1. BAB I
Pola pengaliran dasar
1.1 Dasar teori
Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan membentuk pola
pengaliran tertentu di antara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan
pembentukan pola pengaliran ini sangat ditentukan oleh faktor geologinya. Pola
pengaliran sungai dapat diklasifikasikan atas dasar bentuk dan teksturnya. Bentuk
atau pola berkembang dalam merespon terhadap topografi dan struktur geologi
bawah permukaannya. Saluran-saluran sungai berkembang ketika air permukaan
(surface runoff) meningkat dan batuan dasarnya kurang resisten terhadap erosi.
Sistem fluviatil dapat menggambarkan perbedaan pola geometri dari jaringan
pengaliran sungai. Jenis pola pengaliran sungai antara alur sungai utama dengan
cabang-cabangnya di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat bervariasi.
Adanya perbedaan pola pengaliran sungai di satu wilayah dengan wilayah lainnya
sangat ditentukan oleh perbedaan kemiringan topografi, struktur dan litologi
batuan dasarnya. Pola pengaliran yang umum dikenal adalah sebagai berikut :
1. Pola Aliran Dendritik
Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya
menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol
oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki
tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh
sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi
akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang
resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur sungai
didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Mengapa demikian ? Hal ini
dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh
pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung
akan lebih mudah dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem
pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan
2. membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya
pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.
2. Pola Aliran Radial
Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara
radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir
intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam kubah
(domes) dan laccolith. Pada bentang alam ini pola aliran sungainya kemungkinan
akan merupakan kombinasi dari pola radial dan annular.
3. Pola Aliran Rectangular
Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap
erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua
arah dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten
terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui
kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya lurus-
lurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang
wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten
dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan batuannya lunak. Cabang-
cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran
sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan)
dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang
mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.
4. Pola Aliran Trellis
Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk pagar
yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai
yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari
lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya
3. membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. Pola aliran
trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol oleh
struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan oleh
saluran-saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan
tegak lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama berarah searah dengan
sumbu lipatan.
5. Pola Aliran Annular
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar
secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali
bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi
loccolith.
4. 6. Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)
Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng
yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-
aliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan
cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada
morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel
kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong
daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk
dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel
7. Pola Aliran Multibasinal
endapan permukaan berupa gumuk hasil longsoran dengan
perbedaanpenggerusan atau perataan batuan dasar, merupakan daerah gerakan
tanah,vulkanisme, pelarutan gamping serta lelehan salju atau permafrost.
5. 8. Pola Aliran Kontorted
terbentuk pada batuan metamorf dengan intrusi dike, vein yang
menunjukkandaerah yang relatif keras batuannya, anak sungai yang lebih panjang
ke arahlengkungan subsekuen, umumnya menunjukkan kemiringan lapisan
batuanmetamorf dan merupakan pembeda antara penunjaman antiklin dan sinklin.
7. Pembahasan
Peta yang dilampirkan merupakan gambaran dari pola pengaliran dasar di
Tanjung. Di lihat dari bentuk pola pengalirannya, itu merupakan pola
pengaliran dendritik memiliki bentuk menyerupai cabang pohon.
. Pada peta tersebut pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan
yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai
yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir
diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk
tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang resisten
(seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur sungai
didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses
pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan
lebih mudah dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran
sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola
jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya pada batuan
yang resisten akan membentuk tekstur kasar
8. BAB II
POLA PENGALIRAN UBAHAN
2.1 Dasar teori
Pola pengaliran ubahan adalah pola pengaliran dengan perubahan yang
masih memperlihatkan ciri pola pengaliran dasar.Hubungan pola dasar dan pola
perubahan (modifikasi) dengan jenis batuan dan struktur geologi sangat erat,
tetapi tidak menutup kemungkinan dapat ditambah atau dikurangi. Roy Syaffer
membuat klasifikasi pola pengaliran menjadi pola erosional, pola pengendapan
dan polakhusus. Pola dendritik (sub dendritik), radial, angular (sub angular), tralis
dan rektangular termasukpola erosional, sedangkan pola - pola lurus (elongate),
menganyam (braided), berkelok(meandering), yazoo, rektikular dan pola
dikhotomik termasuk pola pengendapan. Klasifikasi polakhusus dibagi menjadi
pola pe-ngaliran internal seperti pola "sinkhole" pada bentuklahan karst(gamping)
dan pola "palimpset" atau "berbed" untuk daerah yang dianggap khusus.
1. Ubahan pola pengaliran dendritik
a. Subdendritik
- modifikasi dari pola dendritik , karena pengaruh dari topografi dan struktur
- topografi sudah miring , struktur geologi sudah berperan tetapi kecil
b. Anastomatik
jaringan saluran saling mengikat, terdapat di daerah banjir, delta dan rawa pasang
surut
c. Pinnate
- tekstur rapat pada daerah yang sudah tererosi lanjut
- tidak ada kontrol struktur pada daerah landai dengan litologi bertekstur
halus ( batu lanau , batu lempung ,dll )
9. d. Distributary
bentuknya menyerupai kipas, terdapat pada kipas aluvial dan delta.
2. Ubahan pola pengaliran paralel
a. Coliniar
dicirikan oleh kelurusan sungai da aliran yang selang seling antara muncul dan
tidak, memanjang diantara pegunungan bukit pasir pada daerah loess dan gunung
pasir landai.
b. Subparallel
kemiringan lereng sedang, dikontrol oleh subparallel, lereng litologi dan struktur. b
3. Ubahan pola pengaliran trellis
a. fault trellis
kelurusan sungai-sungai besar adalah sebagai kelurusan sesar. menunjukan
graben dan horst secara bergantian.
b. Joint trellis
kontrol strukturnya adalah kekar.ditandai oleh aliran sungai yang pendek-pendek
lurus dan sejajar.
joint trellis
10. c. Directional trellis
anak sungai yang menuju sungai utama lebih panjang di satu sisi, umumnya di
daerah homoklin atau lereng pada beting pantai yang paralel.
4. Ubahan pola pengaliran rectangular
a. angulate
- pola menyudut ditandai kelokan bersudut tajam , anak sungai berkelit-kelit
seperti kawat berduri.
- makna geologinya, cabang-cabang kecil sejajar diken- dalikan oleh kekar
pada batuan berbutir dengan kedudukan hampir horisontal.
angulate
5. Ubahan pola pengaliran radial
a. centripetal
Arah aliran menuju pusat depresi, biasanya berhubung- an dengan kaldera.
sentripetal
11.
12. BAB III
SUNGAI BERDASARKAN TEMPAT MENGALIR
Berdasarkan titik ketinggian pada peta pola aliran sungai yang di lampirkan
terlihat bahwa wiayah tersebut dilambangkan dengan kontur yang rengang yang
artinya wilayah tanjung memiliki wilayah yang landai. Pola aliran sungai pada
wilayah tersebut merupakan pola aliran dendritik yang memiliki jaringan saluran
suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang resisten akan
membentuk pola jaringan sungai yang renggang.
13. BAB IV
KESIMPULAN
Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang
homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang
dikontrol oleh jenis batuannya pada wilayah peta tersebut merupakan wilayah
dengan pola aliran D, yang memiliki jaringan saluran saling mengikat, umumnya
terdapat pada daerah dekat pantai, dan pasang surut. Pola aliran dipengaruhi oleh
lereng, kekerasan batuan, struktur, sejarah diastrofisme, sejarah geologi dan
geomerfologi dari daerah aliran sungai.
14. DAFTAR PUSTAKA
1. Modul praktikum geomorfologi
2. http://www.genborneo.com/2011/01/pola-aliran-air-penyaliran.html
3. http://syaffer-ilmuitusegalanya.blogspot.com/2012/04/pola-aliran-sungai-di-
indonesia.html
4. http://budaksipil.blogspot.com/2011/04/sungai-dan-pegalirannya.html
5. ml.scribd.com/doc/40430003/Pola-Pengaliran