3. A. Dalam Veda dan Susastra Hindu
1. Dari kata ‘pura+ana’ menjadi “purāna”. “Pura” berarti kuno atau zaman kuno,
dan “ana” berarti mengatakan. Jadi puraāna artinya sejarah kuno, isinya
menceritrakan sejarah para dewa, rsi-rsi, dan raja-raja di masa silam (kuno).
Intinya setiap ceritra Purāna mengandung pengertian ajaran agama. Kata “pura”
mengandung dua pengertian yakni: “yang lalu dan yang akan datang” Mishra (dlm
Titib, 2004:14).
2. Dlm kitab Rgveda, Purāna (kata sifat), berarti ‘kuno atau tua’ bentuk kata yang
sangat kuno dari kata puratana’, kemudian berubah ke dlm bentuk ‘purana’
artinya ‘sangat kuno’, berubah maknanya menjadi kitab-kitab karya sastra yg
mengandung mitos atau legenda kuno.
PENGERTIAN PURAANA MENURUT ASAL KATA
4. 3. Dlm Atharvaveda kata “puraana” menujukan “singular”. Dlm kitab Sataphata
Brahmana XI.5.6.8 kata “puraana” dalam bentuk jamak menjadi satu kesatauan dgn
“Itihasa”, sehingga bunyinya “itihasapuranam”. Panini (14.2.23, 2.1.4) Purāna dari
kata “pura” (purvasmin kale) yakni yg telah ada di masa lampu
4. Kitab Mahabharata menggunakan istiah puraana untuk menyatakan ceritra-ceritra
para dewa, dan makhluk suci di sorga (siddha).
5. Chandyoga Up VII.1.2 menyebutkan puraana dan itihasa merupakan Veda yang ke
lima (itihāsa-purānaṁ pancanaṁ vedanaṁ vedam)
6. Rsi Kapila dlm kitab Artasastra diartikan purāna yg membahas tentang Itihasa dr
segi isinya kemungkinan menyebutkan purana sbg bagian dr Itihāsa berarti mitologi
atau tradisi yang lama dalam lengenda.
Lanjutan
5. 7. Dlm kitab Upanisad dan buku-buku ajaran Budhisme Kuno, purāna scr umum dpt
disejajarkan dlm hub dgn Itihāsa.
8. Dalam penyusunan kitab Atharvaveda, dan kitab-kitab Upanisad, Purāna diartikan
di dlmnya mengandung ceritra atau dongeng-dongeng kuno 4. Dlm Bhaisya
Purāna, pengertiannya bertentangan, krn Purāna telah terlanjur dianggap sbg
‘’karya sastra kuno’ Kane (dlm Titib, 2004:15).
9. Dalam Vahyu Purāna I.203, Purāna dari kata ‘’pura’’= pada masa purba/terdahulu,
dan dr kata ‘’an’= bernafas atau hidup. Jadi Purāna = mereka yg hidup dr zaman
purba ‘’yatsmāpurā hyanatidaṁ purānam tena tasmŗtam’’
10. Dalam kitab Smrti menyatakan Puraana adlh buku-buku yang memberikan
penjelasan tentang segala sesuatu dalam kitab suci Veda.
Lanjutan
6. 11. Dalam Vahyu P, Agni P, Matsya P,
dinyatakan bahwa itihasa (sejarah),
Puraana (sejarah kuno raja-raja)
merupakan referensi Veda. Artinya
bhw kejadian yg disebutkan dlm
mantra-mantra Weda scr lengkap
dan panjang lebar diuraikan dlm
kitab Itihāsa maupun Puraana Dlm
Atharvaveda XV.7.11-12 disebutkan
sbb.
Lanjutan
tam itihāsaśca purānaṁ ca
gāthāś ca nārāśaṁsiś cānuya’calan
itihāsasya ca vai sa purānasya
gāthānaṁ ca nārāśamsinaṁ ca
priyaṁ dhāma bhavati ya evaṁ veda
Artinya
Sejarah orang-orang besar (Itihāsa), ceritra
orang-orang di masa purba (Purāna),
gubahan mantra veda (ghatā), legenda
pujian para pahlawan (nārāśaṁsi),
semuanya di bawah kontrol-Nya
7. Dengan demikian Ramayana, Mahabharata Purāna adalah Itihāsa.
Itihāsa sesuatu yg benar-benar terjadi (sejarah), Puraana adalah
susastra Hindu yang disucikan, dan merupakan suatu karya sastra
keagamaan yg di dlmnya tekandung ceritra-ceritra kuno mengisahkan
tentang para dewa dan makhluk suci. Ajarannya mengacu pada Veda.
8. 1. Radhakrisnan, kitab-kitan purāna bersama-sama
a. dengan ceritra kepahlawanan besar spt Ramayana dan
Mahabharata memainkan peranan yg unik dlm percampuran dri
bermacam-macam ras, suku, marga, sekta-sekta keagamaan pd
zaman dulu dan pertengahan.
b. Sebagai bentuk kepercayaan yg muncul dari semua golongan
masyarakat di India.
c. Purana meupakan kumpulan ceritra yg sangat terkenal dari
zaman India kuno, dan zaman pertengahan yg mengadung
ajaran agama, filsafat, sejarah marga, sosial kemasyarakatan dan
politik
B. Purana menurut para akhli
9. 2. Rangacarya, purāna terdiri dr kata 2 kata, yakni: ‘’pura’’ dan ‘’nava’’ “Pura” = lama
dan “nava” = baru. Jadi purāna adalah segala sesuatu yg baik dan selalu menarik
untuk diceritrakan kembali, dan telah ada sejak zaman purba.
3. Margaret dan James Stutly, Purāna adalah kumpulan ceritra kuno, setelah zaman
Veda, merupakan media untuk menjelaskan isi Veda, yg merupakan suatu
pengajaran yg tidak tertulis yg hrs diberikan, diperuntukan tdk hanya bagi golongan
rendah, ttp lebih dipentingkan pengajaran ini tdk untuk wanita.
4. R.C. Hazra dlm penelitianya tentang purāna menyatakan purāna ialah jalan
menghubungkan kitab-kitab purāna dgn upacara-upacara korban/yajna. Ia adalah
cabang bid. study yg pd awalnya telah mulai pd periode Veda, dan berasal dri porsi
ceritra/akhyana bhaga dr upacara yajna dlm Veda, yg dlm kitab Brahmana
didefinisikan berulang-ulang, melukiskan wujud Brahma sbg penicpta.
Lanjutan
10. 5. Shakuntala Jagannathan, mengatakan sbb.
a. Urutannya diawali oleh Sruti, Smrti, dan Itihāsa, dan purāna. Ada 18 macam
maha purāna, yg populer; adalah Bhagavata, Visnu, dan Markandya purāna. Ada
18 Upapurāna
b. b. Purāna bukan unt para cerdik pandai, kaum inteletual, walau ceritranya
bersumber dr kebenaran filsafat dlm kitab suci Veda, dan Dharmmasastra yg
disusun dlm episode dan ceritra pendek.
c. c. purāna diceritrakan unt masyarakat awam, masy desa yg sederhana, masy
petani yg buta huruf.
d. d. Imajinasinya yg ada dlm ceritra memiliki bentuk dasar pendidikan agama, dan
kebiasaan masyarakat, dan membantu mereka scr sdrhana, tetapi mendasar kpd
kebenaran ajaran agama, moralitas, petunjuk hidup, dan etika bertingkah laku.
e. Shastri, purana adalah kitab-kitab susastra Hindu yg mengajarkan agama yg kuno,
fils sejarah sosiologi, poitik da subjekm yg lainnya.
11. Maka dpt disimpulkan sbb.
1. bhawa purāna merupakan salah satu susastra Veda/Hindu yg di
dlmnya penuh ceritra keagamaan dan membrikan tuntunan hidup dan
kehidupan bagi umat manusia. Bagi umat yang awam sangat mudah
memahami, menghayati dan mengamalkannya.
2. Dalam purāna mengandung ajaran teologi, moralitas, berbagai aspek
acara/ritual dan berbagai tuntunan berbhakti kpd Tuhan.
12. • Penelompokan Purāna
Ramayana, Mahabharata, demikian juga Purana di dalam susastra Hindu
disebut dgn ‘itihasa’.
Purana dikelompokan menjadi dua
1. Maha Purāna
2. Upapurāna
Maha Purāna dan Upapurāna masing-masing terdiri dari 18 kitab
purāna.
13. Nama-nama Maha P
Yang tergolong dalam Maha P adlh
13. Skanda P
14. Vāmana P
15. Kūrma P
16. Matsya P
17. Gāruda P
18. Brahmanda P
1. Brahma P
2. Padma P
3. Visnu P
4. Siva P Vayu P
5. Bhāgavata P
6. Nārada P
7. Mārkandeya P
8. Agni P
9. Bhaviṣya P
10. Brahma Vaivarta P
11. Linga P
12. Vāraha P
14. Di dlm Vayu P dinyatakan kalau Vayu P diposisi kan diurutan ke empat,
sedangkan di sumber lain Siwa P diurutan yg sama dlm Maha Purāna.
Lima persoalan dalam Purāna
Lima permasalah yang dibicarakan di dlm setiap kitab purāna adl
1. Sarga 4. Vaṁṣa
2. Pratisarga 5. Vaṁṣanucarita
3. Mawantara
15. 1. Sanatkumara P
2. Nārasiṁba P
3. Nāradiya P
4. Siva P
5. Durvāsa P
6. Kāpila P
18 Jenis Upapurāna
7. Mānava P
8. Usana P
9. Vāruna P
10. Kālika P
11. Sāmba P
12. Saura P
13. Ᾱditya P
14. Māheśvara P
15. Devibhāgavantam P
16. Vaāsista P
17. Visnudharmottara P
18. Nilamata P
16. A Yang Sattvika
1. Padma P Visnu P
2. 2. Visnu P
3. 3 Bhagavata P
4. 4 Narada P
5. 5. Varaha p
6. 6. Garuda P
C Yang Tamasika
a. Siva P
b. Agni p
c. Linga P
d. Skanda P
e. Kurma P
f. Matsya P
B Yang Rajasika
a. Brahma P
b. Markandeya P
c. Bhavisya P
d. Brahma Vaivarta P
e. Vamana P
f. Brahmanda P
Menurut Karakteristik Maha Purana Dikaitkan
3 Maifestasi Tuhan
17. Aslinya ajaran purāna awalnya diturun oleh Brahma, baru kemudian diajarkan Veda. Veda
takut kpd yang sedikit pengetahuannya. Hal ini dinyatakan dalam sloka Sarasamuçcuya,
terjemahannya sbb
Weda itu hendaknya dipelajari dgn semprna dgn jalan mempelajari Itihasa, krn Weda
merasa takut kpd mrk yg kurang pengetahuannya. Sabdanya ‘wahai tuan-tuan, jnglah
datang pdku, demikian sabda itu krn taku’.
Kitab suci Veda sifatnya abstrak dan esoteris, sulit dipahami masy kebanyakan maka
isinya diperjelas lagi pd setiap jaman dvapara yuga oleh rsi Vyasa. Dvapara yuga adl
bagian dari Catur yuga menurut Hindu yakni
1. Satya yuga 3. Dvapara yuga
2. Trta yuga 4. Kali yuga/jaman kali
Empat era/jaman ini berturut-turut dianalogikan dng jaman emas, perak, perunggu, dan
besi karat
18. Kondisi kehidupan umat manusia dng jelas diuraikan pada setiap yuga. Yang paling menonjol
dilihat dari keadaan itu adalah jaman Kali. Pada yuga ini pikiran perlaku manusia lebih cenderung ke
hal-hal bersifat adharma dpd dharma dalam segala aspek kehidupan. Sehingga jaman ini dianalogikan
sbg jaman ’besi karat’.
Lima Persoalan dlm Setiap Purāna
Di dlm Kurma Purana disbutkan I.1.12 dinyatakan sbb.
Sargasa pratisarga
vamsomavantarani ca
vamsamnucaritam ca
Puranam panca laksanam
Ada lima hal penting yang menjadi prmasalahan dalam setiap purana yakn
a. Sarga, penciptaan alam semesta yang pertama
b. Pratisarga, menguaikan penciptaan alam semsta yang kedua
c. Vamsa, menguraikan keturunan raja-raja, para rsi
d. Mavantara, menguraikan perubahan dari Manu ke Manu
e. Vamsamnucarita, deskripsi tentang keturunan yg akan datang
19. Vamsa yang menguraikan ttg penciptaan alam semesta, mengacu pada teori penciptaan;
1. Samkhya-Vedanta
2. Purana
3. Samkhya
Teori penciptaan yang tersebut terakhir merupakan perpaduan teori Samkhya, Vedanta, dn Purana.
Menurut teori Samkhya proses penciptaan itu adalah sbb
a. Brawal dr laya, yakni kondisi keseimbangan dari semua Guna yg avaktya, tdk termanifestasi. Tiga
Guna ini terangkum dlm Prakerti yang tak termaifestasikan, kecil, halus, tdk terlihat kasat indria
mata, yg diciptakan bersamaan dgn Purusa mlalui tapa-yogaNya ,
b. Dengan kekuatan yogaNya, menciptakan ketidakseimbagan thd Tri Guna, maka Tuhan membagi
diriNya menjadi Tri Murti. Brahma/Rajas, Rudra/Tamas, dan Visnu/Sattwa,
c. Terjadi dominasi, ingin saling mengungguli di antara Rajas, Tamas, dan Sattwa. Keunggulan ada di
pihak Sattwa. Salah satu sifat sattwa adalah kedewataan.
20. d. Brahman dengan kekuatanNya mempertemukan Prakerti/unsur kebendaan dengan Purusa/unsur
kejiwaan, maka terjadi evolusi alam semesta, yang tercipta adalah Citta, sdh dipengaruhi Tri Guna,
lanjut muncul Tri Antahkarana yakni Buddhi, Manah, dan Ahamkara, kemudian muncul Panca
buddhindria dan Pancakarmendria.
e. Eolusi selanjutya adl munculnya Pancatanmatra yaknI Lima benih unsur alam semesta yg bersifat
sngt halus. Pancatamatra kemudian bervolusi menjadi unsur-unsur benda materi disebut Panca
Maha Bhuta,kemudian bergerak dgn mengisi kehampaan, unt menyusun alam alam semesta.
f. Sari-sari Panca Maha Bhuta menjadi Sadrasa dan bercampur dgn citta, buddhi, ahamkara, Dasendria,
panccatanmatra, dan P Maha Bhuta. Dari pencampuran tsb timbulah benih sukla dan Swanita.
Pertemuan kedua benih tsb menyebabkan terjadinya makhluk hidup. Kehidupan terjadi dr yg paling
halus sampai yg paling kasar
g. Brahman sebagai perwujudan dr Brahman, meciptakan para gandarwa, makhluk gaib, kemudian
binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan manusia diciptakan setelah itu.
h. Karena memiliki unsur yang sama dalam menyusun alam semesta, manusia disebut dgn Bhuana Alit
dan jagat raya disebut Bhuana Agung.
21. Sapta Patala dan Sapta Loka
Menurut Purana, bumi yang manusia pijak meiliki tujuh lapisan atau patala. 7 lapisan/patala disebut
sapta patala, terdiri dari: 1. Witala, 2. Sutala, 3. Tatala, 4. Mahatala, 5. Rasatala, 6.Patala, 7.Kala Geni.
Selain bumi memiliki 7 patala /lapisan, langitpun juga memiliki tuju patala, disebut sapta loka, teriri
dari: 1.Bhurloka, 2. Bhuwahloka 3. Svahloka, 4.Mahaloka, 5. Janaloka, 6. Tapaloka, 7. Satyaloka atau
Brahmaloka.
Kehidupan dan sikap perilaku manusia yang cenderung mengarah ke jaman Kali, lebih mementingkan
kenikmatan dunia materi dpd rohani, mulai meninggalkan dharma menjadi adharma, sesungguhnya
bisa diminimalisir dgn mantap menujukkan sikap bhakti kepada Tuhan. Dalam Bhagavata Purana
dinyatakan ada 9 cara bhakti yakni; 1. Sravanam, 2. Krtanam, 3. Smaranam, 4. Padasavanam, 5
Arcanam, 6. Vandanam, 7. Dasya, 8. Sankhya, 9. Atmanivedanam
22. Dari sudut pandang keadaan kehidupan manusia, bentuk bhakti dilakukan oleh mereka seperti berikut
ini.
a. Yang mengalami hidup sengsara
b. Yang mengejar kekayaan
c. Yang mengejar ilmu pengetahuan
d. Yang berbudi luhur
Yang trsebut terakhir dikatakan sebagai sikap bhakti paling mulia, krn mereka menyerahkan diri secara
total dan murni kepada Tuhan, hingga mereka rasakan kebhaktiannya. Itulah disebut dgn Prapatti.
Maka dpt dikatakan ada dua jenis bentuk bhakti yakni
1. Apara bhakti, adl bhakti dgn berbagai permohonan. Ajaran Hindu mengisyaratkan untuk
menghindari bhakti yang i yg bersifat rajas dan tamas, tapi lebih utamakan bhakti yg Sattwika.
2. Para Bhakti, adalah sebutan lain dr prapatti adalah bhakti secara total dan murn ikepada Tuhan,
bukan bhakti yg bersifat fatalistis.