Makalah ini membahas gangguan psikosomatik, yaitu gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor psikologis dan sosial. Terdapat berbagai gejala psikosomatik pada sistem kardiovaskuler, gastrointestinal, kulit, dan endokrin. Gangguan psikosomatik dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan gejala dan penyebabnya. Penanganan gangguan psikosomatik meliputi pencegahan dengan mengurangi stres melalui man
1. MAKALAH PSIKOLOGI
DISUSUN OLEH :
HENDRA WIDIANA 1411020079
ANZAS ARIE KUSTANTO 1411020117
GINGIN AGNI FAUZI 1411020128
PEMBIMBING
DIYAH ASTORINI, S.Psi., M.Si
FALKULTAS ILMU KESEHATAN
KEPERAWATAN S1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014
i
2. KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin, kami sebagai penulis panjatkan
puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah materi
Abnormal tentang Gangguan Psikosomatik. Selama penyusunan
makalah ini diperlukan kesabaran dan usaha yang keras dengan
harapan dapat memberikan sesuatu yang terbaik.
Sebagai penulis kami menyadari bahwa isi dari makalah kami
ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan
serta pengalaman yang dimiliki oleh kami.
Pada kesempatan ini dengan rasa syukur dan kerendahan hati,
kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah mendukung baik itu secara moril
maupun materil hingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Oleh karena itu kami sebagai penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah yang
kami buat. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan do’a
semoga budi baik dari semua pihak yang telah membantu kami
mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Terimakasih,
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak
yang membutuhkannya.
ii
Hormat Kami
Penulis
3. BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
Psikosomatik adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh
faktor-faktorr kejiwaan dan sosial. Seseorang jika emosinya
menumpuk dan memuncak maka hal itu dapat menyebabkan
terjadinya goncangan dan kekacauan dalam dirinya. Jika faktor-faktor
yang menyebabkan memuncaknya emosi itu secara
berkepanjangan tidak dapat dijauhkan, maka ia dipaksa untuk
selalu berjuang menekan perasaanya. Jadi psikosomatik dapat
disebut sebagai penyakit gabungan, fisik dan mental, yang dalam
bahasa arab disebut nafsajasadiyyah atau nafsabiolojiyyah.
Gangguan psikosomatik adalah salah satu gangguan jiwa
yang paling umum ditemukan dalam praktek umum. Istilah ini
terutama digunakan untuk penyakit fisik yang disebabkan atau
diperburuk oleh faktor kejiwaan. Beberapa penyakit fisik dianggap
sangat rentan diperburuk oleh faktor mental seperti strees dan
kecemasan.
Dalam bidang kesehatan jiwa, gangguan psikosomatik
sebenarnya termasuk dalam bagian gangguan somatoform.
Gangguan ini ditandai dengan adanya suatu keluhan fisik yang
berulang yang disertai dengan permintaan pemeriksaan medis,
meskipun sudah berkali-kali dilakukan dan hasilnya normal.
Setidaknya pun ada gangguan fisik maka gangguan tersebut
berbeda atau tidak dapat menjelaskan keluhan yang dikemukakan
4. pasien. Jelasnya gangguan psikosomatik adalah gangguan fisik
yang diakibatkan masalah-masalah kejiwaan.
Biasanya gejala ini ada hubungannya dengan konflik dan
perkembangan psikologis dari pasien, namun pasien biasanya
menolak gagasan adanya hubungan antara penyakit yang diderita
dengan problem atau konflik kehidupannya. Bahkan bila
ditemukan adanya tanda depresi atau kecemasan pada pasien,
pasien tetap menolak adanya hubungan tersebut.
Gangguan ini juga sering ditimbulkan pada pasien dengan
gangguan kecemasan yang sangat seperti pada gangguan panik.
Gejala jantung berdebar sangat sering dikeluhkan oleh pasien
gangguan panik. Selain itu juga sering mengalami sesak napas.
Kondisi ini juga meresahkan pasien karena ketika diperiksa
ternyata tdak terdapat kelainan dalam organ tubuh pasien.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian psikosomatik
2. Apa gejala psikosomatik
3. Bagaimata kaitan psikosomatik dengan kesehatan mental
4. Penanganan psikosomatik
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk melengkapi tugas mata kuliah psikologi
2. Untuk mengkaji dan mempelajari materi abnormal dalam
psikologi tentang gangguan psikosomatis
6. BAB II
GANGGUAN PSIKOSOMATIK
4
A. Pengertian Psikosomatik
Gangguan psikosomatik dapat diartikan sebagai reaksi jiwa
pada fisik (soma). Menurut American Psychosomatic Society
(2005), gangguan psikosomatik berasal dari bahasa Yunani
(Psyche= jiwa dan Soma= fisik), sehingga psikosomatik dapat
diartikan sebagai hubungan fisik dan jiwa. Ada hubungan yang
sangat erat antara faktor fisik, faktos psikologis, dan sosial
terhadap perjalanan suatu penyakit.
Gangguan psikosomatik ini mungkin bisa menjawab,
"Mengapa seseorang bisa terkena serangan jantung setelah
bertengkar dengan bosnya?, Mengapa penyakit rematik jadi jauh
lebih sakit ketika penyandangnya stres?, Mengapa kematian
penyakit jantung dipengaruhi oleh ada tidaknya depresi?"
Sebuah penyakit dapat muncul akibat banyak faktor.
Penyakit dapat muncul sebagai akibat faktor lingkungan atau
sosial. Penyakit dapat muncul juga akibat faktor genetik dan
keturunan. Berbagai faktor tersebut akan berinteraksi dengan
kompleks. Faktor psikologis dapat sebagai pencetus munculnya
gangguan fisik, misalnya gangguan tidur akibat kecemasan, nyeri
otot tengkuk akibat stres atau diare dan nyeri ulu hati akibat
ketakutan.
Faktor psikologis dapat pula mempengaruhi perjalanan
klinis suatu penyakit, misalnya pasien stroke dengan depresi akan
7. memiliki status fungsional yang relatif lebih buruk dibanding tanpa
stres, angka kematian penyakit jantung koroner dipengaruhi oleh
ada tidaknya depresi.
Faktor psikologis mempengaruhi berbagai organ tubuh
melalui mekanisme yang kompleks antara faktor saraf, hormonal,
dan imunologis. Stres kronik dapat mempengaruhi sistem saraf
simpatis dan aktivasi sistem hormonal (aksis hypothalamus-hipofisis-
5
adrenal).
Pacuan sistem hormon adrenal yang berlangsung lama
dihubungkan dengan penekanan sistem imun (sistem kekebalan
tubuh) karena hormon steroid. Hal ini menerangkan mengapa
seseorang dengan stres kronik lebih mudah sakit. Pacuan sistem
saraf simpatis menerangkan munculnya hipertensi, stroke, dan
penyakit jantung koroner akibat stress emosional.
Pada beberapa kasus, gangguan psikosomatik dapat muncul
reaksi konversi yang aneh dan tidak dapat dijelaskan oleh ilmu
kedokteran. Buta mendadak, lumpuh mendadak, atau kesemutan
yang sifatnya aneh umum dijumpai. Penderita pada umumnya
masih berusia muda, sebagian besar wanita dan didahului oleh
stressor yang jelas. Pasien ini akan menjalani berbagai
pemeriksaan dengan hasil yang normal. Penulis beberapa kali
menjumpai kasus konversi, dan tindakan psikoterapi sangat
membantu kesembuhan pasien.
Pada umumnya pasien dengan gangguan psikosomatik
sangat meyakini bahwa sumber sakitnya benar-benar berasal dari
organ-organ dalam tubuh. Pada praktik klinik sehari-hari, pemberi
8. pelayanan kesehatan seringkali dihadapkan pada permintaan pasien
dan keluarganya untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan
pencitraan (rontgen).
Pemeriksaan pencitraan dapat membantu untuk mengurangi
kecemasan pada pasien dan keluarganya. Bila hasil pemeriksaan
normal, maka tidak perlu ada kecemasan yang berlebih tentang
suatu kondisi penyakit yang serius. Simak contoh pada Nona E di
atas, ia tidak mau dikonsulkan kepada psikolog atau psikiater
karena ia sangat yakin bahwa sumber sakitnya adalah fisik dan
bukan psikis.
Mengapa ini terjadi? Kajian sosiologis oleh Nettleton (2006)
menggambarkan bahwa pasien "lebih suka menderita sakit yang
sifatnya nyata". Sebagian besar pasien juga akan sangat resisten
bila diberitahu bahwa sakitnya berhubungan dengan stressor
psikososial.Sifat manusia tidak akan suka hidup dalam
ketidakpastian, sehingga pasien tetap akan mencari tahu apa
penyebab pasti dari sakitnya. Hal ini membuat pencarian penyebab
organik akan terus dilakukan. Seorang pasien nyeri kepala primer
kronik sangat mungkin akan menjalani pemeriksaan MRI, CT Scan
kepala, EEG dan berbagai pemeriksaan laboratorium untuk
mencari jawaban "ada sesuatu yang salah dengan diri saya".
Penulis pernah melakukan penelitian yang dipresentasikan
pada pertemuan nasional Indonesian Pain Society (Agustus 2007).
Penelitian ingin mengungkap harapan pasien nyeri kepala kronik
primer (sebagian besar nyeri kepala tipe tegang otot). Nyeri kepala
6
9. tipe tegang otot merupakan suatu bentuk gangguan psikosomatik
yang umum dijumpai.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa hal utama yang
pasien inginkan adalah "mencari tahu dari mana nyeri kepala itu
berasal". Proses pencarian ini bisa sangat mahal dan menghabiskan
sumber daya. Penelitian ini serupa dengan penelitian Davies, dkk
(2005) pada 52 pasien nyeri kepala di klinik nyeri tersier. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 77% pasien tetap masih ingin tahu
sumber nyeri kepalanya dan 33% masih menginginkan
pemeriksaan tambahan.
Menurut maramis (1998) gangguan psikosomatik adalah
gangguan jiwa yang dimanifestasikan pada gangguan susunan saraf
vegetatif. Gangguan ini menggambarkan interaksi yang erat antara
jiwa dan badan. Menurut kaplan et al (1997) dalam iagnostik
standar dan satistical manual of mental disorder istilah
psikosomatik telah digantikan dengan kategori diagnostik faktor
psikologis yang mempengaruhi kondisi medis.
7
B. Gejala-gejala Psikosomatis
Gejala-gejala gangguan psikosomatik merupakan gejala
yang biasa dikenal dengan fungsi faliah, hanya saja dengan secara
berlebihan, gejala inni biasanya hanya dirasakan pada satu organ
tubuh saja, tetapi kadang-kadang juga berturut-turut atau serentak
beberapa organ tubuh terganggu.
Menurut Townsend (1995) ada beberapa gejala spesifik
gangguan psikosomatik pada sistem tubuh diantaranya yaitu,
10. kardiovaskuler (migraine, hipertensi, sakit kepal berat),
gastrointestinal (sindrom asam lambung, anoreksia), kulit
(neodermatitis, pruitus, alergi), genitourinaria (dismenore),
endoktrin (hiperteroid, sindrom monopouse).
C. Pengelompokan psikosomatik
Menurut Kaplan, et al (1997), penderita didalam kelompok
gangguan psikosomatik klasic seperti ulkus peptikum dan colitis
ulseratif. Dalam proses penyakit tersebut ditemukan faktor
emosional tertentu. Menurut Maramis (1998), penderita gangguan
psikosomatik secara umum dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
1. Mengeluh tentang badannya, tetapi tidak terdapat penyakitt
badaniyah yang dapat menyebabkan keluahan atau tidak
ditemukan kelainan organik.
2. Terdapat kelainan organik, tetapi yang utama menyebabkanya
8
ialah faktor psikologis
3. Terdapat kelainan organik, tetapi terdapat juga gejala-gejala
lain yang timbul bukan sebab penyakit organik tersebut, akan
tetapi karena faktor psikologis, faktor psikologis ini mungkin
timbul disebabkan penyakit organik tadi, misalnya kecemasan.
D. Penanganan Psikosomatik
Pencegahan adalah sebuah bentuk layanan yang akan
membantu pasien dan keluarga untuk menurunkan faktor resiko
terhadap penyakit. Menurut Potter, et all (1989) (dalam Ramsun,
11. 2004), yang menjelaskan bahwa ada beberapa strategi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi stress yakni:
1. Membangun kebiasaan baru
2. Menghindari perubahan yaitu usaha yang lakukan untuk tidak
melakukan perubahan yang tidak perlu
3. Menyedikan waktu yaitu menyediakan waktu tertentu yaitu
atau membatasi waktu untuk memfokuskan diri beradaptasi
dengan stressor
4. Pengelolaan waktu
5. Modifikasi lingkungan
6. Mengurangi respon fisiologis terhadap stress
9
12. BAB III
PENUTUP
10
A. Kesimpulan
Gangguan psikosomatik adalah gangguan jiwa yang
dimanestifikasikan pada gangguan saraf vegetatif yang sebagian
besar disebabkan oleh permusuhan, depresi dan kecemasan dalam
berbagai proporsi. Sebuah penyakit dapat muncul akibat banyak
faktor. Penyakit dapat muncul sebagai akibat faktor lingkungan
atau sosial. Penyakit dapat muncul juga akibat faktor genetik dan
keturunan. Berbagai faktor tersebut akan berinteraksi dengan
kompleks.
Faktor psikologis dapat sebagai pencetus munculnya
gangguan fisik, misalnya gangguan tidur akibat kecemasan, nyeri
otot tengkuk akibat stres atau diare dan nyeri ulu hati akibat
ketakutan.Faktor psikologis dapat pula mempengaruhi perjalanan
klinis suatu penyakit, misalnya pasien stroke dengan depresi akan
memiliki status fungsional yang relatif lebih buruk dibanding tanpa
stres, angka kematian penyakit jantung koroner dipengaruhi oleh
ada tidaknya depresi.
B. Saran
Gangguan ini dapat ditanggulangi dengan ibadah dan
kekebalan stress. Penyembuhan seseorng akibat gangguan ini tidak
hanya berupa obat yang disesuaikan dengan gejala yang timbul tapi
juga dengan menganjurkan pola hidup yang baik, berolahraga,
14. DAFTAR PUSTAKA
Kaplan. 1997. Comprehensive textbook of psyhiatry. USA. Williams
12
and WILkins
Maramis, WF. 1998. Catatan kedokteran jiwa. Surabaya : Airlangga
Rasmun. 2004. Strees, koping dan adaptasi. Jakarta : Sagung Seto
Townsend, M.C. 1995. Buku saku diagnosa keperawatan pada
keperawatan psikiatri,pedoman untuk pembuatan rencana
keperawatan. Jakarta : EGC