2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Modifikasi Perilaku tentang
Teori Reinforcement dengan tepat waktu.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Teori Reinforcement. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik dan saran.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Samarinda, 14 September 2016
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Reinforcement Theory (Teori Penguatan).................................................................. 4
B. Teknik Reinforcement Dalam Modifikasi Perilaku.................................................... 5
C. Contoh Kasus ............................................................................................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 12
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika.
Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat
dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada
pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Setiap orang dapat memberikan perubahan pada
orang lain. Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon.
Perilaku dibagi dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif
diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan).
Upaya pemahaman dan perubahan tingkah laku sampai saat ini masih terus
dikembangkan. Seperti yang kita semua tau perilaku seseorang sebagian muncul karena
stimulus dari lingkungannya dan sebagian lagi adalah faktor internal dari manusiannya
sendiri. Kondisi individu yang berperilaku buruk dan menyimpang diharapkan akan dapat
diubah dengan penerimaan isyarat atau rangsangan yang diprogram
Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai
sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi
banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku
(behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlov (tahun
1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical
conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa
ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt. Teori belajar
behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan
5. 2
pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang
diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat reinforcement (penguatan) positif dan
perilaku yang kurang sesuai mendapat reinforcement (penguatan) negatif. Evaluasi atau
Penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Reinforcement (penguatan) adalah sebuah proses di mana konsekuensi, penguat,
diberikan setelah perilaku yang diinginkan untuk meningkatkan kemungkinan bahwa
perilaku akan terjadi lagi dalam kondisi yang sama. Penguatan dirancang untuk digunakan
secara sistematis dan kontinjensi. Ada banyak jenis reinforcers; yang dipilih berdasarkan
pada situasi tertentu. Setiap orang memiliki keinginan untuk diberikan penghargaan atas
yang telah dilakukannya. Melalui penghargaannya yang diberikan seseorang akan merasa
dihargai usahanya, penghargaan tidak selalu berupa materi akan tetapi bisa dilakukan
dalam bentuk-bentuk lain. Penghargaan tersebut bisa disebut juga sebagai reinforcement
(penguatan).
Reinforcement Theory ini merupakan suatu pendekatan psikologi yang sangat penting
bagi manusia. Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang itu dapat menentukan, memilih
dan mengambil keputusan dalam dinamika kehidupan. Teori ini bisa digunakan pada
berbagai macam situasi yang seringkali dihadapi manusia. Teori penguatan ini
mengatakan bahwa tingkah laku manusia itu adalah hasil kompilasi dari pengalaman-
pengalaman yang telah ditemui sebelumnya.
6. 3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud reinforcement (penguatan)?
2. Bagaimana pelaksanaan tehnik reinforcement (penguatan) dalam modifikasi perilaku?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui teori reinforcement (penguatan).
2. Untuk pelaksanaan tehnik reinforcement (penguatan) dalam modifikasi perilaku.
7. 4
BABII
PEMBAHASAN
A. Reinforcement Theory (Teori Penguatan)
Teori penguatan atau reinforcement theory of motivation dikemukakan oleh B. F.
Skinner (1904-1990) dan rekan-rekannya. Pandangan mereka menyatakan bahwa perilaku
individu merupakan fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya (rangsangan – respons —
konsekuensi). Teori ini didasarkan atas semacam hukum pengaruh dimana tingkah laku
dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang, sementara tingkah laku dengan
konsekuensi negatif cenderung untuk tidak diulang.
Teori ini berfokus sepenuhnya pada apa yang terjadi pada seorang individu ketika ia
bertindak. Teori ini adalah alat yang kuat untuk menganalisis mekanisme pengendalian
untuk perilaku individu. Namun, tidak fokus pada penyebab perilaku individu.
Dalam kehidupan sehari-hari peristiwa penguatan maupun penghilangan tingkah laku
banyak terjadi secara alamiah, yang disebut natural consequence. Namun dalam program
pengubahan tingkah laku, penguatan tidak dibiarkan terjadi secara alamiah, tetapi diatur
sedemikian rupa agar menjadi konskuen bagi tingkah laku yang ingin ditingkatkan atau
dipelihara. Kaidah penguatan tidak selamanya mudah dilakukan dan kadang rumit.
Seringkali suatu penguat positif begitu sangat ampuh, tetapi seringkali tidak efektif sama
sekali. Apa yang menjadi penguatan bagi seseorang dalam lingkungan tertentu, mungkin
sama sekali tidak punya arti apa-apa bagi orang lain. Kerumitan dalam memberikan
penguatan tersebut sebenarnya terjadi karena pengubah kurang cermat dalam mengamati.
Pada umumnya ada dua jenis penguatan, positif dan negatif. penguatan positif
mengacu pada peningkatan frekuensi perilaku mendatang karena penambahan stimulus.
Misalnya, kue diberikan kepada anak (penambahan stimulus) setiap kali ia duduk dengan
8. 5
benar, dan frekuensi anak duduk dengan benar akan meningkat. Di sisi lain, penguatan
negatif mengacu peningkatan frekuensi perilaku mendatang akibat penghapusan stimulus.
Sebagai contoh, sebuah lagu yang tidak enak didengar akan dimatikan (stimulus) setiap
kali anak bangun pagi, dan perilaku bangun pagi anak meningkat.
B. Teknik reinforcement dalam modifikasi perilaku
a. Penguatan Positif
Menurut Muh Uzer Usman (dalam Jumarin: 2005) teknik pemberian penguatan
agar efektif, yaitu:
1. Penguatan kepada pribadi tertentu yang jelas
2. Diberikan dengan segera atau langsung, yaitu setelah munculnya tingkah laku yang
diharapkan
3. Penguatan kepada kelompok
4. Penggunaan penguatan dengan bervariasi
Agar penguatan positif dapat berjalan efektif Soetarlinah Soekadji (dalam
Jumarin: 2005) mengemukakan beberapa hal yang harus dilakukan agar penguatan
positif dapat berjalan efektif, antara lain:
1. Menyajikan penguatan seketika
Penguatan diberikan segera setelah tingkah laku berlangsung akan lebih efektif
dibandingkan yang tertunda.
2. Memilih penguatan yang tepat
Tidak semua stimulus yang memenuhi kebutuhan fisiologis dapat menjadi
penguatan yang tepat. Setiap orang mempunyai selera sendiri-sendiri, dan setiap
situasi dapat menimbulkan perubahan selera.
9. 6
Soetirlah Soekaji (dalam Jumarin: 2005) menyatakan bentuk pilihan
penguatan yang dapat digunakan antara lain:
a) Makanan, semua orang menyukai makanan atau minuman yang cocok dengan
seleranya.
b) Benda-benda, setiap orang akan senang jika mendapatkan suatu benda yang
menarik, memiliki kenangan apalagi berharga.
c) Aktivitas atau acara, setiap orang senang melakukan suatu aktivitas sesuai
dengan minatnya, sehingga acara yang menyenangkan dapat dijadikan sebagai
penguatan.
d) Tindakan sosial, dihadirkan oleh orang lain dala konteks sosial, baik verbal
maupun non verbal. Contohnya seperti pujian, sapaan, komentar positif,
senyuman, anggukan, jabat tangan, dan lain-lain.
3. Mengatur Kondisi Situasional
Tidak setiap tingkah laku perlu diulang setiap waktu. Banyak tingkah laku yang
telah terbentuk dipelihara, ditingkatkan hanya cocok dilaksanakan pada kondisi
dan situasi tertentu.
4. Menentukan Kuantitas Penguatan
Suatu penguatan akan efektif apabila diberikan dalam kuantitas yang tepat yang
perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a) Jenis penguat yang akan diberikan
b) Keadaan deprivasinya (berapa lama penguat tidak diberikan atau diperoleh)
c) Usaha yang harus dilakukan untuk mendapatkan satu kali penguat
d) Kualitas tingkah laku yang sudah terbentuk. Jika tingkah lakunya terbentuk
relatif kuat, maka kuantitas penguatannya dapat dikurangi
10. 7
e) Faktor internal subyek yang diubah, seperti pengalaman-pengalamannya,
kesadarannya, dan sebagainya.
5. Memilih Kualitas dan Kebaruan Penguatan
Orang akan cenderung memilih sesuatu yang berkualitas tinggi, dan sesuatu yang
baru. Sesuatu yang baru cenderung menghilangkan kebosanan atau kejenuhan,
sehingga akan menjadi penguat yang baik.
6. Memberikan Sampel Penguatan
Terhadap sesuatu yang baru, belum dikenal atau sesuatu yang asing, sebagian
orang akan menghadapinya dengan senang penuh perhatian, tetapi ada pula yang
menghadapinya dengan keragu-raguan, kecurigaan bahkan ketakutan.
7. Menanggulangi Pengaruh Saingan
Beberapa reaksi yang berupa penguatan dari lingkungan terhadap tingkah laku
seseorang kadang lebih kuat daripada penguatan yang diberikan oleh pengubah,
bahkan ada yang saling bertentangan dan bersaing, sehingga menimbulkan konflik.
8. Mengatur Jadwal Penguatan
Pemberian penguatan harus diberikan dalam waktu yang tepat, kapan suatu tingkah
laku perlu mendapatkan penguatan. Jadwal pemberian penguatan dapat dilakukan
secara terus-menerus.
b. Penguatan Negatif
Pada penguatan negatif, meningkatnya atau kemungkinan berulangnya tingkah
laku yang diharapkan, disebabkan oleh dikurangi atau dihilangkannya stimulus yang
tidak mengenakkan sebagai konskuensi dari tingkah laku tersebut. Jadi tingkah laku
mendapatkan penguatan negatif, jika tingkah laku itu meningkat atau terpelihara
karena berkaitan atau dihilangkan suatu stimulus.
11. 8
Penguatan negatif ini dapat bermacam-macam bentuknya. Segala hal yang secara
potensial tidak menyenangkan dapat menjadi penguatan negatif. Namun perlu
dicermati bahwa setiap orang memiliki pandangan yang berbeda apakah suatu benda
atau perlakuan yang dijadikan penguatan itu menyenangkan atau tidak. Didiamkan,
disindir, tidak dihiraukan dan sebagainya dapat menjadi penguatan negatif yang
sifatnya sosial.
Dalam penerapan pengubahan tingkah laku, penggunaan penguatan negatif
hendaknya jangan terlalu sering, dan sebaiknya dikombinasikan dengan penguatan
positif sebagai penggantinya. Diantara keterbatasan penguatan negatif adalah:
1. Penyajian penguatan negatif seringkali tidak menyenangkan pengubah sendiri.
2. Penyajian stimulus aversi yang berulang-ulang seringkali menjadikan anak kebal.
3. Efek penguatan negatif seringkali berpengaruh pada tingkah laku yang bukan
menjadi sasarannya.
Tidak berbeda dengan penggunaan penguatan positif, maka penggunaan
penguatan negatif juga memerlukan pengamatan dan mempertimbangkan berbagai
faktor, seperti kuantitas dan kualitas, jenis, jadwal, dan sebagainya.
Ada dua tipe dari penguatan negatif :
1. Escape Conditioning
Yaitu pengondisian yang terjadi dikarenakan sesuatu yang negatif berhenti.
2. Avoidance Conditioning
Yaitu pengondisian yang dilakukan dengan cara menghindar dari sesuatu yang
negatif. Pengondisian ini terjadi karena perilaku mencegah terjadinya sesuatu
yang negatif.
12. 9
C. Contoh Kasus
Dalam suatu kelas yang terdiri dari 30 orang siswa ternyata sebagian besar dari siswa
di kelas prestasi akademik rendah di sekolahnya. Seorang guru yang memperhatikan hal
tersebut akhirnya memberikan tantangan dan hadiah kepada siswa-siswanya, yaitu jika
semua siswa di kelasnya mendapat nilai minimal 7 (tujuh) pada mata pelajaran tertentu
saat ujian akhir semester maka akan diadakan karya wisata keluar kota (reinforcement
positif).
Seorang ibu memarahi anaknya setiap pagi karena tidak merapikan tempat tidur,
tetapi suatu pagi si anak tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu
tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin membersihkan tempat
tidurnya diringi dengan berkurangnya frekuensi sikap kemarahan dari ibunya.
(reinforcement negative).
13. 10
BABIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan makalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Reinforcement (penguatan) merupakan usaha untuk memberikan stimulus kepada individu
yang menjadi konskuensi tingkah lakunya sehingga mengakibatkan tingkah laku baru
sering muncul, meningkat atau diperkuat.
Reinforcement ada dua, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negatif.
Penguatan positif adalah peristiwa atau sesuatau yang membuat tingkah laku yang
dikehendaki berpeluang untuk diulang-terjadi lagi. Penguatan negatif adalah peristiwa atau
sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki, peluang tingkah laku itu untuk
diulangi lebih kecil.
Agar penerapan penguatan positif efektif, maka perlu dipertimbangkan beberapa
syarat yaitu, penyajian penguatan seketika, memilih penguatan yang tepat, mengatur
kondisi situasonal, menentukan kuantitas penguatan, memilih kualitas dan kebaruan
penguatan, memberikan sampel penguatan, menanggulangi pengaruh saingan, mengatur
jadwal penguatan. Dalam penerapan pengubahan tingkah laku, penggunaan penguatan
negatif hendaknya jangan terlalu sering, dan sebaiknya dikombinasikan dengan penguatan
positif sebagai penggantinya. Diantara keterbatasan penguatan negatif adalah, penyajian
penguatan negatif seringkali tidak menyenangkan pengubah sendiri, penyajian stimulus
aversif (stimulus yang tidak menyenangkan) yang berulang-ulang seringkali menjadikan
anak kebal, efek penguatan negatif seringkali berpengaruh pada tingkah laku yang bukan
menjadi sasarannya.
Untuk contoh kasus di atas, penguatan positif terjadi saat guru memberikan tantangan
pada siswa-siswa dengan diiming-imingi reward, dengan konsekuensi akan terjadi
14. 11
perubahan pada proses belajar siswa-siswa tersebut agar mendapatkan nilai minimal 7
(tujuh) dalam mata pelajaran tertentu. Contoh kasus kedua yang diberikan penguatan
negatif adalah ketika ibu memarahi anaknya karena tidak merapikan tempat tidur saat
bangun pagi, ibu yang memarahi anaknya merupakan aversif atau stimulus yang tidak
menyenangkan, yang mana tujuannya adalah untuk membuat perilaku merapikan tempat
tidur sendiri tanpa harus dimarahi ibu.
15. 12
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2009. Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press
Jumarin, 2005. Tingkah Laku Manusia dan Pengubahannya. Yogyakarta: Talenta.
Roen, Ferry. 2012. Teori Penguatan. Diakses pada tanggal 14 September 2016, di
http://perilakuorganisasi.com/teori-penguatan.html
TARGET: TEXAS GUIDE FOR EFFECTIVE TEACHING REINFORCEMENT.
Journal Texas Statewide Leadership for Autism Updated 12/31/2009. Diakses pada
tanggal 14 September 2016, di https://www.gvsu.edu/cms4/asset/64CB422A-ED08-
43F0 F795CA9DE364B6BE/reinforcement.pdf