5. “Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat/tenang”
Depkes (2013)
6. Klasifikasi Menurut JNC 7
(Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluatin,
and Treatment of High Blood Pressure)
9. Agonis α-2
adrenergik
Clonidine, Metildopa, Reserpin
• Menghambat pelepasan Norepinefrin
(adrenergik)
• Jumlah Neurotrasmitter berkurang sehingga
reseptor tidak dapat diaktifkan
• Terjadi relaksasi otot polos arteri dan vena
• Efek samping yang umum adalah sedasi dan
mulut kering, karena bekerja do SSP maka
dapat menyebabkan depresi
10. β bloker
Adrenergik Kerja Beta Bloker
o Menghambat reseptor beta adrenergik
o Pengurangan denyut jantung dan
kontraktilitas miokard
o Propanolol, Atenolol, Labetolol, Acenolol
obat-obat yang menghalangi
norepinephrine (adrenaline)
mengikat pada reseptor-reseptor
beta pada syaraf adrenergik
11. Vasodilator
Hidralazin, Minoksidil
o Menurunkan tahanan perifer dengan dilatasi pembuluh darah
• arteri (hidralazin, minoxidil)
• arteri dan vena (nitroprusida)
o Kelemahan vasodilator :
• efek baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik dari
vasomotor sehingga meningkatkan denyut dan curah jantung dan
merangsang pelepasan renin. Oleh karena itu efek hipotensi dari
vasodilator langsung berkurang
o Penderita yang mendapatkan terapi ini, sebaiknya mendapatkan terapi
utama dengan diuretik dan bloker adrenergik.
o Efek samping: takikardia, sakit kepala, pusing
o Minoksidil dapat menyebabkan hipertrichosis reversibel pada tangan,
wajah, punggung dan paha.
12. α bloker
Adrenergik
Prazosin, terazosin dan doxazosin
Efek samping berat uang mungkin terjadi merupakan gejala awal yang ditandai
dengan hipotensi ortostatik.
Retensi air dan natrium dapat terjadi pada dosis yang lebih tinggi dan pemberian
kronik dosis rendah.
Efek samping pada SSP adalah gangguan tidur, mimpi yang jelas dan depresi
Bekerja menghambat reseptor alfa1
yang menginhibisi katekolamin pada
sel otot polos vaskular perifer yang
memberikan efek vasodilatasi.
13. Calsium Channel Bloker
Untuk dapat berkontrakasi, otot
memerlukan Calsium
Calcium channel blockers
menghalangi masuknya
calcium kedalam sel-sel otot dari
jantung dan arteri-arteri.
Calcium channel blocker
menurunkan tekanan darah
dengan:
1. Mengurangi kekuatan dari aksi
memompa jantung (kontraksi
jantung)
2. Mendilatasi sel-sel otot pada
dinding-dinding dari arteri-
arteri.
14. Dihidropiridin
Amlodipin, nifedipin
Non Dihidropiridin
Verapamil, diltiazem
Satu tipe adalah dihydropyridines, yang tidak memperlambat denyut
jantung atau menyebabkan denyut-denyut atau irama-irama jantung lain
yang abnormal (cardiac arrhythmias)
Dua tipe lain dari calcium channel blockers dirujuk sebagai agen-
agen non-dihydropyridine. Satu tipe adalah verapamil dan yang lainnya
adalah diltiazem.
15. ACE Inhibitor
Captopril, Enapril, Lisinopril
ACE inhibitors adalah obat-obat yang menghambat aktivitas dari enzim
ACE, yang mengurangi produksi dari angiotensin II (kimia yng sangat kuat
yang menyebabkan otot-otot yang mengelilingi pembuluh-pembuluh darah
untuk berkontraksi, jadi menyempitkan pembuluh-pembuluh)
ACE memiliki dua fungsi utama di tubuh :
1. fungsi pertama adalah sebagai katalisator angiotensin I menjadi
angiotensin II.
2. Angiotensin II merupakan senyawa vasokonstriktor kuat, sedangkan fungsi
ACE yang kedua adalah sebagai pengurai bradikinin (vasodilator kuat)
16. ARB
Angiotensin Receptor Bloker
Angiotensin II receptor blockers (ARBs) adalah obat-
obat yang menghalangi aksi dari angiotensin II dengan
mencegah angiotensin II mengikat pada reseptor-
reseptor angiotensin II pada pembuluh-pembuluh
darah.
Sebagai akibatnya, pembuluh-pembuluh darah
membesar (melebar) dan tekanan darah berkurang.
Losartan, Candesartan, Irbesartan
18. Ibu hamil tidak boleh menggunakan ACE-inhibitors maupun AT-II-reseptor
blockers karena teratogenik (terutama pada 6 bulan terakhir).
Captopril & enalapril : masuk ASI (jumlah kecil); obat lain belum cukup
data.
19. Diuretik
Zat-zat yang dapat memperbanyak
pengeluaran urine (diuresis) akibat pengaruh
langsung terhadap ginjal
21. Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorbsi ion-
ion Na+ sehingga pengeluarannya bersama air diperbanyak.
Meningkatkan ekskresi garam dan air, menghambat retensi garam
dan air yang sering dijumpai pada penggunaan antihipertensi lain
22. Diuretika dibagi menjadi 5 kelompok :
1. Loop Diuretik
2. Derivat Thiazid
3. Diuretik Hemat Kalium
4. Diuretik Osmosis
5. Inhibitor Karbonanhidrase
23.
24. Derivat Thiazid
Hidrochlorotiazid (HCT), klopamida, mefrusida
o Mekanisme kerja :
• bekerja pada tubulus distal, yaitu menurunkan reabsorpsi natrium (Na)
sehingga memperbanyak ekskresi Na dan Cl lewat urin
o Efeknya lemah dan lambat tetapi bertahan lebih lama (6-48 jam)
o Digunakan sebagai terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung.
o Obat ini memiliki kurva dosis efek datar sehingga bila dosis optimal dinaikkan lagi
maka efeknya tidak bertambah.
o Efek samping: hiponatremia, hipokalemia, hiperglikemia, hiperlipidemia,
hiperurisemia, hiperkalsemia, rash NO pada ibu hamil
25. Loop Diuretik
Furosemida, asam etakrinat, bumetanid
o Mekanisme kerja :
• Bekerja di lengkung Henle yaitu mengurangi reabsorpsi Cl dan
Na.
• Pengeluaran K dan air juga diperbanyak melalui urine.
o Efek samping: hiponatremia, hipokalemia, dehidrasi, hipotensi,
hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksik, diare
o Berkhasiat kuat dan cepat tetapi dengan masa durasi singkat (4-6
jam).
o Mempunyai kurva dosis efek meningkat dimana dengan
penambahan dosis akan meningkatkan efek diuresis
26. Diuretik Hemat Kalium
Spironolakton, amilorida dan triamteren
o Efek obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan
diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium.
o Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na+ dan ekskresi K+, proses ini
dihambat secara kompetitif oleh obat ini.
27. Diuretik Osmosis
Manitol
Obat ini hanya direabsorbsi sedikit oleh tubuli, hingga reabsorbsi air juga terbatas.
Efeknya adalah diuretik osmosis dengan ekskresi air kuat dan relatif sedikit dalam
mengekskresi Na+
28. Inhibitor Karbonanhidrase
Asetazolamida
Obat ini merintangi enzim karboanhidrase di tubuli proksimal sehingga
disamping karbonat, Na+ dan K+ diekskresikan lebih banyak bersama air
Khasiat diuretiknya lemah, setelah beberapa hari terjadi takifilaksis maka
perlu dipergunakan secara selang-selingg (intermitten)
29. Diuretik digunakan pada semua keadaan dimana
dikehendaki pengeluaran urine lebih banyak :
a. Udema
Suatu keadaan kelebihan air di jaringan
b. Hipertensi
Untuk mengurangi volume darah agar tekanan menurun
c. Gagal Jantung
Peredaran darah tidak sempurna sehingga air tertimbun dan terjadi udema
e. Batu ginjal
Untuk membantu mengeluarkan endapan kristal dari ginjal dan saluran kemih
30. Efek Samping penggunaan
Diuretika
1. Hipokalemia
2. Hiperuresemia
3. Hiperglikemia
4. Hiponatremia
5. Gangguan lain seperti gangguan lambung, mual
dan muntah, rasa letih, nyeri kepala dan pusing
32. Hypertensive conditions
during pregnancy berkontribusi
besar terhadap morbiditas dan mortalitas ibu
di seluruh dunia
• Di Amerika Serikat, Preeclampsia
menyumbang 15% sampai 17,6% kematian
ibu.
• Hipertensi mempersulit sekitar satu dari
setiap sepuluh Kehamilan
• Satu-satunya resolusi untuk preeklampsia dan
hipertensi yang diinduksi kehamilan atau
yang dikenal sebagai hipertensi gestasional,
adalah kelahiran janin dan plasenta.
33. Komplikasi tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol selama
kehamilan mempengaruhi banyak sistem organ dan dapat merugikan
ibu dan janin.
• Komplikasi ibu terhadap preeklampsia meliputi aktivitas kejang, abrupsio
plasenta, stroke, sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati dan
trombosit rendah), perdarahan hati, edema paru, gagal ginjal akut, dan koagulasi
intravaskular diseminata (DIC).
• Komplikasi janin dan neonatal meliputi pembatasan pertumbuhan intrauterine,
kelahiran prematur, berat lahir rendah, sindrom gangguan pernapasan neonatal,
peningkatan masuk ke unit perawatan intensif neonatal, dan kematian janin atau
neonatal
34. Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko
wanita terkena hipertensi atau preeklamsia yang
diinduksi kehamilan:
• Telah diketahui secara luas bahwa preeklamsia paling sering terjadi pada
kehamilan pertama wanita
• Wanita dengan riwayat preeklamsia lebih cenderung mengalami
kekambuhan pada kehamilan berikutnya
• Kehamilan kembar, seperti kembar atau kembar tiga, meningkatkan risiko
• Selain itu, kondisi kronis tertentu yang sudah ada sebelumnya
meningkatkan risiko wanita, termasuk diabetes mellitus, diabetes
gestasional, resistensi insulin, hipertensi kronis, obesitas, penyakit ginjal
kronis, lupus, dan kelainan jaringan vaskular atau ikat.
• Wanita di atas usia 35 tahun
35.
36. Fokus pengobatan
farmakologis
• Penatalaksanaan tanda dan gejala
sehingga kehamilan bisa berlangsung
lama dan kesehatan janin baik
• Pengobatan harus mengutamakan
keseimbangan antara keamanan ibu
dan janin
• Dengan meningkatnya umur kehamilan
maka risiko morbiditas dan mortalitas
bagi janin menurun, namun hal ini juga
harus mempertimbangkan kondisi ibu,
karena preeklamsia dapat berkembang
dengan cepat menjadi eklampsia,
sindrom HELLP, atau morbiditas lainnya.
37. Mengobati hipertensi diinduksi oleh kehamilan dan preeklampsia
memerlukan pengetahuan tentang mekanisme tindakan dan profil
keamanan dan kemanjuran obat.
Agen farmakologis antihipertensi yang umum digunakan meliputi :
• Labetalol,
• Hydralazine,
• Methyldopa,
• Nifedipin
38. Hydralazinemenurunkan
tekanan darah dengan mengurangi resistensi
vaskular sistemik melalui vasodilatasi arteriol
langsung.
• Digunakan untuk keadaan darurat hipertensi
maternal akut.
• Efek samping yang umum dari hydralazine
dapat terjadi sebagai mual, muntah, dan sakit
kepala pada hingga 50 persen pasien dengan
preeklampsia.
• Hydralazine dapat menyebabkan hipotensi ibu,
takikardia refleks, dan pembilasan.
• Penggunaan hidralazine pada ibu juga
dikaitkan dengan trombositopenia pada
neonatus
39. Labetalol adalah antagonis non-selektif pada reseptor adrenergik
alfa 1, beta 1, dan beta 2, dan disetujui FDA untuk pengobatan hipertensi dan
keadaan darurat hipertensi.
Labetalol lebih disukai daripada penghambat beta lainnya karena mendilatasi
arteriol dan menurunkan tahanan vaskular tanpa menurunkan curah jantung
secara signifikan.
Hipotensi, bradikardia, dan hipoglikemia adalah efek samping beta blocker yang
umum terjadi
40. Metildopa, α-metildopa, adalah agonis alfa adrenergik
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan mengurangi efek
sistem saraf simpatik.
Methyldopa sering digunakan untuk mengobati hipertensi selama
kehamilan.
Obat ini dapat diberikan melalui jalur intravena atau oral
Bayi perempuan yang diobati dengan methyldopa dirawat di unit
perawatan intensif neonatal lebih sering daripada yang terpapar
labetalol (22,4% berbanding 8%).
41. Calcium channel blockers menghambat saluran kalsium
tipe-L di sel otot polos jantung dan vaskular, yang memberikan efek
inotropik negatif pada jantung dan menyebabkan vasodilatasi, yang
menyebabkan penurunan resistensi vaskular sistemik.
Nifedipin dapat menyebabkan takikardia refleks, dan vasodilatasi
42.
43. Agen farmakologis yang dapat digunakan untuk
mencegah kejang dan
perkembangan eklampsia. Obat
yang paling umum digunakan adalah magnesium
sulfat (MgSO4), yang menurunkan kejadian kejang
hingga 50 persen.
• Magnesium sulfat belum dikaitkan dengan
morbiditas maternal atau janin yang signifikan
• Hal ini biasanya diberikan oleh rute intramuskular
atau intravena.
• Regimen intramuskular paling umum dengan dosis
awal intravena 4 g, segera diikuti oleh 10 g
intramuskular dan kemudian 5 g intramuskular
setiap 4 jam pada pantat.
44. Kelas obat antihipertensi tertentu tidak boleh digunakan
selama kehamilan
• Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEIs),
• Penghambat reseptor angiotensin II (ARBs)
• Beberapa beta-blocker, dan
• Diuretik
45. ACEIs and ARBs
• Dikaitkan dengan efek buruk pada pertumbuhan dan perkembangan
janin, termasuk gagal ginjal dan kematian janin
• Hasil penelitian dan studi pada trimester pertama kehamilan, ACEI
seperti lisinopril dikaitkan dengan peningkatan risiko malformasi janin
utama, termasuk kerusakan sistem saraf kardiovaskular dan sistem
saraf pusat.
• ARB memiliki informasi tentang penggunaan pada ibu hamil yang
terbatas, namun cara kerja ARB pada sistem renin-angiotensin-
aldosteron serupa dengan ACEI, risikonya dianggap sebanding dengan
ACEI.
46. • Beberapa beta-blocker seperti atenolol dan metoprolol
telah dikaitkan dengan peningkatan risiko pembatasan
pertumbuhan intrauterine.
• Penggunaan diuretik dapat mengurangi volume sirkulasi,
yang berpotensi menyebabkan hipovolemia dan penurunan
perfusi plasenta
48. ARITMIA merupakan gangguan ritme normal jantung karena terjadi
malfungsi sistem konduktivitas elektrik.
Malfungsi tersebut meliputi :
• Irama yang berasal bukan dari nodus SA
• Irama yg tidak teratur, walaupun berasal dr nodus SA
• Frekuensi < 60/mnt atau > 100/mnt
• Terdapatnya hambatan impuls, supra atau intra ventrikular
50. Klasifikasi Aritmia :
Didasarkan pada :
• Heart Rate bradiaritmia, takiaritmia
• Bradiaritmia
• Penurunan HR
• Umumnya terjadi akibat kerusakan jaringan jantung, penurunan
aktivitas sy simpatis dan peningkatan aktivitas sy parasimpatis
• Takiaritmia
• Peningkatan HR
• Terjadi karena adanya peningkatan dlm pembentukan impuls dan atau
peningkatan kecepatan penyebaran impuls
• Asal mula pembangkitan impuls sinus, atrial, nodal, supraventricular,
ventricular, reentry
• Pola fibrilasi, fluter, paroksismal
• Jenis aritmia yang sering ditemukan :
• Flluter atrium : kecepatan irama reguler yang dikeluarkan oleh jaringan atrium (220-350/ menit)
• Fibrilasi atrium : irama yang cepat dan tidak teratur dg frekuensi atrium 350-1000/menit
• Takikardi supraventrikular :iramanya yang cepat melibatkan nodus AV dan bagian dari jaringan
atrium
• Takikardi ventrikular : takikardi yang dapat mengurangi curah jantung
• Fibrilasi ventrikular : paling berbahaya dari semua aritmia karena tidak ada laggi curah jantung
51. Klasifikasi Obat aritmia dibagi menjadi empat kelas
1. Kelas 1 yang bekerja menghambat Kanal Ion Natrium yang bergantung
voltase
a. Kelas 1a Prokainamid, kuinidin, disopiramid
b. Kelas 1b Lidokain, fenitoin, tokainid
c. Kelas 1c Flekainid, propafenon
2. Kelas 2 yang bekerja sebagai beta bloker misalnya Propanolol
3. Kelas 3 yang bekerja sebagai penghambat kanal kalium contoh Bretilium,
amiodaron
4. Kelas 4 yang bekerja sebagai penghambat kanal calsium contoh
Verapamil dan Diltiazem
Obat anti aritmia lainnya
1. Adenosin
2. Digoksin
3. Atropin
52. Obat
Golongan
Kelas I
2. Kelas Ib
a. Lidokain diberikan secara intravena
digunakan pada terapi aritmia
ventrikular biasanya setelah infark
miokard akut
1. Kelas Ia
a. Disopiramid digunakan secara oral untuk
mencegah aritmia ventrikular berulang
o Mempunyai efek inotropik negatif
dan menyebabkan hipotensi
(pemberian IV)
o Efek samping mual dan muntah
o Retensi urin
b. Kuinidin efektif pada aritmia supraventrikel
dan aritmia ventrikular
o Penggunaan dibatasi karena
berpotensi bahaya pada jantung
3. Kelas Ic
a. Flekainid digunakan sebagai terapi
profilaksis fibrilasi atrium paroksimal
tetapi mempunyai efek inotropik
negatif menyebabkan aritmia
ventrikular yang serius
53. Obat
Golongan
Kelas II,III,IV
Golongan III
a. Amiodaron efektif digunakan pada kasus aritmia
supraventrikel dan aritmia ventrikular yang
penggunaannya terbatas pada pasien-pasien yang
tidak mendapat hasil efektif dengan pengobatan
lain
b. Efek samping yang ditimbulkan serius seperti
fotosensitifitas, gangguan tiroid, neuropathy dan
alveolitis paru
c. Sotalol merupakan mempunyai efek golongan III
yang sama tetapi mempunyai efek samping yang
sedikit dibanding amiodaron
Golongan II
• Golongan beta bloker seperti
propanolol, atenolol, sotalol
• Untuk aritmia yg ditimbulkan atau
diperburuk oleh stimulasi syaraf
otonom simpatis
• Bermanfaat pada aritmia yang
disebabkan oleh ansietas, stress, atau
olahraga
Golongan IV
a. Verapamil oral digunakan untuk
profilaksis takikardi supraventrikel
b. Verapamil sebaiknya tidak digunakan
bersama dengan beta bloker atau
kuinidin karena menyebabkan
akumulasi efek inotropik negatif
54. Obat
Golongan
Lain
Digoksin
• Pemberian digoksin digunakan untuk
fibralasi atrium dan flutter atrium
cepat yang tidak terkontrol
• Digoksin memperlambat dan
memperkuat denyut ventrikel
Adenosin
• Bekerja pada reseptor adenosin A1
• Secara intravena digunakan untuk
menghentikan takikardi
supraventrikular akut
Atropin
• Digunakan untuk keadaan bradikardi
sinus
57. Pengertian
Hiperlipidemiaadalah suatu keadaan dimana kadar lemak
(kolesterol, trigliserida, atau keduanya) dalam darah meningkat sebagai
manifestasi kelainan metabolisme atau transportasi lemak/lipid.
Seseorang dapat dikatakan mengalami hiperlipidemia jika memiliki lebih dari
satu kriteria berikut:
• Peningkatan kolesterol total (TC : Total Cholesterole)
• Peningkatan low density lipoprotein (LDL)
• Peningkatan trigliserida (TG)
• Penurunan High density lipoprotein (HDL)
58. Dalam sirkulasi darah, lipid tak beredar dalam bentuk bebasnya, melainkan
berikatan dengan protein membentuk lipoprotein.
Dalam plasma darah terdapat 3 golongan lipoprotein, yaitu:
• Kilomikron, merupakan lipoprotein dengan kerapatan kurang dari 0,94 g/ml,
dengan kandungan protein sekitar 1-2% saja, kandungan terbesar berupa
trigliserida sebesar 80-85%.
• VLDL (Very Low Density Lipoprotein) yang membawa sekitar 10-15% total
kolesterol, sekitar 50% dalam bentuk trigliserida.
• LDL (Low Density Lipoprotein) yang membawa 60-70% kolesterol. Banyaknya
kolesterol yang diangkut oleh lipoprotein jenis ini, sehingga LDL sering disebut
sebagai kolesterol jahat.
• HDL (High Density Lipoprotein) hanya sedikit mengangkut kolesterol, sehingga
HDL disebut sebagai kolesterol baik.
59.
60. Klasifikasi Hiperlipidemia
Tipe Klasifikasi Utama Peningkatan
Lipoprotein
Peningkatan Lipid
I Defisiensi Lipoprotein lipase
(LPL)
Kilomikron Triasilgriserol
IIa Hiperkolesterolemia
(Defisiensi reseptor LDL)
LDL Kolesterol
IIb Kombinasi hiperlipidemia LDL, VLDL Triasilgliserol,
kolesterol
III Disbetalipoproteinemia -VLDL Triasilgliserol,
kolesterol
IV Hipertrigliseridemia VLDL Triasilgliserol
V Mixed hiperlipidemia VLDL, Kilomikron Triasilglisero
61. Tujuan Terapi
Penurunan kolesterol total dan HDL untuk mengurangi resiko penyakit
kardiovaskular
Target kadar parameter lipid
Parameter Lipid Kadar Normal
Kolesterol Total <200 mg/dL
HDL 40-60 mg/dL
LDL <100 mg/dL
Trigliserida <150 mg/dL
62. Jenis Obat Anti hiperlipidemia
• Niasin ( Asam nikotinat )
• Fibrat
– Klofibrat
– Gemfibrozil
– Fenofibrat
• Resin pengikat asam empedu
– Kolestiramin dan
– Kolestipol
• Probukol
• Inhibitor HMG-CoA reduktase
– Lovastatin
– Simvastatin
– Atorvastatin
63. Contoh Obat :
• Simvastatin
• Lovastatin
• Atorvastatin
Mekanisme Aksi :
1. Menghambat sintesis kolesterol dalam hati
2. Menurunnya jumlah kolesterol dalam hati menyebabkan peningkatan sintesis reseptor
LDL pada jaringan hepatik
3. Peningkatan jumlah reseptor LDL pada jaringan hepatik mengakibatkan peningkatan
jumlah ambilan LDL di dalam darah
Pada akhirnya :
- Menurunkan Trigliserida sampai batas tertentu dan meningkatkan HDL.
- Cardio protektif: vasodilator dan penurunan aterosklerosis.
Penggunaan terapeutik:
• Efektif pada semua jenis hiperlipidemia kecuali mereka yang homozigot untuk
hiperkolesterolemia familial (kekurangan reseptor LDL).
• Biasanya dikombinasikan dengan obat lain.
HMG –COA reductase inhibitors (statins):
65. Reaksi Merugikan
• Peningkatan enzim hati (serum transaminase harus
dipantau terus menerus, kontraindikasi disfungsi
hati).
• Myopathy dan kerusakan otot karena menghambat
produksi CoQ10, yang penting untuk pembuatan ATP
(energi yang digunakan sel).
• Kelelahan dan kelemahan otot disebabkan oleh
terganggunya produksi CoQ10 (95% sumber ATP)
dan mengakibatkan kurangnya produksiATP -
terutama di hati, hati dan ginjal yang memiliki
konsentrasi CoQ10 tertinggi.
• Katarak dan rasa tidak nyaman pada Gastrointestinal
• Kenaikan kadar warfarin.
• Kontraindikasi pada ibu hamil dan menyusui, anak-
anak dan remaja
66. Contoh Obat :
• Fenofibrate (prodrug)
• Gemfibrozil.
Mekanisme kerja
Agonis pada PPAR (peroxisome proliferator-
activated receptor) → ekspresi gen yang
bertanggung jawab atas peningkatan
aktivitas enzim lipoprotein lipase plasma →
hidrolisis VLDL dan kilomikron →
Sehingga :
• Menurunkan serum Trigliserida
• Meningkatkan pembersihan LDL oleh hati
• meningkatkan kadar HDL.
Penggunaan terapeutik:
• Hipertrigliseridemia (yang paling efektif
dalam pengurangan TG)
• Gabungan hiperlipidemia (tipe III) jika
statin dikontraindikasikan.
Fibrate (Aktivator Lipoprotein Lipase)
67. • Anti hiperlipidemia pertama dan termurah
• Menurunkan kadar trigliserida (VLDL) dan kolesterol
(LDL)
Mekanisme Aksi :
Penghambat poten proses lipolisis di jaringan adiposa
sehingga mobilisasi asam lemak ke hati berkurang bahan
baku pembuatan VLDL dihati tidak tersedia (prekursor
trigliserida menurun) sehingga jumlah VLDL menurun,
karena bahan baku dari LDL adalah VLDL maka kadar LDL
menurun yang disertai peningkatan kadar HDL.
Penggunaan dalam terapi :
1. Hiperlipoproteinemia tipe IIb dan IV
2. Hiperlipidemia paling poten untuk meningkatkan kadar
HDL plasma
Efek Samping :
Kemerahan pada kulit (disertai rasa panas yang tidak
nyaman), Pruritus, Mual dan sakit pada abdomen,
Hiperurisemia, Pirai (gout), Penurunan toleransi glukosa
pada terapi jangka panjang dan hepatotoksisitas
Niacin (Asam Nikotinat)
68. Mekanisme Aksi :
Mengikat asam empedu dengan resin di usus yang
membentuk kompleks yang tidak dapat diabsorbsi →
diekskreksikan melalui feses → jumlah asam empedu
menurun sehingga terjadi konversi kolesterol menjadi asam
empedu di hati yang menyebabkan kadar kolesterol (LDL)
menurun
Penggunaan dalam terapi :
1. Anti hiperlipidemia tipe IIa dan Iib
2. Meringankan pruritus akibat akumulasi asam empedu
pada pasien dengan obstruksi bilier
Efek Samping :
1. Efek gastrointestinal : gangguan pencernaan seperti
konstipasi, mual dan flatus
2. Gangguan absorbsi : terganggunya absorbsi vitamin
larut lemak A,D,E,K karena dosis resin yang tinggi,
berkurangnya absorbsi asam folat dan asam askorbat
3. Interaksi obat : Kolestiramin dan Kolestipol mengganggu
absorbsi beberapa obat dalam usus, misalnya
tetrasiklin,fenobarbital,digoxin
Kolestiramin dan Kolestipol (Resin Pengikat Asam Empedu)
69. Mekanisme Aksi :
Menghambat penyerapan kolesterol
intestinal → menurunkan konsentrasi
kolesterol intrahepatik → kompensasi
meningkatkan jumlah pada reseptor LDL
→ meningkatkan penyerapan kolesterol
LDL → menurunkan kadar kolesterol LDL
serum.
Penggunaan Terapi :
• Digunakan pada hiperkolesterolemia
bersamaan dengan statin & pengaturan
diet.
Efek samping: diare dan sakit perut.
Kontraindikasi :pasien dengan disfungsi
hati.
Ezetimibe
(penghambat penyerapan kolesterol)
70. Terapi Obat Kombinasi
• Pemberian dua antihiperlipidemia untuk
mendapatkan penurunan kadar lipid plasma
yang signifikan.
• Contoh:
– Kombinasi niasin dengan pengikat asam empedu,
kolestiramin pada hiperlipidemia tipe II.
– Kombinasi inhibitor HMG-CoA reduktase dengan
pengikat asam empedu menunjukkan manfaat
dalam menurunkan kolesterol LDL.