Dokumen tersebut membahas pengelolaan sediaan farmasi yang meliputi tujuan, tahapan, dan kriteria pemilihan obat. Tujuannya adalah menjamin ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, melalui tahapan seleksi, pengadaan, distribusi, dan penggunaan obat. Kriteria pemilihan obat didasarkan pada kebutuhan, efikasi, keamanan, dukungan ilmiah, serta pertimbangan biaya.
4. TAHAPAN PENGELOLAAN
SEDIAAN FARMASI
FARMASI
Seleksi
Penggunaan obat yang rasional
diawali pemilihan obat yang tepat;
yaitu obat yang efektif dan efisien
Pengadaan
Pengadaan yang efektif adalah
memastikan terdapat ketersediaan yang
perbekalan farmasi yang tepat, jumlah
yang tepat dengan reasonable price serta
memenuhi standar kualitas
Distribusi
Pendistribusian bertujuan untuk
memberikan perbekalan farmasi yang
tepat dan aman pada waktu dibutuhkan
oleh pasien
Penggunaan
Dikatakan mendapatkan pengobatan yang
rasional jika pasien mendapatkan
pengobatan sesuai hasil klinis dengan
dosis dan periode waktu pemberian yang
tepat disertai harga obat yang paling
efisien .
5. Kriteria Perencanaan dan
Pemilihan Obat :
1.
2.
3.
4.
Berdasarkan Kebutuhan
Berdasarkan Efikasi
Berdasarkan Keamanan
Dukungan data dan bukti
science yang kuat
Pertimbangan Biaya5.
SELEKSI OBAT
6. BERDASARKAN KEBUTUHAN
Obat-obat yang dipilih mempunyai relevansi
dengan penyakit di suatu wilayah.
Cara Penentuan Kebutuhan Obat
Digolongkan menjadi 2 kelompok:
• Epidemiologi
Kebutuhan obat dihitung dengan melihat pola penyakit
Konsumsi
Kebutuhan obat ditentukan dengan melihat pola konsumsi sebelumnya
•
7. Obat-obat tersebut telah mempunyai bukti efikasi dan
keamanan yang jelas untuk pengobatan suatu penyakit
tertentu.
BERDASARKAN EFIKASI
dan
KEAMANAN
8. MEMPUNYAI DATA DAN BUKTI
PENELITIAN YANG JELAS
para profesional kesehatan untuk senantiasa mengacu pada bukti-bukti
ilmiah terkini dengan tetap ‘up to date’ yang merupakan prasyarat
fundamental dalam implementasi Evidence Based Medicine (EBM).
9. Dalam proses pemilihan obat,
dipertimbangkan nilai keefektifan
suatu obat dengan nilai keefisienan
dalam penggunaan obat tersebut.
PERTIMBANGAN BIAYA
11. MASALAH DALAM
PENGADAAN ?
Keterbatasan anggaran
sehingga jumlah obat yang
diadakan tidak mencukupi
kebutuhan.
Pemilihan pemasok (supplier)
yang kurang berkualitas,
misalnya karena jenis obat yang
direncanakan tidak dapat
dipenuhi oleh pemasok yang
bersangkutan lalu diambil
kesepakatan untuk mengganti
yang lain. Obat yang diadakan kualitasnya
tidak memenuhi syarat
sehingga mengalami kerusakan
sebelum dipakai.
Jadwal penerimaan barang
tidak dapat diandalkan karena
tidak sesuai dengan jadwal
pemesanan.
12. PENYIMPANAN
c e p a t p a
d a
w a k
tu
d ib u tu h k a
n
E x p ir e
d
D a
te
T u ju a n
1. M e n ja g a a g a r m u tu o b a t te ta p te r ja m in ,
2. Me n ja m in k e m u d a h a n m e n c a r i o b a t d e n g a n
3. Me n c e g a h k e h ila n g a n o b a t
4. M e n u r u n k a n a n g k a k e ja d ia n o b a t m e n g a la m i
13. DISTRIBUSI OBAT
Suatu proses penyerahan obat sejak setelah
sediaan disiapkan oleh IFRS, dihantarkan kepada
perawat, dokter atau profesional pelayanan
kesehatan lain untuk diberikan kepada
penderita.
14. SISTEM DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK
1.
2.
3.
4.
5.
Tepat
Tepat
Tepat
Tepat
Penderita
Obat
Jadwal pemberian
pemberian
Informasi Obat
penderita, tepat
personel pemberi ke
penderita
15. UNIT-UNIT
DISTRIBUSI
1. Farmasi Pelayanan, kamar-
operasi, IRD, hemodialisa,
ICU
2. Poliklinik
3. Bangsal
4. Instalasi lain di lingkungan
RSUD, Fisioterapi
5. Unit lain yang
membutuhkan
16. PEMBAGIAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT
ke penderita
3. SDO kombinasi R/individu dan
Berdasarkan ada atau tidaknya
satelit farmasi
1. Sentralisasi
2. Desentralisasi
Berdasarkan Penghantaran
1. SDO resep individual
2. SDO Perlengkapan di ruangan
lengkap di ruangan
4. SDO dosis unit
18. SENTRALISASI
Seluruh kebutuhan obat setiap unit pemakai baik untuk kebutuhan
individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai langsung dari
pusat pelayanan farmasi tersebut.
19. Sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang
mempunyai cabang di dekat unit perawatan/pelayanan
dengan istilah depo farmasi/satelit farmasi.
DESENTRALISASI
22. SDO RESEP INDIVIDUAL
Sistem penyampaian obat kepada penderita secara individu
sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter, setiap resep dikaji
dan disiapkan oleh instalasi farmasi.
Instalasi farmasi meracikkan obat tersebut untuk dua sampai
lima hari atau sesuai dengan waktu yang tertera dalam resep.
Perawat menyimpannya dan memberikan obat tersebut kepada
penderita setiap kali waktu pemberian obat
23.
24. SDO FLOOR STOCK
(Perlengkapan di Ruangan)
Sistem penyampaian obat kepada
penderita sesuai dengan order dokter
yang obatnya disiapkan dan diambil
oleh perawat dari persediaan obat
yang disimpan di ruangan
Apoteker hanya menerima
permintaan obat dari perawat,
menyiapkan obat dalam bentuk dosis
berganda, kemudian menyampaikan
persediaan ruahan obat ke unit
pelayanan penderita.
Perawat menyiapkan semua dosis
pengobatan untuk diberikan kepada
penderita termasuk pencampuran
sediaan intravena.
25. Re se
p
P e nge nda
lia n P e rse dia a n di
rua ng
P e rse dia
a n
K e re ta
oba t
P e nde
rita
P e m be
ria n
ole h pe ra
w a t
P e nge nda
lia n
ole h a pote
ke r
P e ny ia
pa n
ole h pe ra
w a t
P e nge nda
lia
ole h pe ra
w a t
Inte rpre ta
si
ole h pe ra
w a t
D okte
r
26. SDO KOMBINASI R/INDIVIDUAL
DAN FLOOR STOCK
Sistem penyampaian obat kepada penderita berdasarkan permintaan
dokter yang obatnya sebagian disiapkan instalasi farmasi dan sebagian
lagi disiapkan dari persediaan obat yang terdapat di ruangan
27. Resep
Peracikan
Lem ari
obat
di ruang
Persediaa
n di
ruang
Persediaan
Kereta Obat
Penderita
Pem berian
oleh perawat
Peny iapan
oleh perawat
Pengendalian
oleh perawat
Pengendalian
oleh apoteker
Pengendalian
oleh perawat
Pengendalian
apoteker
Interpretasi
oleh perawat
Interpretasi
oleh apoteker
Dokter
28. SDO UNIT DOSIS
Obat disiapkan dalam bentuk kemasan yang siap pakai,
mengandung sejumlah dosis tertentu yang cukup untuk
penggunaan pada suatu waktu tertentu
29. dikonsumsi
SDO UNIT DOSIS tidak lebih dari 24 jam
setiap waktu konsumsi
1. Obat dikemas dalam unit tunggal
2. Dispensing dalam bentuk siap
3. Kebanyakan obat disediakan
4. Dihantarkan ke ruang penderita
30. In t erp retas i o l eh ap o tek
er
Res ep
P ro fil P en g o
b atan
P en d eri ta
K eret a O b
at
P en d eri
ta
P emb eri an o l eh p eraw
at
P emeri k s aan o leh
ap o tek er d an p
eraw at
P emb ah aru an o
leh
ap o tek er
In t erp retas i o l eh ap o
tek e
D o kt er
31. Dilakukan agar tujuan terapi tercapai dengan outcome sesuai yang
diharapkan
PENGGUNAAN OBAT YANG
RASIONAL
32. Diagnosa yang tepat akan
mengarahkan pengobatan
rasional sesuai petunjuk klinis.
Pengobatan diberikan
berdasarkan efektivitas,
keamanan, biaya, dan
kemudahan. Pengobatan akan
dievaluasi dan akan
didapatkan hasil serta
kesimpulan dari terapi.
PENGGUNAAN OBAT YANG
RASIONAL
33. 1. Tepat Indikasi
Didasarkan pada diagnosis yang akurat
Tepat Penderita
Tidak ada kontraindikasi atau kondisi khusus yang memerlukan penyesuaian dosis
atau mempermudah timbulnya ESO
Tepat Obat
Pertimbangan keamanan, kemanjuran yang terbaik
Tepat Dosis
Takaran, jalur, saat & lama pemberian harus sesuai
Waspada terhadap Efek Samping
2.
3.
4.
5.
KRITERIA PENGGUNAAN
YANG RASIONAL
OBAT
34. 1.
2.
Polifarmasi atau pemberian obat terlalu banyak untuk jenis penyakit ringan
Penggunaan antimikroba atau antibiotik tidak sesuai dengan tempatnya, tidak
sesuai dosisnya, dan penggunaan antibiotik untuk infeksi non-bakteri (contoh
penyakit karena virus yang sebenarnya adalah ‘self limiting disease’ atau dapat
sembuh sendiri)
Penggunaan pengobatan suntikan berlebih dimana sebenarnya pengobatan
secara oral (diminum) dapat digunakan
Tidak mengikuti terapi pengobatan sesuai dengan panduan klinis (guidelines)
Pengobatan sendiri yang tidak tepat, umumnya untuk obat yang seharusnya
dibeli dengan resep dokter, dan dikonsumsi dengan dosis yang tidak sesuai
3.
4.
5.
CONTOH PENGOBATAN YANG TIDAK
RASIONAL