Makalah ini membahas tentang kode genetika meliputi prinsip hukum Mendel, hukum segregasi dan asortasi bebas Mendel, serta hereditas yang berkaitan dengan DNA, RNA, dan sintesis protein.
1. MAKALAH
KODE GENETIKA
Dosen Pengampu : dr. Tami
Disusun oleh:
Kelompok 2 (DIII kebidanan 1B)
1. Fitriana laelatunni’mah (141540134300033)
2. Buntar handayani (141540134030006)
3. Deni farih utami (141540134050008)
4. Eti yuliana lestari (141540134210024)
5. Fitri lestari (141540134290032)
6. Rinigianti (141540134570060)
7. Suci yayu febriana ambarwati (141540134670070)
8. Umi ma’rifah khasanah (141540134720075)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN BANGSAPURWOKERTO
TAHUN AJARAN 2014/ 2015
i
2. KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha
pengasih lagi maha penyayang.Berkat rahmat taufik dan hidayahnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berkat bantuan dan tuntutan Allah SWT,
dan semua pihak dari kelompok kami.Kami menyadari bahwa dalam proses
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimilliki kami sehingga dapat selesai.Kami dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan saran dan usulan guna
penyempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya.
Purwokerto, 09 Desember 2014
Penyusun
ii
3. DAFTAR ISI
HALAMAN AWAL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2
A. Prinsip Hukum Mendel..................................................................... 2
B. Hukum Segregasi (hukum pertama Mendel).................................... 2
C. Hukum Asortasi Bebas (hukum kedua Mendel)............................... 4
D. Hereditas Mamire.............................................................................. 3
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 12
A. Kesimpulan ....................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13
iii
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hereditas mendapat perhatian banyak peneliti seperti Mendel.
Penelitian-penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan hukum
Mendel II. Hukum Mendel I menyatakan bahwa ketika berlangsung
pembentukan gamet pada individu akan terjadi pemisahan alat secara bebas.
Oleh karena itu, setiap gamet mengandung salah satu alel yang dikandung
oleh sel induknya. Hukum ini disebut segregasi bebas yang terlihat pada
persilangan monohibrid. Hukum II Mendel menyatakan bahwa pada saat
pembentukan gamet gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan
mengelompok secara bebas pula.Pola-pola hereditas mencakup pewarisan sifat
individu pada keturunannya melalui gamet dengan mengikuti aliran tertentu.
Perbandingan fenotipe pada F2 perkawinan dihibrid seharusnya adalah 9:3:3:1
tetapi ada gen yang kerjanya saling berurutan antara satu dengan yang lain,
sehingga hasil persilangan seolah-olah menyimpang dari prinsip Mendel.
Dari pernyataan diatas penulis membuat makalah yang berjudul kode
genetika Sehingga pembaca dapat mengetahui apa yang berkaitan dengan
materi tersebut.
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang prinsip hokum mendel
2. Agar mahasiswa mengetahui prinsip hukum mendel I
3. Agar mahasiswa mengetahui hereditas manire
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip hokum mendel ?
2. Bagaimana prinsip hukum mendel 1 dan 2 ?
3. Bagimana hereditas manire yang berkaitan dengan DNA, RNA dan
Sintesis protein ?
1
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Hukum Mendel
Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk
kepada keturunannya. Pertama kali ditemukan oleh Gregor John Mendel
melalui persilangan pada kacang kapri ( pisum sativum ).
Alasan mendel :
1. Pasangan sifat beda menjolok
2. Autogami sifat yang konstan
3. Mudah melakukan penyerbukan silang
4. Waktu yang diperlukan singkat
5. Keturunannya banyak
B. Hukum Segregasi (hukum pertama Mendel)
Perbandingan antara B (warna coklat), b (warna putih), S (buntut
pendek), dan s (buntut panjang) pada generasi F2 Hukum segregasi bebas
menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk
(Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap
gamet menerima satu gen dari induknya.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada
karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel
resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil,
misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari
luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya
ww dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR
dalam gambar di sebelah).
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada
gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak
2
6. secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada
turunannya.
C. Hukum Asortasi Bebas (hukum kedua Mendel)
Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu
mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat
secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata
lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini
menjelaskan bahwa gen yang menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna
bunga suatu tanaman, tidak saling memengaruhi.
Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai
genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai
genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2
pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk jantan dan induk
betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe wR).
Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan
membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar)
dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan
w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan
membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada
tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini
perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan
ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu
merah dan individu putih adalah 3:1.
Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan
satu sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk
dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit.
Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang
persilangan dari induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai
dihibrid, dan seterusnya.
3
7. Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek
dengan genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih
dengan genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang
terbentuk adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan
sB (nampak pada huruf di bawah kotak). Kombinasi gamet ini akan
membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan genotipe SsBb (semua sama).
Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka akan membentuk
individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan baris atas pada
papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16
macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika genotipenya SS
atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna kulit: coklat
(jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb). Perbandingan
hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil bentuk buntut
pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe
SSBB:SSBb:SsBB:SsBb: SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4: 1:2:1:2:
1.
D. Hereditas Mamire
1. DNA
DNA ( Deoksiribose Nuclei Acid ), wujud sebagai untaian yang
halus, pembawa sifat keturunan, disusun oleh asam nukleat. Polinukleotida
adalah polimer dari nukleotida.
Nukleotida terdiri dari :
a. Gula pentose
b. Basa Nitrogen ( Adenin, guanin, timin, dan sitosin )
c. Fosfat
Basa Nitrogen :
a. Basa Nitrogen terdiri dari kelompok senyawa Purin dan Pirimidin.
b. Basa Nitrogen penyusun DNA dari kelompok purin adalah Adenin
( A ) dan Guanin ( G )
4
8. c. Basa Nitrogen penyusun DNA dari kelompok Pirimiidin adalah Timin
( T ) ddan Sitosin ( S ).
d. Maka DNA terdiri dari A, T, C, G.
Struktur DNA :
Terdapat di dalam kromosom, berarti di dalam inti sel. Proses
berlipat gandanya DNa dinamakan replikasi. Berbentuk Doublle Heliks
( dua rantai berpilin ) sehingga saling berpasangan ( komplimen ) : A=T
dan C=G.
Replikasi DNA :
Hipotesa tentang replikasi DNA yang saat ini banyak digunakan
adalah semikonservatif :
Double heliks membuka dan tiap pita yang lama dibentuk pita
DNA yang baru. Jadi satu DNA membentuk dua anak baru dengan masing
– masing komponen satu pita lama dan satu pita baru.
2. RNA
RNA ( Ribonucleic acid ), berantai tunggal, disusun oleh asam
nukleat ( polinukleotida ). Gula ribose, Basa nitrogen : A, C, G dan urasil (
pada DNA adalah Timin ), fosfat.
Macam – macam RNA :
a. mRNA ( messangger ) terdapat dalam nucleus. mRNA dicetak oleh
salah satu pita DNA yang berlangsung dalam nucleus. Fungsi mRNA
adalah membawa kode genetika dari DNA atau menyampaikan
informasi dari DNA ke ribosom.
b. tRNA ( transfer ) terdapat dalam sitoplasma. Fungsi tRNA ialah
mengikat asam amino.
c. rRNA ( ribosom ) terdapat dalam ribosom yang dibentuk oleh DNA.
Fungsi RNA :
d. mRNA bertugas menerima informasi / keterangan genetic dari DNA.
Proses ini dinamakan transkripsi dan berlanggsung dalam nucleus.
5
9. Berfungsi sebagaii perantara antara kromosom dan asam amino
sitoplasma. Berperan penting dalam pembuatan protein.
e. tRNA bertugas mengikat asam amino yang terdapat dalam sitoplasma.
Sebelum dapat diikat oleh tRNA, asam amino bereaksi terlebih dahulu
dengan ATP supaya berenergi dan aktif. tRNA membawa asam amino
yang diikat itu keribosom.Disinilah berlangsung perubahan informasi
genetic yang dinyatakan oleh urutan basa dari mRNA ke urutan asam
amino dalam protein yang dibentuk. Proses perubahan ini disebut
translasi.
f. rRNA bertugas mensintesa protein dengan menggunakan asam amino.
Proses ini berlangsung dalam ribosom dan hasil akhirnya adalah
polipeptida.
No Perbedaan
DNA RNA
1 Tempat
Inti sel
( kromosom),mitokondria,plastid,
sentriol
Sitoplasma
( terutama di
ribosom) dan inti
sel
2 Struktur
Rantai panjang dan ganda
Rantai pendek
dan tunggal
3 Jenis gula Deoksiribosa Ribosa
4 Basa
Nitrogen Purin: adenine dan guamin
Pirimidin : sitosin dan timin
Purin : adenine
dan guanine
Pirimidin :
sitosin dan urasil
5 Kadar
Dipengaruhi sintesis protein
Tidak
dipengaruhi
sintesis protein
6 Fungsi Mengontrol sifat yang menurun Sintesis protein
3. Sintesis Protein
Tahap-tahapan sintesis protein. Sintesis protein merupakan dasar
untuk mempelajari bagaimana informasi genetik di dalam DNA
6
10. diekspresikan dalam makhluk hidup. Dalam istilah genetik sering dikenal
dengan yang namanya sentral dogma. Sentral dogma merupakan
serangkaian alur informasi dari DNA yang diterjemahkan melalui RNA
kemudian menjadi protein di dalam tubuh makhluk hidup.
Sintesis protein memiliki sumber informasi di DNA dalam bentuk
gen. Gen tersebut berupa rangkaian kode-kode basa nitrogen. Informasi
dalam gen akan diterjemahkan dalam bentuk mRNA. mRNA kemudian
akan digunakan untuk merangkai asam amino yang didapatkan dari luar
dan dalam tubuh.Sintesis protein terjadi pada organel yang dinamakan
dengan ribosom. Sintesis protein sangat memerlukan keberadaan RNA,
yaitu suatu rantai tunggal basa nitrogen dengan backbone yang sama
dengan DNA. Adapun pembagian jenis-jenis RNA secara lengkap adalah
sebagai berikut.
a. mRNA (messenger RNA / RNA duta)
RNA duta merupakan RNA yang dibuat oleh proses yang
dinamakan dengan transkripsi pada inti sel. Peranan mRNA adalah
membawa informasi genetik yang ada pada DNA menuju ribosom.
Informasi yang terdapat pada mRNA berupa kodon yang tersusun
secara triplet, misalkan UCA, UCU, atau AAG. Kodon tersebut dibuat
triplet atau tiga-tiga karena 4 pangkat 3 hasilnya 64, yang kombinasi
hurufnya diatas 20.
b. tRNA (transport RNA / RNA transfer)
RNA transfer merupakan RNA yang berperan untuk membawa
asam amino dari sitoplasma menuju ribosom saat terjadi sintesis
protein. tRNA disintesis di salah satu bagian inti sel secara langsung.
Dalam proses pentransferan asam amino, tRNA memerlukan energi
yang berasal dari pemecahan molekul ATP menjadi ADP + Pi.
c. rRNA (ribosomal RNA / RNA ribosom)
Ribosomal RNA inilah yang sering kita namakan sebagai
ribosom. rRNA merupakan organel yang tersusun atas subunit besar
dan subunit kecil. Ribosom terdapat di sitoplasma sebagai ribosom
7
11. bebas atau terikat pada Retikulum endoplasma. Pada saat sintesis
protein berlangsung, ribosom biasanya membentuk polisom atau
poliribosom. Polisom bukanlah gabungan beberapa ribosom,
melainkan hanya beberapa ribosom yang membaca satu rantai mRNA
secara bersamaan sehingga tampak seperti berkelompok-kelompok.
Poliribosom biasanya ada 4 atau 5 ribosom yang membaca pada satu
rantai mRNA yang sama.
Selain RNA, sintesis memerlukan beberapa enzim yang penting
dalam setiap tahapan reaksi. Salah satu yang penting adalah enzim
RNA polimerase, yaitu suatu enzim yang melaksanakan proses
penerjemahan DNA menjadi mRNA (proses transkripsi). Enzim amino
asil transferase berperan penting dalam memindahkan rantai yang
terbentuk saat proses perangkaian asam amino.
Tahap-Tahap Sintesis Protein :
Sintesis protein dibagi menjadi dua tahapan utama, yaitu transkripsi
dan translasi. Transkripsi secara garis besar merupakan proses pembuatan
mRNA dari DNA dalam inti sel. mRNA tersebut lalu bergerak menuju
ribosom. Setelah itu, proses translasi, yang meliputi penerjemahan dan
perangkaian asam amino, berlangsung di ribosom.
1. Transkripsi – Pemindahan informasi dari DNA ke mRNA
Transkripsi sebagaimana sudah disinggung sedikit di atas
merupakan serangkaian tahapan pembentukan mRNA dari DNA. Proses ini
sebenarnya merupakan awal mula informasi pada DNA dipindahkan
menuju protein pada makhluk hidup.
Transkripsi diawali dari pemutusan ikatan H pada DNA oleh
protein-protein pengurai DNA. Proses tersebut mengakibatkan terbukanya
rantai DNA pada berbagai tempat. Terbukanya rantai DNA memicu RNA
polimerase melekat ke daerah yang dinamakan dengan promotor. RNA
polimerase selanjutnya melakukan sintesis molekul mRNA dari arah 3′
DNA, sedangkan pada mRNA dimulai dari ujung 5′ menuju 3′.
8
12. Dari kedua rantai DNA, hanya salah satu rantai yang akan
diterjemahkan menjadi mRNA. Rantai DNA yang diterjemahkan menjadi
protein dinamakan dengan rantai sense atau DNA template atau DNA
cetakan, sedangkan rantai pasangannya dinamakan DNA antisense. Dari
DNA template inilah mRNA akan membentuk rantai berpasangan dengan
basa-basa yang ada pada DNA sense.
Komponen untuk pembuatan mRNA terdapat dalam bentuk
nukleotida triposfat, seperti ATP, GTP, UTP, dan CTP. Fungsi dari RNA
polimerase adalah mengkatalis reaksi penempelan nukleotida triposfat
sehingga terbentuk rantai. Energi yang digunakan untuk menjalankan
reaksi tersebut berasal dari masing-masing nukleotida triposfat yang kaya
akan energi.
Pada saat sintesis mRNA berakhir, terdapat sebuah penanda
terminasi yang bertugas untuk menghentikan sintesis mRNA. mRNA yang
terbentuk selanjutnya akan dipindahkan dari inti menuju ribosom,
kemudian diterjemahkan menjadi protein di ribosom.
Pada eukariotik, hasil dari transkripsi di DNA adalah pre-mRNA,
artinya mRNA yang belum siap untuk ditranslasi. Hal tersebut disebabkan
karena pre-mRNA masih banyak mengandung intron, yaitu rangkaian
kodon yang tidak bisa diterjemahkan menjadi protein. Intron ini sangat
banyak pada DNA eukariotik. Bagian yang akan menjadi mRNA matang
dinamakan dengan ekson. Ekson mengandung informasi yang akan
diterjemahkan menjadi protein.
Oleh karena itu, organisme eukariotik memiliki tahapan splicing
mRNA. Proses splicing berguna untuk membuang bagian intron yang
secara genetik tidak mengandung informasi terkait asam amino. Splicing
terjadi sebelum mRNA dikeluarkan dari inti sel.
2. Translasi – Penerjemahan mRNA Menjadi Protein
Setelah mRNA matang (fungsional) terbentuk, proses yang harus
dilakukan adalah keluarnya mRNA dari inti sel menuju ribosom, baik itu di
9
13. RE ataupun di sitoplasma. Proses translasi sebenarnya dibagi menjadi tiga
tahapan utama, yaitu:
a. Inisiasi
Setelah sampai diribosom, mRNA akan menempel pada subunit
kecil ribosom (30 S) lewat ujung 5′. Pada saat yang bersamaan, tRNA
menempel pada subunit besar ribosom (50 S). Proses tersebut akan
menyebabkan asam amino Metionin dengan kodon AUG menjadi asam
amino pertama yang menempel pada ribosom. Hal penting yag perlu
diingat adalah bahwa asam amino metionin merupakan asam amino
yang selalu pertama kali menempel pada ribosom saat sintesis protein.
Hal tersebut berkaitan dengan adanya kondon start, yaitu AUG
(Metioinin), yang merupakan kode untuk proses perangkaian asam
amino (sintesis protein sebenarnya) dimulai.
b. Elongasi (Pemanjangan rantai protein/polipeptida)
Setelah proses inisiasi selesai, proses selanjutnya adalah
penerjemahan kodon triplet dan penempelan asam amino sehingga
membentuk rantai. Penerjemahan kode ini akan diikuti pengikatan asam
amino sesuai kodon oleh tRNA yang kemudian dibawa ke kompleks
ribosom dan digabungkan dengan asam amino yang sudah ada
sebelumnya. Proses tersebut akan berlangsung sampai munculnya kodon
terminasi.
c. Terminasi (Sintesis berhenti)
Proses elongasi akan diakhiri saat terbacanya rangkaian kodon
UAA, UAG, atau UGA. Kodon-kodon tersebut bukan pengkode asam
amino, merupakan kodon yang memerintahkan untuk penghentian
sintesis protein. Faktor pelepas akan menempel pada ribosom setelah
pembacaan kodon stop. Faktor pelepas tersebut menyebabkan
terlepasnya mRNA dari ribosom, selanjutnya diikuti dengan pemisahan
subunit besar dan kecil ribosom.
Hasil dari proses sintesis protein adalah rantai primer protein
(rantai polipeptida) yang masih belum fungsional. Untuk menjadi
10
14. fungsional, protein harus dimodifikasi di badan golgi sesuai kebutuhan
sel.
Karateristik Kimia
DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
1. gugus fosfat
2. gula deoksiribosa
3. basa nitrogen, yang terdiri dari :
a. Adenina (A)
b. Guanina (G)
c. Sitosina (C)
d. Timina (T)
Penentuan jenis kelamin dapat dilakukan dengan cara genetik.
Informasi genetik penentu kelamin terdapat dalam kromosom kelamin dan
mengikuti pola penentuan jenis kelamin mengikuti pola tertentu. Pada pola
jantan heterogametik, hewan jantan memiliki kromosom kelamin
heterogametik, misalnya XY dan XO. Sebaliknya, hewan betina memiliki
kromosom kelamin homogametik, misalnya XX. Sedangkan pada pola betina
heterogametik, hewan betina memiliki sepasang kromosom kelamin yang
heterogametik, misalnya ZW, sebaliknya hewan jantan memiliki sepasang
kromosom kelamin yang homogametik, misalnya ZZ.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
15. Kode genetik atau yang sering disebut kodon adalah cara pengkodean
urutan nukleotida pada DNA atau RNA untuk menentukan urutan asam amino
pada saat sintesis protein. Di dalam setiap sel terdapat ribuan reaksi kimia dan
enzim yang berfungsi mengatur jalannya semua reaksi. Karena DNA
mengkode protein, maka akan menentukan enzim apa yang diproduksi dan
akhirnya akan menentukan reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Kode
genetika bersifat degenerative dikarenakan 18 dari 20 macam asam amini
ditentukan oleh lebih dari 1 kodon, yang disebut kodon sinonimus.
Hanya metionin dan triptofan mempunyai kodon tunggal. Kodon
sinonimus tidak ditempatkan secara acak, tetapi dikelompokkan seperti yang
terlihat pada gambar diatas. Kodon sinonimus memiliki perbedaan pada urutan
basa ketiga. Pada kasus apapun, bila posisi basa ketiga adalah suatu pirimisin,
maka kodon-kodon akan mengarah atau menunjukkan asam amino yang sama
(sinonimus). Misalnya pada kode genetika UAU dan UAC (Basa U dan C
merupakan Pirimidin) yang menunjukkan asam amino tirosin.
Kodon awal merupakan kodon pertama yang diterjemahkan pada saat
translasi atau disebut juga kodon inisiasi (AUG yang menyandikan metionin).
Kodon akhir merupakan salah satu dari tiga kodon, yaitu UAG, UAA
atau UGA. Kodon akhir disebut juga kodon terminal yang tidak menyandikan
asam amino.
B. Saran
Akhirnya makalah tentang Kode Genetik ini dapat selesai tepat pada
waktunya. Penyusun mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Terutama, pada pengertian kode genetik dan proses terjadinya
sintesis protein. Semoga bisa berguna bagi kita terutama para mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kodon
12