Dokumen tersebut membahas tentang Dhammacakkapavattana Sutta, sutta pertama yang diajarkan oleh Buddha setelah mencapai pencerahan. Sutta ini menjelaskan tentang Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Tengah yang ditempuh Buddha untuk mencapai pencerahan."
2. Kehidupan manusia selalu mengalamiperubahan baik secara jasmani maupun
batin.
Di kerajaan Kapilavatthu pun tak lepas dari fase tersebut. Namun karena Raja
Sudhodana tau jika Pangeran Sidharta melihat fase tersebut maka akan
meninggalkan kerajaan, maka Raja mengondisikan agar disekeliling istana tidak
nampak situasi demikian.
Hingga Pangeran Sidharta dewasa, tidak pernah melihat fase tersebut dan hanya
menikmati kehidupan yang nyaman dan mewah. Fase tersebut akan terlihat
diluar tembok tinggi kerajaan, benar-benar hanya ada diluar kerajaan.
a. Nilai-Nilai Kesejarahan Dhammacakkapavattana Sutta
3. Pada suatu waktu, Pangeran Sidharta meminta ijin
kepada Ayahnya untuk keluar dari istana. Tentu saja
sebelum Pangeran Sidharta keluar istana seluruh
lingkungan masyarakat ditata dengan rapi dan suasana
semarak untuk menyambut Pangeran Sidharta. Namun
dalam perjalanan tiba-tiba bertemu dengan
.........................(Kusaladhamma;2007:54).
8. Brahma Sahampati berusaha meyakinkan Buddha agar
berkenan mengajar Dharma. Brahma Sahampati memohon
kepada Buddha dengan mengatakan bahwa pasti ada
makhluk yang mampu mengerti ajarannya, makhluk yang
hanya memiliki sedikit debu di matanya. Maka ajaran
Buddha ditujukan bagi mereka yang hanya memiliki
sedikitdebu di matanya.
9. Akhirnya Buddha membabarkan Dharma untuk pertama kalinya yang
dikenal dengan Dhammacakkapavattana Sutta pada hari Āsādha ini lebih
dari 2500 tahun yang lalu.
10. UNGGULDengan mempelajari Empat Kebenaran Mulia, sangat berdampak pada
kehidupan seseorang. Sebagaimana yang Buddha teladankan langsung,
melalui cara bertapa yang ekstrim pada awalnya tidak mampu mencapai
penembusan kebenaran mulia tersebut.
Namun setelah dilakukan dengan cara yang tepat, tidak juga dengan
berfoya-foya, yakni dengan jalan tengah, Beliau mampu mencapai
penembusan dan mampu menyelami serta merealisasi Empat Kebenaran
Mulia, hingga tercapailah kebahagiaan tertinggi yaitu Nibbana.
11. BAGAIMANA MANFAAT UNTUK UMAT AWAM?
Apabila memahami dengan baik akan Empat Kebenaran Mulia
dan senantiasa mempraktikkannya dalam keseharian, maka
tidak adalagi kesedihan yang mendalam dalam batin setiap
orang.
Dengan pemahaman yang mendalam akan Empat Kebenaran
Mulia, maka seseorang akan senantiasa menjaga pikirannya
agar tidak menimbulkan sebab dari dukkha. Hal yang dapat
dilakukan, saat keberhasilan praktik empat kebenaran mulia
dalam kehidupan sehari-hari adalah manusia akan menjaga
pikirannya untuk selalu waspada.
12. Dengan demikian tidak mempertahankan pikiran yang negatif dan tidak
mendatangkan banyak keinginan duniawi yang berlebihan.
Tahapan selanjutnya adalah akan senantiasa menjaga kehendak dalam tahap:
menghapus kehendak buruk yang telah muncul, melaksanakan kehendak baik
yang telah muncul dan memunculkan kehendak baik yang belum pernah
dilakukan.
13. Luar biasa nilai yang dapat diambil dari Dhammacakkapavattana Sutta untuk diterapkan
dalam keseharian. Dari sutta tersebut, manusia tergiring dengan baik menuju kebahagiaan
bebas dari kemelekatan, sehingga batin akan menjadi tenang, penuh sukacita, dan
meminimalisasi kehendak tidak baik yang akan muncul.
Sebagaimana dianalisis bahwa umat Buddha dapat menggunakan Empat Kebenaran Mulia
untuk kemajuan spiritual kita. Bahwa sebagai umat Buddha dapat menerapkan
kebenaran mulia dalam kehidupan sehari-hari untuk menghadapi munculnya
kemelekatan terhadap keinginan-keinginan pikiran.
14. b. Isi Dhammacakkapavattana Sutta
Diawali dengan penjelasan tentang dua cara ekstrim yang harus
dihindari oleh petapa, yaitu:
a. mengumbar nafsu indriya (kāmasukhallikānu yoga)
b. menyiksa diri (attakilamathānu yoga)
15. Jalan Tengah
Membuka mata batin,
Menimbulkan pengetahuan,
Membawa ketenangan,
Pengetahuan batin luarbiasa,
kesadaran agung
Pencapaian Nibbāna
19. Unsur Paññā (Kebijaksanaan)
Pengertian
Benar
Pikiran
Benar
01
03 05
07
02 04 06 08
Jalan Tengah terdiri dari delapan unsur yang dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu paññā, sīla, dan samādhi.
Paññā terdiri dari unsur Pengertian Benar (Sammā Ditthi) dan Pikiran Benar (Sammā Sankappa).
24. Pandangan Benar
Nonduniawi
Mengarah pada
pembebasan dari dunia.
Duniawi
Mengatur kemajuan
batin dan jasmani dalam
lingkaran kehidupan.
Mengarah pada dualitas
tinggi-rendah.
Kebahagiaan dan
penderitaan duniawi.
Pandangan benar
duniawi tentang hukum
karma.
Nonduniawi
Mengarah pada prinsip
dasar pembebasan yang
melampaui duniawi.
Jalan pembebasan dari
siklus kehidupan,
kelahiran, dan kematian
yang terus berulang.
Pandangan benar
nonduniawi tentang
Empat Kebenaran Mulia.
Pandangan Benar
Duniawi
Berlaku dalam batasan
dunia.
25. Selain Empat Kebenaran Mulia
Selain pemahaman tentang
Empat Kebenaran Mulia,
pengertian benar meliputi
pengetahuan disertai
penembusan tentang hukum
sebab musabab yang saling
bergantungan
(paṭiccasamuppāda) dan tiga
corak kehidupan (tilakkhana)
(Sammaditthi Sutta).
27. Aktivitas mental.
Aspek kognitif
berdasarkan
pengetahuan faktual
pada unsur pengertian
benar.
Prinsip Dasar
Aktivitas mental yang
dapat membentuk
kecenderungan dan
kegemaran seseorang.
Saturn is a gas giant
and has several rings
Pengertian yang dimiliki
seseorang dapat
menembus
pengetahuan dan
wawasan, diperoleh
melalui refleksi,
penyelidikan yang dapat
mengonstruksi
pengetahuan baru.
28. Pikiran yang diarahkan
untuk melepaskan
keduniawian (nekkhamma
sankappa).
01
Pikiran tanpa
membahayakan/memusuhi
(abyāpāda sankappa).
02
Pikiran tanpa kekejaman
(avihimsā sankappa).03
Pikiran Benar
Buddha menyatakan bahwa
pikiran benar meliputi tiga
unsur.
29. —Buddha
“Jika seseorang memegang
pandangan salah, maka perbuatan,
perkataan, rencana, dan tujuannya
akan mengarah pada penderitaan;
sedangkan jika seseorang
memegang pandangan benar, maka
perbuatan, perkataan, rencana, dan
tujuannya akan mengarah pada
kebahagiaan.”
31. a. SammāVācā (UcapanBenar)
ada dua alasan :pertama
• Tidak ada orang yang tidak pernah berbicara, kecuali orang yang cacat
secara fisik. Namun, perluasan dari berbicara yaitu komunikasi, tentunya
pasti dilakukan oleh setiap orang entah melalui tulisan, isyarat maupun
ucapan.
32. Alasan ke dua :
• Ketika berkomunikasi menggunakan bahasa yang merupakan
alat komunikasi. Begitu pula saat berpikir, sadar atau tanpa
sadar penuh, menggunakan yang namanya bahasa.
• Ucapan adalah wujud dari pikiran atau pemikiran pemikiran,
sehingga batas antara ucapan dan pikiran itu sangat kecil dan
halus. Sang Buddha menyadari hal tersebut, sehingga
mengkhususkan ucapan sebagai sebuah poin penting.
33. Dalam sutta-sutta, kata “ucapan” biasanya muncul
sejajar dan bersamaandengan kata “pikiran” atau
“perbuatan”. Menyadari hal tersebut, berhati-
hatilah ketika sedang berucap atau berbicara.
Pikirkanlah terlebih dahulu apa yang akan kita
ucapkan.
34. • Sebagaimana terdapat dalam Dhammapada syair 281 :“Hendaklah ia
menjaga ucapan dan mengendalikan pikiran dengan baik serta tidak
melakukan perbuatan jahat melalui jasmani. Hendaklah ia memurnikan
tigasaluran perbuatan ini, memenangkan Jalan yang telah dibabarkan oleh
Para Suci”.
35. • Kelompok Moralitas (sila) ini adalah fondasi dasar untuk mencapai
pencerahan, bebas dari penderitaan, seperti yang dikatakan Sang
Buddha dalam Dhammapada syair 361 yaitu:
• “sungguh baik mengendalikan perbuatan; sungguh baik mengendalikan
ucapan; sungguh baik mengendalikan pikiran; dan sungguh baik
mengendalikan semuanya (indria-indria). Seorang bhikkhu yang dapat
mengendalikan semuanya akan bebas dari semua penderitaan.”
37. ● Saccavibhanga Sutta, MajjhimaNikaya, maka suatu ucapan dikatakan ‘benar’
apabila memenuhi kriteria :ucapan yang menjauhi kebohongan, menghindari
fitnah atau kata-kata untuk memecah belah yang didasari kebencian, tidak
mengandung kata-kata kasar, dan tidak melakukan obrolan kosong yang
tidak bermanfaat.
38. ● Kitab Suci Dhammapada Syair 234 bahwa para bijaksana terkendali
perbuatan, ucapan, dan pikirannya. Sesungguhnya, mereka itu benar-benar
telah dapat menguasai diri.
39. Buddha jelaskan dalam Syair Dhammapada syair 176
● orang yang melanggar salah satu Dhamma (Aturan Moralitas
Buddhis/Pancasila keempat, yakni selalu berkata bohong), yang tidak
mempedulikan dunia mendatang, maka tak ada kejahatan yang tidak
dilakukannya.
● Ucapan yang benar sangat dijunjung tinggi dalam ajaran Buddha seperti yang
terlihatdalamsabda sang Buddha pada ayat Dhammapada di atas. Biasanya
seseorang yang berani untukmengatakan kebohongan, maka kejahatan yang
lebih kejam, entah itu pencurian, pembunuhan, maupun perampokan akan
mudah untuk dilakuka nolehnya.
40. Dhammapada syair 306 bahwa
● orang yang selalu berbicara tidak benar, dan juga orang yang setelah berbuat
kemudian berkata: “Aku tidak melakukannya,” akan masuk ke neraka. Dua
macam orang yang mempunyai kelakuan rendah ini, mempunyai karma yang
sama dalam dunia selanjutnya.Dalam konteks modern, ucapan tidak sekedar
berucap, namun dapat diperluas ke komunikasi yang benar, termasuk melalu
itulisan.
41. ● Anguttara Nikaya disebutkan bahwa ada lima tanda suatu ucapan dikatakan
baik dan benar, yaitu: Jika ucapan memiliki lima tanda, para bhikkhu, berarti
ucapan itu disampaikan dengan baik, tidak disampaikan dengan buruk, tak-
ternoda dan taktercela oleh para bijaksana.
42. Dalam Majjhima Nikaya bahwa
● Tidak seharusnya seseorang melakukan kebohongan sekalipun demi
sebuah lelucon.
● Hal-hal berikut yang kelihatannya seperti berbohong, namun sebenarnya
tidak dapat dianggap sebagai kebohongan karena tidak adanya niat untuk
menipu, antara lain: Euphemisme Euphemisme adalah suatu cara dalam
pembicaraan atau tulisan (komunikasi)
43. Dalam Subhasita sutta, Samyutta Nikaya
● Dijelaskan bahwa“ucapan yang bermanfaat adalah yang paling utama, kata
orang-orang suci. Orang harus berbicara apa yang berharga dan bukan yang
tidak berharga. Inilah yang kedua. Orang harus berbicara apa yang
menyenangkan dan bukan yang tidak menyenangkan. Inilah yang ketiga.
Orang harus berbicara apa yang benar dan bukan apa yang salah.
44. ● 4 cara yaitu harus tepat waktu, benar (sesuai dengan kenyataan), lembut,
bertujuan baik dan berdasarkan cinta kasih seperti yang disebutkan dalam
Anggutara Nikaya,
45. b. Sammā Kammanta (PerbuatanBenar)
● Menurut ajaran Buddha, suatu perbuatan itu dikatakan baik atau buruk
tergantung pada keadaan pikiran pelaku saat perbuatan tersebut dilakukan.
Jadi, kriteria dasar etika Buddhis bukanlah teologis, melainkan psikologis.
● Sebagaimana dijelaskan dalam Dhammapada syair 122 bahwa Janganlah
meremehkan kebajikan walaupun kecil, dengan berkata: “Perbuatan bajik
tidak akan membawa akibat.”
46. ● Bagaikan sebuah tempayan akan terisipenuh oleh air yang dijatuhkan setetes
demi setetes, demikian pula orang bijaksana sedikit demi sedikit memenuhi
dirinya dengan kebajikan.Maka jangan pernah menyepelekan perbuatan baik
sekecil apapun, hendaknya dilakukan terus menerus.
47. Dhammapada syair 117-118 bahwa apabila seseorang berbuat jahat,
hendaklah ia tidak mengulangi perbuatann yaitu, dan jangan
merasa senang dengan perbuatan itu; sungguh menyakitkan
akibat dari memupuk perbuatan jahat. Apabila seseorang berbuat
bajik, hendaklah ia mengulangi perbuatannya itu dan bersukacita
dengan perbuatan itu, sungguh membahagiakan akibat dari
memupuk perbuatan bajik.
48. ● Praktik Perbuatan Benar dalam ajaran Buddha meliputi dua hal, yaitu pasif
dan aktif. Apakah itu???
49. c. Sammā Ajiva (MatapencaharianBenar)
● Di dalam kitab Tipitaka,SamyuttaNikaya disebutkan berulang-ulang bahwa
Penghidupan Benar adalah penghidupan yang meninggalkan Penghidupan
Salah, mempertahankan kehidupannya dengan penghidupan yang benar.
50. ● Dalam Anguttara Nikaya bahwa suatu penghidupan harus dilakukan dengan
cara-cara yang legal, bukan ilegal; diperoleh dengan damai, tanpa paksaan
atau kekerasan; diperoleh dengan jujur, tidak dengan penipuan dan
kebohongan; serta diperoleh dengan cara-cara yang tidak menimbulkan
bahaya dan penderitaan bagi orang lain.
● Diuraikan dalam Anguttara Nikaya bahwa Penghidupan menjadi salah ketika
dilakukan dengan pikiran, ucapan dan perbuatan salah serta merugikan atau
membuat penderitaan bagi makhluk lain.
51. ● Buddha menganjurkan umat awam menghindari lima macam penghidupan
salah, yaitu:“Ada lima perdagangan yang wajib dihindari oleh para perumah
tangga. Apa lima itu? Berdagang senjata, berdagang makhluk hidup,
berdagang daging, berdagang minuman keras dan berdagang racun”
52. Buddha menyebutkan dalam Mahacattarisaka Sutta bahwa penghidupan salah
dapat terjadi apabila dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Kebohongan (berhubungan dengan kata-kata) Maknanya adalah melakukan
suatu pekerjaan dengan tidak jujur.Contohnya berdusta dengan mengatakan
secara berlebih-lebihan kualitas barang yang tidak tepat.
2. Penghianatan/Ketidaksetiaan Artinya pekerjaan dilakukan dengan melanggar
janji, tidak sesuai dengan kesepakatan.
3. Peramalan/Penujuman Pekerjaan yang berkaitan dengan ramalan-ramalan
dan ketidakpastian.
4. Penipuan/Kecurangan (Berhubungan dengan tindakan mengelabui/menipu)
Suatu Pekerjaan dilakukan dengan menipu atau berbagai bentuk tipuan atau
hal-hal curang lainnya.
5. Riba/Lintah Darat Pekerjaan dilakukan dengan mencari keuntungan tidak
wajar dan sangat berlebih-lebihan.Contohnya menjual barang dengan harga
dua kali atau lebih.
53.
54. Empat Proses
Pencapaian
Tingkatan
Pemusatan Pikiran
Konsentrasi Benar
Pengertian dijelaskan
Fungsi dan
Kedudukan Sati
Dalam Jalan Mulia
Berunsur Delapan
Empat Landasan
Kesadaran
Kayanupassana,
vedananupassana,
cittanupassana,
dhammanupassana
Struktur Materi Berdasarkan Capaian
Pembelajaran
Kondisi Baik yang
Bermanfaat dan
Tidak Bermanfaat
Bagian dari usaha
benar
Bagian dari samādhi
Usaha Benar
55. Unsur Samādhi (Konsentrasi)
Perhatian Benar
Konsentrasi
Benar
01
03 05
07
02 04 06 08
Jalan Tengah terdiri dari delapan unsur yang dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu paññā, sīla, dan
samādhi. Samādhi terdiri dari unsur Usaha Benar (Sammā Vāyāma), Perhatian Benar (Sammā Sati), dan
Konsentrasi Benar (Sammā Samādhi).
Usaha Benar
58. Proses Mental Penyebab Usaha Benar
4
Memelihara dan
menyempurnakan
keadaan bajik
yang sudah
muncul
2
Meninggal-
kan
keadaan
tidak bajik
yang sudah
muncul
1
Mencegah
munculnya
keadaan
tidak bajik
yang belum
muncul
3
Membangkit-
kan keadaan
bajik yang
belum muncul
60. Perhatian menghadirkan
pikiran, penuh perhatian,
dan kewaspadaan.
Jika penilaian dan interpretasi
dari pikiran muncul, maka
perhatian mengenali dan
mencatat (saja).
Perhatian mencatat
apapun yang datang dan
sedang berlangsung.
Proses perhatian kembali
ke saat ini, tanpa terseret
pemikiran yang
mengganggu.
Perhatian
Benar
63. 4
Sepenuhnya sadar
terhadap objek (mata,
suara, bau, rasa,
sentuhan, mental)
Sammā Samādhi, Konsentrasi Benar
1
Fokus pada faktor
mental yang hadir dalam
setiap keadaan
kesadaran
3
Memastikan setiap citta,
tetap terpusat pada
objeknya
2
Fokus pada segala
sesuatu yang muncul
pada batin dan jasmani
64. Samādhi
Didefinisikan sebagai
pemusatan pikiran atau faktor-
faktor mental secara benar
dan seimbang pada suatu
objek.
Ciri utama pikiran yang
terkonsentrasi adalah penuh
perhatian tanpa putus pada
objek dan ketenangan fungsi-
fungsi mental yang
konsekuen.
Pikiran yang terkonsentrasi
mencerminkan refleksi atas
tanggapan indra terhadap
objek sebagaimana adanya.
65. Pengembangan KonsentrasiDidasarkan pada fungsi yang
berbeda: tujuan praktik langsung
menuju konsentrasi dan pengiring
praktik menuju pandangan terang
(Bodhi, 2010).
Samatha bhavana bertujuan
untuk mencapai keheningan
dan konsentrasi.
Vipassana bhavana bertujuan
untuk pengembangan
pandangan terang.