Dokumen tersebut merangkum teori belajar behavioristik yang menekankan perubahan perilaku yang dapat diamati sebagai manifestasi belajar. Teori ini menyoroti pengaruh lingkungan eksternal terhadap perubahan perilaku melalui penguatan daripada proses berpikir internal subjek. Dokumen ini juga membahas tokoh-tokoh kunci seperti Pavlov, Skinner, dan model-model pembelajaran yang dihasilkan seperti pembelajaran langsung dan belajar tuntas.
1. TEORI BELAJAR
“TEORI BEHAVIORISTIK”
Disusun oleh:
JENY AYU HARDIAH NINGRUM (1114040162)
SURYANA SYUAIB (1114040177)
ICP A
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013
2. A. TOKOH TOKOH TENTANG TEORI BEHAVIOURISTIK
"The behaviorist theory of stimulus-response learning, particularly as developed in
the operant conditioning model of Skinner, considers all learning to be the
establishment of habits as a result of reinforeement and reward" (Wilga Rivers,
1968, 73).
Through a trial-and-error process, in which acceptable uttarences are reinforced by
comprehension and approval, and un acceptable uttarences are inhibited by the lack
of reward, he gradually learns to make finer and finer discriminations until his
uttarences aproximate more and more dosely the speech of the community in which
he is growing up (Wilga M. Rivers, 1968; 73).
Basic strategies of language leaming within the seope of behaviorist theory are
imitation, reinforeement, and rewarding. However researches made on the
acquisition of learning have demonstrated that ehildren's imi ta tion of struetures
show evidenee of almost no innovation; morover children "vary eonsiderably in the
amount that they imitate" (L.M. Bloom, L. Hood, anid P.L. Light bown, 1974; 380-
420).
“the behaviorist perspective, associated with B. F. Skinner, holds that the mind at
work cannot be observed, tested, or understood; thus, behaviorists are concerned
with actions (behavior) as the sites of knowing, teaching, and learning” (p. 380).
(Zemke, 2002).
Behaviorist Theory maintains a focus on the change in observable behaviors as the
manifestations of learning. The theory emphasizes changes in behaviors due to the
influence and control of the external environment, rather than the internal thought
process of the subject (Merriam & Caffarella, 1999).
B. PENELITIAN DAN IMPLEMENTASI PADA TEORI BEHAVIOURITIK
a. Classical Conditioning, Ivan Pavlov (1849 – 1936)
Pavlov adalah seorang psikolog dari Rusia yang menemukan hubungan antara
stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung pada stimulus
yang diterima.
Pavlov melakukan percobaan pada seekor anjing. Pada tahap pertama anjing
tersebut dibiarkan lapar kemudian diberikan makanan, anjing tersebut mengeluarkan
liurnya. Tahap kedua anjing tersebut kembali dibiarkan lapar kemudian diberikan
3. makanan bersamaan dengan bel yang dibunyikan, anjing tersebut juga mengeluarkan
air liur. Pemberian makanan dengan cara ini dilakukan berkali – kali yang kemudian
pada tahap ketiga Pavlov mencoba membunyikan bel tanpa adanya makanan yang
diberikan dan dapat ditemukan ketika anjing tersebut mendengar bel yang berbunyi
maka anjing tersebut tetap mengeluarkan air liurnya sama seperti ketika diberikan
makanan.
Pavlov menarik kesimpulan bahwa baik hewan atau manusia memiliki respon
terhadap stimulus yang netral dan berarti (meaningful). Dalam percobaan diatas
menghubungkan antara bel (stimulus netral) dengan makanan dan responnya terhadap
suara. Dari contoh diatas Pavlov menyimpulkan bahwa stimulus sangat
mempengaruhi, sangat berhubungan dan sering menghasilkan respon psikologis pada
diri manusia.
b. Operant Conditioning, B. F. Skinner (1904 – 1990)
Tikus dibiarkan sendirian di dalam, berjalan ke sana ke mari menjelajahi
keadaan sekitar. Kadang-kadang tikus melihat pengungkit tersebut dan menekannya.
Penekanan pertama disebut dengan peringkat dasar. Setelah menentukan peringkat
dasar, perilaku eksperimen menggerakkan bubuk makanan, sehingga setiap kali tikus
menekan pengungkit, bubuk makanan akan jatuh ke piring makanan dan tikus akan
memakannya. Makanan berfungsi sebagai reinforcement (penguat) bagi perilaku
penekanan pengungkit sehingga perilaku penekanan pengungkit tersebut akan
meningkat frekuensinya.
Bila makanan tidak dialirkan ke piring saat tikus menekan pengungkit (proses
pemadaman atau extinction), maka frekuensi perilaku menekan pengungkit akan
melemah. Proses diskriminasi juga dapat diterapkan pada pengkondisian operan ini,
yaitu dengan memasangkan penekanan pengungkit dengan nyala lampu. Jadi
makanan hanya akan diberikan bila tikus menekan pengungkit dan lampu menyala.
Bila lampu mati, meskipun tikus menekan pengungkit, makanan tidak akan mengalir.
Dengan demikian terbentuklah penguatan selektif yang mengkondisikan tikus untuk
menekan pengungkit hanya bila lampu menyala.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati
Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan.
Stimulus yang kemungkinan meningkatkan tingkah laku yang dihasilkan dan akan
selalu diulang disebut reinforcer (penguat). Reinforcer (penguat) bisa bersifat negatif
dan positif misalnya Punishment selalu memberikan efek yang merugikan, seseorang
yang diberikan punishment dengan frekuensi tertentu akan bersikap masa bodoh,
frustasi atau akan menjadi seorang yang agresif. Punishment dapat berupa memukul,
menegur, dipotong hak-haknya, dan diabaikan atau dipisahkan dari teman-temannya.
(Skinner 1972; Bahan NEST 2007) Dalam proses pembelajaran, implikasi teori ini
adalah guru akan terlebih dahulu menentukan apakah anak telah memiliki sebuah
konsep tertentu.
4. C. MODEL YANG DIHASILKAN
1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada
penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan
deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara
langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran
yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur
oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru
seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape
recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat
berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan
sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa
fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi).
Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil
(1996), sebagai berikut:
Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat
menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap
materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1)
kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan
tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan
dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan
kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5) menginformasikan
kerangka pelajaran.
Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa
konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1)
penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai
siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3)
pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan
langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang
sulit.
Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan.
Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik
terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang
benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga
digunakan oleh guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan
5. tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan
jika diperlukan.
Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri,
fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-
90% dalam fase bimbingan latihan.
2. Belajar tuntas (Mastery Learning)
Istilah belajar tuntas diangkat dari pengertian tentang apa yang disebut dengan
situasi belajar. Dalam situasi belajar terdapat aneka ragam kecepatan individu sebagai
peserta belajar ( baik murid maupun mahasiswa ).
Belajar tuntas (Mastery learning) adalah proses belajar mengajar yang bertujuan
agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa.
Dengan system belajar tuntas diharapkan program belajar mengajar dapat
dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan instruksional yang hendak dicapai dapat
diperoleh secara optimal sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien.
Secara operasional perwujudannya adalah: Nilai rata-rata seluruh siswa dalam satuan
kelas dapat ditingkatkan dan jarak antara siswa yang cepat dan lambat belajar menjadi
semakin pendek.
Tips Belajar Tuntas
1. Bagilah materi pembelajaran menjadi unit-unit kecil.
Dengan membagi materi pembelajaran menjadi unit-unit kecil, maka guru dapat
membuat penyajian yang berurutan secara logis, dan memudahkan mengevaluasi
penguasaan siswa pada setiap unit kecil itu.
2. Perhatikan perbedaan kecepatan belajar siswa.
Hal ini penting karena setiap individu siswa mempunyai kemampuan belajar yang
amat bervariasi. Bila siswa adalah individu yang cepat belajar, maka
pembelajaran dapat dibuat pada tataran yang lebih tinggi kualitasnya,
3. Adakan evaluasi formatif berkelanjutan dan terus-menerus.
Guru perlu melakukan tes formatif yang frekuensinya sering dan berkelanjutan.
Setiap unit kecil diakhiri dengan tes formatif untuk memantau dan mengevaluasi
pembelajaran yang telah atau sedang dilakukan
4. Bersikap selektif dalam pelaksanaan sistem belajar tuntas (mastery learning).
Hal ini disebabkan isu waktu pada sistem belajar tuntas ini.
D. KEKURANGAN DAN KELEMAHAN TEORI
1. Kelebihan
a. Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleks, dan daya tahan. Contoh : percakapan bahasa asing, mengetik,
menari, berenang, olahraga.
6. b. Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi
peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan
senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau
pujian.
c. Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan,
sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang
berasal dari luar dirinya
2. Kekurangan
a. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat
meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
b. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan
hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa ( teori skinner )
baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar , ejekan , jeweran
yang justru berakibat buruk pada siswa.
c. A weakness of behaviourism is that many of behaviourist theories have come
from being tested on animals; for example skinners experiments on operant
conditioning using pigeons. This makes the findings less valid because humans
are so much more complex than animals; animals only rely on basic natural
instincts: food, reproduction, survival. So the research may not actually be
applicable to humans. Nevertheless, carrying out research on animals means that
important theories can be tested that would otherwise be too unethical to test on
humans. As shown by Skinner’s research on operant conditioning that involved
pigeons locked in cages and first starved.
d. Another weakness is that because behaviourists believe all behaviour is learnt,
sometimes behavioural therapies for disorders cannot actually cure someone,
only remove certain behaviours caused by the disorder. For example if someone
was suffering from depression, a big part of depression is how the person thinks
but the behaviourist perspective may not be able to change the way someone
thinks because it ignores cognitive processes; meaning the actual underlying
cause for the disorder is still present. However for disorders that are learnt such
as phobias behaviourist treatments such as classical conditioning have been
shown to be very beneficial.
DAFTAR PUSTAKA
Bloom, L.M. (1974). "Imitations in Language Development: If, When, and
Why", Cognitive Psychology, pp. 380-420
Macharzina, K., Oesterle, M., & Brodel, D. (2003). Learning in multinationals.
In M. Dierkes, A.
7. Ivan Pavlov 1999 Journal of the experimental analysis of behavior
Rivers, M. Wilga (1968). Teaching Foreign Language Skil1s. Chicago: Chicago
University Press.
Skinner, B. F. (1948). Education in Walden Two. USA: Macmillan Publishing
Company, Inc. In O’neill, W. F. Zemke, R. (2002). A pocket guide to useful
learning theories [Electronic version]. Training, 39(9), 90-91.