SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
BIOLOGI 
HUKUM MENDEL 
Disusun Oleh : 
1. Afrisya Yatikasari (141440133000004) 
2. Andika Putra B.P (141440133070011) 
3. Eliana Carolina S (141440133310035) 
4. Evie Yunita N (141440133320036) 
5. Karina Khajar S (141440133530057) 
Kelas 1B 
Prodi : D3 Keperawatan 
STIKes Harapan Bangsa Purwokerto 
Tahun ajaran 2014/2015 
0
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
A. Latar Belakang 
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat 
pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua 
bagian: 
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai 
Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent 
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. 
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat 
pada organisme, yang kita kenal dengan hukum segregasi dan hukum asortasi 
bebas, yang telah di jabarkan oleh Gregor Johann Mendel . Mendel 
mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk 
(Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap 
gamet menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I, 
dan bunyi hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai 
dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, 
tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. 
B. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 
1. Apa latar belakang teori mendel? 
2. Apa bunyi hukum mendel I? 
3. Apa bunyi hukum mendel II? 
4. Apa teori pewarisan sifat? 
5. Apa saja percobaan mendel?
2 
C. Tujuan 
1. Tujuan umum 
Tujuan umum dari penulisan makalah ini untuk melengkapi tugas 
dari mata kuliah Biologi. 
2. Tujuan Khusus 
a. Agar mahasiswa mengetahui latar belakang teori mendel. 
b. Agar mahasiswa mengetahui hukum mendel I. 
c. Agar mahasiswa mengetahui hukum mendel II. 
d. Agar mahasiswa mengetahui teori pewarisan sifat. 
e. Agar mahasiswa mengetahui percobaan mendel.
BAB II 
PEMBAHASAN 
3 
A. Latar Belakang Teori Mendel 
Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk 
kepada keturunannya. Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang 
biarawan disebuah biara di Brunn, Austria menyilangkan kacang ercis (Pisum 
sativum), kemudian hasil persilangan ditanam dan di amati, mendel 
melakukannya selama 12 tahun. 
Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan adalah : 
1. Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok 
2. Melakukan penyerbukan sendiri 
3. Mudah dilakukan penyerbukan silang 
4. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat 
5. Mempunyai keturunan banyak 
Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap 
pengamatannya adalah menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan 
percobaan. Tanaman galur murni adalah tanaman yang apabila dilakukan 
penyerbukan sendiri akan menghasilkan keturunan yang semuanya 
mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Dalam percobaannya Mendel 
melakukan perkawinan silang dengan menyerbukkan sendiri antara dua 
varietas ercis yang berbeda sebagai induk-induknya. Turunan hasil 
perkawinan silang ini disebut hybrid, sedangkan prosesnya hibridisasi. 
Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun beberapa 
hipotesis, yaitu 
1. Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor keturunan, 
satu dari induk jantan dan satu induk betina. 
2. Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya, 
misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau. Kedua 
bentuk alternative ini disebut alel.
3. Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor 
dominasi akan menutup factor resesif. 
4. Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel 
4 
akan memisah secara bebas. 
5. Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja. 
B. Hukum Mendel I 
Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: 
‘pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan 
dipisahkan dalam dua sel anak’. Hukum ini berlaku untuk persilangan 
monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda). 
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok: 
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada 
karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel 
resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, 
misalnya w dalam gambar), dan alel dominan (nampak dari luar, 
dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R) 
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya 
ww dalam gambar di samping) dan satu dari tetua betina (misalnya RR 
dalam gambar di samping). 
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan 
selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif yang 
tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang 
dibentuk pada turunannya. 
C. Hukum Mendel II 
Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment, 
menyatakan: ‘bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua 
pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak 
bergantung pada sifat pasangan lainnya’. Hukum ini berlaku untuk persilangan 
dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.
Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai 
genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai 
genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2 
pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk jantan dan induk 
betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe 
wR).Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan 
membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar) 
dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan 
w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan 
membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada 
tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini 
perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan 
ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu 
merah dan individu putih adalah 3:1. 
Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan 
satu sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk 
dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. 
Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang 
persilangan dari induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai 
dihibrid, dan seterusnya. 
Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek 
dengan genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih 
dengan genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang 
terbentuk adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan 
sB (nampak pada huruf di bawah kotak). Lihat ganbar 2 
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 
dengan genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian 
dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya 
nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang 
terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 
bentuk buntut: pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika 
5
genotipenya ss); dan 2 macam warna kulit: coklat (jika genotipenya BB atau 
Bb) dan putih (jika genotipenya bb). 
Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang 
perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan 
detail mengenai genotipe SSBB:SSBb:SsBB:SsBb:SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: 
ssbb adalah 1:2:2:4:1:2:1:2:1 
6 
D. Teori Pewarisan Sifat 
Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan Hereditas merupakan suatu 
pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajari 
tentang pewarisan sifat disebut dengan genetika. Pewarisan sifat itu dapat 
ditentukan oleh kromosom dan gen. Teori-teori tentang pewarisan sifat adalah 
sebagai berikut : 
1. Teori Embryo 
Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang 
menyatakan, bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini 
diperkuat oleh Reiner de Graaf (1641-1673) peneliti pertama yang 
mengenal bersatunya sel sperma dengan sel telur yang akan membentuk 
embrio. Reiner de Graaf menyatakan bahwa ovarium pada burung sama 
dengan ovarium pada kelinci. 
2. Teori Preformasi 
Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang 
menyatakan bahwa telur mengandung semua generasi yang akan dating 
sebagai miniature yang telah terbentuk sebelumnnya. 
3. Teori Epigenesis Embriologi 
Teori ini dikemukakan oleh C.F. Wolf, 1738-1794, yang 
menyatakan bahwa ada kekuatan vital dalam benih organiseme dengan 
kekuatan ini menyebabkan pertumbuhan embrio menurut pola 
perkembangan sebelumnya.
7 
4. Teori Plasma Nutfah 
Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang 
menyatakan bahwa sifat yang terjadi karena rangsangan dari luar 
(lingkungan) terhadap struktur fungsi organ yang diturunkan pada generasi 
berikutnya. 
5. Teori Pengenesis 
Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa 
setiap bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut 
gemuia. 
6. Teori Telegani 
Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa 
spermatozoa sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung jawab 
sebagai penurunan sifat. 
E. Percobaan Mendel 
1. Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda 
a. Persilangan Monohibrid Dominan Penuh 
Persilangan dua individu dengan satu sifat beda 
menurun kan sifat dominan apabila sifat keturunannya sama dengan 
salah satu sifat induknya. 
Perhatikan contoh persilangan berikut. Contoh: Tanaman kacang 
ercis berbatang tinggi disilangkan dengan kacang ercis berbatang 
pendek. F1 semuanya berbatang tinggi. Kemudian F1 dibiarkan 
melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh yaitu F2 yang 
berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1. 
Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan berikut : 
Parental 
1 (P1) 
Kacang ercis 
Batang Tinggi 
>< Kacang ercis Batang Pendek 
Genotipe T T >< t t 
Fenotipe Tinggi 
Pendek 
Gamet T dan T 
t dan t
Filial (F1) 
T t Fenotipe : Batang Tinggi 
Parental 
2 (P2) 
8 
Kacang ercis 
Batang Tinggi 
>< Kacang ercis Batang Tinggi 
Genotipe T t 
T t 
Gamet T dan t >< T dan t 
Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut : 
Gamet 
Gamet 
T t 
T TT (Tinggi) .1 Tt (Tinggi) .2 
T Tt (Tinggi) .3 Tt (pendek) .4 
Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan 
terhadap gen untuk faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt 
(no. 2 dan 3) akan memiliki fenotipe tinggi. Perbandingan fenotipe F2 
pada persilangan monohibrid dominan penuh adalah : 
Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe nya adalah : 
TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1 
b. Persilangan Monohibrid Intermediet 
Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi 
mempunyai fenotipe diantara kedua induknya. 
Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni 
merah (MM) disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari 
persilangan itu diperoleh hasil F1 yang semuanya berbunga merah 
muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan dengan 
sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah 
muda, dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat 
dilihat sebagai berikut :
9 
P1 
Tanaman 
berbunga 
merah 
>< 
Tanaman berbunga 
putih 
Genotipe MM >< Mm 
Gamet M dan M 
m dan m 
F1 
Mm Fenotipe : berbunga merah muda 
P2 
Mm (merah 
muda) 
>< Mm (merah muda) 
Gamet M dan m >< M dan m 
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah : 
Gamet 
Gamet 
M M 
M 
MM 
(Merah) 1 
Mm (merah 
muda) 2 
m 
Mm (merah 
muda) 3 
Mm 
(putih) 4 
Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid 
intermediet adalah : merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan 
Genotipenya : MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1 
2. Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid) 
Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih 
menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipe dan genotipe 
tertentu. Mendel dalam percobaannya menggunakan kacang ercis galur 
murni yang mempunyai biji bulat warna kuning dengan galur murni yang 
mempunyai biji keriput warna hijau. Karena bulat dan kuning dominan 
terhadap keriput dan hijau, maka F1 seluruhnya berupa kacang ercis 
berbiji bulat dan warna biji kuning. Biji-biji F1 ini kemudian ditanam 
kembali dan dilakukan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh F2. 
Keturunan kedua F2 yang diperoleh adalah sebagai berikut. Persilangan
tersebut adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu 
bentuk biji dan warna biji. 
B = bulat, dominan terhadap keriput b=keriput, 
K = kuning, dominan terhadap hijau k= hijau 
Perhatikan bagan persilangan dua individu dengan dua sifat beda 
10 
(dihibrid) di bawah 
P1 
Kacang ercis 
berbiji bulat warna 
kuning 
>< 
Kacang ercis berbiji keriput warna 
hijau 
Genotipe BBKK >< Bbkk 
Gamet BK dan BK >< bk dan bk 
F1 
BbKk Fenotipe : berbiji bulat warna kuning 
P2 BbKk >< BbKk 
Gamet BK,B k,bK,bk >< BK,Bk,bK,bk 
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah Sbb : 
F2 
: 
Gamet 
Gamet 
BK Bk bK Bk 
BK BBKK 1 BBKk 2 BbKK 3 BbKk 4 
Bk BBKk 5 BBkk 6 BbKk 7 Bbkk 8 
bK BbKK 9 BbKk 10 bbKK 11 bbKk 12 
Bk BbKk 13 Bbkk 14 bbKk 15 Bbkk 16 
Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu 
yang mengandung K memiliki biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah 
: 
1. bulat – kuning = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13 
2. bulat – hijau = nomor : 6, 18, 14 
3. keripit – kuing = nomor : 11, 12, 15 
4. keriput – hijau = nomor : 16
Perbandingan Fenotipe F2 adalah : 
bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau = 
9 : 3 : 3 : 1 
Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 : 
11 
Kemungkinan 
ke- 
Kotak nomor Genotipe Fenotipe 
1 1 BBKK Bulat kuning 
2 2, 5 BBKk Bulat kuning 
3 3, 9 BbKK Bulat kuning 
4 4,7, 10, 13 BbKk Bulat kuning 
5 6 BBkk Bulat hijau 
6 8, 14 Bbkk Bulat hijau 
7 11 bbKK Keriput kuning 
8 12, 15 bbKk Keriput kuning 
9 16 bbkk Keriput hijau 
Perbandingan Genotipe nya : 
BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk 
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1 
3. Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid) 
Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu 
:Batang tinggi, biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji 
keriput, warna biji hijau. Keturunan F1 yang dihasilkan adalah : Bagan 
persilangan Trihibrid 
P1 
TTKKBB 
> 
< 
Ttkkbb 
Fenotipe 
Tinggi,kuning,bulat 
> 
< 
Pendek,keriput,hijau 
Genotipe 
TKB 
> 
< 
Tkb
F1 
TtKkBb 
12 
Fenotipe : 
Tinggi,kunin 
g,bulat 
P2 
TtKkBb 
> 
< 
TtKkBb 
Gamet 
TKB,TKb,Tk 
B,Tkb,tKB,t 
Kb, tkB,tkb 
Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan 
genotipe pada F2 
Jumlah 
Sifat 
Beda 
Jumlah 
Macam 
Gamet 
Jumlah 
Macam 
Genotipe 
F2 
Jumlah 
Macam 
Fenotipe 
F2 
Perbandingan 
Fenotipe F2 
Jumlah 
Individu 
F2 
1 21 = 2 3 2 3 : 1 4 
2 22 = 4 9 4 9 : 3 : 3 : 1 16 
3 23 = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3:1 64 
N 2n 3n 2n 
4n
BAB III 
PENUTUP 
13 
A. Kesimpulan 
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat 
pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua 
bagian: 
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai 
Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent 
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. 
B. Saran 
1. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. 
2. Penyusun makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi 
kelancaran dan kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya
DAFTAR PUSTAKA 
http://biologimediacentre.com/genetika-hukum-mendel/#sthash.C7PN7wAX.dpuf 
http://www.scribd.com/doc/84672312/Pewarisan-Sifat-Sifat-Keturunan 
http://endick.wordpress.com/2008/01/30/percobaan-mendel-2/ 
http://smointi.blogspot.com/2010/12/makalah-hukum-mendel.html 
14

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNESLaporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNESdewisetiyana52
 
Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4Monalisa Pirade
 
Makalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanah
Makalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanahMakalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanah
Makalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanahVina Widya Putri
 
Reproduksi pada hewan vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrataReproduksi pada hewan vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrataf' yagami
 
Laporan genetika bab awal
Laporan genetika bab awalLaporan genetika bab awal
Laporan genetika bab awalimat lisnawati
 
Sistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewanSistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewanHafiza Maulita
 
Tanya Jawab Biologi Molekuler
Tanya Jawab Biologi MolekulerTanya Jawab Biologi Molekuler
Tanya Jawab Biologi Molekulerdewisetiyana52
 
Gymnospermae - Anatomy
Gymnospermae - AnatomyGymnospermae - Anatomy
Gymnospermae - Anatomydewisetiyana52
 
Laporan Biologi Enzim Katalase
Laporan Biologi Enzim KatalaseLaporan Biologi Enzim Katalase
Laporan Biologi Enzim KatalaseHilya Auliya
 
Bab 7. Osteichthyes
Bab 7. Osteichthyes Bab 7. Osteichthyes
Bab 7. Osteichthyes Nana Citra
 
Mengukur Laju Respirasi Jangkrik
Mengukur Laju Respirasi JangkrikMengukur Laju Respirasi Jangkrik
Mengukur Laju Respirasi JangkrikRisa Firsta
 

What's hot (20)

Bukti–Bukti Evolusi
Bukti–Bukti EvolusiBukti–Bukti Evolusi
Bukti–Bukti Evolusi
 
Gastrula
GastrulaGastrula
Gastrula
 
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNESLaporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
Laporan Praktikum Supravital Epithelium Mukosa Mulut@Lab. Bio UNNES
 
Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4
 
Makalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanah
Makalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanahMakalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanah
Makalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanah
 
Reproduksi pada hewan vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrataReproduksi pada hewan vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrata
 
Laporan genetika bab awal
Laporan genetika bab awalLaporan genetika bab awal
Laporan genetika bab awal
 
Sistem endokrin pada hewan
Sistem endokrin pada hewanSistem endokrin pada hewan
Sistem endokrin pada hewan
 
CACING PLANARIA SP
CACING PLANARIA SPCACING PLANARIA SP
CACING PLANARIA SP
 
Sistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewanSistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewan
 
Praktikum isolasi dna
Praktikum isolasi dnaPraktikum isolasi dna
Praktikum isolasi dna
 
Tanya Jawab Biologi Molekuler
Tanya Jawab Biologi MolekulerTanya Jawab Biologi Molekuler
Tanya Jawab Biologi Molekuler
 
Gymnospermae - Anatomy
Gymnospermae - AnatomyGymnospermae - Anatomy
Gymnospermae - Anatomy
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 
Biologi Sel kelas XI
Biologi Sel kelas XIBiologi Sel kelas XI
Biologi Sel kelas XI
 
Laporan Biologi Enzim Katalase
Laporan Biologi Enzim KatalaseLaporan Biologi Enzim Katalase
Laporan Biologi Enzim Katalase
 
Laporan Resmi Praktikum Biologi Fotosintesis
Laporan Resmi Praktikum Biologi FotosintesisLaporan Resmi Praktikum Biologi Fotosintesis
Laporan Resmi Praktikum Biologi Fotosintesis
 
Bab 7. Osteichthyes
Bab 7. Osteichthyes Bab 7. Osteichthyes
Bab 7. Osteichthyes
 
Praktikum amfibi
Praktikum amfibiPraktikum amfibi
Praktikum amfibi
 
Mengukur Laju Respirasi Jangkrik
Mengukur Laju Respirasi JangkrikMengukur Laju Respirasi Jangkrik
Mengukur Laju Respirasi Jangkrik
 

Viewers also liked

Buku Hukum Mendel
Buku Hukum MendelBuku Hukum Mendel
Buku Hukum Mendelnabilaaanbl
 
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...Feri Chandra
 
Hukum mendel dan pewarisan sifat
Hukum mendel dan pewarisan sifat Hukum mendel dan pewarisan sifat
Hukum mendel dan pewarisan sifat Riana Suprapti
 
Pembahasan genetika
Pembahasan genetikaPembahasan genetika
Pembahasan genetikaImas Siti M
 
MAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFAT
MAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFATMAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFAT
MAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFATMuhammad Rustan
 
(Hukum mendel si)
(Hukum mendel si)(Hukum mendel si)
(Hukum mendel si)hnffunnisa
 
Laporan praktikum genetika, dengan uji khi kuadrat
Laporan praktikum genetika, dengan uji khi kuadratLaporan praktikum genetika, dengan uji khi kuadrat
Laporan praktikum genetika, dengan uji khi kuadratSiti Jamilah
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Hariyatunnisa Ahmad
 
12. pembelajaran menyimak berbicara.
12. pembelajaran menyimak berbicara.12. pembelajaran menyimak berbicara.
12. pembelajaran menyimak berbicara.Faris Rusli
 
Laporan tetap genetika tentang monohibrid, dihibrid, gen yang dipengaruhi ole...
Laporan tetap genetika tentang monohibrid, dihibrid, gen yang dipengaruhi ole...Laporan tetap genetika tentang monohibrid, dihibrid, gen yang dipengaruhi ole...
Laporan tetap genetika tentang monohibrid, dihibrid, gen yang dipengaruhi ole...f' yagami
 
Laporan monohibrida
Laporan monohibridaLaporan monohibrida
Laporan monohibridaRizki Putrii
 
ALAT REFRAKTOMETER
ALAT REFRAKTOMETERALAT REFRAKTOMETER
ALAT REFRAKTOMETEREno Lidya
 
Strategi pemecahan masalah problem solving dalam pembelajaran matematika
Strategi pemecahan masalah problem solving dalam pembelajaran matematikaStrategi pemecahan masalah problem solving dalam pembelajaran matematika
Strategi pemecahan masalah problem solving dalam pembelajaran matematikawww.didiarsandi.com
 
Pembelajaran Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika di SD
Pembelajaran Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika di SDPembelajaran Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika di SD
Pembelajaran Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika di SDNASuprawoto Sunardjo
 
Makalah tape ketan
Makalah tape ketanMakalah tape ketan
Makalah tape ketanKurnia Wati
 

Viewers also liked (20)

Buku Hukum Mendel
Buku Hukum MendelBuku Hukum Mendel
Buku Hukum Mendel
 
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
 
Hukum mendel dan pewarisan sifat
Hukum mendel dan pewarisan sifat Hukum mendel dan pewarisan sifat
Hukum mendel dan pewarisan sifat
 
Pembahasan genetika
Pembahasan genetikaPembahasan genetika
Pembahasan genetika
 
MAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFAT
MAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFATMAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFAT
MAKALAH PEMBELAHAN SEL DAN PEWARISAN SIFAT
 
Arinda (autosaved)
Arinda (autosaved)Arinda (autosaved)
Arinda (autosaved)
 
(Hukum mendel si)
(Hukum mendel si)(Hukum mendel si)
(Hukum mendel si)
 
Unit 7 kebakaan
Unit 7 kebakaanUnit 7 kebakaan
Unit 7 kebakaan
 
Laporan praktikum genetika, dengan uji khi kuadrat
Laporan praktikum genetika, dengan uji khi kuadratLaporan praktikum genetika, dengan uji khi kuadrat
Laporan praktikum genetika, dengan uji khi kuadrat
 
Hukum mendel
Hukum mendelHukum mendel
Hukum mendel
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
 
12. pembelajaran menyimak berbicara.
12. pembelajaran menyimak berbicara.12. pembelajaran menyimak berbicara.
12. pembelajaran menyimak berbicara.
 
Laporan tetap genetika tentang monohibrid, dihibrid, gen yang dipengaruhi ole...
Laporan tetap genetika tentang monohibrid, dihibrid, gen yang dipengaruhi ole...Laporan tetap genetika tentang monohibrid, dihibrid, gen yang dipengaruhi ole...
Laporan tetap genetika tentang monohibrid, dihibrid, gen yang dipengaruhi ole...
 
Laporan monohibrida
Laporan monohibridaLaporan monohibrida
Laporan monohibrida
 
makalah biologi
makalah biologimakalah biologi
makalah biologi
 
ALAT REFRAKTOMETER
ALAT REFRAKTOMETERALAT REFRAKTOMETER
ALAT REFRAKTOMETER
 
Hukum hardy weinberg
Hukum hardy weinbergHukum hardy weinberg
Hukum hardy weinberg
 
Strategi pemecahan masalah problem solving dalam pembelajaran matematika
Strategi pemecahan masalah problem solving dalam pembelajaran matematikaStrategi pemecahan masalah problem solving dalam pembelajaran matematika
Strategi pemecahan masalah problem solving dalam pembelajaran matematika
 
Pembelajaran Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika di SD
Pembelajaran Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika di SDPembelajaran Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika di SD
Pembelajaran Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika di SD
 
Makalah tape ketan
Makalah tape ketanMakalah tape ketan
Makalah tape ketan
 

Similar to JUDUL

Similar to JUDUL (20)

Makalah kode genetika
Makalah kode genetikaMakalah kode genetika
Makalah kode genetika
 
BAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptx
BAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptxBAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptx
BAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptx
 
Makalah kd1 kode genetik
Makalah kd1 kode genetikMakalah kd1 kode genetik
Makalah kd1 kode genetik
 
Makalah kode genetika kd 1
Makalah kode genetika kd 1Makalah kode genetika kd 1
Makalah kode genetika kd 1
 
Kls 9 pewarisan_sifat_(_26_agst_2020)
Kls 9 pewarisan_sifat_(_26_agst_2020)Kls 9 pewarisan_sifat_(_26_agst_2020)
Kls 9 pewarisan_sifat_(_26_agst_2020)
 
Pewarisan sifat 2
Pewarisan sifat 2Pewarisan sifat 2
Pewarisan sifat 2
 
Pewarisan sifat 2
Pewarisan sifat 2Pewarisan sifat 2
Pewarisan sifat 2
 
Makalah kd1 embem
Makalah kd1 embemMakalah kd1 embem
Makalah kd1 embem
 
Ppt kelompok 2 Genetika 2.pdf
Ppt kelompok 2 Genetika 2.pdfPpt kelompok 2 Genetika 2.pdf
Ppt kelompok 2 Genetika 2.pdf
 
Makalah kode genetika dr. tami
Makalah kode genetika dr. tamiMakalah kode genetika dr. tami
Makalah kode genetika dr. tami
 
PPT GENETIKA TANAMAN (1).pptx
PPT GENETIKA TANAMAN (1).pptxPPT GENETIKA TANAMAN (1).pptx
PPT GENETIKA TANAMAN (1).pptx
 
hukum_mendel_1_monohibrid_intermediet.pptx
hukum_mendel_1_monohibrid_intermediet.pptxhukum_mendel_1_monohibrid_intermediet.pptx
hukum_mendel_1_monohibrid_intermediet.pptx
 
hukum mendel
hukum mendelhukum mendel
hukum mendel
 
Book slide
Book slideBook slide
Book slide
 
Power poin pewarisan sifat
Power poin pewarisan sifatPower poin pewarisan sifat
Power poin pewarisan sifat
 
Pewarisan Sifat
Pewarisan SifatPewarisan Sifat
Pewarisan Sifat
 
Bab 5 bioteknologi 9i
Bab 5 bioteknologi 9iBab 5 bioteknologi 9i
Bab 5 bioteknologi 9i
 
PPT PEWARISAN SIFAT HENITA SILMI KHAVATA.pptx
PPT PEWARISAN SIFAT HENITA SILMI KHAVATA.pptxPPT PEWARISAN SIFAT HENITA SILMI KHAVATA.pptx
PPT PEWARISAN SIFAT HENITA SILMI KHAVATA.pptx
 
Bab 5 pola pola hereditas kelas XII SMA IPA
Bab 5 pola pola hereditas kelas XII SMA IPABab 5 pola pola hereditas kelas XII SMA IPA
Bab 5 pola pola hereditas kelas XII SMA IPA
 
Buku Hereditas
Buku HereditasBuku Hereditas
Buku Hereditas
 

More from Sentra Komputer dan Foto Copy

Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasionalMakalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasionalSentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmSentra Komputer dan Foto Copy
 

More from Sentra Komputer dan Foto Copy (20)

Makalah solusio plasenta
Makalah solusio plasentaMakalah solusio plasenta
Makalah solusio plasenta
 
Makalah study bpm kebidanan dasar
Makalah study bpm  kebidanan dasar Makalah study bpm  kebidanan dasar
Makalah study bpm kebidanan dasar
 
Makalah deteksi patologi persalinan
Makalah deteksi patologi persalinanMakalah deteksi patologi persalinan
Makalah deteksi patologi persalinan
 
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
 
Makalah agama tentang dzikir dan doa
Makalah agama tentang dzikir dan doaMakalah agama tentang dzikir dan doa
Makalah agama tentang dzikir dan doa
 
Makalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negaraMakalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negara
 
Makalah konseling
Makalah konselingMakalah konseling
Makalah konseling
 
Makalalah demokrasi pancasila
Makalalah  demokrasi pancasilaMakalalah  demokrasi pancasila
Makalalah demokrasi pancasila
 
Makalah aborsi dan menstrual regulation
Makalah aborsi dan menstrual regulationMakalah aborsi dan menstrual regulation
Makalah aborsi dan menstrual regulation
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
 
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasionalMakalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
 
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatanMakalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
 
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpmMakalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
 
Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)
 
Makalah hormon reproduksi wanita
Makalah hormon reproduksi wanitaMakalah hormon reproduksi wanita
Makalah hormon reproduksi wanita
 
Makalah hormon–hormon reproduksi pada wanita
Makalah hormon–hormon reproduksi pada wanitaMakalah hormon–hormon reproduksi pada wanita
Makalah hormon–hormon reproduksi pada wanita
 
Perbedaan antara dna dengan rna
Perbedaan antara dna dengan rnaPerbedaan antara dna dengan rna
Perbedaan antara dna dengan rna
 
Makalah negara dan konstitusii
Makalah negara dan konstitusiiMakalah negara dan konstitusii
Makalah negara dan konstitusii
 

Recently uploaded

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 

JUDUL

  • 1. BIOLOGI HUKUM MENDEL Disusun Oleh : 1. Afrisya Yatikasari (141440133000004) 2. Andika Putra B.P (141440133070011) 3. Eliana Carolina S (141440133310035) 4. Evie Yunita N (141440133320036) 5. Karina Khajar S (141440133530057) Kelas 1B Prodi : D3 Keperawatan STIKes Harapan Bangsa Purwokerto Tahun ajaran 2014/2015 0
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian: Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme, yang kita kenal dengan hukum segregasi dan hukum asortasi bebas, yang telah di jabarkan oleh Gregor Johann Mendel . Mendel mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan bunyi hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa latar belakang teori mendel? 2. Apa bunyi hukum mendel I? 3. Apa bunyi hukum mendel II? 4. Apa teori pewarisan sifat? 5. Apa saja percobaan mendel?
  • 3. 2 C. Tujuan 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penulisan makalah ini untuk melengkapi tugas dari mata kuliah Biologi. 2. Tujuan Khusus a. Agar mahasiswa mengetahui latar belakang teori mendel. b. Agar mahasiswa mengetahui hukum mendel I. c. Agar mahasiswa mengetahui hukum mendel II. d. Agar mahasiswa mengetahui teori pewarisan sifat. e. Agar mahasiswa mengetahui percobaan mendel.
  • 4. BAB II PEMBAHASAN 3 A. Latar Belakang Teori Mendel Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang biarawan disebuah biara di Brunn, Austria menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum), kemudian hasil persilangan ditanam dan di amati, mendel melakukannya selama 12 tahun. Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan adalah : 1. Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok 2. Melakukan penyerbukan sendiri 3. Mudah dilakukan penyerbukan silang 4. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat 5. Mempunyai keturunan banyak Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap pengamatannya adalah menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan percobaan. Tanaman galur murni adalah tanaman yang apabila dilakukan penyerbukan sendiri akan menghasilkan keturunan yang semuanya mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Dalam percobaannya Mendel melakukan perkawinan silang dengan menyerbukkan sendiri antara dua varietas ercis yang berbeda sebagai induk-induknya. Turunan hasil perkawinan silang ini disebut hybrid, sedangkan prosesnya hibridisasi. Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun beberapa hipotesis, yaitu 1. Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor keturunan, satu dari induk jantan dan satu induk betina. 2. Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya, misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau. Kedua bentuk alternative ini disebut alel.
  • 5. 3. Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor dominasi akan menutup factor resesif. 4. Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel 4 akan memisah secara bebas. 5. Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja. B. Hukum Mendel I Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: ‘pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak’. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda). Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok: 1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R) 2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam gambar di samping) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di samping). 3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya. C. Hukum Mendel II Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment, menyatakan: ‘bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat pasangan lainnya’. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.
  • 6. Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe wR).Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar) dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1. Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya. Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan sB (nampak pada huruf di bawah kotak). Lihat ganbar 2 Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika 5
  • 7. genotipenya ss); dan 2 macam warna kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb). Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe SSBB:SSBb:SsBB:SsBb:SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4:1:2:1:2:1 6 D. Teori Pewarisan Sifat Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan Hereditas merupakan suatu pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat disebut dengan genetika. Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh kromosom dan gen. Teori-teori tentang pewarisan sifat adalah sebagai berikut : 1. Teori Embryo Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang menyatakan, bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat oleh Reiner de Graaf (1641-1673) peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel sperma dengan sel telur yang akan membentuk embrio. Reiner de Graaf menyatakan bahwa ovarium pada burung sama dengan ovarium pada kelinci. 2. Teori Preformasi Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang menyatakan bahwa telur mengandung semua generasi yang akan dating sebagai miniature yang telah terbentuk sebelumnnya. 3. Teori Epigenesis Embriologi Teori ini dikemukakan oleh C.F. Wolf, 1738-1794, yang menyatakan bahwa ada kekuatan vital dalam benih organiseme dengan kekuatan ini menyebabkan pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan sebelumnya.
  • 8. 7 4. Teori Plasma Nutfah Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang menyatakan bahwa sifat yang terjadi karena rangsangan dari luar (lingkungan) terhadap struktur fungsi organ yang diturunkan pada generasi berikutnya. 5. Teori Pengenesis Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa setiap bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut gemuia. 6. Teori Telegani Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa spermatozoa sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung jawab sebagai penurunan sifat. E. Percobaan Mendel 1. Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda a. Persilangan Monohibrid Dominan Penuh Persilangan dua individu dengan satu sifat beda menurun kan sifat dominan apabila sifat keturunannya sama dengan salah satu sifat induknya. Perhatikan contoh persilangan berikut. Contoh: Tanaman kacang ercis berbatang tinggi disilangkan dengan kacang ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang tinggi. Kemudian F1 dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh yaitu F2 yang berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1. Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan berikut : Parental 1 (P1) Kacang ercis Batang Tinggi >< Kacang ercis Batang Pendek Genotipe T T >< t t Fenotipe Tinggi Pendek Gamet T dan T t dan t
  • 9. Filial (F1) T t Fenotipe : Batang Tinggi Parental 2 (P2) 8 Kacang ercis Batang Tinggi >< Kacang ercis Batang Tinggi Genotipe T t T t Gamet T dan t >< T dan t Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut : Gamet Gamet T t T TT (Tinggi) .1 Tt (Tinggi) .2 T Tt (Tinggi) .3 Tt (pendek) .4 Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen untuk faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki fenotipe tinggi. Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan monohibrid dominan penuh adalah : Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1 b. Persilangan Monohibrid Intermediet Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi mempunyai fenotipe diantara kedua induknya. Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni merah (MM) disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang semuanya berbunga merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda, dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sebagai berikut :
  • 10. 9 P1 Tanaman berbunga merah >< Tanaman berbunga putih Genotipe MM >< Mm Gamet M dan M m dan m F1 Mm Fenotipe : berbunga merah muda P2 Mm (merah muda) >< Mm (merah muda) Gamet M dan m >< M dan m Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah : Gamet Gamet M M M MM (Merah) 1 Mm (merah muda) 2 m Mm (merah muda) 3 Mm (putih) 4 Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid intermediet adalah : merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan Genotipenya : MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1 2. Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid) Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipe dan genotipe tertentu. Mendel dalam percobaannya menggunakan kacang ercis galur murni yang mempunyai biji bulat warna kuning dengan galur murni yang mempunyai biji keriput warna hijau. Karena bulat dan kuning dominan terhadap keriput dan hijau, maka F1 seluruhnya berupa kacang ercis berbiji bulat dan warna biji kuning. Biji-biji F1 ini kemudian ditanam kembali dan dilakukan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh F2. Keturunan kedua F2 yang diperoleh adalah sebagai berikut. Persilangan
  • 11. tersebut adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu bentuk biji dan warna biji. B = bulat, dominan terhadap keriput b=keriput, K = kuning, dominan terhadap hijau k= hijau Perhatikan bagan persilangan dua individu dengan dua sifat beda 10 (dihibrid) di bawah P1 Kacang ercis berbiji bulat warna kuning >< Kacang ercis berbiji keriput warna hijau Genotipe BBKK >< Bbkk Gamet BK dan BK >< bk dan bk F1 BbKk Fenotipe : berbiji bulat warna kuning P2 BbKk >< BbKk Gamet BK,B k,bK,bk >< BK,Bk,bK,bk Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah Sbb : F2 : Gamet Gamet BK Bk bK Bk BK BBKK 1 BBKk 2 BbKK 3 BbKk 4 Bk BBKk 5 BBkk 6 BbKk 7 Bbkk 8 bK BbKK 9 BbKk 10 bbKK 11 bbKk 12 Bk BbKk 13 Bbkk 14 bbKk 15 Bbkk 16 Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang mengandung K memiliki biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah : 1. bulat – kuning = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13 2. bulat – hijau = nomor : 6, 18, 14 3. keripit – kuing = nomor : 11, 12, 15 4. keriput – hijau = nomor : 16
  • 12. Perbandingan Fenotipe F2 adalah : bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau = 9 : 3 : 3 : 1 Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 : 11 Kemungkinan ke- Kotak nomor Genotipe Fenotipe 1 1 BBKK Bulat kuning 2 2, 5 BBKk Bulat kuning 3 3, 9 BbKK Bulat kuning 4 4,7, 10, 13 BbKk Bulat kuning 5 6 BBkk Bulat hijau 6 8, 14 Bbkk Bulat hijau 7 11 bbKK Keriput kuning 8 12, 15 bbKk Keriput kuning 9 16 bbkk Keriput hijau Perbandingan Genotipe nya : BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1 3. Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid) Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu :Batang tinggi, biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput, warna biji hijau. Keturunan F1 yang dihasilkan adalah : Bagan persilangan Trihibrid P1 TTKKBB > < Ttkkbb Fenotipe Tinggi,kuning,bulat > < Pendek,keriput,hijau Genotipe TKB > < Tkb
  • 13. F1 TtKkBb 12 Fenotipe : Tinggi,kunin g,bulat P2 TtKkBb > < TtKkBb Gamet TKB,TKb,Tk B,Tkb,tKB,t Kb, tkB,tkb Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2 Jumlah Sifat Beda Jumlah Macam Gamet Jumlah Macam Genotipe F2 Jumlah Macam Fenotipe F2 Perbandingan Fenotipe F2 Jumlah Individu F2 1 21 = 2 3 2 3 : 1 4 2 22 = 4 9 4 9 : 3 : 3 : 1 16 3 23 = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3:1 64 N 2n 3n 2n 4n
  • 14. BAB III PENUTUP 13 A. Kesimpulan Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian: Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. B. Saran 1. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. 2. Penyusun makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kelancaran dan kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya
  • 15. DAFTAR PUSTAKA http://biologimediacentre.com/genetika-hukum-mendel/#sthash.C7PN7wAX.dpuf http://www.scribd.com/doc/84672312/Pewarisan-Sifat-Sifat-Keturunan http://endick.wordpress.com/2008/01/30/percobaan-mendel-2/ http://smointi.blogspot.com/2010/12/makalah-hukum-mendel.html 14