabila seorang pembelajar tidak mendapat ganjaran dari perilaku yang memadai
atau perilaku adaptif, maka perilaku yang tidak sesuai atau mal-adaptif mungkin
menjadi semakin dominan dan akan dipakai sebagai alat untuk memperoleh
penguatan
f. Penguatan yang bersifat konstan yaitu penguatan dari suatu perilaku yang dilakukan
atau terjadi setiap saat, menimbulkan hasil yang amat baik, khususnya dalam
mempelajari sesuatu yang baru atau situasi yang dipersyaratkan
g. Pada saat perilaku telah dipelajari lebih baik dipelihara melalui pengukuhan yang
bersifat sementara yaitu pengukuhan tentang suatu perilaku yang hanya terjadi secara
berkala
h. Jadwal pengukuhan yang sementara mencakup:
Variable ratio yang memberikan penguatan dalam interval yang tidak dapat
diprediksi
17. Fixed Ratio yang memberikan penguatan setelah sejumlah respon yang
diberikan sebelumnya
Fixed Interval pemberian penguatan dalam interval yang diberi sebelumnya
(Biehler & Snowman dalam Punaji, 1999)
i. Ada beberapa tipe penguat masing-masing bersifat positif atau negatif. Contoh
penguatan positif adalah:
Penguatan sosial seperti komentar-komentar yang bersifat verbal, ekspresi
wajah dan gerakan-gerakan tubuh
Pengukuhan grafis kata-kata yang bernada dorongan secara tertulis, tanda
bintang dan tanda check
Pengukuhan yang bisa diamati kue, lencana bagi anak-anak, sertifikat bagi
orang dewasa
Pengukuhan yang berkaitan dengan aktivitas mengawasi atau duduk dekat
guru dan bekerja bersama teman (Charles dalam Punaji, 1999)
j. Aturan-aturan ditetapkan dan ditegakkan. Pebelajar yang mematuhi aturan mendapat
ganjaran dan penghargaan dalam beberapa bentuk. Pebelajar yang melakukan
pelanggaran tehadap aturan atau mengabaikan akan diberi peringatan untuk
berperilaku yang sesuai atau hukuman secara langsung. Pemberian hukuman
terhadap pelaku pelanggaran berbeda menurut perbedaan variasi pendekatan
perubahan perilaku (Reese dalam Punaji, 1999)
4. Strategi Pendekatan Behavior Modification
Guru menyadari bahwa pujian dan dorongang semua adalah pendorong sosial yang
sangat kuat. Pendekatan perubahan perilaku menawarkan sejumlah strategi
18. managerial kepada guru yang semuanya mengandung penggunaan dorongan. Berikut
ini merupakan strategi-srategi yang ditawarkan dalam memanajemeni kelas.
a. Mempergunakan model
Model adalah proses dimana peserta didik dengan mengamati cara berperilaku
orang lain mendapatkan perilaku yang baru. Sebagai suatu strategi manajemen,
model dapat dipandang suatu proses dimana guru melalui tingkah lakunya
menampilkan nilai dan sikap, yang dikehendaki, dimiliki, dan ditampilkan oleh
peserta didik.
b. Mempergunakan pembentukan
Pembentukan adalah suatu prosedur dimana guru meminta pesrta didik
menampilkan serangkaian perilaku yang mendekati atau mirip dengan perilaku
yang diinginkan. Dan setiap kali peserta didik menampilakan perilaku yang
mendekati itu guru memberikan dorongan kepada peserta didik sehingga ia
mampu secara konsisten perilaku yang diinginkan tersebut. Jadi pembentukan
adalah pembentukan perilaku yang dipergunakan untuk mendorong
perkembangan perilaku yang baru.
c. Mempergunakan sistem hadiah
Sistem hadiah biasanya terdiri-dari tiga unsur yang dimaksudkan untuk
menghubah perilaku sekelompok peserta didik unsur-unsur itu berupa
1. Seperangkat instruksi tertulis yang disiapkan dengan teliti, yang
menggambarkan perilaku peserta didik yang hendak dikuatkan atau didorong
oleh guru.
2. Suatu sistem yang dirancang dengan baik untuk menghadiahkan barang yang
menghadiahkan barang kepada peserta didik yang menampilakan perilaku
yang sesuai.
19. 3. Seperangkat prosedur yang memberikan kesempatan pada peserta didik saling
bertukar hadiah yang mereka peroleh sebgai penghargaan, atau memberikan
kesempatan yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial.
d. Mempergunakan kontrak perilaku
Kontrak perilaku adalah suatu persetujuan guru dan peserta didik yang
berperilaku menyimpang. Persetujuan itu menentukan perilaku yang dipersetujui
oleh peserta didik untuk ditampilkan dan kemungkinan-kemungkinan
konsekuensinya apabila peserta didik menempilkan perilaku-perilaku tersebut.
Kontrak adalah suatu kesepakatan antara guru dan peserta didik yang merinci apa
yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik dan ganjaran atau konsekuaensi
yang diperolehnya apabila melakukan hal-hal yang disepakati itu.
e. Mempergunakan jatah kelompok
Pergunakan jatah kelompok adalah penggunaan prosedur dimana konsekuensi
tidak hanya tergantung kepada perilaku seseorang pesrta didik sendiri, melainkan
kepada perilaku kelompoknya. Penghargaan terhadap setiap anggota kelompok
tergantung pada perilaku salah seorang atau lebih atau pada perilaku seluruh
anggota kelompok lainnya.
f. Penguatan alternatif yang tidak serasi
Penyuluhan perilaku adalah suatu proses yang meliputi pertemuan pribadi antara
guru dan peserta didik. Penyuluhan perilaku ini bertujuan untuk membantu
peserta didik yang berperilaku menyimpang mengetahui bahwa perilakunya tidak
sesuai dan merencanakan perubahan. Pertemuan seperti itu akan membantu
peseta didik memahami hubungan antara tindakannya dengan konsekuensinya
dan mempertimbangkan tindakan-tindakan alternatif yang mungkin dapat
mengahasilkan konsekuensi yang diinginkan.
20. g. Mempergunakan penyuluhan perilaku
Penilaian perilaku adalah suatu proses yang meliputi pertemuan pribadi antara
guru dan peserta didik. Penyuluhan perilaku ini dimaksudkan untuk membantu
peserta didik yang berperilaku menyimpang mengetahui bahwa perilakunya tidak
sesuai dan merencanakan perubahan. Pertemuan seperti itu akan membantu
peserta didik memahami hubungan antara tindakannya dengan konsekuensinya,
dan memepertimbangkan tindakan-tindakan alternatif yang mungkin dapat
menghasilkan konsekuensi yang diinginkan.
h. Mempergunakan pemantauan sendiri
Pemantauan diri sendiri diartikan sebagai pengelolaan diri sendiri dimana peserta
didik mencatat aspek-aspek perilakunya agar ia dapat merubahnya. Pemantauan
diri sendiri secara sistematis akan meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap
perilaku yang diharapkan dihilangkan atau dikurangi. Pemantauan diri sendiri
meningkatkan kesadaran diri sendiri melalui pengamatan atas dirinya.
i. Mempergunakan syarat
Isyarata dalah suatu proses untuk merangsang berbuat atau tindakan
mengingatkan secara verbal atau nonverbal yang digunakan oleh guru kepada
peserta didik. Hal ini dilakukan apabila ia merasa peserta didiknya berperilaku
menyimpang. Suatu isyarat dapat digunakan untuk mendorong atau mencegah
perilaku tertentu. Berlainan dengan pendorong, isyarat mendahului respon.
21. BAB II
METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN JENIS PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Ciri-ciri penelitian
kualitatif (Suharsimi, 2010) yaitu: (1) tidak mengemukakan hipotesis sebelumnya, tetapi
dapat lahir selama penelitian berlangsung, (2) mempunyai latar belakang alami sebagai
sumber data langsung, yakni situasi kelas penelitian yang bersifat wajar adanya, tanpa
dimanipulasi, (3) bersifat deskriptif, karena data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata
atau kalimat bukan berbentuk angka, (4) lebih mementingkan proses dari pada hasil
karena yang diteliti terlihat jelas didalam proses, (5) makna merupakan hasil yang
esensial karena perhatian penelitian terpusat pada siswa, (6) kegiatan pengumpulan data
selalu harus dilakukan sendiri oleh peneliti, (7) desain penelitiannya adalah fleksibel
dengan langkah dan hasil yang tidak dapat dipastikan sebelumnya. Sesuai dengan ciri-ciri
tersebut jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
B. KEHADIRAN PENELITI
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana,
pengumpul, penganalisis, penafsir data, dan sebagai pelapor hasil penelitian. Selama
penelitian ini penulis bertindak sebagai perencana penelitian yang mengumpulkan data,
melaksanakan penelitian, menganalisis data dan melaporkan hasil penelitian.
C. LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SDN Semen 5 Jalan Kawi no 1, Kecamatan Gandusari
Kabupaten Blitar
22. D. SUMBER DATA
Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan pihak sekolah,
hasil observasi secara langsung, hasil dokumentasi serta angket yang dibagikan kepada
siswa sebagai bahan rujukan teori peneliti menggunakan kajian teori yang tertera dalam
BAB I.
E. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Dalam hal ini, peneliti menggunaan metode pengamatan (observasi)
dan dokumentasi
1) Observasi
Yang dimaksud dengan metode observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan
data yang di inginkan dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung.
Observasi meliputi observasi sistematis dan observasi non sistematis. Observasi
sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
instrumen pengamatan. Sedangkan observasi non sistematis adalah observasi yang
dilakukan oleh peneliti tanpa menggunakan instrumen pengamatan.
Penulis menggunakan observasi sistematis yang menggunakan pedoman berupa
format observasi.
2) Wawancara
Wawancara adalah metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan secara lisan. Sebelumnya dilakukan penyusunan daftar pertanyaan yang
akan diajukan pada narasumber.
23. 3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode penelitian ilmiah yang menggunakan dokumen-dokumen
sebagai bahan acuan untuk kepentingan penelitian. Metode dokumentasi dalam
penelitian ini adalah mencari data-data mengenai pendekatan manajemen kelas
behavior modification di SDN Semen 5 Blitar.
4) Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Metode ini untuk
mengetahui perlakuan yang diberikan guru kepada siswa-siswi SDN Semen 5 Blitar.
F. ANALISIS DATA
Analisis data menurut Patton adalah Proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Langkah-
langkah yang kami lakukan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Mereduksi Data
Mereduksi data dilakukan setelah semua data dari hasil observasi dan dokumentasi
terkumpul.
2. Penyajian Data
Data yang sudah diperoleh dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan tabel,
sehingga dapat terlihat dengan jelas implementasi teori dalam pelaksanaannya di
lapangan/sekolah.
3. Penarikan Kesimpulan, Verifikasi, dan Refleksi
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah selesai proses observasi dan wawancara,
yang selanjutnya dilakukan verifikasi atau pengecekan keabsahan data. Dari data-
data tersebut dilakukan refleksi sehingga diperoleh kesimpulan akhir.
24. G. TAHAP – TAHAP PENELITIAN
Alur penelitiannya meliputi beberapa tahap sebagai berikut:
1. Studi literatur
Sebelum melaksanakan penelitian, perlu membekali diri sendiri dengan beberapa
literatur yang tepat dan akurat, sehingga ketika melaksanakan penelitian di lapangan
dapat dengan mudah mencocokkan atau mengimplementasikan teori dengan
prakteknya.
2. Perencanaan tindakan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan daftar pertanyaan yang akan diajukan ke SD
beserta daftar cheklisnya.
3. Observasi, wawancara dan angket
Penelitian ini dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara langsung dengan
kepala sekolah dan tenaga kependidikan yang bersangkutan serta angket yang
diberikan kepada siswa-siswi kelas 4 dan 5 SDN Semen 5 Blitar.
25. BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Hasil Wawancara dan Dokumentasi
Secara umum pendekatan pembelajaran terutama dalam pendekatan pengubahan di
SDN Semen 5 Blitar sudah terlaksana dengan baik. Hal ini diperoleh dari hasil observasi,
wawancara, serta penyebaran angket di kelas 4, 5 serta pengamatan pembelajaran di kelas
3 SD sebagai sampelnya.
Adapun hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru dan siswa
adalah sebagai berikut.
Wawancara dilakukan kepada wali kelas V di SDN Semen 5 yaitu Bapak Sunarji S.Pd.
hasilnya sebagai berikut.
1. Bagaimana cara guru menciptakan suasana agar siswa betah di dalam kelas?
Jawab :
Dengan cara memberikan motivasi kepada anak supaya betah belajar didalam
kelas. Sejauh ini motivasi yang diberikan berupa kalimat-kalimat motivasi dan
motivasi tertulis yang ditempel di dinding kelas, menghargai hasil karya siswa
dengan cara menempel pekerjaan siswa yang baik di mading kelas. Menciptakan
ruangan kelas yang nyaman untuk belajar dengan cara menghiasi kelas dengan
pajangan hasil karya siswa, foto pahlawan, media pembelajaran,dll. Semuanya
ditata dengn rapi sehingga indah untuk dipandang
26. 2. Apakah di sekolah ini terdapat perilaku siswa yang menyimpang? Bila ada berupa
perilaku seperti apa?
Jawab:
Mengenai perilaku menyimpang siswa pasti ada namun perilaku tersebut masih
pada batas kewajaran kenakalan anak. Perilaku tersebut berupa tidak mengerjakan
PR, ramai dalam kelas, bertengkar dengan teman, main PS berlebihan, tidak
membawa peralatan sekolah,ada aeorang siswa merokok, dll.
3. Bagaimana cara guru untuk mengubah perilaku siswa yang kurang sesuai?
Tindakan yang dilakukan guru untuk mengubah perilaku tersebut ialah.
a. Guru berperan sebagai model yang baik bagi siswa dengan cara memberikan
contoh perilaku yang baik yang biasa dilakukan di masyarakat.
27. b. Memberikan hukuman kepada siswa berdasarkan tingkat kesalahannya.
Misalkan jika tidak mengerjakan pr maka siswa dihukum mengelilingi
lapangan, dicubit, dipukul dengan kemoceng dan buku, tidak membawa buku
dihkum dengan cara di penceng hidung. Berkeliaran di dalam kelas diberi
hukuman di jiwit, jalan jongkok bagi siswa yang terlambat.
4. Apakah guru juga memberi penguatan kepada siswa saat pembelajaran? Dalam
bentuk apa penguatan tersebut?
Jawab:
Iya, penguatan selalu diberikan kepada siswa. Penguatan yang diberikan berupa
kata-kata motivasi, kata-kata pujian, pemberian hadiah kepada siswa yang
memperoleh ranking 1,2, dan 3 hadiahnya berupa buku tulis, pemberian hadiah
berupa uang kepada siswa kelas 6 yang memperoleh nilai 10 di UASBN.
5. Apakah siswa pernah diberi kebebasan dalam menentukan permainan saat
pembelajaran?
Jawab:
Tidak pernah, sering kali pengkonsepan pembelajaran selalu dari guru.
28. 6. Bagaimanakah cara menentukan waktu yang tepat untuk memberi penguatan
kepada siswa?
Jawab:
Penguatan selalu diberikan kepada siswa setiap saat dan penguatan ini selalu
diberikan kepada siswa atas tindakan positif yang dilakukan.
7. Apakah guru pernah memberi pujian kepada siswa? Kapan pujian itu diberikan?
Bagaimana bentuk pujian yang diberikan tersebut?
Jawab:
Iya pernah, guru selalu memberikan pujian atas tindakan siswa, pujian tersebut
sebagai apresiasi positif dari guru. Pujian selalu diberikan setiap saat kepada siswa.
Contoh bentuk pujian tersebut yaitu bila siswa mendapat nilai bagus guru
memberikan pujian “Wah Pintar, hebat,Pertahankan ya, bagus nak” dll.
8. Apakah guru pernah menghukum siswa? Kapan hukuman diberikan kepada siswa?
Bagaimana bentuk hukuman tersebut?
Jawab:
Iya, saya pernah menghukum siswa. Hukuman diberikan apabila siswa melakukan
kesalahan dan perbuatan yang menyimpang. Bentuk hukuman yang diberikan
berupa kata-kata menggertak, cubitan, jewer, jalan jongkok, lari keliling
lapangan,dll.
9. Apakah terjadi perubahan tingkah laku siswa ketika dipuji atau pun dihukum?
29. Ada, yaitu bila siswa diberikan pujian maka dia akan mempertahankan perilaku
baiknya bahkan berusaha untuk meningkatkan prestasi tersebut. Sedangkan bagi
siswa yabng menerima hukuman dia akan merasa jera akan hukuman tersebut
sehingga terjadinya kesalahan dapat diminimalisir.
10. Apakah dengan menghentikan pujian yang sebelumnya diberikan akan mengurangi
semangat siswa dalam belajar?
Jawab:
Sejauh ini pujian tidak pernah dihentikan, pujian selalu diberikan kepada siswa
setiap kali siswa berlaku baik.
11. Apakah dengan menghentikan hukuman yang sebelumnya diberikan akan
menambah semangat siswa dalam belajar?
Jawab:
Hukuman selalu diberikan kepada siswa berdasarkan tingkat kesalahannya namun
hukuman tersebut juga disertai dengan arahan dari guru.
12. Apakah guru memberlakukan beberapa peraturan yang harus dipatuhi siswa saat di
kelas? siapakah yang membuat peraturan tersebut? Apakah siswa dilibatkan dalam
pembuatan peraturan?
Jawab:
Iya, peraturan inti yang harus dibuat oleh guru sedangkan kesepakatan kelas diatur
oleh kesepakatan kelas. Siswa hanya dilibatkan pada pembuatan peraturan kelas
contohnya siswa menyepakati adanya pemberian hukuman kepada siswa yang
ramai karena siswa merasa terganggu oleh siswa yang ramai tersebut.
30. 13. Metode apa yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar?
Jawab :
Dalam pembelajaran di kelas guru menggunakan beberapa metode diantaranya
ceramah, tanya jawab, demonstrasi, drill soal, pemberian tugas dan pembelajaran
di luar kelas untuk IPA, IPS, OR
B. Hasil dokumentasi yang lain
Gambar proses wawancara terhadap narasumber yaitu Bapak Sunarji selaku wali kelas 5
SDN Semen 05 Blitar
31. Gambar foto bersama kelas 5 dan kelas 4
Gambar pembiasaan yang positif bagi perilaku siswa dengan cara berjabat tangan
meskipun bukan kepada guru di sekolah mereka.
Gambar saat siswa-siswi mengisi angket
32. Gambar siswa yang ranking 1 dan 2
Gambar siswa yang sedang menjawab pertanyaan wawancara
C. Hasil Angket
Berdasarkan hasil angket yang telah diberikan kepada siswa kelas 4 dan 5 SDN Semen 5
Blitar menunjukkan bahwa.
1. Sebagian besar dari mereka suka belajar dikelas.
2. Guru pernah siswa apabila siswa tidak mengerjakan PR.
3. Sebagian besar siswa pernah dipuji guru ketika berbuat baik.
4. Guru memberikan hadiah kepada siswa yang mendapat nilai bagus.
5. Siswa selalu belajar di dalam kelas.
6. Semua siswa suka dengan penampilan guru mereka.
7. Sebagian besar siswa senang diajar oleh guru.
33. 8. Siswa selalu berjabat tangan ketika bertemu guru.
Gambar ketika siswa mengisi angket
34. BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pelaksaan pembelajaran guru SDN Semen 5 Blitar menerapkan beberapa teori
Behavior Modification. Guru melakukan beberapa pengontrolan kepada siswa-siswanya
supaya mereka berperilaku dan bersikap sesuai dengan apa yang diinginkan, karena
seringkali siswa menunjukkan sikap yang tidak sesuai dengan norma seperti bertengkar
dengan teman, menggangu kelancaran belajar seperti berbuat gaduh dikelas, serta perilaku
lain yang tidak sesuai ditunjukkan oleh anak seumuran mereka seperti merokok. Beberapa
kebiasaan siswa yang lain juga akan menggangu jalannya pelajaran karena ada anak yang
tidak mengerjakan PR dan tidak membawa peralatan sekolah. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut guru berusaha menjadi model yang baik bagsi siswa tetapi selain itu juga
memberikan penguatan negatif dan pemberian hukuman agar siswa memunculkan sikap yang
diinginkan.
Dengan adanya tindakan penghukuman yang dilakukan guru menyebabkan beberapa
siswa jera dengan kesalahan yang mereka lakukan tetapi tetap saja kadangkala masih saja
muncul tindakan-tindakan yang tidak diinginkan. Kejadian ini menyebabkan guru tidak
pernah menghentikan tindakan penghukuman. Penghukuman selalu diberikan ketika siswa
berbuat salah. Beberapa penghukuman yang sering diberikan guru adalah dengan cara
mencubit, lari mengelilingi lapangan, jalan jongkok, dipukul dengan menggunakan penggaris
dari kayu, dan dengan cara memencet hidung. Penghukuman-penghukuman tersebut
diberikan sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan siswa. Ketika guru memberikan
hukuman,beliau juga memberikan nasihat ataupun arahan yang baik supaya siswa tidak
mengulangi kesalahannya lagi.
35. Selain pemberian hukuman, dalam proses belajar mengajar pastinya tidak mungkin
siswa selalu menampilkan sifat yang jelek, siswa juga memunculkan sifat-sifat yang baik.
Untuk terus memupuk, mempertahankan dan meningkatkan sifat positif tersebut, maka guru
memberikan penguatan positif. Penguatan positif itu dapat berupa ucapan ataupun benda
konkrit. Penguatan positif ucapan itu misalnya berupa pujian kepada siswa sehingga siswa
semakin bersemangat dan berusaha mempertahankan perilakunya, contoh pujiannya yaitu: “
Wah pintar”. “Bagus”, “ Tulisannya Rapi sekali”, “Hebat sekali”, dll. Sedangkan penguatan
positif yaang berupa benda konkrit yaitu pemberian hadiah kepada siswa yang mendapat
peringkat 1,2, dan 3, serta mendapat nilai 100 ketika UASBN.
Selanjutnya mengenai pelaksanaan manajemen kelas di sekolah ini, pada umumnya
menerapkan pendekatan pengubahan perilaku yang masih bersifat konvensional. Meskipun
cukup efektif untuk membentuk perilaku siswa yang sesuai dengan aturan, namun pendekatan
ini juga berdampak pada fisik dan psikis anak karena cenderung menggunakan hukuman fisik
pada anak yang berbuat salah atau melanggar aturan. Pendekatan ini akan mencapai hasil
yang optimal apabila digunakan dengan cara yang bijak dalam menentukan jenis dan waktu
pemberian tindakan dari prinsip-prinsip pendekatan behavior modification.
36. BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Penekanan Teori Behviorisme adalah perubahan tingkah laku setelah terjadi proses
belajar dalam diri siswa. Teori Belajar Behavioristik mengandung banyak variasi dalam sudut
pandangan. Pelopor-pelopor pendekatan Behavioristik pada dasarnya berpegang pada
keyakinan bahwa banyak perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar dan karena
itu, dapat diubah dengan belajar baru. Behavioristik berpangkal pada beberapa keyakinan
tentang martabat manusia, yang sebagian bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak
psikologis, yaitu :
1. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia
mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah.
Berdasarkan bekal keturunan atau pembawaan dan berkat interaksi antara bekal
keturunan dan lingkungan, terbentuk pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri
khas dari kepribadiannya.
2. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri,menangkap apa yang
dilakukannya, dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku
yang baru melalui suatu proses belajar.
4. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi oleh
perilaku orang lain.
37. DAFTAR RUJUKAN
Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: DIKTI
El-Ghaniy, Arini. 2009. Saat Anak Harus Dihukum. Jogjakarta: POWER BOOK (IHDINA)
Fadli. 2010. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK JOHN WATSON (1878 – 1958), (Online),
(http://fadlibae.wordpress.com/2010/03/24/teori-belajar-behavioristik-john-watson-1878-
1958/, diakses 11 Nopember 2011)
Nuryadi. 2009. Teori Belajar B.F Skinner dan Aplikasinya, (Online),
(http://made82math.wordpress.com/2009/06/05/teori-belajar-b-f-skinner-dan-aplikasinya/,
diakses 11 Nopember 2011)
Sunanto, J. (2006). Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press.
Setyosari, Punaji. 1999. Pendekatan-pendekatan Manajemen Kelas. Malang: UM FIP TEP
Yuwono, J. (2009). Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan Empirik). Bandung:
Alfabeta.
38. Lampiran 1
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA GURU
1. Bagaimana cara guru menciptakan suasana agar siswa betah di dalam kelas?
2. Bagaimana cara guru untuk mengubah perilaku siswa yang kurang sesuai?
3. Apakah guru juga memberi penguatan kepada siswa saat pembelajaran? Dalam
bentuk apa penguatan tersebut?
4. Apakah siswa pernah diberi kebebasan dalam menentukan permainan saat
pembelajaran?
5. Bagaimanakah cara menentukan waktu yang tepat untuk memberi penguatan kepada
siswa?.
6. Apakah guru pernah memberi pujian kepada siswa?. Kapan pujian itu diberikan?
Bagaimana bentuk pujian yang diberikan tersebut?
7. Apakah guru pernah menghukum siswa? Kapan hukuman diberikan kepada siswa?
Bagaimana bentuk hukuman tersebut?
8. Apakah terjadi perubahan tingkah laku siswa ketika dipuji atau pun dihukum?
9. Apakah dengan menghentikan pujian yang sebelumnya diberikan akan mengurangi
semangat siswa dalam belajar?
10. Apakah dengan menghentikan hukuman yang sebelumnya diberikan akan menambah
semangat siswa dalam belajar?
11. Apakah guru memberlakukan beberapa peraturan yang harus dipatuhi siswa saat di
kelas? siapakah yang membuat peraturan tersebut? Apakah siswa dilibatkan dalam
pembuatan peraturan?
12. Metode apa yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar?
39. Lampiran 2
ANGKET
JAWABAN
NO PERNYATAAN
YA TIDAK
1. Saya senang belajar di kelas
2. Saya dihukum guru ketika saya tidak mengerjakan PR
3. Saya dipuji guru ketika berbuat baik
Saya pernah mendapat hadiah dari guru ketika mendapat
4.
nilai bagus
5. Saya pernah belajar di luar kelas bersama guru
6. Saya senang diajar guru
7. Saya suka dengan penampilan guru
8. Saya berjabat tangan ketika bertemu guru (salim)
40. Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI
NO POKOK-POKOK OBSERVASI CATATAN
1. Penampilan guru
2. Kebiasaan siswa (mis. Berbaris di depan
kelas sebelum masuk)
3. Bentuk-bentuk penguatan positif yang
dilakukan guru
4. Bentuk-bentuk hukuman yang ditemukan
5. Peraturan yang diberlakukan dikelas
6. Metode yang dilaksanakan di kelas
7. Kondisi kelas (mis. Murid pasif)