Dokumen tersebut membahas tentang hukum-hukum pewarisan Mendel dan percobaan-percobaannya. Hukum pertama Mendel menyatakan bahwa gen akan terpisah pada pembentukan gamet, sedangkan hukum kedua menyatakan bahwa penurunan sifat tidak saling bergantung. Mendel melakukan berbagai percobaan silang pada tanaman kacang ercis untuk menguji hukum-hukum ini.
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
JUDUL
1. BIOLOGI
HUKUM MENDEL
Disusun Oleh :
1. Afrisya Yatikasari (141440133000004)
2. Andika Putra B.P (141440133070011)
3. Eliana Carolina S (141440133310035)
4. Evie Yunita N (141440133320036)
5. Karina Khajar S (141440133530057)
Kelas 1B
Prodi : D3 Keperawatan
STIKes Harapan Bangsa Purwokerto
Tahun ajaran 2014/2015
0
2. BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat
pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua
bagian:
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat
pada organisme, yang kita kenal dengan hukum segregasi dan hukum asortasi
bebas, yang telah di jabarkan oleh Gregor Johann Mendel . Mendel
mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk
(Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap
gamet menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I,
dan bunyi hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai
dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas,
tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa latar belakang teori mendel?
2. Apa bunyi hukum mendel I?
3. Apa bunyi hukum mendel II?
4. Apa teori pewarisan sifat?
5. Apa saja percobaan mendel?
3. 2
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini untuk melengkapi tugas
dari mata kuliah Biologi.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui latar belakang teori mendel.
b. Agar mahasiswa mengetahui hukum mendel I.
c. Agar mahasiswa mengetahui hukum mendel II.
d. Agar mahasiswa mengetahui teori pewarisan sifat.
e. Agar mahasiswa mengetahui percobaan mendel.
4. BAB II
PEMBAHASAN
3
A. Latar Belakang Teori Mendel
Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk
kepada keturunannya. Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang
biarawan disebuah biara di Brunn, Austria menyilangkan kacang ercis (Pisum
sativum), kemudian hasil persilangan ditanam dan di amati, mendel
melakukannya selama 12 tahun.
Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan adalah :
1. Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok
2. Melakukan penyerbukan sendiri
3. Mudah dilakukan penyerbukan silang
4. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat
5. Mempunyai keturunan banyak
Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap
pengamatannya adalah menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan
percobaan. Tanaman galur murni adalah tanaman yang apabila dilakukan
penyerbukan sendiri akan menghasilkan keturunan yang semuanya
mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Dalam percobaannya Mendel
melakukan perkawinan silang dengan menyerbukkan sendiri antara dua
varietas ercis yang berbeda sebagai induk-induknya. Turunan hasil
perkawinan silang ini disebut hybrid, sedangkan prosesnya hibridisasi.
Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun beberapa
hipotesis, yaitu
1. Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor keturunan,
satu dari induk jantan dan satu induk betina.
2. Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya,
misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau. Kedua
bentuk alternative ini disebut alel.
5. 3. Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor
dominasi akan menutup factor resesif.
4. Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel
4
akan memisah secara bebas.
5. Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.
B. Hukum Mendel I
Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan:
‘pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan
dipisahkan dalam dua sel anak’. Hukum ini berlaku untuk persilangan
monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda).
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada
karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel
resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil,
misalnya w dalam gambar), dan alel dominan (nampak dari luar,
dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R)
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya
ww dalam gambar di samping) dan satu dari tetua betina (misalnya RR
dalam gambar di samping).
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan
selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif yang
tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang
dibentuk pada turunannya.
C. Hukum Mendel II
Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment,
menyatakan: ‘bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua
pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak
bergantung pada sifat pasangan lainnya’. Hukum ini berlaku untuk persilangan
dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.
6. Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai
genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai
genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2
pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk jantan dan induk
betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe
wR).Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan
membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar)
dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan
w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan
membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada
tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini
perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan
ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu
merah dan individu putih adalah 3:1.
Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan
satu sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk
dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit.
Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang
persilangan dari induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai
dihibrid, dan seterusnya.
Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek
dengan genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih
dengan genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang
terbentuk adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan
sB (nampak pada huruf di bawah kotak). Lihat ganbar 2
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1
dengan genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian
dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya
nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang
terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2
bentuk buntut: pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika
5
7. genotipenya ss); dan 2 macam warna kulit: coklat (jika genotipenya BB atau
Bb) dan putih (jika genotipenya bb).
Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang
perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan
detail mengenai genotipe SSBB:SSBb:SsBB:SsBb:SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb:
ssbb adalah 1:2:2:4:1:2:1:2:1
6
D. Teori Pewarisan Sifat
Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan Hereditas merupakan suatu
pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajari
tentang pewarisan sifat disebut dengan genetika. Pewarisan sifat itu dapat
ditentukan oleh kromosom dan gen. Teori-teori tentang pewarisan sifat adalah
sebagai berikut :
1. Teori Embryo
Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang
menyatakan, bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini
diperkuat oleh Reiner de Graaf (1641-1673) peneliti pertama yang
mengenal bersatunya sel sperma dengan sel telur yang akan membentuk
embrio. Reiner de Graaf menyatakan bahwa ovarium pada burung sama
dengan ovarium pada kelinci.
2. Teori Preformasi
Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang
menyatakan bahwa telur mengandung semua generasi yang akan dating
sebagai miniature yang telah terbentuk sebelumnnya.
3. Teori Epigenesis Embriologi
Teori ini dikemukakan oleh C.F. Wolf, 1738-1794, yang
menyatakan bahwa ada kekuatan vital dalam benih organiseme dengan
kekuatan ini menyebabkan pertumbuhan embrio menurut pola
perkembangan sebelumnya.
8. 7
4. Teori Plasma Nutfah
Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang
menyatakan bahwa sifat yang terjadi karena rangsangan dari luar
(lingkungan) terhadap struktur fungsi organ yang diturunkan pada generasi
berikutnya.
5. Teori Pengenesis
Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa
setiap bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut
gemuia.
6. Teori Telegani
Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa
spermatozoa sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung jawab
sebagai penurunan sifat.
E. Percobaan Mendel
1. Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda
a. Persilangan Monohibrid Dominan Penuh
Persilangan dua individu dengan satu sifat beda
menurun kan sifat dominan apabila sifat keturunannya sama dengan
salah satu sifat induknya.
Perhatikan contoh persilangan berikut. Contoh: Tanaman kacang
ercis berbatang tinggi disilangkan dengan kacang ercis berbatang
pendek. F1 semuanya berbatang tinggi. Kemudian F1 dibiarkan
melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh yaitu F2 yang
berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1.
Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan berikut :
Parental
1 (P1)
Kacang ercis
Batang Tinggi
>< Kacang ercis Batang Pendek
Genotipe T T >< t t
Fenotipe Tinggi
Pendek
Gamet T dan T
t dan t
9. Filial (F1)
T t Fenotipe : Batang Tinggi
Parental
2 (P2)
8
Kacang ercis
Batang Tinggi
>< Kacang ercis Batang Tinggi
Genotipe T t
T t
Gamet T dan t >< T dan t
Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut :
Gamet
Gamet
T t
T TT (Tinggi) .1 Tt (Tinggi) .2
T Tt (Tinggi) .3 Tt (pendek) .4
Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan
terhadap gen untuk faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt
(no. 2 dan 3) akan memiliki fenotipe tinggi. Perbandingan fenotipe F2
pada persilangan monohibrid dominan penuh adalah :
Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe nya adalah :
TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1
b. Persilangan Monohibrid Intermediet
Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi
mempunyai fenotipe diantara kedua induknya.
Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni
merah (MM) disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari
persilangan itu diperoleh hasil F1 yang semuanya berbunga merah
muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan dengan
sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah
muda, dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat
dilihat sebagai berikut :
10. 9
P1
Tanaman
berbunga
merah
><
Tanaman berbunga
putih
Genotipe MM >< Mm
Gamet M dan M
m dan m
F1
Mm Fenotipe : berbunga merah muda
P2
Mm (merah
muda)
>< Mm (merah muda)
Gamet M dan m >< M dan m
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah :
Gamet
Gamet
M M
M
MM
(Merah) 1
Mm (merah
muda) 2
m
Mm (merah
muda) 3
Mm
(putih) 4
Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid
intermediet adalah : merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan
Genotipenya : MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1
2. Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)
Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih
menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipe dan genotipe
tertentu. Mendel dalam percobaannya menggunakan kacang ercis galur
murni yang mempunyai biji bulat warna kuning dengan galur murni yang
mempunyai biji keriput warna hijau. Karena bulat dan kuning dominan
terhadap keriput dan hijau, maka F1 seluruhnya berupa kacang ercis
berbiji bulat dan warna biji kuning. Biji-biji F1 ini kemudian ditanam
kembali dan dilakukan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh F2.
Keturunan kedua F2 yang diperoleh adalah sebagai berikut. Persilangan
11. tersebut adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu
bentuk biji dan warna biji.
B = bulat, dominan terhadap keriput b=keriput,
K = kuning, dominan terhadap hijau k= hijau
Perhatikan bagan persilangan dua individu dengan dua sifat beda
10
(dihibrid) di bawah
P1
Kacang ercis
berbiji bulat warna
kuning
><
Kacang ercis berbiji keriput warna
hijau
Genotipe BBKK >< Bbkk
Gamet BK dan BK >< bk dan bk
F1
BbKk Fenotipe : berbiji bulat warna kuning
P2 BbKk >< BbKk
Gamet BK,B k,bK,bk >< BK,Bk,bK,bk
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah Sbb :
F2
:
Gamet
Gamet
BK Bk bK Bk
BK BBKK 1 BBKk 2 BbKK 3 BbKk 4
Bk BBKk 5 BBkk 6 BbKk 7 Bbkk 8
bK BbKK 9 BbKk 10 bbKK 11 bbKk 12
Bk BbKk 13 Bbkk 14 bbKk 15 Bbkk 16
Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu
yang mengandung K memiliki biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah
:
1. bulat – kuning = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13
2. bulat – hijau = nomor : 6, 18, 14
3. keripit – kuing = nomor : 11, 12, 15
4. keriput – hijau = nomor : 16
12. Perbandingan Fenotipe F2 adalah :
bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau =
9 : 3 : 3 : 1
Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 :
11
Kemungkinan
ke-
Kotak nomor Genotipe Fenotipe
1 1 BBKK Bulat kuning
2 2, 5 BBKk Bulat kuning
3 3, 9 BbKK Bulat kuning
4 4,7, 10, 13 BbKk Bulat kuning
5 6 BBkk Bulat hijau
6 8, 14 Bbkk Bulat hijau
7 11 bbKK Keriput kuning
8 12, 15 bbKk Keriput kuning
9 16 bbkk Keriput hijau
Perbandingan Genotipe nya :
BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1
3. Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)
Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu
:Batang tinggi, biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji
keriput, warna biji hijau. Keturunan F1 yang dihasilkan adalah : Bagan
persilangan Trihibrid
P1
TTKKBB
>
<
Ttkkbb
Fenotipe
Tinggi,kuning,bulat
>
<
Pendek,keriput,hijau
Genotipe
TKB
>
<
Tkb
13. F1
TtKkBb
12
Fenotipe :
Tinggi,kunin
g,bulat
P2
TtKkBb
>
<
TtKkBb
Gamet
TKB,TKb,Tk
B,Tkb,tKB,t
Kb, tkB,tkb
Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan
genotipe pada F2
Jumlah
Sifat
Beda
Jumlah
Macam
Gamet
Jumlah
Macam
Genotipe
F2
Jumlah
Macam
Fenotipe
F2
Perbandingan
Fenotipe F2
Jumlah
Individu
F2
1 21 = 2 3 2 3 : 1 4
2 22 = 4 9 4 9 : 3 : 3 : 1 16
3 23 = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3:1 64
N 2n 3n 2n
4n
14. BAB III
PENUTUP
13
A. Kesimpulan
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat
pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua
bagian:
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
B. Saran
1. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
2. Penyusun makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
kelancaran dan kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya