SlideShare a Scribd company logo
1 of 85
BAB I 
PRAKTIKUM KRISTAL DAN MINERAL 
1.1 PENDAHULUAN 
1.1.1 Latar Belakang 
Dewasa ini, demi pemenuhan akan kebutuhan hidup manusia dilakukan peningkatan 
pembangunan dan pengembangan dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah 
peningkatan pengembangan dalam bidang pertambangan di mana bidang inilah yang 
berperan penting dalam pengambilan mineral-mineral berharga untuk berbagai industry, 
yang melalui tahap-tahap yaitu prospecting, eksplorasi dan kemudian eksploitasi mineral-mineral. 
Pengetahuan yang spesifik mengenai mineral-mineral yang akan ditambang baik 
itu mengenai ciri fisik mineral dan yang lebih penting lagi mengenai genesa dari mineral 
tersebut harus dipahami dengan baik. 
Mineral yang merupakan benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk 
secara anorganik dan mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu serta 
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Mineral dapat kita jumpai di mana-mana 
di sekitar kita, dapat bewujud sebagai batuan, tanah atau pasir yang diendapkan pada 
dasar sungai. 
Mineral, kecuali beberapa jenis memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan 
padatnya sebagai perwujudan dari susunan yang teratur di dalamnya. Apabila kondisinya 
memungkinkan, mineral akan dibatasi oleh bidang-bidang rata dan diasumsikan sebagai 
bentuk-bentuk yang teratur yang disebut sebagai “kristal”. Kristal merupakan bahan padat 
homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Study yang khusus 
mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut 
dinamakan kristalografi, sedangkan yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral 
disebut mineralogi. 
Mineralogi, di dalamnya mencakup pengetahuan tentang “kristal” yang merupakan 
unsure utama dalam susunan mineral. Memahami struktur dari kristal sangat penting dalam 
mengkarakterisasi suatu material (mineral) yang memiliki sifat teratur. 
Untuk lebih memahami kristal dan mineral, selain dipelajari melalui perkuliahan juga 
dilakukan praktikum di laboratorium yang merupakan pengenalan dan pembelajaran 
dengan mengamati objek secara langsung.
1.1.2 Tujuan Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 
Tujuan diadakannya praktikum kristalografi dan mineralogi adalah : 
a. Praktikum Kristalografi : 
1. Untuk mengenal bentuk-bentuk kristal yang banyak corak dan 
ragamnya serta dapat menggolongkannya dalam kelompok-kelompok 
yang lazim disebut sebagai klasifikasi kristal. 
2. Untuk menentukan sistem kristal dari berbagai macam bentuknya 
atas dasar panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada 
setiap bentuk kristal. 
3. Untuk menentukan kelas simetri atas dasar jumlah unsure simetri 
setiap kristal. 
4. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan 
parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal serta bidang kristal 
yang dimiliki oleh semua bentuk kristal baik dalam bentuk proyeksi 
orthogonal maupun proyeksi stereografis. 
b. Praktikum Mineralogi : 
Dengan mempelajari sifat fisis mineral, kita dapat mengetahui serta mengerti 
kegunaan dan genesa suatu mineral dalam segi teknik karena pemakaian mineral di 
dalam dunia industri terutama tergantung pada sifat fisisnya. 
1.1.3 Manfaat 
Manfaat dari praktikum kristalografi dan mineralogi ini yaitu mahasiswa semakin 
memahami mengenai kristal dan mineral. Dengan mempelajari sifat fisik mineral, 
mahasiswa dapat membuat beberapa deduksi mengenai struktur kristal dan komposisi 
kimianya. 
1.2 RUANG LINGKUP 
Ruang lingkup laporan praktikum ini hanya meliputi penjelasan mengenai pengertian 
kristalografi dan mineralogi, pengertian kristal dan mineral, sistem kristal serta cara 
penggambaran dan contoh mineralnya dan juga deskripsi mengenai sifat fisis mineral serta 
bagaimana cara terbentuknya (genesa pembentukan mineral). 
1.3 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kristalografi dan mineralogi : 
a) Praktikum kristalografi 
Alat yang digunakan adalah : 
a. Alat tulis, berupa pena,pensil mekanik dan drawing pen. 
b. Busur derajat, digunakan untuk mengukur sudut antara sumbu kristal. 
c. Penggaris segitiga (1set), untuk menggaris dan mengukur panjang setiap 
sumbunya. 
d. Pensil warna atau spidol warna, digunakan untuk mewarnai bidang-bidang 
simetri baik horizontal, vertical maupun diagonal yang terbentuk 
dalam setiap sistem kristal tersebut. 
e. Lembar kerja (kertas HVS), untuk menggambar kristal serta menulis 
deskripsi dari kristal tersebut. 
b) Praktikum mineralogi 
Alat yang digunakan adalah : 
a. Skala kekerasan Mohs, berguna untuk menentukan kekerasan tiap 
mineral yang diamati dengan cara menggoreskan pada mineral yang 
diamati mulai dari skala yang paling keras sampai mineral tersebut dapat 
tergores. 
b. Loupe, alat ini merupakan lensa pembesar yang berguna untuk 
memperbesar mineral yang diamati agar lebih jelas butiran-butiran atau 
bentuk mineral yang akan diselidiki. 
c. Keping porselin, berguna untuk menentukan warna cerat tiap mineral 
yang diamati dengan cara menggoreskan mineral pada keping porselin 
pada bagian yang kasar. 
d. Keping magnet, alat ini berguna untuk menentukan apakah mineral yang 
diamati mengandung gaya magnet atau tidak. 
e. Alat tulis berupa pena, pensil mekanik dan drawing pen. 
f. Pensil warna. 
g. Lembar kerja (kertas HVS). 
Adapun bahan yang digunakan adalah : 
a. Larutan HCl 
b. Contoh mineral (disediakan di laboratorium kristalografi dan 
mineralogi). 
BAB II
KRISTALOGRAFI 
2.1 DASAR TEORI 
2.1.1 Pengertian Kristal 
Kristal merupakan suatu padatan yang atom, molekul atau ion penyusunnya 
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, 
zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, 
hasilnya bisa berupa kristal tunggal yang semua atom dalam padatannya “terpasang” pada 
kisi atau struktur kristal yang sama, namun secara umum kebanyakan kristal terbentuk 
secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya kebanyakan logam 
yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal. Struktur kristal akan terbentuk dari suatu 
cairan tergantung pada cairan kimianya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan dan 
tekanan ambient. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi. 
Kristal juga dapat didefenisikan sebagai zat padat homogen, biasanya anisotrop dan 
tembus air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya 
mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur. 
Keteraturannya tercermin pada permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata 
yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang muka 
kristal. Dua bidang muka kristal yang berimpit selalu membentuk sudut yang besarnya 
tetap pada suatu kristal (Hukum Steno). 
Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang 
menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang 
yang disebut sebagai parameter. 
Kristal tebentuk melalui dua cara yakni presipitasi (pengendapan) dan kristalisasi. 
Kecepatan kristalisasi akan mempengaruhi bentuk dan ukuran butir kristal. Semakin lama 
proses kristalisasi berlangsung, maka ukuran butir kristal akan semakin besar dan 
sebaliknya semakin cepat proses kristalisasinya maka ukuran butir kristal semakin kecil. 
Contoh dari larutan yang mengalami presipitasi (pengendapan) yakni gypsum, halit, kalsit 
dan belerang.
Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air mengandung pengertian : 
- Tidak termasuk di dalamnya zat cair dan gas. 
- Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses-proses 
fisika. 
Mengikuti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum geometri 
mengandung pengertian : 
- Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap. 
- Macam bentuk dari kristal tetap. 
- Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap. 
Gambar 2.1 Kristal merupakan suatu padatan yang atom, molekul atau ion 
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga 
dimensi. 
2.1.2 Pengertian Kristalografi 
Kristalografi berasal dari kata bahasa Yunani “crystallon” yang berarti tetesan 
dingin atau beku, dengan makna meluas pada semua padatan transparan pada derajat 
tertentu dan “graphein” yang berarti menulis. 
Kristalografi merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat geometri kristal terutama 
mengenai perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar (morphological), struktur 
dalam (internal) dan sifat-sifat fisisnya. Kristalografi mempelajari tentang penjabaran 
kristal-kristal. 
- Sifat geometri. 
Memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang 
menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar yang 
membatasinya. 
- Pertumbuhan dan perkembangan kenampakan bentuk luar.
Disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi 
permukaan, juga mempelajari kombinasi antara suatu bentuk kristal dengan bentuk 
kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti 
kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian. 
- Struktur dalam. 
Susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal, juga menghitung parameter dan 
parameter rasio. 
- Sifat fisik kristal. 
Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal 
tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang kristal 
sehingga akan dikenal dua zat yaitu kristalin dan non kristalin. 
2.1.3 Sumbu dan Sudut Kristalografi 
Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal. 
Kristal mempunyai bentuk tiga dimensi yaitu panjang, lebar dan tebal atau tinggi. Tetapi 
dalam penggambarannya dibuat dua dimensi sehingga digunakan proyeksi orthogonal. 
Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu 
kristalografi pada pusat kristal. 
C-C+ 
a+ 
b+ 
α 
β 
a-b-b- 
γ 
Gambar 2.2 Sumbu dan sudut kristalografi. 
Keterangan gambar : 
1. Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas. 
2. Sumbu b : sumbu yang horizontal pada bidang kertas. 
3. Sumbu c : sumbu yang vertical pada bidang kertas. 
4. α merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c. 
5. β merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c.
6. γ merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b. 
2.1.4 Kelas Simetri 
Pengelompokkan dalam kelas simetri didasarkan pada : 
1. Sumbu simetri 
2. Bidang simetri 
3. Titik Simetri atau pusat simetri 
1. Sumbu simetri 
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, 
dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh 
(3600) akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri 
dibedakan menjadi empat, yaitu: gyre, gyre polair, gyroide, dan sumbu inversi 
putar. Keempatnya dibedakan berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya. 
a) Sumbu Simetri Gyre 
Gyre, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya adalah 
dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Sumbu 
simetri Gyre berlaku bila kenampakan (konfigurasi) satu sama lain pada kedua 
belah pihak atau kedua ujung sumbu sama. Dinotasikan dengan huruf L (linear) 
atau g (gyre). Penulisan nilai pada kanan atas atau kanan bawah notasi. Contoh : 
L2=L2=g2=g2. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digyre, 
bila tiga kali kenampakan yang sama dinamakan trigyre, bila empat kali 
kenampakan yang sama dinamakan tetragyre, bila enam kali kenampakan yang 
sama dinamakan heksagyre dan seterusnya. 
b) Sumbu Simetri Gyre Polair 
Sumbu simetri dikatakan gyre polair, apabila kenampakan satu sama lain pada 
kedua belah pihak atau kedua ujung sumbu tidak sama. Jika pada salah satu 
sisinya berupa sudut atau “corner” maka pada sisi lainnya berupa bidang atau 
“plane”. Dinotasikan dengan huruf L (linear) atau g (gyre). Contoh : L2=g2. 
c) Sumbu Gyroide atau Sumbu Cermin Putar 
Sumbu Cermin Putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai 
simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya
pada bidang horisontal. Sumbu cermin putar dinotasikan dengan “S” (Spiegel 
axe).Dalam gambar, nilai simetri disingkat seperti dygyroide (S2), trigyroide 
(S3), tetragiroide (S4) dan heksagiroide(S6). 
d) Sumbu Inversi Putar 
Sumbu inversi putar merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut sebagai 
poros putarnya, dilanjutkan dengan menginversikan melalui pusat simetri pada 
sumbu tersebut. Cara penulisannya : 
4 
, 
6 
dan sering pula ditulis dengan huruf L 
kemudian di sebelah kanan atas ditulis nilai sumbu dan sebelah kanan bawah 
ditulis i. Contoh : L4 
i, L6 
i dan sebagainya. 
2. Bidang simetri 
Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan dapat 
membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu 
merupakan pencerminan dari yang lain. 
Bidang Simetri dinotasikan dengan P (plane) atau m (mirror). 
Bidang Simetri dikelompokan menjadi 2 yaitu : 
1) Bidang Simetri utama ialah bidang yang di buat melalui dua sumbu simetri 
utama kristal dan membagi dua bagian yang sama besar. Bidang simetri utama 
di bagi menjadi 2 yaitu : 
a) Bidang simetri utama horizontal yaitu bidang simetri utama yang melalui 
sumbu horizontal, di notasikan dengan h. 
b) Bidang simetri utama vertical yaitu bidang simetri utama yang melalui 
sumbu vertical, di notasikan dengan v. 
2) Bidang Simetri tambahan (intermediet/ diagonal) yaitu bidang simetri yang di 
buat hanya melalui satu sumbu simetri utama Kristal. Bidang ini sering disebut 
dengan diagonal, dinotasikan dengan d. 
3. Pusat simetri 
Pusat simetri adalah titik dalam Kristal, dimana melaluinya dapat di buat garis 
lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan sisi yang lain dengan 
jarak yang sama, di jumpai kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang). 
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila dapat di buat garis 
bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan 
menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama 
terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut.
Pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum 
tentu merupakan pusat simetri. 
2.1.5 Dasar Pembagian Kristal 
Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat di tentukan secara ilmu ukur, 
dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan kristal hal ini 
dapat dilakukan dengan menetapkan kedudukan bidang-bidang tersebut dengan 
menggunakan sistem-sistem koordinat. Dalam ilmu kristalografi, geometri dipakai dengan 
tujuh jenis sistem sumbu. 
Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem yang didasarkan pada: 
a. Perbandingan panjang sumbu kristalografi. 
b. Letak atau posisi sumbu kristalografi. 
c. Jumlah sumbu kristalografi. 
d. Nilai sumbu c atau sumbu vertical.
okl 
C 
b 
a 
(100) 
hko 
hol 
(001) 
hkl 
(010)
Gambar 2.3 Tujuh prinsip letak bidang terhadap susunan salib sumbu kristal. 
2.1.6 Klasifikasi Kristal 
Mineral yang terdapat di alam memiliki beragam ciri dan karakteristik, perbedaan ini 
dapat tampak secara langsung ataupun tidak langsung, namun, bentuk dari kristal-kristal 
mineral kadang memperlihatkan kesamaan pada berbagai mineral, sehingga muncul 
klasifikasi umum dari system Kristal, yang saat ini mempunyai 7 sistem utama, dan tiap 
system dibagi lagi menjadi beberapa kelas. 
Pembagian sistem ini didasarkan kepada pembagian dari ruang kosong yang 
berdasarkan simetri dari struktur dalam bentuk tiga dimensi dengan simetri translasi di tiga 
arah, mempunyai mempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap kelas. Sistem kristal terbagi 
menjadi tujuh sistem kristal. 
Berikut ini merupakan 7 sistem utama dari system kristal tersebut : 
1. Sistem Isometric atau Reguler 
Sistem kristal isometric adalah sistem kristal dimana setiap unit sel-nya berbentuk 
kubus. Sistem kristal ini merupakan sistem kristal yang paling sederhana yang dapat 
ditemukan dalam kristal dan mineral. Sistem kristal ini mempunyai 5 buah kelas dan 
ada tiga buah bravais lattice dari jenis kristal ini yaitu simple cubic, body centered 
cubic, face centered cubic. Semua kristal yang mempunyai tiga buah sumbu yang 
identik dan saling tegak lurus termasuk ke dalam golongan sistem kristal cubic. Sumbu 
pertama terletak vertikal, sumbu kedua memanjang dari depan ke belakang dan sumbu 
ketiga bergerak dari kiri ke kanan. Kelas-kelas dalam sistem kristal ini yaitu 
hexoctahedral class, pentagonal icostetrahedral class, hextetrahedral class, 
dyakisdodecahedral class, tetrahedral pentagonal dodecahedral class. 
Mineral dengan system kristal isometric antara lain Almandine (Fe3Al2(SiO4)3), 
Aluminium (Al), Bornite (Cu5FeS4), Chromite (FeCr2O4), Chromium (Cr), Cobalt (Co), 
Copper (Cu), Galena (Pbs), Sodalite (Na4Al3(SiO4)3Cl), Halite (NaCl), Iron-Nickel (Fe- 
Ni), Leucite (KAlSi2O6), Magnetite (Fe3O4), Manganese (Mn), Platinum (Pt), Pyrite 
(FeS2), Pyrope (Mg3Al2(SiO4)3), Silicone (Si), native Silver (Ag), Sphalerite ((Zn, 
Fe)S), Spinel (MgAl2O4, Magnesium Aluminium Oxide), Uraninite (UO2, Uranium 
Oxide).
Gambar 2.4 Almandine dan Fluorite 
2. Sistem Tetragonal 
Dalam kristalografi, tetragonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan 
mempunyai tujuh buah kelas. Tetragonal merupakan hasil dari pemanjangan bentuk 
dasar cubic sehingga bentuk dasar cubic tersebut menjadi prisma. Tetragonal 
mempunyai dua buah bentuk bravais lattice yaitu simple tetragonal dan centered 
tetragonal. sistem kristal ini terbagi menjadi tujuh kelas yaitu : ditetragonal bipyramidal 
class, tetragonal trapezohedral class, ditetragonal pyramidal class, tetragonal 
scalenohedral class, tetragonal bipyramidal class, tetragonal pyramidal class, tetragonal 
bisphenoidal class. Contoh mineralnya : Chalcopyrite (CuFeS2), Rutile (TiO2) dan 
Scheelite. 
Gambar 2.5 Scheelite 
3. Sistem Heksagonal 
Dalam kristalografi, hexagonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan 
mempunyai tujuh buah kelas. Semua kelasnya mempunyai simetri yang sama dengan 
bentuk dasar dari hexagonal. Untuk bravais lattice hanya terdapt satu untuk sistem 
kristal hexagonal. Sistem kristal ini mempunyai tujuh buah kelas yaitu : dihexagonal 
bipyramidal class, hexagonal trapezohedral class, dihexagonal pyramidal class,
ditrigonal bipyramidal class, hexagonal bipyramidal class, hexagonal pyramidal class, 
trigonal bipyramidal class. Contoh mineral : Apatite, Calcite, Titanium dan Vanadinit. 
Gambar 2.6 Vanadinit 
4. Sistem Trigonal 
Dalam kritalografi, trigonal merupakan salah satu dari tujuh sistem kristal dan 
mempunyai lima buah kelas dan hanya satu buah bentuk bravais lattices. sistem kristal 
ini mempunyai 5 kelas yaitu : ditrigonal scalenohedral class, trigonal trapezohedral 
class, ditrigonal pyramidal class, trigonal rhombohedral class, trigonal pyramidal class. 
Contoh mineral : Kuarsa (SiO2), Corundum (Al2O3), Calcite (CaCO3). 
Gambar 2.7 Calcite 
5. Sistem Orthorombik 
Dalam kristalografi, orthorombik merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan 
mempunyai tiga buah kelas dan mempunyai empat buah bentuk bravais lattices yaitu 
simple orthorhombic, base centered orthorhombic, body centered orthorhombic dan 
face centered orthorombic. Sistem kelas ini terbagi menjadi 3 buah yaitu : orthorhombic
bipyramidal class, orthorhombic bisphenoidal class, orthorombic pyramidal class. 
Contoh mineral : Aragonite (CaCO3), Sulfur (S), Barite (BaSO4). 
Gambar 2.8 Sulfur 
6. Sistem Monoklin 
Dalam kristalografi, sistem monoklin merupakan sistem kristal yang mempunyai 
tiga buah kelas dan dua buah bravais lattices yaitu simple monoclinic dan centered 
monoclinic lattices. Sistem kristal ini terbagi menjadi tiga kelas yaitu : prismatic class, 
sphenoidal class, domatic class. Contoh mineral : Hornblende, Orthoclase (KAlSi3O8), 
Argentiite (Ag2S). 
Gambar 2.9 Orthoclase 
7. Sistem Triklin 
Dalam kristalografi, triklin mempunyai dua buah kelas saja yang dibedakan 
menurut ada atau tidaknya sumbu simetri selain itu triclinic merupakan satu – satunya 
yang tidak mempunyai bidang cermin. Sistem kristal ini terbagi menjadi dua kelas yaitu 
: pinacoidal class, pedial class. Contoh mineral : Microclin (KAlSi3O8), Rodokrosit, 
Albite (NaAlSi3O8).
Gambar 2.10 Rodokrosit. 
Table 2.1 Klasifikasi kristal 
Sistem kristal Class Bravais lattices Space group 
Isometric 5 3 36 
Tetragonal 7 2 68 
Heksagonal 7 1 27 
Trigonal 5 1 25 
Orthorombik 3 4 59 
Monoklin 3 2 13 
Triklin 2 1 2 
Total 32 14 230 
2.2 CARA KERJA 
2.2.1 Sistem Isometrik 
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki tiga buah sumbu kristal yang 
sama panjangnya dan membentuk sudut 900 atau saling tegak lurus yang satu dengan yang 
lainnya. Sumbu-sumbu tersebut adalah a, b, dan c. Sudut =  =  = 90. Karena Sb a = 
Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a. Penggambarannya: a+ / b- = 300. Dengan 
perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3. 
Cara penggambaran Isometrik : 
1. Buatlah sumbu kristalografi sesuia dengan ukuran perbandingan yaitu a:b:c 
= 1:3:3 dan besar sudut a+ dan b- = 30˚. 
2. Beri tanda atau titik pada ukuran perbandingan 1:3:3 pada sumbu 
kristalografi. 
3. Tarik garis sejajar pada dua titik di sumbu b dan c dengan ukuran yang 
sama dengan sumbu a yang telah diberi tanda. 
4. Buat garis sejajar dengan panjang sumbu b pada dua tanda atau titik pada 
sumbu a dan di sumbu c.
5. Buat atau tarik garis sejajar terhadap sumbu c dengan panjang sumbu c pada 
dua titik pada sumbu b dan sumbu a. 
6. Pada garis sejajar yang berpotongan (contohnya pada garis sejajar b dengan 
garis sejajar a) ditarik garis yang sejajar pula dengan garis c. 
7. Membuat perpotongan garis yang telah dihubungkan. 
(a) 
β α 
γ 
C+ 
b+ 
30o 
(b) (c) 
(d) 
a+ 
Gambar 2.11 “Sistem Reguler” (a) Sumbu Sistem Kristal isometrik, (b) isometrik 
asli, (c) isometrik modifikasi, (d) Contoh: mineral Halite (NaCl). 
2.2.2 Sistem Tetragonal 
Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing 
saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama. 
Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih
panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh elemen-elemen dalam kelas holohedral, terdiri 
dari 3 buah sumbu: a, b, dan c; sumbu a = b  c . Sudut  =  =  =90; Karena Sb a = Sb 
b disebut juga Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau Sb b. Bila Sb 
c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih pendek dari Sb 
a dan Sb b disebut bentuk Stout. penggambarannya: a+ / b- = 30o ; perbandingan sumbu a 
: b : c = 1 : 3 : 6. 
Cara penggambaran Tetragonal : 
1. Buatlah perbandingan panjang sumbu a: b: c = 1:3:6 
2. Membuat sudut a-/b+ = 30o 
3. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b- 
4. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a- 
5. Menuju bagian ketiga dari sumbu b+ 
6. Menuju bagian ketiga dari sumbu b- 
7. Membuat proyeksi bidang dari horizontal seprti langkah kedua tadi. 
a+ 
(a) 
C+ 
β α 
γ 
(b) (c) 
b+ 
30o
(d) 
Gambar 2.12 “Sistem Tetragonal” (a) Sumbu Sistem Kristal Tetragonal, (b) 
Tetragonal asli, (c) tetragonal modifikasi, (d) Contoh:Mineral Hausmanite 
(Mn3O4). 
2.2.3 Sistem Heksagonal 
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yaitu a, 
b dan d yang saling membentuk sudut 1200 satu terhadap yang lain dan memiliki panjang 
yang sama. Sumbu vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu 
horisontal. sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o . Sb a, b dan d sama panjang, 
disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam bidang horisontal dan membentuk 60°. 
Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu a. Penggambarannya: a+ / b- 
= 17o ; a+ / d- = 39o. Perbandingan sumbunya adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan satuan 
panjang Sb a dibuat dengan memperhatikan Sb b dan Sb d. 
Cara penggambaran hexagonal : 
1. Membuat perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6 
2. Membuat garis dengan sudut a+/ b- = 170 
3. Membuat garis dengan sudut b+/ d- = 390 
4. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b- 
5. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu b hingga memotong sumbu a 
6. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong 
sumbu b pada langkah 2 
7. Buat garis-garis tersebut hingga membentuk suatu bidang yang berbentuk segi enam 
8. Buat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong sumbu b 
pada langkah 2.
17o 39o 
(a) 
C+ 
b+ 
d+ 
(b) (c) 
(d) 
Gambar 2.13 “Sistem Hexagonal” (a) Sumbu Sistem Kristal Hexagonal, (b) 
Hexagonal asli, (c) Hexagonal modifikasi, (d) Contoh:Mineral Kuarsa (SiO2). 
a+ 
2.2.4 Sistem Trigonal 
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yang 
sama panjangnya dan membentuk sudut tidak saling tegak lurus atau 900. sebuah sumbu 
tegak yang di sebut sumbu c yang berbeda panjangnya. 
Sumbu a = b = d ≠ c , Sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o; 
penggambarannya: ketentuan dan cara melukis sama dengan heksagonal, perbedaannya 
pada sistem heksagonal sumbu c bernilai 6, sedangkan pada sistem trigonal sumbu c 
bernilai 3. Penarikan Sb a sama dengan sistem hexagonal.
Cara penggambaran Trigonal : 
1. Membuat perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6 
2. Membuat garis dengan sudut a+/ b- = 170 
3. Membuat garis dengan sudut b+/ d- = 390 
4. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-, c+, c-, 
d+, & d- 
5. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu a pada 3 bagian sumbu b- 
6. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu b- pada 1 bagian sumbu d- 
7. Membuat garis yang sejajar sumbu d pada 3 bagian sumbu b+ sehingga 
menampakan bentuk bidang segitiga 
8. Menarik garis lurus yang sejajar sumbu c di tiap titik-titik perpotongan sepanjang 6 
bagian 
9. Tarik garis pada setiap ujung-ujung garis pada pengerjaan langkah sebelumnya 
10. Tarik garis pada setiap sudut dari bidang segitiga di bagian tengah dengan enam 
bagian dari sumbu c+ dan c- 
a+ 
(a) 
C+ 
b+ 
d+ 
17o 39o 
(b) (c)
(d) 
Gambar 2.14 “Sistem Trigonal” (a) Sumbu Sistem Kristal Trigonal, (b) Trigonal asli, 
(c) Trigonal modifikasi, (d) Contoh:Mineral Dolomite (CaMg(CO3)2). 
2.2.5 Sistem Orthorombik 
Sumbu-sumbu kristalografi dari sistem ortorombik memiliki 3 sumbu, dimana 
ketiga sumbu tersebut memiliki sudut 900 atau saling tegak lurus dengan lainnya. Sumbu a 
adalah sumbu terpendek, sumbu b adalah sumbu menengah, dan sumbu c adalah sumbu 
terpanjang. Penamaan dari kristal juga di tentukan oleh bentuk melintang dari sumbu-sumbu 
tersebut, dan di letakan sebagai awalan seperti makro atau brachia sebagai contoh 
makro pinacoid. Penggambarannya: a+ / b- = 30o; Dengan perbandingan sumbu a : b : c = 
1 : 4 : 6. 
Cara penggambaran Orthorombic : 
1. Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1:4:6 
2. Membuat garis a-/ b+ = 30o 
3. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-, c+, 
dan c- 
4. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+ dan a- 
5. Menuju bagian keempat dari sumbu b+ dan b- 
6. Menuju bagian keenam dari sumbu c+ 
7. Menuju bagian keenam dari sumbu c- 
8. Tarik garis sejajar dengan sumbu b+ dan b- pada pencerminan 1 bagian a+ dan a- 
9. Hubungkan ujung-ujung pada garis yang memotong sumbu a+, a- , b+ , b-, c+, dan 
c- 
C+ 
a+ 
b+ 
β α 
γ 
30o
(a) 
(b) (c) 
(d) 
Gambar 2.15 “Sistem Orthorombic” (a) Sumbu Sistem Kristal Orthorombic, (b) 
Orthorombic asli, (c) Orthorombic modifikasi, (d) Contoh:Mineral Barite (BaSO4). 
2.2.6 Sistem Monoklin 
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang 
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi sumbu 
c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut tidak sama panjang. Sumbu a 
di sebut sumbu kino dan sumbu b di sebut sumbu orto. Penggambarannya: a+ / b- = 45o; 
Perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6. 
Cara penggambaran Monoklin : 
1. Membuat Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1:4:6
2. Membuat garis a-/ b+ = 45o 
3. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-, c+, 
dan c- 
4. Hubungkan titik-titik pada bagian a-, b- , a+ , dan b+ menjadi sebuah bidang 
5. Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+ dan c-. 
(a) 
C+ 
β α 
γ 
45o 
(b) (c) (d) 
Gambar 2.16 “Sistem Monoklin” (a) Sumbu Sistem Kristal Monoklin, (b) Monoklin 
asli, (c) Monoklin modifikasi, (d) Contoh:Mineral Gipsum (CaSO42H2O). 
2.2.7 Sistem Triklin 
Sistem ini mempunyai 3 sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus. 
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. 
Salah satu dari sumbu-sumbu tersebut sebagai sumbu c yaitu sumbu vertikal, sumbu b di 
sebut sumbu makro dan sumbu a di sebut sumbu bakhia atau terpendek. Penggambarannya: 
a+ / c- = 45o; b+ / c- = 80o. Perbandingan sumbu: a : b : c = 1 : 4 : 6. 
Cara penggambaran Triklin : 
1. Membuat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1: 4 : 6 
2. Membuat garis a+/ c- = 45o 
3. Membuat garis b+/ c- = 80o 
4. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b- 
a+ 
b+
5. Hubungkan titik-titik pada bagian a-, b- , a+ , dan b+ menjadi sebuah bidang. 
6. Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+ dan c-. 
(a) 
C+ 
(b) (c) 
(d) 
Gambar 2.17 “Sistem Triklin” (a) Sumbu Sistem Kristal Triklin, (b) Triklin asli, (c) 
Triklin modifikasi, (d) Contoh:Mineral Bytownite (CaNa) (Si,Al)4O8. 
a+ 
b+ 
45o 
80o
2.3 DESKRIPSI KRISTAL 
2.3.1 Penentuan Kelas Simetri 
Penentuan kelas simetri didasarkan pada kandungan unsure-unsur simetri yang 
dimiliki oleh setiap bentuk kristal. Ada beberapa cara untuk menentukan suatu bentuk 
kristal, diantaranya yang umum digunakan adalah menurut Herman Maugin dan 
Schoenflish. 
a. Menurut Herman Maugin 
1. Sistem Reguler 
- Bagian I : menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin bernilai 4 atau 2 dan 
ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut. Bagian ini 
dinotasikan dengan 
4 
푚 
, 4, 
4 
, 
2 
푚 
, 2. Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf “m” 
menunjukkan adanya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut. 
- Bagian II : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu simetri yang 
bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja. Maka bagian kedua selalu 
ditulis : 3 atau 
3 
- Bagian III : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet (diagonal) 
bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap 
sumbu diagonal tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 
2 
푚 
, 2, m. 
2. Sistem Tetragonal 
- Bagian I : menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan 
ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c. Bagian ini dinotasikan 
dengan : 
4 
푚 
, 
4 
, 4. 
- Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya bidang simetri 
yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 
2 
푚 
, 2 atau tidak ada. 
- Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya 
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu inetrmediet tersebut. Bagian ini 
dinotasikan dengan : 2, 
2 
푚 
, atau tidak ada.
3. Sistem Hexagonal dan Trigonal 
- Bagian I: menerangkan nilai sumbu c (mungkin bernilai 6, 
6 
, 3, 
3 
) ada tidaknya 
bidang simetri horizontal yang tegak lurus sumbu c tersebut. Bagian ini dinotasikan 
dengan : 
6 
푚 
, 
6 
, 6, 
3 
, 3. 
- Bagian II: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang 
simetri vertikal yang tegak lurus. Bagian ini dinotasikan dengan : 
2 
푚 
, 2, m, atau tidak 
ada. 
- Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intarmediet dan ada tidaknya 
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut. Bagian ini 
dinotasikan dengan : 
2 
푚 
, 2, m, atau tidak ada. 
4. Sistem Orthorombic 
- Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tidaknya bidang yang tegak lurus 
terhadap sumbu a tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 
2 
푚 
, 2, m. 
- Bagian II: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri 
yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 
2 
푚 
, 2, 
m. 
- Bagian III: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak 
lurus terhadap sumbu tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 
2 
푚 
, 2. 
5. Sistem Monoklin 
- Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang 
simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut. 
6. Sistem Trinklin 
Sistem ini hanya ada 2 kelas simetri, yaitu: 
- Mempunyai titik simetri kelas pinacoidal 
1 
- Tidak mempunyai unsur simetri kelas assymetric 1 
b. Menurut Schoenflish
1. Sistem Reguler 
- Bagian I : Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c 
bernilai 4 atau bernilai 2. 
Bila sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (octaeder). 
Bila sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder). 
- Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut 
mempunyai: 
 Bidang simetri horisontal (h) 
 Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h 
 Bidang simetri diagonal (d) 
Bila mempunyai: 
 Bidang simetri horisontal (h) 
 Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h 
Bila mempunyai : 
 Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan v 
 Bidang simetri vertikal (v) 
Bila mempunyai : 
 Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d 
2. Sistem Tetragonal, hexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin, Dan Triklin 
- Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral 
(sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2 kemungkinan: 
Bila sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D (diedrish). 
Bila sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c (cyklich). 
- Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di sebelah 
kanan agak bawah dari notasi d atau c. Contoh : D2, C2 dan sebagainya. 
- Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya. 
 Bidang simetri horisontal (h) 
 Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h 
 Bidang simetri diagonal (d) 
Bila mempunyai: 
 Bidang simetri horisontal (h) 
 Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h 
Bila mempunyai : 
 Bidang simetri diagonal (d) 
 Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v 
Bila mempunyai :
 Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d 
2.3.2 Laporan Kristal 
Laporan Kristal ini berisi keseluruhan pendeskripsian dari ketujuh sistem kristal 
(Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin dan Triklin) yang di 
proyeksikan secara Orthogonal. Deskripsi Kristal sendiri meliputi : 
- Sistem kristal : Ketujuh sistem kristal masing-masing penggolongan. Misalnya 
Isometrik. 
- Jumlah unsur Simetri : Jumlah nilai kenampakan yang sama pada tiap sumbu sistem 
Kristal baik sumbu Simetri utama (sumbu c), Sumbu simetri lateral (sumbu a, 
sumbu b ataupun sumbu d jika dalam sistem kristal terdapat sumbu d) maupun 
sumbu simetri intermediet (sumbu-sumbu tambahan) lalu di akhiri dengan jumlah 
nilai bidang simetri yang terbentuk dengan penotasian ”pc”. Misalnya 3L4, 4L3 
2 , 
6L2, 9 Pc pada Sistem Isometrik. 
- Kelas simetri : Ditentukan dari penentuan kelas simetri menurut Herman Mauguin 
( Hm). Misalnya Hexoctahedral pada Sistem Isometrik. 
- (Hm) : Penentuan Kelas simetri menurut Herman Mauguin. 
- (Sc) : Penentuan Kelas Simetri menurut Schoenfilsh. 
- Nama & Simbol : Misalnya Hexahedron {100} 
- Contoh mineral : mineral- mineral yang digolongkan menurut sistem kristal masing-masingnya.
Berikut Adalah Gambar dan Deskripsi Sistem Kristal 
Dari Praktikum Kristalografi 
Pada Laboratorium Krismin
LABORATORIUM KRISMIN 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 
Skala 
a : b : c 
1,5 :4,5 : 4,5 
< a-/b+ =300 
Deskripsi Kristal 
Sistem Kristal : Isometrik Proyeksi : Orthogonal 
3 , 6L2 , 9 PC 
Jumlah unsur simetri : 3L4, 4L6 
Kelas Simetri : Hexoctahedral 
( Hm ) : 
4 
m 
, 3 , 
2 
m 
( Sc ) : Oh 
Nama & Simbol : Hexahedron {100} 
Contoh Mineral : Pyrite(FeS2), Gold(Au), Chromium(Cr), Cobalt(Co), Aluminium(Al 
Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal : 
NIM : 1106101014 TTD : 
Jurusan : Teknik Pertambangan
LABORATORIUM KRISMIN 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 
Skala 
a : b : c 
1 : 3 : 6 
< a-/b=300 
Deskripsi Kristal 
Sistem Kristal : Tetragonal Proyeksi : Orthogonal 
Jumlah unsur simetri : L4, 4L2 , 5 PC 
Kelas Simetri : Ditetragonal bipyramidal 
( Hm ) : 
4 
m 
, 2 
, 
m 
2 
m 
( Sc ) : D4h 
Nama & Simbol : Tetragonal Prismatik {110} 
Contoh Mineral : Chalcopyrite (CuFeS2), Pyrolucite (MnO2), Rutile (TiO2), 
Crystobalite(SiO2), Hausmanite(Mn3O4) 
Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal : 
NIM : 1106101014 TTD : 
Jurusan :Teknik Pertambangan
LABORATORIUM KRISMIN 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 
Skala 
a : b : c 
1 : 3 : 6 
< a-/b+ =170 
< b-/d+ = 390 
Deskripsi Kristal 
Sistem Kristal : Hexagonal Proyeksi : Orthogonal 
Jumlah unsur simetri : L6, 6L2 , 7 PC 
Kelas Simetri : Dihexagonal bipyramidal 
( Hm ) : 
6 
푚 
, 
2 
푚 
, 
2 
푚 
( Sc ) : D6h 
Nama & Simbol : Hexagonal Prisma {1010} 
Contoh Mineral : Graphite (C), Titanium ( Ti ), Molybdenite (MoS2), 
Nepheline(Na,K(AlSiO4), Apatit(Ca5(po4)3(OH, F, Cl) 
Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal : 
NIM : 1106101014 TTD : 
Jurusan : Teknik Pertambangan
LABORATORIUM KRISMIN 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 
Skala 
a : b: c 
1 : 3 : 6 
< a-/b+ =170 
<d+/b+ = 390 
Deskripsi Kristal 
Sistem Kristal : Trigonal Proyeksi : Orthogonal 
3 , 3L2 , 4 PC 
Jumlah unsur simetri : L6 
Kelas Simetri : Ditrigonal bipyramidal 
( Hm ) : 6, m , 2 
( Sc ) : D3h 
Nama & Simbol : Trigonal Bipyramidal {1011} 
Contoh Mineral : Calcite(CaCO3), Arsenic (As), Bismuth (Bi), Hematite(Fe2O3), 
Cinabar(HgS) 
Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal : 
NIM : 1106101014 TTD : 
Jurusan :Teknik Pertambangan
LABORATORIUM KRISMIN 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 
LABORATORIUM KRISMIN 
Skala 
a : b : c 
1 : 4 : 6 
< a-/b+ =300 
Deskripsi Kristal 
Sistem Kristal : Orthorombic Proyeksi : Orthogonal 
Jumlah unsur simetri : 3L2 , 3 PC 
Kelas Simetri : Orthorombic bipyramidal 
( Hm ) : 
2 
m 
, 2 
m 
, 2 
m 
( Sc ) : D2h 
Nama & Simbol : Orthorombic prismatik {011} 
Contoh Mineral : Barite (BaSO4), Aragonite(CaCO3), Sulfur (S), 
Andalucite(Al2SiO5), Sillamanite(Al2SiO5) 
Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal : 
NIM : 1106101014 TTD : 
Jurusan : Teknik Pertambangan
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 
Skala 
a : b : c 
1 :4 : 6 
< a-/b+ =450 
Deskripsi Kristal 
Sistem Kristal : Monoklin Proyeksi : Orthogonal 
Jumlah unsur simetri : L2 PC 
Kelas Simetri : Prismatic 
( Hm ) : 
( Sc ) : C2h 
Nama & Simbol : Monoklin Hemibypiramid {111} 
Contoh Mineral : Argentite(Ag2S), Aegirine (NaFeSi2O6), Tridymite (SiO2), 
Orthoclase(KALSi3O8), Clorite(Fe,Mg, AL)6(Si AL)4 
Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal : 
NIM : 1106101014 TTD : 
Jurusan : Teknik Pertambangan
LABORATORIUM KRISMIN 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 
Skala 
a : b : c 
1 : 4: 6 
< a-/b+ =300 
<b+/c- = 800 
Deskripsi Kristal 
Sistem Kristal : Triklin Proyeksi : Orthogonal 
Jumlah unsur simetri : C 
Kelas Simetri : Pinacoidal 
( Hm ) : 1 
( Sc ) : Ci 
Nama & Simbol : Triklin Hemibipyramid {111} 
Contoh Mineral : Kyanite (Al2SiO4), Albite (NaAlSi3O8), Anorthite (CaAl2 Si2 
O8),Microline(KALSi3O8), Kaolinite(Al2SiO5) 
Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal : 
NIM : 1106101014 TTD : 
Jurusan : Teknik Pertambangan
BAB III 
MINERALOGI 
3.1 DASAR TEORI 
3.1.1 Pengertian Mineralogi 
Mineralogi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari mengenai mineral, 
baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari 
tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan 
kegunaannya. 
Mineral ialah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk 
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan 
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. 
Benda padat homogen artinya bahwa mineral itu hanya terdiri dari satu fase 
padat, hanya satu macam material, yang tidak dapat diuraikan menjadi senyawa-senyawa 
yang lebih sederhana oleh suatu proses fisika. Dengan adanya suatu 
persyaratan mineral-mineral itu benda padat, maka cairan dan gas-gas tidak termasuk. 
Es adalah mineral tetapi air bukan mineral. 
Terbentuk secara anorganik artinya benda-benda padat homogen yang 
dihasilkan oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan tidak termasuk, maka dari itu kullit 
tiram (dan mutiara di dalamnya) meskipun terdiri dari Calsium Carbonat yang tidak 
dapat dibedakan secara kimia maupun fisika dari mineral aragonite, tidak dianggap 
sebagai mineral. 
Mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu artinya bahwa mineral 
itu merupakan senyawa kimia, dan senyawa kimia mempunyai komposisi pada batas-batas 
tertentu yang dinyatakan dengan suatu rumus. Rumus kimia mineral dapat 
sederhana maupun kompleks tergantung dari banyaknya unsur-unsur yang ada dan 
proporsi kombinasinya. 
Atom-atom yang tersusun secara teratur merupakan ukuran dari keadaan 
kristalisasinya, cara ini untuk pembentukan, susunan atom yang teratur ini dapat 
tergambar pada bentuk luar kristalnya, dari kenyataan bahwa adanya susunan atom-atom 
yang teratur di dalam kristalin yang padat telah disimpulkan dari teraturnya 
bentuk luar, lama sebelum sinar X ditemukan. 
3.1.2 Defenisi Mineral Menurut Para Ahli 
Defenisi mineral menurut para ahli : 
L.G. Berry & B. Mason 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam dan 
terbentuk secara anorganik dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu serta 
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. 
D.G.A. Whitten & J.R.V. Brooks 1972 
Mineral adalah bahan padat dengan struktur homogen yang mempunyai 
komposisi kimia tertentu dan dibentuk oleh proses alam yang anorganik. 
A.W.R. Potter & H. Robinson 1977 
Mineral adalah zat atau bahan homogen yang mempunyai komposisi kimia 
tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu 
kehidupan. 
Kraus, dkk., 1959 
Mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia 
yang khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-kadang 
dapat menjelma dalam bentuk geometris tertentu. 
3.2 CARA PEMBERIAN NAMA MINERAL 
Sifat-Sifat Fisik Yang Diselidiki 
Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik 
mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat fisik suatu mineral ini 
sangat diperlukan di dalam mendeterminasi atau mengenal mineral secara megaskopis atau 
tanpa menggunakan mikroskop. Dengan cara ini seseorang dapat mendeterminasi mineral 
lebih cepat dan biasanya langsung di lapangan tempat di mana sampel tersebut ditemukan. 
Sifat-sifat mineral tersebut meliputi: warna, perawakan kristal, kilap, kekerasan mineral, 
goresan, belahan, pecahan, daya tahan terhadap pukulan, berat jenis, kemagnetan, rasa dan 
bau serta derajat ketransparanan. 
3.2.1 Warna (Colour) 
Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang 
mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (absorpsi) dan 
sebagian akan dipantulkan (refleksi). Warna ini penting untuk membedakan antara 
warna yang disebabkan oleh campuran atau pengotoran dan warna asli elemen-elemen 
utama pada mineral tersebut. Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua 
yaitu : 
a. Idiokromatik : warna mineral yang selalu tetap. Umumnya dijumpai pada mineral-mineral 
yang tidak tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit = hitam, pirit = 
kuning loyang, belerang = kuning, azurite = biru dan sebagainya.
Gambar 3.1 Warna idiokromatik pada Galena. 
b. Allokromatik : warna mineral yang tidak tetap, tergantung dari material 
pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya seperti 
kuarsa, dan kalsit. 
Gambar 3.2 Warna allokromatik pada kuarsa 
3.2.2 Perawakan Kristal 
Perawakan kristal adalah bentuk khas mineral di tentukan oleh bidang yang 
membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut. Kita 
perlu mengenal perawakan yang terdapat pada beberapa jenis mineral, walaupun 
perawakan kristal bukan merupakan ciri tetap mineral. Contoh: mika selalu 
menunjukan perawakan kristal yang mendaun (foliated), amphibol, selalu 
menunjukan perawakan kristal meniang (columnar). Perawakan kristal di bedakan 
menjadi 3 golongan (Pearl, 1975) yaitu: elongated habits, flattened habits, dan 
rounded habits. 
1. Elongated habits (meniang/berserabut) yang terbagi atas :
a. Meniang (columnar) yaitu bentuk Kristal prismatic yang menyerupai bentuk 
tiang. 
(a) (b) 
Gambar 3.3 Contoh mineral : (a) Pirolusit, (b) Tourmalin. 
b. Menyerat (fibrous) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai serat-serat kecil. 
(a) (b) 
Gambar 3.4 Contoh mineral : (a)Asbestos, (b)Silimanite. 
c. Menjarum (Acicular) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil. 
Gambar3.5 Contoh mineral : Natrolite 
d. Menjaring (Reticulate) yaitu bentuk Kristal yang kecil panjang yang tersusun 
menyerupai jarring. 
Gambar 3.6 Contoh mineral : Rutile 
e. Membenang (Filliform) yaitu bentuk Kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.
Gambar 3.7 Contoh mineral : Perak 
f. Menjari (Radiated) yaitu bentuk Kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari. 
Gambar 3.8 Contoh mineral : Markasit 
2. Flattened habits (lembaran tipis) yang terbagi atas : 
a. Membilah (bladed) yaitu bentuk Kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah 
kayu dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh. 
Gambar 3.9 Contoh mineral : Kyanite 
b. Memapan (tabular) yaitu bentuk Kristal yang pipih menyerupai bentuk papan, 
dimana lebar dengan tidak terlalu jauh. 
Gambar 3.10 Contoh mineral : Barit 
c. Membata (Blocky) yaitu bentuk Kristal tebal menyerupai bentuk bata, dimana 
perbandingan antara lebar dengan tebal hampir sama.
Gambar 3.11 Contoh mineral : Microcline 
d. Mendaun (Foliated) yaitu bentuk Kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan 
yang mudah dikupas atau dipisahkan. 
Gambar 3.12 Contoh mineral : Mica 
e. Memencar (divergent) yaitu bentuk Kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas 
terbuka. 
Gambar 3.13 Contoh mineral : Gipsum 
f. Membulu (plumose) yaitu bentuk Kristal yang tersusun membentuk bulu. 
Gambar 3.14 Contoh mineral : Gipsum
3. Rounded habits (membutir) yang terbagi atas : 
a. Mendada (Mamillary) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai buah dada. 
Gambar 3.15 Contoh mineral : Malakhit 
b. Membulat (colloform) yaitu bentuk Kristal yang menunjukan permukaan yang 
bulat-bulat. 
Gambar 3.16 Contoh mineral : Goethile 
c. Membulat jari (colloform radial) yaitu bentuk Kristal yang membulat dengan 
struktur dalam memencar menyerupai bentuk jari. 
Gambar 3.17 Contoh mineral : Pyromorphite 
d. Membutir (granular) yaitu bentuk Kristal berupa kelompok Kristal kecil yang 
berbentuk butiran. 
Gambar 3.18 Contoh mineral : Sodalite
e. Memisolit (pisolitic) yaitu bentuk Kristal berupa kelompok Kristal lonjong sebesar 
kerikil seperti kacang tanah. 
Gambar 3.19 Contoh mineral : Goethile 
f. Stalaktit (stalactic) yaitu bentuk Kristal yang membulat dengan litologi gamping. 
Gambar 3.20 Contoh mineral : Goethite 
g. Mengginjal (Rentiform) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai bentuk ginjal. 
Gambar 3.21 Contoh mineral : Hematit 
3.2.3 Kilap (Luster) 
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya. 
Kilap dibedakan menjadi 2, yaitu kilap logam (metallic luster) dan kilap bukan 
logam (non metallic luster). Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila 
terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral bijih, seperti 
emas, galena, pirit, dan kalkopirit. Sedangkan kilap bukan logam tidak memberikan 
kesan logam jika terkena cahaya. Selain itu, adapula kilap sub-metalik (sub-metallic 
luster), yang terdapat pada mineral-mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6- 
3. 
Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi: 
a) Kilap Kaca(Vitreous Luster); Memberikan kesan seperti kaca atau gelas bila 
terkena cahaya. Contohnya: kalsit, kuarsa, dan halit.
b) Kilap Intan (adamantine Luster); Memberikan kesan cemerlang seperti intan. 
c) Kilap Sutera (Silky Luster); Memberikan kesan seperti sutera. Umumnya 
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat. Seperti asbes, 
aktinolit, dan gipsum. 
d) Kilap Lilin (Waxy Luster); Merupakan kilap seperti lilin yang khas. 
e) Kilap Mutiara (Pearly Luster); Memberikan kesan seperti mutiara atau 
seperti bagian dalam dari kulit kerang. Kilap ini ditimbulkan oleh mineral 
transparan yang berbentuk lembaran. Contohnya talk, dolomit, muskovit, 
dan tremolit. 
f) Kilap Lemak (Greasy Luster); Menyerupai lemak atau sabun. Hal ini 
ditimbulkan oleh pengaruh tekanan udara dan alterasi. Contohnya talk dan 
serpentin. 
g) Kilap Tanah (Earthy Luster); Kenampakannya buram seperti tanah. 
Misalnya kaolin, limonit,dan bentonit. 
3.2.4 Kekerasan Mineral (Hardness) 
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Penentuan 
kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang 
rata pada mineral standar dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang 
dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling 
keras. 
Tabel 3.1 Skala kekerasan relatif mineral (Mohs) 
Kekerasan Mineral Rumus Kimia 
1 Talc Mg3Si4O10(OH)2 
2 Gypsum CaSO4.2H2O 
3 Calcite CaCO3 
4 Fluorite CaF2 
5 Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F) 
6 Orthoclase KAlSi3O8 
7 Quartz SiO2 
8 Topaz Al2SiO4(OH,F)2 
9 Corundum Al2O3 
10 Diamond C
Misalnya suatu mineral di gores dengan kalsit (H=3) ternyata mineral itu 
tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4), maka mineral tesebut 
mempunyai kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan mineral 
dengan memepergunakan alat-alat yang sederhana misalnya: 
1. Kuku jari manusia H = 2,5 
2. Kawat tembaga H = 3 
3. Pecahan kaca H = 5,5 
4. Pisau baja H = 5,5 
5. Kikir baja H = 6,5 
6. Lempeng baja H = 7 
Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku manusia tetapi oleh kawat tembaga, maka 
mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3. 
3.2.5 Gores (Streak) 
Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat 
sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Gores ini di 
pertanggungjawabkan karena stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang 
warnanya sama tetapi goresnya berbeda. Gores ini di peroleh dengan cara 
mengoreskan mineral pada permukaan keeping porselin, tetapi apabila mineral 
mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat di cari mineral yang berwarna terang 
biasanya mempunyai gores berwarna putih. Mineral bukan logam dan berwarna 
gelap akan memberikan gores yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri. 
Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gpres 
yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri. Ada beberapa mineral warna dan 
gores sering menunjukan warna yang sama. 
Gambar 3.22 Contoh goresan mineral cinnabar dan piryte.
3.2.6 Belahan (Cleavage) 
Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah 
melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang belahan umumnya 
sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut. Belahan dapat di bedakan 
menjadi: 
a. Sempurna (perfect) 
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang 
merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya. 
b. Baik (good) 
Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya yang 
rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya. 
c. Jelas (distinct) 
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral 
tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata. 
d. Tidak jelas (indistinct) 
Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk 
membentuk belahan dan pecahan sama besar. 
e. Tidak sempurna (imperfect) 
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral 
akan pecah dengan permukaan yang tidak rata. 
3.2.7 Pecahan (Fracture) 
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak 
rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi: 
a. Pecahan konkoidal (Choncoidal): Pecahan yang memperlihatkan gelombang 
yang melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol atau 
kulit bawang. 
b. Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang menunjukkan 
kenampakan seperti serat, contohnya asbes, augit. 
c. Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang memperlihatkan 
permukaan bidang pecanya tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet. 
d. Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan cukup 
halus. Contohnya mineral lempung. 
e. Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak 
teratur, kasar, dan ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral kelompok 
logam murni.
f. Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya 
mineral lempung. 
3.2.8 Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity) 
Tenacity adalah suatu reaksi atau daya tahan mineral terhadap gaya yang 
mengenainya, seperti penekanan, pemecahan, pembengkokan, pematahan, 
pemukulan, penghancuran, dan pemotongan. Tenacity dapat dibagi menjadi: 
a. Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus. 
b. Sectile (Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong dengan pisau dengan 
tidak berkurang menjadi tepung. 
c. Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti kawat. Bila ditarik 
akan menjadi panang, dan apabila dilepaskan akan kembali seperti semula. 
d. Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan palu akan 
menjadi pipih. 
e. Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan kembali seperti 
semula bila dilepaskan. 
f. Flexible ; apabila mineral dapat dilengkungkan dengan mudah. 
3.2.9 Berat Jenis (Specific Gravity) 
Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral 
dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama. Dalam penentuan berat 
jenis dipergunakan alat-alat seperti: piknometer, timbangan analitik, dan gelas ukur. 
Berat jenis dapat dirumuskan sebagai berikut: 
BJ = 
BERAT MINERAL 
VOLUME MINERAL 
3.2.10 Kemagnetan 
Sifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum mineral fisik adalah 
sifat dari mineral yang diselidiki, apakah paramagnetik ataukah diamagnetik. 
a. Paramagnetik (magnetik): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tarik terhadap 
magnet. 
b. Diamagnetik (non-magnetik): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tolak 
terhadap magnet. 
3.2.11 Rasa dan Bau 
Disamping dari sifat-sifat yang telah dibahas sebelumnya, beberapa mineral 
juga mempunyai bau dan rasa.
3.2.12 Derajat Ketransparanan 
Sifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada kemampuan mineral 
tersebut mentransmit sinar cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan hal ini, variasi 
mineral dibedakan atas: 
a. Opaque mineral; yaitu mineral-mineral yang tidak tembus cahaya 
meskipun dalam bentuk lembaran tipis. Mineral-mineral ini 
permukaannya mempunyai kilauan metalik dan meninggalkan berkas 
hitam atau gelap. 
b. Transparant mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus pandang 
seperti kaca. 
c. Translucent mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus cahaya tapi 
tidak tembus pandang. 
d. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang dalam bentuk pecahan-pecahan 
tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis. 
3.3 DESKRIPSI MINERAL 
3.3.1 Klasifikasi Mineral 
Klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari Dana yang 
mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya. Dana 
membagi mineral dalam 9 golongan ( Klein & Hurlburt, 1993), yaitu : 
3.3.1.1 Silicate Class 
Silicate Class merupakan kelas terbesar, sering di sebut juga Silicon dioxide, 
gabungan dari 2 unsur yang paling melimpah yaitu Silicon kerak bumi dan oksigen 
(SiO2) dan dengan ion tambahan lainnya seperti aluminium, magnesium, besi dan 
calcium. Masa kerak bumi adalah 59 % Silika, konstituen utama lebih dari 95 % 
batuan diketahui. Contoh mineral kelas Silikat adalah Olivin (Mg,Fe)2 SiO4 , Kuarsa 
(SiO2), Serpentine (Mg6Si4O10(OH)4), Kaolinit (Al4Si4O10(OH)8). 
3.3.1.2 Carbonate Class 
Carbonate class merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3)2- dan 
termasuk Calcite dan aragonite (keduanya merupakan Calcium Carbonate), Dolomit 
(Magnesium/Calcium Carbonate) dan Siderite (besi Carbonate).
Carbonate terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. 
Carbonate juga terbentuk pada daerah evaporit dan pada daerah karst yang 
membentuk gua/caves, stalaktit, dan stalagmite. Carbonate Class juga termasuk 
mineral Nitrate dan Borate. Contoh mineral Carbonate class adalah Dolomit 
(CaMg(CO3)2), Aragonite (CaCO3), Siderit (FeCO3), Magnesit (MgCO3), 
Smithsonite (ZnCO3). 
3.3.1.3 Sulfate Class 
Mineral kelas Sulfat terdiri dari anion Sulfate SO4 
2- biasanya terbentuk di 
daerah evaporitic yang tinggi kadar airnya perlahan lahan menguap sehingga 
formasi sulfat dan Halida berinteraksi. Contoh mineral kelas sulfat adalah Anhydrite 
(CaSO4), Barite (BaSO4), dan Gypsum (CaSO42H2O). Termasuk juga Kromat, 
Molybdat, Selenat, Sulfite, Tellurate, dan Tungstate. 
3.3.1.4 Halide Class 
Halide Class adalah kelas mineral yang membentuk garam alami dan juga 
termasuk Fluorit (Calcium Fluoride), Halite (Sodium Chlorida), Sylvite (Potassium 
Chlorida) dan Sal Ammoniac (Ammonium Chlorida). Sama halnya dengan Sulfat, 
Halida juga di temukan di daerah evaporit seperti danau playa dan laut yang 
terkurung daratan seperti laut mati dan danau garam besar. Contoh mineral kelas 
Halida adalah Fluorit (CaF2), dan Halite (NaCl). 
3.3.1.5 Oxide Class 
Mineral kelas oksida biasanya terbentuk dekat permukaan bumi, teroksidasi 
dari hasil pelapukan mineral lain dan sebagai mineral pelengkap pada batuan beku 
yang terdapat di kerak dan mantel bumi. Mineral-mineral kelas oksida sangat 
penting dalam dunia pertambangan karena bijih (ores) terbentuk dari mineral-mineral 
kelas oksida, kelas mineral ini pun juga mempengaruhi perubahan kutub 
magnetic bumi. Contoh mineral kelas Oksida adalah Rutile (TiO2), Hematite 
(Fe2O3), Spinel (MgAl2O4), Magnetite (Fe3O4), Korundum (Al2O3), Pyrolusit 
(MnO2) 
3.3.1.6 Sulfide Class 
Mineral kelas Sulfide merupakan kelas mineral yang juga pembentuk bijih 
(ores), juga merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan belerang 
(S). Contoh mineral kelas Sulfida adalah Pyrite (FeS2), Galena (PbS), Bornite 
(Cu5FeS5), Sphalerite (Zn,Fe)S.
3.3.1.7 Phosphate Class 
Mineral fosfat merupakan persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam 
dengan Phospate radical. Ribuan spesies dari golongan ini dapat dikenali, namun 
keadaannya tidak berlimpah. Sifat dari golongan ini berubah-ubah tetapi umumnya 
cenderung lunak, rapuh, sangat berwarna dan kristalisasinya baik. 
Mineral kelas fosfat termasuk mineral dengan unit AO4, A berupa phosphorus, 
antimony, arsenic atau vanadium. Contoh mineral fosfat adalah Apatit 
(Ca5(PO4)3(OH,F,Cl)), Zuenerite (Cu(UO2)2(AsO4)2-10-16H2O), Monasit ( (Ce, La, 
Y, Th)PO4 ), termasuk juga mineral Arsenat, Vanadat dan mineral-mineral 
Antimonit. 
3.3.1.8 Native Elements Class 
Native elements merupakan unsur-unsur bebas, bukan merupakan unsure-unsur 
gabungan. Mineral kelas elemen terdiri dari metal dan elemen intermetalik 
(emas, perak dan tembaga), semi-metal dan non-metal (Antimony, Bismuth, Grafit, 
sulfur). Kelas ini juga termasuk campuran logam alam seperti electrum, fosfida, 
silisida, nitride dan carbida. Contoh mineral kelas elemen adalah Perak (Ag), 
Bismut (Bi), Intan (C), Grafit (C), Sulfur (S), Tembaga (Cu), Emas (Au). 
3.3.1.9 Organic Class 
Mineral kelas organic terdiri dari substansi biogenic; Oxalates, Mellitates, 
Citrates, Cyanates, Acetates, Formats, Hydrocarbons, dan Sepsis Miscellaneous 
lainnya. Contoh mineralnya adalah Fichtelite (C19H34), Abelsonite (NiC31H32N4). 
3.3.2 Laporan Mineral 
Dalam laporan mineral ini, meliputi deskripsi dari seluruh mineral dan 
terutama mineral yang dimiliki nilai ekonomis saja. Mineral dalam laporan ini 
hanya ada beberapa mineral saja. Deskripsi mineral-mineral ini meliputi beberapa 
sifat fisik, seperti:
1. Deskripsi mineral : yang berupa penamaan mineral itu sendiri dengan 
pengklasifikasiaannya yang didasarkan pada kemiripan komposisi kimia 
dan struktur kristalnya pada golongannya masing-masing menurut Dana. 
2. Warna : Warna daripada mineral itu sendiri (baik warna asli maupun warna 
yang di sebabkan oleh mineral pengotornya). 
3. Sistem dan Perawakan kristal : Sistem kristal (penampangnya secara 
geometri, kenampakan bentuk luar maupun struktur dalamnya) dan bentuk 
khas yang di timbulkan dari mineral tersebut. Misalnya Hexagonal dan 
Meniang. 
4. Kilap : Kilapan yang timbul oleh cahaya yang di pantulkan dari permukaan 
mineral. Misalnya kilap logam (Metallic luster). 
5. Kekerasan : Daya tahan mineral terhadap goresan ( Berdasarkan Skala 
Mohs 1-10). 
6. Goresan : Warna dalam bentuk serbuk halus. 
7. Belahan dan pecahan : misalnya sempurna & choncoidal. 
8. Tenacity : misalnya Brittle. 
9. Berat Jenis : Dalam gram/cm2 
10. Kemagnetan : untuk mengetahui sifat mineral apakah memiliki gaya tarik 
terhadap magnet (Paramagnetik) atau tidak (Diamagnetik). 
11. Derajat transparan : kemampuan mineral mentransmit sinar cahaya (berkas 
sinar). Misalnya Transparant mineral. 
12. Sifat khas : Sifat-sifat mineral yang dilihat setelah melihat dan 
mendeskripsikan mineral secara keseluruhan. 
13. Nama dan rumus kimia : Penamaan mineral yang telah di kenal berikut 
rumus kimia rumus kimia. Misalnya Kuarsa (SiO2). 
14. Kegunaan : manfaat dari mineral tersebut, baik dalam bentuk aslinya 
maupun sesudah di proses dan menjadi bahan konsumsi. 
15. Genesa : Peristiwa geologis yang menyebabkan terbentuknya mineral 
tersebut. 
DESKRIPSI BEBERAPA MINERAL PENTING 
1. Emas, Au
Sistem Kristal : Isometrik 
Warna : Kuning 
Goresan : Kuning 
Kilap : Metalik 
Belahan dan pecahan : Tak – ada ; hakli ( pecahan bergerigi dengan 
ujung yang tajam ). 
Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs 
Berat jenis : 19,3 gr/cm3 
Genesis : Kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa 
yang terbentuk melalui proses hidrotermal; dan 
sering bersama- sama pirit dan mineral-mineral 
sulfida yang lain, telurid perak-emas, skhelit dan 
turmalin. Bila urat-urat mengandung emas 
melapuk, maka emas-emas akan terpisah dan 
kemudian mengendap sebagai deposit aluvial, 
atau terangkut oleh aliran air dan mengendap di 
suatu tempat sebagai deposit letakan (placer 
deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal. 
Manfaat : sumber logam emas; dipakai untuk membuat 
perhiasan, instrumen-instrumen saintifik, 
lempengan elektrode, pelapis gigi dan emas 
lantakan. 
2. Perak, Ag
Sistem Kristal : Isometrik. 
Warna : Putih – Perak 
Goresan : Coklat, atau abu-abu sampai hitam. 
Belahan dan Pecahan : Tak – ada 
Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs 
Berat Jenis : 10,5 gr/cm3 
Genesis : sejumlah kecil perak nativ dapat dijumpai dalam 
zona oksidasi pada suatu deposit bijih, atau sebagai deposit yang mengendap 
dari larutan hidrotermal primer. Ada 3 jenis deposit primer, yaitu: 1. 
Barasosiasi dengan sulfida, zeolit, kalsit, barit, fluorit dan kuarsa, 2. 
Berasosiasi dengan arsenide dan sulfida kobalt, nikel dan perak, dan bismuth 
nativ, dan 3. Berasosiasi dengan uranit dan mineral- mineral nikel-kobalt. 
Manfaat : sumber logam perak; dipakai untuk membuat 
perhiasan, alat-alat makan-minum, barang-barang kerajinan tangan, alat-alat 
elektronik, penyepuhan dan sebagai emulsi film fotografi. 
3. Tembaga, Cu
Sistem kristal : Isometrik. 
Warna : Merah-tembaga , atau merah-mawar terang. 
Goresan : Merah metalik. 
Belahan dan pecahan : Tak ada ; hakli 
Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs 
Berat Jenis : 8,94 gr/cm3 
Genesis : sejumlah kecil tembaga native dijumpai pada zona 
oksidasi dalam deposit tembaga yang berasosiasi dengan kuprit, malakit dan 
azurit. Deposit primer umumnya berasosiasi dengan batuan beku basa ekstrutif, 
dan tembaga native terbentuk dari pengendapan yang dihasilkan dari reaksi 
antara larutan hidrotermal dan mineral-mineral oksidasi besi. Pada deposit tipe 
ini, tembaga nativ berasosiasidengan khalkosit, bornit, epidot, kalsit, 
prehnit,datolit, khlorit, zeolit dan sejumlah kecil perak 
native 
Manfaat : sumber minor bijih tembaga, banyak digunakan 
dalam kelistrikan, umumnya sebagai kawat, dan untuk membuat logam-logam 
campuran, seperti kuningan (campuran tembaga dan seng), perunggu 
(campuran tembaga dan timah dengan sedikit seng) dan perak Jerman 
(campuran tembaga seng dan nikel). 
4.Sulfur,S
Sistem kristal : Ortorombik. 
Warna : Kuning sampai coklat kekuningan. 
Goresan : Putih. 
Belahan dan pecahan : Tak ada ; Konkoidal sampai tidak rata. 
Kekerasan : 1,5 – 2,5 Skala Mohs 
Berat jenis : 2,07 gr/cm3 
Genesis : Sulfur dapat terbentuk di daerah gunungapi aktif, di 
sekitar mata air panas, dan hasil aktivitas bakteri yang memisahkan sulfur dari 
sulfat. Dapat pula terbentuk karena oksidasi sulfida-sulfida pada urat- urat yang 
berasosiasi dengan sulfida-sulfida metal. Dijumpai juga pada batuan- batuan 
sedimen yang berasosiasi dengan anhidrit, gypsum dan batugamping. 
Manfaat : sulfur digunakan untuk membuat senyawa-senyawa 
sulfur, seperti asam sulfat (H2SO4); dalampembuatan insektisida, pupuk 
buatan, vulkanisasi karet, sabun; dalam industry tekstil, kulit, kertas, cat, 
pencelupan dan penggilingan minyak.
5. Grafit, C 
Sistem kristal : Hexagonal . 
Warna : Hitam. 
Goresan : Hitam. 
Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada 
Kekerasan : 1 – 2 Skala Mohs 
Berat jenis : 2,09 – 2,23 gr/cm3 
Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan metamorf,baik pada 
metamorfisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada batu gamping 
kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf. 
Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, 
pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan 
batupermata. 
6. Intan, C 
Sistem kristal : isometrik. 
Warna : putih kebiruan, hitam 
Goresan : putih 
Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 111 ) ; konkoidal. 
Kekerasan : 10 Skala Mohs 
Berat jenis : 3,50 gr/cm3
Genesis : intan terbentuk pada pembentukan batuan beku 
ultrabasa, yaitu porfiri-olivin, atau porfiri kaya flogopit; batuan ini dikenal 
sebagai kimberlit. Dapat dijumpai dalam deposit aluvial, baik di sungai-sungai 
maupun di pantai. 
Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, 
pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi;dan dijadikan batupermata. 
7. Bornit , Cu5FeS5 
Sistem kristal : Isometrik. 
Warna : Merah-tembaga sampai kecoklatan 
Goresan : Hitam keabuan. 
Belahan dan pecahan : ( 111 ) tidak jelas ; konkoidal sampai tidak jelas. 
Kekerasan : 3 Skala Mohs 
Berat jenis : 5,06 – 5,08 gr/cm3 
Genesis : Terbentuk secara proses hidrotermal, dan berasosiasi 
dengan mineral-mineral sulfida yang lain ( Khalkosit, 
Khalkopirit, kovelit, pirotit, dan pirit) dalam deposit 
hidrogen. Bornit juga dijumpai dalam retas (dike), 
tubuh intrusi batuan basa, tersebar dalam batuan basa, 
deposit metamorfik kontak, dalam pegmatit dan urat 
-urat kuarsa. 
Manfaat : Mineral bijih sumber logam tembaga.
8. Galena, PbS 
Sistem kristal : Isometrik . 
Warna : abu – abu timbal 
Goresan : abu – abu timbal 
Belahan dan pecahan : ( 001 ) Sempurna. 
Kekerasan : 2,5 Skala Mohs 
Berat jenis : 7,58 gr/cm3 
Genesis : Terbentuk dalam batuan sedimen, urat-urat 
hidrotermal dan juga pegmatit. Dalam urat-urat 
hidrotermal berasosiasi dengan mineral-mineral 
perak, sfalerit, pirit, markasit, khalkopirit, serusit, 
anglesit, dolomit, kalsit, kuarsa, baris, dan fluorit. 
Dapat pula ditemukan dalam deposit metamorfisme 
kontak. 
Manfaat : sumber logam timbal atau timah hitam ( Pb ). 
9.Khalkopirit 
Sistem kristal : Tetragonal . 
Warna : kuning - kuningan
Goresan : hitam kehijauan 
Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata 
Kekerasan : 3,5 – 4 Skala Mohs 
Berat jenis : 4,1 – 4,3 gr/cm3 
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal,terutama 
terdapat dalam deposit mesotermal dan hipotermal. 
Dalam deposit hipotermal, khalkopirit terdapat 
bersama pirit, turmalin, kuarsa dan kasiterit. Dijumpai 
juga dalam batuan beku, retas pegmatit dan dalam 
deposit metamorfisme kontak. 
Manfaat : mineral bijih sumber logam tembaga. 
10. Khromit, ( Mg,Fe ) Cr2O4 
Sistem kristal : isometrik . 
Warna : hitam – besi sampai hitam - kecoklatan 
Goresan : coklat gelap 
Belahan dan pecahan : tak ada ; tidak rata 
Kekerasan : 5,5 Skala Mohs 
Berat jenis : 5,09 gr/cm3 
Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan beku ultra basa, 
seperti peridotit dan serpentit. Dapat pula pada 
lingkungan sedimen, yaitu terdapat dalam pasir 
Manfaat : mineral bijih sumber logam khrom
11. Realgar, AsS 
Sistem kristal : Monoklin. 
Warna : Merah-ungu 
Goresan : Merah sampai jingga 
Belahan dan pecahan : {010}baik 
Kekerasan : 1,5 – 2 Skala Mohs 
Berat jenis : 3,56 gr/cm3 
Genesis : Terbentuk secara proses hidrotermal, dan terdapat 
dalam urat-urat sulfida bersama orpiment dan mineral 
arsenic lainnya, juga dengan stibnit, bijih timbal, 
perak, atau bijih emas. Kadang-kadang dijumpai pula 
dalam batugamping, dolomit, atau batuan lempungan, 
juga sebagai hasil sublimasi dari emanasi volkanik, 
atau sebagai deposit mata air panas. 
Manfaat : Sumber logam arsen. 
12. Stibnit, Sb2S3 
Sistem kristal : Ortorombik. 
Warna : Abu-abu timbal sampai kehitaman 
Goresan : Abu-abu timbal sampai kehitaman 
Belahan dan pecahan : {010} sempurna
Kekerasan : 2 Skala Mohs 
Berat jenis : 4,52 – 4,63 gr/cm3 
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur 
rendah, terdapat dalam urat-urat atau deposit pengganti ; 
dapat juga terbentuk di lingkungan mata air panas. Sering 
berasosiasi dengan realgar,orpiment, galena, markasit, 
pirit, sinabar, kalsit, ankerit, barit, kalsedon, atau kuarsa 
Manfaat : Sumber logam antimony 
13. Arsenopirit, FeAsS 
Sistem kristal : Monoklin . 
Warna : Putih-perak sampai abu-abu baja 
Goresan : Hitam keabuan 
Belahan dan pecahan : {101} tidak sempurna ; tidak rata 
Kekerasan : 5,5, - 6 Skala Mohs 
Berat jenis : 6,07 gr/cm3 
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur 
tinggi sampai menengah ; dan berasosiasi dengan bijih 
timah dan tungsten (pada deposit hidrotermal 
bertemperatur tinggi), bijih perak dan tembaga, 
galena, sfalerit, pirit, dan khalkopirit. 
Dijumpai juga dalam urat-urat 
kuarsa-emas, urat-urat kasiterit, pada deposit 
metamorfisme kontak, pegmatite, dan tersebar dalam 
batugamping kristalin. 
Manfaat : Sumber utama logam arsen 
14. Hematit, Fe2O3
Tempat Ditemukan : Ciater, Jawa Barat 
Sistem kristal : Hexagonal. 
Warna : Abu-abu baja, atau coklat kemerahan sampai 
hitam. 
Goresan : Merah atau coklat kemerahan 
Belahan dan pecahan : Tak ada; tidak rata. 
Kekerasan : 5,5 – 6,5 Skala Mohs 
Berat jenis : 5,26 gr/cm3 
Genesis :Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, 
hidrotermal temperatur tinggi dan metamorfisme 
kontak; juga dalam lingkungan sedimen. 
Manfaat : sumber logam besi; juga digunakan sebagai 
bubuk pigmen, oker merah dan bubuk pengilap. 
Kristalnya yang berwarna hitam dapat dibuat 
batupermata. 
15. Psilomelan,( Ba, H2O )2Mn5O10
Tempat Ditemukan : Kliripan, Jawa Tengah 
Sistem kristal : Monoklin. 
Warna : Hitam besi sampai abu-abu baja gelap 
Goresan : Hitam kecoklatan sampai hitam. 
Belahan dan pecahan : Tak-ada 
Kekerasan : 5 – 6 Skala Mohs 
Berat jenis : 4,71 gr/cm3 
Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen oksidat ; 
sebagai mineral sekunder yang sering berasosiasi 
dengan pirolusit, gutit, limonit, dan hausmanit. 
Dapat pula sebagai deposit residu, dari hasil 
pelapukan silikat atau karbonat mengandung 
mangan ; juga sebagai massa konkresi dalam 
lempung, dan dalam deposit danau atau rawa. 
Manfaat : Sumber logam mangan. 
16. Pirolusit, MnO2 
Tempat Ditemukan : Tasik, Jawa Barat 
Sistem kristal : Tetragonal.
Warna : abu-abu baja terang sampai gelap, sampai abu 
baja, kadang-kadang kebiruan. 
Goresan : hitam 
Belahan dan pecahan : {110} sempurna ; tidak rata. 
Kekerasan : 6-6,5 (cristal-kristal), 2-6 (material masiv) 
Berat jenis : 4,75 gr/cm3 
Genesis : terbentuk pada lingkungan sedimen oksida; sering 
ditemukan sebagai deposit rawa(bog), danau, atau 
deposit laut dangkal. 
Manfaat : sumber logam mangan 
17. Kasiterit, SnO2 
Tempat Ditemukan : Bangka 
Sistem kristal : Tetragonal . 
Warna : Kuning, atau coklat, kemerahan sampai hitam 
kecoklatan, dapat juga putih (jarang). 
Goresan : Putih, keabuan, atau kecoklatan. 
Belahan dan pecahan : {100} sempurna, {110} tidak sempurna ; 
konkoidal. 
Kekerasan : 6 – 7 Skala Mohs 
Berat jenis : 6,8 – 7,1 gr/cm3 
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperature 
tinggi dan terdapat dalam urat-urat, atau proses 
metamorfisme yang secara genetic berhubungan 
dengan batuan silica. Kasiterit sering berasosiasi 
dengan wolframit, turmalin, topas, kuarsa, fluorit, 
arsenopirit, muskovit, mika-Li,bismulinit, bismut 
dan molibdenit. Dapat juga terbentuk pada retas
pegmatit, dan pada lingkungan sedimen sebagai 
mineral alluvial. 
Manfaat : sumber logam timah ( putih ) 
18. Manganit, MnO(OH) 
Tempat Ditemukan : Padang, Sumatera Barat 
Sistem kristal : Monoklin. 
Warna : Abu-abu baja gelap sampai hitam-besi. 
Goresan : Coklat kemerahan sampai hitam. 
Belahan dan pecahan : {010} sangat sempurna, {110} dan {001} kurang 
sempurna 
Kekerasan : 4 Skala Mohs 
Berat jenis : 4,33 gr/cm3 
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperature 
rendah, terdapat dalam urat-urat, dan berasosiasi 
dengan barit, kalsit, siderit, dan hausmanit. 
Dijumpai juga dalam deposit yang terbentuk oleh 
aktivitas air meteorik, dan terdapat bersama 
pirolusit, gutit, psilomelan, dan mineral-mineral 
mangan yang lain. 
Manfaat : Mineral bijih sumber logam mangan. 
19. Fluorit, CaF2
Tempat Ditemukan : Garut, Jawa Barat 
Sistem Cristal : Isometrik. 
Warna : Sangat bervariasi, dapat tak-berwarna, kuning 
anggur, hijau, biru kehijauan, biru lembayung, 
putih, abu-abu, biru-langit, hitam kebiruan, atau 
coklat. 
Goresan : Putih. 
Belahan dan pecahan : {111} sempurna , subkonkoidal 
Kekerasan : 4 Skala Mohs 
Berat jenis : 3,18 gr/cm3 
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal, dan 
dijumpai dalam urat-urat, baik sebagai mineral 
utama maupun sebagai mineral yang bersama 
mineral-mineral bijih metalik, khususnya timbal 
dan perak. Umumnya dalam dolomit dan 
batugamping ; dan dapat pula terbentuk pada 
lingkungan batuan beku dan pegmatit. 
Berasosiasi dengan beberapa mineral, antara lain 
kalsit, dolomit, gipsum, selestit, barit, kuarsa, 
galena, sfalerit, kasiterit, topas, turmalin, dan 
apatit. 
Manfaat : Dipakai dalam industri kimia, peleburan besi baja, 
gelas, Kaca-serat (fiberglass ) dan tembikar. 
20. Dolomit, CaMg(CO3)2
Tempat Ditemukan : Sumatera Utara, Papua 
Sistem kristal : Trigonal. 
Warna : Tak-berwarna, putih, abu-abu, atau kehijauan, yang 
menjadi coklat kekuningan, atau coklat, dapat juga 
merah muda, atau merah-mawar 
Goresan : Putih. 
Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11} 
Kekerasan : 3,5 – 4 Skala mohs 
Berat jenis : 2,85 gr/cm3 
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan sedimen, melalui 
proses hidrotermal dan terdapat dalam urat-urat, serta 
berasosiasi dengan fluorit, barit, kalsit, siderit, kuarsa 
dan mineral-mineral bijih metalik.Dapat juga 
terbentuksecara metamorfisme. 
Manfaat : Sumber logam magnesium, atau kalsium, dan 
senyawa magnesium oksida yang digunakan untuk 
membuat batubara tahan api.dapat juga dibuat batu 
hias. 
21. Malakhit, Cu2(CO3)(OH)2
Tempat Ditemukan : Broken Hill, New South Wales, Australia 
Sistem Cristal : Monoklin. 
Warna : Hijau cemerlang. 
Goresan : Hijau pucat. 
Belahan dan pecahan : {201} sempurna, {010}baik ; tak-rata 
Kekerasan : 3,5 – 4 Skala Mohs 
Berat jenis : 3,9 – 4,03 gr/cm3 
Genesis : Malakhit adalah mineral tembaga sekunder, 
umumnya terdapat dalam mintakat oksidasi atas 
pada suatu deposit bijih tembaga, khususnya pada 
daerah yang berbatugamping, dan sering berasosiasi 
dengan azurite, limonit, kalsit, kalsedon, khrisokola, 
dan mineral-mineral sekunder tembaga, timbal, atau 
seng, dan lainnya. 
Manfaat : Mineral bijih sumber minor logam tembaga, 
digunakan juga sebagai batu-hias, dan batupermata 
22. Barit, BaSO4
Tempat Ditemukan : Kalimantan Barat 
Sistem kristal : Ortorombik. 
Warna : Tak-berwarna sampai putih ; dapat pula kuning, 
coklat, kemerahan, abu-abu, kehijauan, atau biru. 
Goresan : Putih. 
Belahan dan pecahan : {001} dan {210} sempurna. 
Kekerasan : 3 – 3,5 Skala Mohs 
Berat jenis : 4,5 gr/cm3 
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperature 
rendah sampai menengah, dan terdapat dalam urat 
-urat bersama bijih perak, timbal, tembaga, kobalt, 
mangan, antimon. Dapat juga berasosiasi dengan 
fluorit, kalsit, siderit, dolomit dan kuarsa 
Manfaat : Digunakan sebagai van untuk membuat lumpur bor 
( drilling mud ) yang dipakai pada pemboran minyak 
bumi dan gas. 
23. Gipsum, CaSO42H2O 
Tempat Ditemukan : Besuku, Jawa Timur 
Sistem kristal : Monoklin. 
Warna : Tak-berwarna dan transparan, dapat pula putih, abu 
-abu,dan kekuningan bila masiv. 
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {010} sempurna ; {100} dengan permukaan 
konkoidal, dan {011} dengan pecahan yang fibrus. 
Kekerasan : 2 Skala Mohs 
Berat jenis : 2,32 gr/cm3 
Genesis : Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan sering 
berselingan dengan batugamping, serpih, batupasir, 
lempung dan garam batuan. 
Manfaat : Digunakan dalam industri konstruksi, sebagai 
pembenah tanah dan pupuk. 
24. Kuarsa, SiO2 
Tempat Ditemukan : Sampit, Kalimantan Tengah 
Sistem Cristal : Hexagonal 
Warna : Tak-berwarna sampai putih, kadang-kadang berwarna 
karena pengotoran. 
Goresan : Putih. 
Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal. 
Kekerasan : 7 Skala Mohs 
Berat jenis : 2,65 gr/cm3 
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, 
pegmatit, hidrotermal, metamorfik dan sedimen. 
Manfaat : Dipakai dalam industri konstruksi, sebagai flux 
dalam industri metalurgi, pembuatan gelas, 
keramik, refraktori, amplas, filter, batupermata dan 
optik.
25. Opal, SiO2.nH2O 
Tempat Ditemukan : Kebumen, Jawa Tengah 
Sistem kristal : Tak-ada. 
Warna : Tak-berwarna, atau putih ; ada juga abu-abu, coklat, 
atau merah, yang biasanya disebabkan oleh kotoran 
berbutir halus. 
Goresan : Putih. 
Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal. 
Kekerasan : 5,5 – 6,5 Skala Mohs 
Berat jenis : 2,0 – 2,2 gr/cm3 
Genesis : Terbentuk sebagai deposit mata air panas pada 
kedalaman yang dangkal, deposit air meteorik, atau 
deposit larutan hipogen temperatur rendah. Sering 
mengisi rekah-rekah atau rongga-rongga pada 
batuan, dan mengganti sel-sel kayu. Dapat juga dihasilkan 
oleh bunga-karang. (sponge), radiolaria dan diatomea 
dari sekresinya yang berupa silica. 
Manfaat : Dibuat batu permata, sedangkan diatomit digunakan
untuk membuat amplas, filler, bubuk filtrasi dan 
isolator. 
26. Muskovit, KAl2(AlSi3O10)(OH)2 
Tempat Ditemukan : Sulawesi Selatan 
Sistem kristal : Monoklin . 
Warna : tak berwarna, atau hijau pucat, abu-abu, atau coklat 
pada lembaran tipis. 
Goresan : Putih. 
Belahan dan pecahan : {001} sempurna. 
Kekerasan : 2-2,5 Skala Mohs 
Berat jenis : 2,8-2,9 gr/cm3 
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, 
pegmatite ( dalam pegmatit granit ), lingkungan 
metamorfik berderajat rendah dan menengah ( dalam 
sekis dan genes ), atau pada lingkungan sedimen. 
Manfaat : Dipakai dalam pembuatan alat-alat listrik, bahan isian 
(filter), minyak pelumas dan material tahan panas. 
27. Turmalin, Na(Mg,Fe)3Al6(BO3)3(Si6O18)(OH)4
Tempat Ditemukan : Bengkayang, Kalimantan Barat. 
Sistem kristal : Trigonal. 
Warna : Biasanya hitam, dapat juga coklat, biru gelap,tak 
berwarna (jenis yang bebas Fe), merah muda, hijau, 
dan biru untuk varitas yang mengandung litium. 
Goresan : Putih 
Belahan dan pecahan : {11 20} dan {10 11} jelek ; konkoidal. 
Kekerasan : 7-7,5 Skala Mohs 
Berat jenis : 3,0-3,2 gr/cm3 
Genesis : Terbentuk pada pegmatit, dan terdapat dalam 
pegmatite granit.dijumpai juga sebagai mineral 
asesori dalam batuan metamorf, khususnya pada 
sekis dan genes.Turmalin coklat kaya –Mg dapat 
dijumpai dalam batugamping termetamorfisme dan 
dalam urat-urat metaliferus bertemperatur tinggi. 
Manfaat : Dibuat batupermata dan dipakai dalam industry 
sehubungan dengan sifat piezoelektriknya.
Berikut Adalah Gambar Kristal 
Perawakan Dan Deskripsi Dari Beberapa Mineral 
Dari Praktikum Mineralogi 
Pada Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi
LABORATORIUM KRISMIN 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal : 
Proyeksi: Orthogona 
Jumlah unsur kristal : 
LABORATORIUM KRISMIN 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal : 
Proyeksi: Orthogona 
Jumlah unsur kristal : 
LABORATURIUM KRISMIN 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN 
UNIVERSITAS NUSA CENDAN 
LABORATORIUM KRISMIN 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal : 
Proyeksi: Orthogona 
Jumlah unsur kristal : 
LABORATORIUM KRISMIN 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal : 
Proyeksi: Orthogona 
Jumlah unsur kristal : 
LABORATORIUM KRISMIN 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal : 
Proyeksi: Orthogona 
Jumlah unsur kristal : 
LABORATORIUM KRISMIN 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal : 
Proyeksi: Orthogona 
Jumlah unsur kristal : 
LABORATORIUM KRISMIN 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal : 
Proyeksi: Orthogona 
Jumlah unsur kristal : 
LABORATURIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 
Sistem Kristal Perawakan mineral 
31. Deskripsi mineral Silikat : Kuarsa 
32. Warna : Tak berwarna 
33. Sistem & Perawakan Kristal : Hexagonal & meniang 
34. Kilap : Kilap kaca 
35. Kekerasan : 7 Skala Mohs 
36. Goresan : Putih 
37. Belahan & Deskripsi pecahan Kriistem Kristal : baik dan choncoidal 
: 
38. Tenacity Proyeksi: Orthogona 
: Brittle 
39. Berat jenis : 2,65 gr/cm3 
40. Kemagnetan : Diamagnetik 
Jumlah unsur kristal : 
41. Derajat transparan : Translucent mineral (adanya mineral pengotor) 
42. Sifat khas : Tidak berwarna, mengkilap kaca, menjadi 
LABORATORIUM KRISMIN 
mineral yang tembus cahaya tetapi tidak tembus 
pandang dikarenakan mineral pengotornya, dapat 
hancur menjadi tepung halus kekerasannya 7 Skala 
Mohs 
43. Nama dan rumus kimia : Kuarsa (SiO2) 
44. Kegunaan : Dipakai dalam industri konstruksi, sebagai flux 
dalam industri metalurgi 
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 
45. Genesa : Terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatite, 
hidrotermal, metamorfik dan sedimen 
Nama : Juan Julio Wicaksono Tanggal : 
Nim : 0906102639 TTD : 
Jurusan : Teknik Pertambangan
Deskripsi Kriistem Kristal : 
Proyeksi: Orthogona 
Jumlah unsur kristal :

More Related Content

What's hot

228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorfniaramadanti1
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran 'Oke Aflatun'
 
deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen Wahidin Zuhri
 
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastikMekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastikDiki Prasetya
 
Kristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalKristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalAmstian Pasima
 
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisPraktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisIsya Ansyari
 
Resume Kristalografi
Resume KristalografiResume Kristalografi
Resume Kristalografi'Oke Aflatun'
 
Resume kristal dan kristalografi ii
Resume kristal dan kristalografi iiResume kristal dan kristalografi ii
Resume kristal dan kristalografi iiAdit Kurniawan
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuadbel Edwar
 
Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)
Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)
Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)Hidayat Muhammad
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
 Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog... Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...Mario Yuven
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiMario Yuven
 
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung
Modul penggunaan kompas geologi agp bandungModul penggunaan kompas geologi agp bandung
Modul penggunaan kompas geologi agp bandungMuhammad Faisal Latif
 
mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanALAM SEKITAR
 

What's hot (20)

228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran
 
deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen
 
sistem kristal triklin
sistem kristal triklinsistem kristal triklin
sistem kristal triklin
 
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastikMekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
Mekanisme pengendapan flow batuan piroklastik
 
7 geologi-struktur
7 geologi-struktur7 geologi-struktur
7 geologi-struktur
 
Makalah-batuan-beku
Makalah-batuan-bekuMakalah-batuan-beku
Makalah-batuan-beku
 
Kristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalKristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonal
 
Batuan metamorf
Batuan metamorf Batuan metamorf
Batuan metamorf
 
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisPraktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
 
Resume Kristalografi
Resume KristalografiResume Kristalografi
Resume Kristalografi
 
Resume kristal dan kristalografi ii
Resume kristal dan kristalografi iiResume kristal dan kristalografi ii
Resume kristal dan kristalografi ii
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan beku
 
Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)
Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)
Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
 Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog... Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yog...
 
Kekar
KekarKekar
Kekar
 
batu Kyanite
batu Kyanitebatu Kyanite
batu Kyanite
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
 
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung
Modul penggunaan kompas geologi agp bandungModul penggunaan kompas geologi agp bandung
Modul penggunaan kompas geologi agp bandung
 
mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuan
 

Viewers also liked

58740945 kristalografi-dan-mineralogi
58740945 kristalografi-dan-mineralogi58740945 kristalografi-dan-mineralogi
58740945 kristalografi-dan-mineralogiTokotua
 
Format laporan praktikum
Format laporan praktikumFormat laporan praktikum
Format laporan praktikumFardian Syah
 
Magnetik &amp; elektrikal sparator (tugas pbg)
Magnetik &amp; elektrikal sparator (tugas pbg)Magnetik &amp; elektrikal sparator (tugas pbg)
Magnetik &amp; elektrikal sparator (tugas pbg)rezatambang
 
Format laporan praktikum
Format laporan praktikumFormat laporan praktikum
Format laporan praktikumRidho Ajjah
 
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Khoirul Ummah
 
Struktur kristal zat padat
Struktur kristal zat padatStruktur kristal zat padat
Struktur kristal zat padatVincent Cahya
 
Cover makalah mineralogi
Cover makalah mineralogiCover makalah mineralogi
Cover makalah mineralogirikamulia
 
Modul 2 variabel, tipe data dan operator
Modul 2   variabel, tipe data dan operatorModul 2   variabel, tipe data dan operator
Modul 2 variabel, tipe data dan operatorFardian Syah
 
Pembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologiPembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologiDelta Milano
 
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaPembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaAlbert Tiar
 
Bab 1-terminologi-bahan-galian
Bab 1-terminologi-bahan-galianBab 1-terminologi-bahan-galian
Bab 1-terminologi-bahan-galianisa saleh
 

Viewers also liked (20)

58740945 kristalografi-dan-mineralogi
58740945 kristalografi-dan-mineralogi58740945 kristalografi-dan-mineralogi
58740945 kristalografi-dan-mineralogi
 
Format laporan praktikum
Format laporan praktikumFormat laporan praktikum
Format laporan praktikum
 
Presentasi Kristal Mineral - Sifat Fisik Mineral - Johan Edwart
Presentasi Kristal Mineral - Sifat Fisik Mineral - Johan EdwartPresentasi Kristal Mineral - Sifat Fisik Mineral - Johan Edwart
Presentasi Kristal Mineral - Sifat Fisik Mineral - Johan Edwart
 
Sifat fisik mineral
Sifat fisik mineralSifat fisik mineral
Sifat fisik mineral
 
Magnetik &amp; elektrikal sparator (tugas pbg)
Magnetik &amp; elektrikal sparator (tugas pbg)Magnetik &amp; elektrikal sparator (tugas pbg)
Magnetik &amp; elektrikal sparator (tugas pbg)
 
Minerals
MineralsMinerals
Minerals
 
Format laporan praktikum
Format laporan praktikumFormat laporan praktikum
Format laporan praktikum
 
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
 
Struktur kristal zat padat
Struktur kristal zat padatStruktur kristal zat padat
Struktur kristal zat padat
 
Cover makalah mineralogi
Cover makalah mineralogiCover makalah mineralogi
Cover makalah mineralogi
 
Modul 2 variabel, tipe data dan operator
Modul 2   variabel, tipe data dan operatorModul 2   variabel, tipe data dan operator
Modul 2 variabel, tipe data dan operator
 
mineralogi presentasi
mineralogi presentasimineralogi presentasi
mineralogi presentasi
 
Katalis2
Katalis2Katalis2
Katalis2
 
tugas praktikum geologi fisik
tugas praktikum geologi fisiktugas praktikum geologi fisik
tugas praktikum geologi fisik
 
Makalah java
Makalah javaMakalah java
Makalah java
 
Materi operator java
Materi operator javaMateri operator java
Materi operator java
 
Mineral
MineralMineral
Mineral
 
Pembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologiPembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologi
 
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaPembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
 
Bab 1-terminologi-bahan-galian
Bab 1-terminologi-bahan-galianBab 1-terminologi-bahan-galian
Bab 1-terminologi-bahan-galian
 

Similar to contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Laporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogiLaporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogiSylvester Saragih
 
Pert 9 minerologi &amp; kristalografi
Pert 9 minerologi &amp; kristalografiPert 9 minerologi &amp; kristalografi
Pert 9 minerologi &amp; kristalografikurnia ramadani
 
1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal
1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal
1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonalbangsir
 
Bab 3-1+mineral+dan+batuan
Bab 3-1+mineral+dan+batuanBab 3-1+mineral+dan+batuan
Bab 3-1+mineral+dan+batuanFrithart Evan
 
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptxModul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptxrathna rangka
 
Cara Terbentuknya Berbagai Macam Sumber Daya Mineral
Cara Terbentuknya Berbagai Macam Sumber Daya MineralCara Terbentuknya Berbagai Macam Sumber Daya Mineral
Cara Terbentuknya Berbagai Macam Sumber Daya MineralMira Micako
 
1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdf1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdfSiti Masula Uul
 
1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdf1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdfPT Antam Tbk
 
indeks miller.pdf
indeks miller.pdfindeks miller.pdf
indeks miller.pdfAjieTriS
 
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdfDiktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdfBrianFernando12
 

Similar to contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi (20)

Sistem trigonal
Sistem trigonal Sistem trigonal
Sistem trigonal
 
Laporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogiLaporan akhir kristalografi dan mineralogi
Laporan akhir kristalografi dan mineralogi
 
Pert 9 minerologi &amp; kristalografi
Pert 9 minerologi &amp; kristalografiPert 9 minerologi &amp; kristalografi
Pert 9 minerologi &amp; kristalografi
 
1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal
1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal
1. laporan sistem kristal isometrik trigonal dan tetragonal
 
Bab 3-1+mineral+dan+batuan
Bab 3-1+mineral+dan+batuanBab 3-1+mineral+dan+batuan
Bab 3-1+mineral+dan+batuan
 
Tambahan 1
Tambahan 1Tambahan 1
Tambahan 1
 
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptxModul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal  .pptx
Modul 3 ; Konsep Asas Struktur Kristal .pptx
 
Cara Terbentuknya Berbagai Macam Sumber Daya Mineral
Cara Terbentuknya Berbagai Macam Sumber Daya MineralCara Terbentuknya Berbagai Macam Sumber Daya Mineral
Cara Terbentuknya Berbagai Macam Sumber Daya Mineral
 
Struktur kristal
Struktur kristalStruktur kristal
Struktur kristal
 
1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdf1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdf
 
1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdf1 mineral-dan-batuan-1-pdf
1 mineral-dan-batuan-1-pdf
 
Minop 2
Minop 2Minop 2
Minop 2
 
Mineral part1
Mineral part1Mineral part1
Mineral part1
 
indeks miller.pdf
indeks miller.pdfindeks miller.pdf
indeks miller.pdf
 
ppt mat.pptx
ppt mat.pptxppt mat.pptx
ppt mat.pptx
 
Minop 3
Minop 3Minop 3
Minop 3
 
Penuntun geodas
Penuntun geodasPenuntun geodas
Penuntun geodas
 
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdfDiktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
Diktat Pengantar Fisika Zat Padat all.pdf
 
Ringkasan zat padat
Ringkasan zat padatRingkasan zat padat
Ringkasan zat padat
 
Makalah krismin
Makalah krisminMakalah krismin
Makalah krismin
 

contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

  • 1. BAB I PRAKTIKUM KRISTAL DAN MINERAL 1.1 PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Dewasa ini, demi pemenuhan akan kebutuhan hidup manusia dilakukan peningkatan pembangunan dan pengembangan dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah peningkatan pengembangan dalam bidang pertambangan di mana bidang inilah yang berperan penting dalam pengambilan mineral-mineral berharga untuk berbagai industry, yang melalui tahap-tahap yaitu prospecting, eksplorasi dan kemudian eksploitasi mineral-mineral. Pengetahuan yang spesifik mengenai mineral-mineral yang akan ditambang baik itu mengenai ciri fisik mineral dan yang lebih penting lagi mengenai genesa dari mineral tersebut harus dipahami dengan baik. Mineral yang merupakan benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik dan mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu serta mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Mineral dapat kita jumpai di mana-mana di sekitar kita, dapat bewujud sebagai batuan, tanah atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Mineral, kecuali beberapa jenis memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya sebagai perwujudan dari susunan yang teratur di dalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mineral akan dibatasi oleh bidang-bidang rata dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang disebut sebagai “kristal”. Kristal merupakan bahan padat homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Study yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi, sedangkan yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral disebut mineralogi. Mineralogi, di dalamnya mencakup pengetahuan tentang “kristal” yang merupakan unsure utama dalam susunan mineral. Memahami struktur dari kristal sangat penting dalam mengkarakterisasi suatu material (mineral) yang memiliki sifat teratur. Untuk lebih memahami kristal dan mineral, selain dipelajari melalui perkuliahan juga dilakukan praktikum di laboratorium yang merupakan pengenalan dan pembelajaran dengan mengamati objek secara langsung.
  • 2. 1.1.2 Tujuan Praktikum Kristalografi dan Mineralogi Tujuan diadakannya praktikum kristalografi dan mineralogi adalah : a. Praktikum Kristalografi : 1. Untuk mengenal bentuk-bentuk kristal yang banyak corak dan ragamnya serta dapat menggolongkannya dalam kelompok-kelompok yang lazim disebut sebagai klasifikasi kristal. 2. Untuk menentukan sistem kristal dari berbagai macam bentuknya atas dasar panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk kristal. 3. Untuk menentukan kelas simetri atas dasar jumlah unsure simetri setiap kristal. 4. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal serta bidang kristal yang dimiliki oleh semua bentuk kristal baik dalam bentuk proyeksi orthogonal maupun proyeksi stereografis. b. Praktikum Mineralogi : Dengan mempelajari sifat fisis mineral, kita dapat mengetahui serta mengerti kegunaan dan genesa suatu mineral dalam segi teknik karena pemakaian mineral di dalam dunia industri terutama tergantung pada sifat fisisnya. 1.1.3 Manfaat Manfaat dari praktikum kristalografi dan mineralogi ini yaitu mahasiswa semakin memahami mengenai kristal dan mineral. Dengan mempelajari sifat fisik mineral, mahasiswa dapat membuat beberapa deduksi mengenai struktur kristal dan komposisi kimianya. 1.2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup laporan praktikum ini hanya meliputi penjelasan mengenai pengertian kristalografi dan mineralogi, pengertian kristal dan mineral, sistem kristal serta cara penggambaran dan contoh mineralnya dan juga deskripsi mengenai sifat fisis mineral serta bagaimana cara terbentuknya (genesa pembentukan mineral). 1.3 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
  • 3. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kristalografi dan mineralogi : a) Praktikum kristalografi Alat yang digunakan adalah : a. Alat tulis, berupa pena,pensil mekanik dan drawing pen. b. Busur derajat, digunakan untuk mengukur sudut antara sumbu kristal. c. Penggaris segitiga (1set), untuk menggaris dan mengukur panjang setiap sumbunya. d. Pensil warna atau spidol warna, digunakan untuk mewarnai bidang-bidang simetri baik horizontal, vertical maupun diagonal yang terbentuk dalam setiap sistem kristal tersebut. e. Lembar kerja (kertas HVS), untuk menggambar kristal serta menulis deskripsi dari kristal tersebut. b) Praktikum mineralogi Alat yang digunakan adalah : a. Skala kekerasan Mohs, berguna untuk menentukan kekerasan tiap mineral yang diamati dengan cara menggoreskan pada mineral yang diamati mulai dari skala yang paling keras sampai mineral tersebut dapat tergores. b. Loupe, alat ini merupakan lensa pembesar yang berguna untuk memperbesar mineral yang diamati agar lebih jelas butiran-butiran atau bentuk mineral yang akan diselidiki. c. Keping porselin, berguna untuk menentukan warna cerat tiap mineral yang diamati dengan cara menggoreskan mineral pada keping porselin pada bagian yang kasar. d. Keping magnet, alat ini berguna untuk menentukan apakah mineral yang diamati mengandung gaya magnet atau tidak. e. Alat tulis berupa pena, pensil mekanik dan drawing pen. f. Pensil warna. g. Lembar kerja (kertas HVS). Adapun bahan yang digunakan adalah : a. Larutan HCl b. Contoh mineral (disediakan di laboratorium kristalografi dan mineralogi). BAB II
  • 4. KRISTALOGRAFI 2.1 DASAR TEORI 2.1.1 Pengertian Kristal Kristal merupakan suatu padatan yang atom, molekul atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal yang semua atom dalam padatannya “terpasang” pada kisi atau struktur kristal yang sama, namun secara umum kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal. Struktur kristal akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada cairan kimianya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan dan tekanan ambient. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi. Kristal juga dapat didefenisikan sebagai zat padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur. Keteraturannya tercermin pada permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Dua bidang muka kristal yang berimpit selalu membentuk sudut yang besarnya tetap pada suatu kristal (Hukum Steno). Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter. Kristal tebentuk melalui dua cara yakni presipitasi (pengendapan) dan kristalisasi. Kecepatan kristalisasi akan mempengaruhi bentuk dan ukuran butir kristal. Semakin lama proses kristalisasi berlangsung, maka ukuran butir kristal akan semakin besar dan sebaliknya semakin cepat proses kristalisasinya maka ukuran butir kristal semakin kecil. Contoh dari larutan yang mengalami presipitasi (pengendapan) yakni gypsum, halit, kalsit dan belerang.
  • 5. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air mengandung pengertian : - Tidak termasuk di dalamnya zat cair dan gas. - Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses-proses fisika. Mengikuti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum geometri mengandung pengertian : - Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap. - Macam bentuk dari kristal tetap. - Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap. Gambar 2.1 Kristal merupakan suatu padatan yang atom, molekul atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. 2.1.2 Pengertian Kristalografi Kristalografi berasal dari kata bahasa Yunani “crystallon” yang berarti tetesan dingin atau beku, dengan makna meluas pada semua padatan transparan pada derajat tertentu dan “graphein” yang berarti menulis. Kristalografi merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat geometri kristal terutama mengenai perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar (morphological), struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisisnya. Kristalografi mempelajari tentang penjabaran kristal-kristal. - Sifat geometri. Memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar yang membatasinya. - Pertumbuhan dan perkembangan kenampakan bentuk luar.
  • 6. Disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara suatu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian. - Struktur dalam. Susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal, juga menghitung parameter dan parameter rasio. - Sifat fisik kristal. Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang kristal sehingga akan dikenal dua zat yaitu kristalin dan non kristalin. 2.1.3 Sumbu dan Sudut Kristalografi Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal. Kristal mempunyai bentuk tiga dimensi yaitu panjang, lebar dan tebal atau tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat dua dimensi sehingga digunakan proyeksi orthogonal. Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada pusat kristal. C-C+ a+ b+ α β a-b-b- γ Gambar 2.2 Sumbu dan sudut kristalografi. Keterangan gambar : 1. Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas. 2. Sumbu b : sumbu yang horizontal pada bidang kertas. 3. Sumbu c : sumbu yang vertical pada bidang kertas. 4. α merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c. 5. β merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c.
  • 7. 6. γ merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b. 2.1.4 Kelas Simetri Pengelompokkan dalam kelas simetri didasarkan pada : 1. Sumbu simetri 2. Bidang simetri 3. Titik Simetri atau pusat simetri 1. Sumbu simetri Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh (3600) akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi empat, yaitu: gyre, gyre polair, gyroide, dan sumbu inversi putar. Keempatnya dibedakan berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya. a) Sumbu Simetri Gyre Gyre, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Sumbu simetri Gyre berlaku bila kenampakan (konfigurasi) satu sama lain pada kedua belah pihak atau kedua ujung sumbu sama. Dinotasikan dengan huruf L (linear) atau g (gyre). Penulisan nilai pada kanan atas atau kanan bawah notasi. Contoh : L2=L2=g2=g2. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digyre, bila tiga kali kenampakan yang sama dinamakan trigyre, bila empat kali kenampakan yang sama dinamakan tetragyre, bila enam kali kenampakan yang sama dinamakan heksagyre dan seterusnya. b) Sumbu Simetri Gyre Polair Sumbu simetri dikatakan gyre polair, apabila kenampakan satu sama lain pada kedua belah pihak atau kedua ujung sumbu tidak sama. Jika pada salah satu sisinya berupa sudut atau “corner” maka pada sisi lainnya berupa bidang atau “plane”. Dinotasikan dengan huruf L (linear) atau g (gyre). Contoh : L2=g2. c) Sumbu Gyroide atau Sumbu Cermin Putar Sumbu Cermin Putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya
  • 8. pada bidang horisontal. Sumbu cermin putar dinotasikan dengan “S” (Spiegel axe).Dalam gambar, nilai simetri disingkat seperti dygyroide (S2), trigyroide (S3), tetragiroide (S4) dan heksagiroide(S6). d) Sumbu Inversi Putar Sumbu inversi putar merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut sebagai poros putarnya, dilanjutkan dengan menginversikan melalui pusat simetri pada sumbu tersebut. Cara penulisannya : 4 , 6 dan sering pula ditulis dengan huruf L kemudian di sebelah kanan atas ditulis nilai sumbu dan sebelah kanan bawah ditulis i. Contoh : L4 i, L6 i dan sebagainya. 2. Bidang simetri Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang Simetri dinotasikan dengan P (plane) atau m (mirror). Bidang Simetri dikelompokan menjadi 2 yaitu : 1) Bidang Simetri utama ialah bidang yang di buat melalui dua sumbu simetri utama kristal dan membagi dua bagian yang sama besar. Bidang simetri utama di bagi menjadi 2 yaitu : a) Bidang simetri utama horizontal yaitu bidang simetri utama yang melalui sumbu horizontal, di notasikan dengan h. b) Bidang simetri utama vertical yaitu bidang simetri utama yang melalui sumbu vertical, di notasikan dengan v. 2) Bidang Simetri tambahan (intermediet/ diagonal) yaitu bidang simetri yang di buat hanya melalui satu sumbu simetri utama Kristal. Bidang ini sering disebut dengan diagonal, dinotasikan dengan d. 3. Pusat simetri Pusat simetri adalah titik dalam Kristal, dimana melaluinya dapat di buat garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan sisi yang lain dengan jarak yang sama, di jumpai kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang). Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila dapat di buat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut.
  • 9. Pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum tentu merupakan pusat simetri. 2.1.5 Dasar Pembagian Kristal Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat di tentukan secara ilmu ukur, dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan kristal hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan kedudukan bidang-bidang tersebut dengan menggunakan sistem-sistem koordinat. Dalam ilmu kristalografi, geometri dipakai dengan tujuh jenis sistem sumbu. Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem yang didasarkan pada: a. Perbandingan panjang sumbu kristalografi. b. Letak atau posisi sumbu kristalografi. c. Jumlah sumbu kristalografi. d. Nilai sumbu c atau sumbu vertical.
  • 10. okl C b a (100) hko hol (001) hkl (010)
  • 11. Gambar 2.3 Tujuh prinsip letak bidang terhadap susunan salib sumbu kristal. 2.1.6 Klasifikasi Kristal Mineral yang terdapat di alam memiliki beragam ciri dan karakteristik, perbedaan ini dapat tampak secara langsung ataupun tidak langsung, namun, bentuk dari kristal-kristal mineral kadang memperlihatkan kesamaan pada berbagai mineral, sehingga muncul klasifikasi umum dari system Kristal, yang saat ini mempunyai 7 sistem utama, dan tiap system dibagi lagi menjadi beberapa kelas. Pembagian sistem ini didasarkan kepada pembagian dari ruang kosong yang berdasarkan simetri dari struktur dalam bentuk tiga dimensi dengan simetri translasi di tiga arah, mempunyai mempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap kelas. Sistem kristal terbagi menjadi tujuh sistem kristal. Berikut ini merupakan 7 sistem utama dari system kristal tersebut : 1. Sistem Isometric atau Reguler Sistem kristal isometric adalah sistem kristal dimana setiap unit sel-nya berbentuk kubus. Sistem kristal ini merupakan sistem kristal yang paling sederhana yang dapat ditemukan dalam kristal dan mineral. Sistem kristal ini mempunyai 5 buah kelas dan ada tiga buah bravais lattice dari jenis kristal ini yaitu simple cubic, body centered cubic, face centered cubic. Semua kristal yang mempunyai tiga buah sumbu yang identik dan saling tegak lurus termasuk ke dalam golongan sistem kristal cubic. Sumbu pertama terletak vertikal, sumbu kedua memanjang dari depan ke belakang dan sumbu ketiga bergerak dari kiri ke kanan. Kelas-kelas dalam sistem kristal ini yaitu hexoctahedral class, pentagonal icostetrahedral class, hextetrahedral class, dyakisdodecahedral class, tetrahedral pentagonal dodecahedral class. Mineral dengan system kristal isometric antara lain Almandine (Fe3Al2(SiO4)3), Aluminium (Al), Bornite (Cu5FeS4), Chromite (FeCr2O4), Chromium (Cr), Cobalt (Co), Copper (Cu), Galena (Pbs), Sodalite (Na4Al3(SiO4)3Cl), Halite (NaCl), Iron-Nickel (Fe- Ni), Leucite (KAlSi2O6), Magnetite (Fe3O4), Manganese (Mn), Platinum (Pt), Pyrite (FeS2), Pyrope (Mg3Al2(SiO4)3), Silicone (Si), native Silver (Ag), Sphalerite ((Zn, Fe)S), Spinel (MgAl2O4, Magnesium Aluminium Oxide), Uraninite (UO2, Uranium Oxide).
  • 12. Gambar 2.4 Almandine dan Fluorite 2. Sistem Tetragonal Dalam kristalografi, tetragonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai tujuh buah kelas. Tetragonal merupakan hasil dari pemanjangan bentuk dasar cubic sehingga bentuk dasar cubic tersebut menjadi prisma. Tetragonal mempunyai dua buah bentuk bravais lattice yaitu simple tetragonal dan centered tetragonal. sistem kristal ini terbagi menjadi tujuh kelas yaitu : ditetragonal bipyramidal class, tetragonal trapezohedral class, ditetragonal pyramidal class, tetragonal scalenohedral class, tetragonal bipyramidal class, tetragonal pyramidal class, tetragonal bisphenoidal class. Contoh mineralnya : Chalcopyrite (CuFeS2), Rutile (TiO2) dan Scheelite. Gambar 2.5 Scheelite 3. Sistem Heksagonal Dalam kristalografi, hexagonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai tujuh buah kelas. Semua kelasnya mempunyai simetri yang sama dengan bentuk dasar dari hexagonal. Untuk bravais lattice hanya terdapt satu untuk sistem kristal hexagonal. Sistem kristal ini mempunyai tujuh buah kelas yaitu : dihexagonal bipyramidal class, hexagonal trapezohedral class, dihexagonal pyramidal class,
  • 13. ditrigonal bipyramidal class, hexagonal bipyramidal class, hexagonal pyramidal class, trigonal bipyramidal class. Contoh mineral : Apatite, Calcite, Titanium dan Vanadinit. Gambar 2.6 Vanadinit 4. Sistem Trigonal Dalam kritalografi, trigonal merupakan salah satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai lima buah kelas dan hanya satu buah bentuk bravais lattices. sistem kristal ini mempunyai 5 kelas yaitu : ditrigonal scalenohedral class, trigonal trapezohedral class, ditrigonal pyramidal class, trigonal rhombohedral class, trigonal pyramidal class. Contoh mineral : Kuarsa (SiO2), Corundum (Al2O3), Calcite (CaCO3). Gambar 2.7 Calcite 5. Sistem Orthorombik Dalam kristalografi, orthorombik merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai tiga buah kelas dan mempunyai empat buah bentuk bravais lattices yaitu simple orthorhombic, base centered orthorhombic, body centered orthorhombic dan face centered orthorombic. Sistem kelas ini terbagi menjadi 3 buah yaitu : orthorhombic
  • 14. bipyramidal class, orthorhombic bisphenoidal class, orthorombic pyramidal class. Contoh mineral : Aragonite (CaCO3), Sulfur (S), Barite (BaSO4). Gambar 2.8 Sulfur 6. Sistem Monoklin Dalam kristalografi, sistem monoklin merupakan sistem kristal yang mempunyai tiga buah kelas dan dua buah bravais lattices yaitu simple monoclinic dan centered monoclinic lattices. Sistem kristal ini terbagi menjadi tiga kelas yaitu : prismatic class, sphenoidal class, domatic class. Contoh mineral : Hornblende, Orthoclase (KAlSi3O8), Argentiite (Ag2S). Gambar 2.9 Orthoclase 7. Sistem Triklin Dalam kristalografi, triklin mempunyai dua buah kelas saja yang dibedakan menurut ada atau tidaknya sumbu simetri selain itu triclinic merupakan satu – satunya yang tidak mempunyai bidang cermin. Sistem kristal ini terbagi menjadi dua kelas yaitu : pinacoidal class, pedial class. Contoh mineral : Microclin (KAlSi3O8), Rodokrosit, Albite (NaAlSi3O8).
  • 15. Gambar 2.10 Rodokrosit. Table 2.1 Klasifikasi kristal Sistem kristal Class Bravais lattices Space group Isometric 5 3 36 Tetragonal 7 2 68 Heksagonal 7 1 27 Trigonal 5 1 25 Orthorombik 3 4 59 Monoklin 3 2 13 Triklin 2 1 2 Total 32 14 230 2.2 CARA KERJA 2.2.1 Sistem Isometrik Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki tiga buah sumbu kristal yang sama panjangnya dan membentuk sudut 900 atau saling tegak lurus yang satu dengan yang lainnya. Sumbu-sumbu tersebut adalah a, b, dan c. Sudut =  =  = 90. Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a. Penggambarannya: a+ / b- = 300. Dengan perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3. Cara penggambaran Isometrik : 1. Buatlah sumbu kristalografi sesuia dengan ukuran perbandingan yaitu a:b:c = 1:3:3 dan besar sudut a+ dan b- = 30˚. 2. Beri tanda atau titik pada ukuran perbandingan 1:3:3 pada sumbu kristalografi. 3. Tarik garis sejajar pada dua titik di sumbu b dan c dengan ukuran yang sama dengan sumbu a yang telah diberi tanda. 4. Buat garis sejajar dengan panjang sumbu b pada dua tanda atau titik pada sumbu a dan di sumbu c.
  • 16. 5. Buat atau tarik garis sejajar terhadap sumbu c dengan panjang sumbu c pada dua titik pada sumbu b dan sumbu a. 6. Pada garis sejajar yang berpotongan (contohnya pada garis sejajar b dengan garis sejajar a) ditarik garis yang sejajar pula dengan garis c. 7. Membuat perpotongan garis yang telah dihubungkan. (a) β α γ C+ b+ 30o (b) (c) (d) a+ Gambar 2.11 “Sistem Reguler” (a) Sumbu Sistem Kristal isometrik, (b) isometrik asli, (c) isometrik modifikasi, (d) Contoh: mineral Halite (NaCl). 2.2.2 Sistem Tetragonal Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih
  • 17. panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh elemen-elemen dalam kelas holohedral, terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c; sumbu a = b  c . Sudut  =  =  =90; Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau Sb b. Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout. penggambarannya: a+ / b- = 30o ; perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Cara penggambaran Tetragonal : 1. Buatlah perbandingan panjang sumbu a: b: c = 1:3:6 2. Membuat sudut a-/b+ = 30o 3. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b- 4. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a- 5. Menuju bagian ketiga dari sumbu b+ 6. Menuju bagian ketiga dari sumbu b- 7. Membuat proyeksi bidang dari horizontal seprti langkah kedua tadi. a+ (a) C+ β α γ (b) (c) b+ 30o
  • 18. (d) Gambar 2.12 “Sistem Tetragonal” (a) Sumbu Sistem Kristal Tetragonal, (b) Tetragonal asli, (c) tetragonal modifikasi, (d) Contoh:Mineral Hausmanite (Mn3O4). 2.2.3 Sistem Heksagonal Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yaitu a, b dan d yang saling membentuk sudut 1200 satu terhadap yang lain dan memiliki panjang yang sama. Sumbu vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu horisontal. sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o . Sb a, b dan d sama panjang, disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam bidang horisontal dan membentuk 60°. Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu a. Penggambarannya: a+ / b- = 17o ; a+ / d- = 39o. Perbandingan sumbunya adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan satuan panjang Sb a dibuat dengan memperhatikan Sb b dan Sb d. Cara penggambaran hexagonal : 1. Membuat perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6 2. Membuat garis dengan sudut a+/ b- = 170 3. Membuat garis dengan sudut b+/ d- = 390 4. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b- 5. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu b hingga memotong sumbu a 6. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong sumbu b pada langkah 2 7. Buat garis-garis tersebut hingga membentuk suatu bidang yang berbentuk segi enam 8. Buat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong sumbu b pada langkah 2.
  • 19. 17o 39o (a) C+ b+ d+ (b) (c) (d) Gambar 2.13 “Sistem Hexagonal” (a) Sumbu Sistem Kristal Hexagonal, (b) Hexagonal asli, (c) Hexagonal modifikasi, (d) Contoh:Mineral Kuarsa (SiO2). a+ 2.2.4 Sistem Trigonal Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yang sama panjangnya dan membentuk sudut tidak saling tegak lurus atau 900. sebuah sumbu tegak yang di sebut sumbu c yang berbeda panjangnya. Sumbu a = b = d ≠ c , Sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o; penggambarannya: ketentuan dan cara melukis sama dengan heksagonal, perbedaannya pada sistem heksagonal sumbu c bernilai 6, sedangkan pada sistem trigonal sumbu c bernilai 3. Penarikan Sb a sama dengan sistem hexagonal.
  • 20. Cara penggambaran Trigonal : 1. Membuat perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6 2. Membuat garis dengan sudut a+/ b- = 170 3. Membuat garis dengan sudut b+/ d- = 390 4. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-, c+, c-, d+, & d- 5. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu a pada 3 bagian sumbu b- 6. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu b- pada 1 bagian sumbu d- 7. Membuat garis yang sejajar sumbu d pada 3 bagian sumbu b+ sehingga menampakan bentuk bidang segitiga 8. Menarik garis lurus yang sejajar sumbu c di tiap titik-titik perpotongan sepanjang 6 bagian 9. Tarik garis pada setiap ujung-ujung garis pada pengerjaan langkah sebelumnya 10. Tarik garis pada setiap sudut dari bidang segitiga di bagian tengah dengan enam bagian dari sumbu c+ dan c- a+ (a) C+ b+ d+ 17o 39o (b) (c)
  • 21. (d) Gambar 2.14 “Sistem Trigonal” (a) Sumbu Sistem Kristal Trigonal, (b) Trigonal asli, (c) Trigonal modifikasi, (d) Contoh:Mineral Dolomite (CaMg(CO3)2). 2.2.5 Sistem Orthorombik Sumbu-sumbu kristalografi dari sistem ortorombik memiliki 3 sumbu, dimana ketiga sumbu tersebut memiliki sudut 900 atau saling tegak lurus dengan lainnya. Sumbu a adalah sumbu terpendek, sumbu b adalah sumbu menengah, dan sumbu c adalah sumbu terpanjang. Penamaan dari kristal juga di tentukan oleh bentuk melintang dari sumbu-sumbu tersebut, dan di letakan sebagai awalan seperti makro atau brachia sebagai contoh makro pinacoid. Penggambarannya: a+ / b- = 30o; Dengan perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6. Cara penggambaran Orthorombic : 1. Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1:4:6 2. Membuat garis a-/ b+ = 30o 3. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-, c+, dan c- 4. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+ dan a- 5. Menuju bagian keempat dari sumbu b+ dan b- 6. Menuju bagian keenam dari sumbu c+ 7. Menuju bagian keenam dari sumbu c- 8. Tarik garis sejajar dengan sumbu b+ dan b- pada pencerminan 1 bagian a+ dan a- 9. Hubungkan ujung-ujung pada garis yang memotong sumbu a+, a- , b+ , b-, c+, dan c- C+ a+ b+ β α γ 30o
  • 22. (a) (b) (c) (d) Gambar 2.15 “Sistem Orthorombic” (a) Sumbu Sistem Kristal Orthorombic, (b) Orthorombic asli, (c) Orthorombic modifikasi, (d) Contoh:Mineral Barite (BaSO4). 2.2.6 Sistem Monoklin Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut tidak sama panjang. Sumbu a di sebut sumbu kino dan sumbu b di sebut sumbu orto. Penggambarannya: a+ / b- = 45o; Perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6. Cara penggambaran Monoklin : 1. Membuat Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1:4:6
  • 23. 2. Membuat garis a-/ b+ = 45o 3. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-, c+, dan c- 4. Hubungkan titik-titik pada bagian a-, b- , a+ , dan b+ menjadi sebuah bidang 5. Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+ dan c-. (a) C+ β α γ 45o (b) (c) (d) Gambar 2.16 “Sistem Monoklin” (a) Sumbu Sistem Kristal Monoklin, (b) Monoklin asli, (c) Monoklin modifikasi, (d) Contoh:Mineral Gipsum (CaSO42H2O). 2.2.7 Sistem Triklin Sistem ini mempunyai 3 sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Salah satu dari sumbu-sumbu tersebut sebagai sumbu c yaitu sumbu vertikal, sumbu b di sebut sumbu makro dan sumbu a di sebut sumbu bakhia atau terpendek. Penggambarannya: a+ / c- = 45o; b+ / c- = 80o. Perbandingan sumbu: a : b : c = 1 : 4 : 6. Cara penggambaran Triklin : 1. Membuat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1: 4 : 6 2. Membuat garis a+/ c- = 45o 3. Membuat garis b+/ c- = 80o 4. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b- a+ b+
  • 24. 5. Hubungkan titik-titik pada bagian a-, b- , a+ , dan b+ menjadi sebuah bidang. 6. Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+ dan c-. (a) C+ (b) (c) (d) Gambar 2.17 “Sistem Triklin” (a) Sumbu Sistem Kristal Triklin, (b) Triklin asli, (c) Triklin modifikasi, (d) Contoh:Mineral Bytownite (CaNa) (Si,Al)4O8. a+ b+ 45o 80o
  • 25. 2.3 DESKRIPSI KRISTAL 2.3.1 Penentuan Kelas Simetri Penentuan kelas simetri didasarkan pada kandungan unsure-unsur simetri yang dimiliki oleh setiap bentuk kristal. Ada beberapa cara untuk menentukan suatu bentuk kristal, diantaranya yang umum digunakan adalah menurut Herman Maugin dan Schoenflish. a. Menurut Herman Maugin 1. Sistem Reguler - Bagian I : menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin bernilai 4 atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan 4 푚 , 4, 4 , 2 푚 , 2. Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf “m” menunjukkan adanya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut. - Bagian II : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu simetri yang bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja. Maka bagian kedua selalu ditulis : 3 atau 3 - Bagian III : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet (diagonal) bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap sumbu diagonal tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2 푚 , 2, m. 2. Sistem Tetragonal - Bagian I : menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c. Bagian ini dinotasikan dengan : 4 푚 , 4 , 4. - Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2 푚 , 2 atau tidak ada. - Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu inetrmediet tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2, 2 푚 , atau tidak ada.
  • 26. 3. Sistem Hexagonal dan Trigonal - Bagian I: menerangkan nilai sumbu c (mungkin bernilai 6, 6 , 3, 3 ) ada tidaknya bidang simetri horizontal yang tegak lurus sumbu c tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 6 푚 , 6 , 6, 3 , 3. - Bagian II: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak lurus. Bagian ini dinotasikan dengan : 2 푚 , 2, m, atau tidak ada. - Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intarmediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2 푚 , 2, m, atau tidak ada. 4. Sistem Orthorombic - Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tidaknya bidang yang tegak lurus terhadap sumbu a tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2 푚 , 2, m. - Bagian II: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2 푚 , 2, m. - Bagian III: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2 푚 , 2. 5. Sistem Monoklin - Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut. 6. Sistem Trinklin Sistem ini hanya ada 2 kelas simetri, yaitu: - Mempunyai titik simetri kelas pinacoidal 1 - Tidak mempunyai unsur simetri kelas assymetric 1 b. Menurut Schoenflish
  • 27. 1. Sistem Reguler - Bagian I : Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c bernilai 4 atau bernilai 2. Bila sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (octaeder). Bila sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder). - Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut mempunyai:  Bidang simetri horisontal (h)  Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h  Bidang simetri diagonal (d) Bila mempunyai:  Bidang simetri horisontal (h)  Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h Bila mempunyai :  Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan v  Bidang simetri vertikal (v) Bila mempunyai :  Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d 2. Sistem Tetragonal, hexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin, Dan Triklin - Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2 kemungkinan: Bila sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D (diedrish). Bila sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c (cyklich). - Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c. Contoh : D2, C2 dan sebagainya. - Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.  Bidang simetri horisontal (h)  Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h  Bidang simetri diagonal (d) Bila mempunyai:  Bidang simetri horisontal (h)  Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h Bila mempunyai :  Bidang simetri diagonal (d)  Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v Bila mempunyai :
  • 28.  Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d 2.3.2 Laporan Kristal Laporan Kristal ini berisi keseluruhan pendeskripsian dari ketujuh sistem kristal (Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin dan Triklin) yang di proyeksikan secara Orthogonal. Deskripsi Kristal sendiri meliputi : - Sistem kristal : Ketujuh sistem kristal masing-masing penggolongan. Misalnya Isometrik. - Jumlah unsur Simetri : Jumlah nilai kenampakan yang sama pada tiap sumbu sistem Kristal baik sumbu Simetri utama (sumbu c), Sumbu simetri lateral (sumbu a, sumbu b ataupun sumbu d jika dalam sistem kristal terdapat sumbu d) maupun sumbu simetri intermediet (sumbu-sumbu tambahan) lalu di akhiri dengan jumlah nilai bidang simetri yang terbentuk dengan penotasian ”pc”. Misalnya 3L4, 4L3 2 , 6L2, 9 Pc pada Sistem Isometrik. - Kelas simetri : Ditentukan dari penentuan kelas simetri menurut Herman Mauguin ( Hm). Misalnya Hexoctahedral pada Sistem Isometrik. - (Hm) : Penentuan Kelas simetri menurut Herman Mauguin. - (Sc) : Penentuan Kelas Simetri menurut Schoenfilsh. - Nama & Simbol : Misalnya Hexahedron {100} - Contoh mineral : mineral- mineral yang digolongkan menurut sistem kristal masing-masingnya.
  • 29. Berikut Adalah Gambar dan Deskripsi Sistem Kristal Dari Praktikum Kristalografi Pada Laboratorium Krismin
  • 30. LABORATORIUM KRISMIN JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA Skala a : b : c 1,5 :4,5 : 4,5 < a-/b+ =300 Deskripsi Kristal Sistem Kristal : Isometrik Proyeksi : Orthogonal 3 , 6L2 , 9 PC Jumlah unsur simetri : 3L4, 4L6 Kelas Simetri : Hexoctahedral ( Hm ) : 4 m , 3 , 2 m ( Sc ) : Oh Nama & Simbol : Hexahedron {100} Contoh Mineral : Pyrite(FeS2), Gold(Au), Chromium(Cr), Cobalt(Co), Aluminium(Al Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal : NIM : 1106101014 TTD : Jurusan : Teknik Pertambangan
  • 31. LABORATORIUM KRISMIN JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA Skala a : b : c 1 : 3 : 6 < a-/b=300 Deskripsi Kristal Sistem Kristal : Tetragonal Proyeksi : Orthogonal Jumlah unsur simetri : L4, 4L2 , 5 PC Kelas Simetri : Ditetragonal bipyramidal ( Hm ) : 4 m , 2 , m 2 m ( Sc ) : D4h Nama & Simbol : Tetragonal Prismatik {110} Contoh Mineral : Chalcopyrite (CuFeS2), Pyrolucite (MnO2), Rutile (TiO2), Crystobalite(SiO2), Hausmanite(Mn3O4) Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal : NIM : 1106101014 TTD : Jurusan :Teknik Pertambangan
  • 32. LABORATORIUM KRISMIN JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA Skala a : b : c 1 : 3 : 6 < a-/b+ =170 < b-/d+ = 390 Deskripsi Kristal Sistem Kristal : Hexagonal Proyeksi : Orthogonal Jumlah unsur simetri : L6, 6L2 , 7 PC Kelas Simetri : Dihexagonal bipyramidal ( Hm ) : 6 푚 , 2 푚 , 2 푚 ( Sc ) : D6h Nama & Simbol : Hexagonal Prisma {1010} Contoh Mineral : Graphite (C), Titanium ( Ti ), Molybdenite (MoS2), Nepheline(Na,K(AlSiO4), Apatit(Ca5(po4)3(OH, F, Cl) Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal : NIM : 1106101014 TTD : Jurusan : Teknik Pertambangan
  • 33. LABORATORIUM KRISMIN JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA Skala a : b: c 1 : 3 : 6 < a-/b+ =170 <d+/b+ = 390 Deskripsi Kristal Sistem Kristal : Trigonal Proyeksi : Orthogonal 3 , 3L2 , 4 PC Jumlah unsur simetri : L6 Kelas Simetri : Ditrigonal bipyramidal ( Hm ) : 6, m , 2 ( Sc ) : D3h Nama & Simbol : Trigonal Bipyramidal {1011} Contoh Mineral : Calcite(CaCO3), Arsenic (As), Bismuth (Bi), Hematite(Fe2O3), Cinabar(HgS) Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal : NIM : 1106101014 TTD : Jurusan :Teknik Pertambangan
  • 34. LABORATORIUM KRISMIN JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA LABORATORIUM KRISMIN Skala a : b : c 1 : 4 : 6 < a-/b+ =300 Deskripsi Kristal Sistem Kristal : Orthorombic Proyeksi : Orthogonal Jumlah unsur simetri : 3L2 , 3 PC Kelas Simetri : Orthorombic bipyramidal ( Hm ) : 2 m , 2 m , 2 m ( Sc ) : D2h Nama & Simbol : Orthorombic prismatik {011} Contoh Mineral : Barite (BaSO4), Aragonite(CaCO3), Sulfur (S), Andalucite(Al2SiO5), Sillamanite(Al2SiO5) Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal : NIM : 1106101014 TTD : Jurusan : Teknik Pertambangan
  • 35. JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA Skala a : b : c 1 :4 : 6 < a-/b+ =450 Deskripsi Kristal Sistem Kristal : Monoklin Proyeksi : Orthogonal Jumlah unsur simetri : L2 PC Kelas Simetri : Prismatic ( Hm ) : ( Sc ) : C2h Nama & Simbol : Monoklin Hemibypiramid {111} Contoh Mineral : Argentite(Ag2S), Aegirine (NaFeSi2O6), Tridymite (SiO2), Orthoclase(KALSi3O8), Clorite(Fe,Mg, AL)6(Si AL)4 Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal : NIM : 1106101014 TTD : Jurusan : Teknik Pertambangan
  • 36. LABORATORIUM KRISMIN JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA Skala a : b : c 1 : 4: 6 < a-/b+ =300 <b+/c- = 800 Deskripsi Kristal Sistem Kristal : Triklin Proyeksi : Orthogonal Jumlah unsur simetri : C Kelas Simetri : Pinacoidal ( Hm ) : 1 ( Sc ) : Ci Nama & Simbol : Triklin Hemibipyramid {111} Contoh Mineral : Kyanite (Al2SiO4), Albite (NaAlSi3O8), Anorthite (CaAl2 Si2 O8),Microline(KALSi3O8), Kaolinite(Al2SiO5) Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal : NIM : 1106101014 TTD : Jurusan : Teknik Pertambangan
  • 37. BAB III MINERALOGI 3.1 DASAR TEORI 3.1.1 Pengertian Mineralogi Mineralogi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya. Mineral ialah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Benda padat homogen artinya bahwa mineral itu hanya terdiri dari satu fase padat, hanya satu macam material, yang tidak dapat diuraikan menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana oleh suatu proses fisika. Dengan adanya suatu persyaratan mineral-mineral itu benda padat, maka cairan dan gas-gas tidak termasuk. Es adalah mineral tetapi air bukan mineral. Terbentuk secara anorganik artinya benda-benda padat homogen yang dihasilkan oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan tidak termasuk, maka dari itu kullit tiram (dan mutiara di dalamnya) meskipun terdiri dari Calsium Carbonat yang tidak dapat dibedakan secara kimia maupun fisika dari mineral aragonite, tidak dianggap sebagai mineral. Mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu artinya bahwa mineral itu merupakan senyawa kimia, dan senyawa kimia mempunyai komposisi pada batas-batas tertentu yang dinyatakan dengan suatu rumus. Rumus kimia mineral dapat sederhana maupun kompleks tergantung dari banyaknya unsur-unsur yang ada dan proporsi kombinasinya. Atom-atom yang tersusun secara teratur merupakan ukuran dari keadaan kristalisasinya, cara ini untuk pembentukan, susunan atom yang teratur ini dapat tergambar pada bentuk luar kristalnya, dari kenyataan bahwa adanya susunan atom-atom yang teratur di dalam kristalin yang padat telah disimpulkan dari teraturnya bentuk luar, lama sebelum sinar X ditemukan. 3.1.2 Defenisi Mineral Menurut Para Ahli Defenisi mineral menurut para ahli : L.G. Berry & B. Mason 1959
  • 38. Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam dan terbentuk secara anorganik dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu serta mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. D.G.A. Whitten & J.R.V. Brooks 1972 Mineral adalah bahan padat dengan struktur homogen yang mempunyai komposisi kimia tertentu dan dibentuk oleh proses alam yang anorganik. A.W.R. Potter & H. Robinson 1977 Mineral adalah zat atau bahan homogen yang mempunyai komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan. Kraus, dkk., 1959 Mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia yang khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-kadang dapat menjelma dalam bentuk geometris tertentu. 3.2 CARA PEMBERIAN NAMA MINERAL Sifat-Sifat Fisik Yang Diselidiki Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat fisik suatu mineral ini sangat diperlukan di dalam mendeterminasi atau mengenal mineral secara megaskopis atau tanpa menggunakan mikroskop. Dengan cara ini seseorang dapat mendeterminasi mineral lebih cepat dan biasanya langsung di lapangan tempat di mana sampel tersebut ditemukan. Sifat-sifat mineral tersebut meliputi: warna, perawakan kristal, kilap, kekerasan mineral, goresan, belahan, pecahan, daya tahan terhadap pukulan, berat jenis, kemagnetan, rasa dan bau serta derajat ketransparanan. 3.2.1 Warna (Colour) Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (absorpsi) dan sebagian akan dipantulkan (refleksi). Warna ini penting untuk membedakan antara warna yang disebabkan oleh campuran atau pengotoran dan warna asli elemen-elemen utama pada mineral tersebut. Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a. Idiokromatik : warna mineral yang selalu tetap. Umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit = hitam, pirit = kuning loyang, belerang = kuning, azurite = biru dan sebagainya.
  • 39. Gambar 3.1 Warna idiokromatik pada Galena. b. Allokromatik : warna mineral yang tidak tetap, tergantung dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya seperti kuarsa, dan kalsit. Gambar 3.2 Warna allokromatik pada kuarsa 3.2.2 Perawakan Kristal Perawakan kristal adalah bentuk khas mineral di tentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut. Kita perlu mengenal perawakan yang terdapat pada beberapa jenis mineral, walaupun perawakan kristal bukan merupakan ciri tetap mineral. Contoh: mika selalu menunjukan perawakan kristal yang mendaun (foliated), amphibol, selalu menunjukan perawakan kristal meniang (columnar). Perawakan kristal di bedakan menjadi 3 golongan (Pearl, 1975) yaitu: elongated habits, flattened habits, dan rounded habits. 1. Elongated habits (meniang/berserabut) yang terbagi atas :
  • 40. a. Meniang (columnar) yaitu bentuk Kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang. (a) (b) Gambar 3.3 Contoh mineral : (a) Pirolusit, (b) Tourmalin. b. Menyerat (fibrous) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai serat-serat kecil. (a) (b) Gambar 3.4 Contoh mineral : (a)Asbestos, (b)Silimanite. c. Menjarum (Acicular) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil. Gambar3.5 Contoh mineral : Natrolite d. Menjaring (Reticulate) yaitu bentuk Kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jarring. Gambar 3.6 Contoh mineral : Rutile e. Membenang (Filliform) yaitu bentuk Kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.
  • 41. Gambar 3.7 Contoh mineral : Perak f. Menjari (Radiated) yaitu bentuk Kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari. Gambar 3.8 Contoh mineral : Markasit 2. Flattened habits (lembaran tipis) yang terbagi atas : a. Membilah (bladed) yaitu bentuk Kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh. Gambar 3.9 Contoh mineral : Kyanite b. Memapan (tabular) yaitu bentuk Kristal yang pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tidak terlalu jauh. Gambar 3.10 Contoh mineral : Barit c. Membata (Blocky) yaitu bentuk Kristal tebal menyerupai bentuk bata, dimana perbandingan antara lebar dengan tebal hampir sama.
  • 42. Gambar 3.11 Contoh mineral : Microcline d. Mendaun (Foliated) yaitu bentuk Kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang mudah dikupas atau dipisahkan. Gambar 3.12 Contoh mineral : Mica e. Memencar (divergent) yaitu bentuk Kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka. Gambar 3.13 Contoh mineral : Gipsum f. Membulu (plumose) yaitu bentuk Kristal yang tersusun membentuk bulu. Gambar 3.14 Contoh mineral : Gipsum
  • 43. 3. Rounded habits (membutir) yang terbagi atas : a. Mendada (Mamillary) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai buah dada. Gambar 3.15 Contoh mineral : Malakhit b. Membulat (colloform) yaitu bentuk Kristal yang menunjukan permukaan yang bulat-bulat. Gambar 3.16 Contoh mineral : Goethile c. Membulat jari (colloform radial) yaitu bentuk Kristal yang membulat dengan struktur dalam memencar menyerupai bentuk jari. Gambar 3.17 Contoh mineral : Pyromorphite d. Membutir (granular) yaitu bentuk Kristal berupa kelompok Kristal kecil yang berbentuk butiran. Gambar 3.18 Contoh mineral : Sodalite
  • 44. e. Memisolit (pisolitic) yaitu bentuk Kristal berupa kelompok Kristal lonjong sebesar kerikil seperti kacang tanah. Gambar 3.19 Contoh mineral : Goethile f. Stalaktit (stalactic) yaitu bentuk Kristal yang membulat dengan litologi gamping. Gambar 3.20 Contoh mineral : Goethite g. Mengginjal (Rentiform) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai bentuk ginjal. Gambar 3.21 Contoh mineral : Hematit 3.2.3 Kilap (Luster) Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap dibedakan menjadi 2, yaitu kilap logam (metallic luster) dan kilap bukan logam (non metallic luster). Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral bijih, seperti emas, galena, pirit, dan kalkopirit. Sedangkan kilap bukan logam tidak memberikan kesan logam jika terkena cahaya. Selain itu, adapula kilap sub-metalik (sub-metallic luster), yang terdapat pada mineral-mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6- 3. Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi: a) Kilap Kaca(Vitreous Luster); Memberikan kesan seperti kaca atau gelas bila terkena cahaya. Contohnya: kalsit, kuarsa, dan halit.
  • 45. b) Kilap Intan (adamantine Luster); Memberikan kesan cemerlang seperti intan. c) Kilap Sutera (Silky Luster); Memberikan kesan seperti sutera. Umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat. Seperti asbes, aktinolit, dan gipsum. d) Kilap Lilin (Waxy Luster); Merupakan kilap seperti lilin yang khas. e) Kilap Mutiara (Pearly Luster); Memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit kerang. Kilap ini ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran. Contohnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit. f) Kilap Lemak (Greasy Luster); Menyerupai lemak atau sabun. Hal ini ditimbulkan oleh pengaruh tekanan udara dan alterasi. Contohnya talk dan serpentin. g) Kilap Tanah (Earthy Luster); Kenampakannya buram seperti tanah. Misalnya kaolin, limonit,dan bentonit. 3.2.4 Kekerasan Mineral (Hardness) Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standar dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras. Tabel 3.1 Skala kekerasan relatif mineral (Mohs) Kekerasan Mineral Rumus Kimia 1 Talc Mg3Si4O10(OH)2 2 Gypsum CaSO4.2H2O 3 Calcite CaCO3 4 Fluorite CaF2 5 Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F) 6 Orthoclase KAlSi3O8 7 Quartz SiO2 8 Topaz Al2SiO4(OH,F)2 9 Corundum Al2O3 10 Diamond C
  • 46. Misalnya suatu mineral di gores dengan kalsit (H=3) ternyata mineral itu tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4), maka mineral tesebut mempunyai kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan mineral dengan memepergunakan alat-alat yang sederhana misalnya: 1. Kuku jari manusia H = 2,5 2. Kawat tembaga H = 3 3. Pecahan kaca H = 5,5 4. Pisau baja H = 5,5 5. Kikir baja H = 6,5 6. Lempeng baja H = 7 Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku manusia tetapi oleh kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3. 3.2.5 Gores (Streak) Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Gores ini di pertanggungjawabkan karena stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi goresnya berbeda. Gores ini di peroleh dengan cara mengoreskan mineral pada permukaan keeping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat di cari mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih. Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri. Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gpres yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri. Ada beberapa mineral warna dan gores sering menunjukan warna yang sama. Gambar 3.22 Contoh goresan mineral cinnabar dan piryte.
  • 47. 3.2.6 Belahan (Cleavage) Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut. Belahan dapat di bedakan menjadi: a. Sempurna (perfect) Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya. b. Baik (good) Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya. c. Jelas (distinct) Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata. d. Tidak jelas (indistinct) Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar. e. Tidak sempurna (imperfect) Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata. 3.2.7 Pecahan (Fracture) Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi: a. Pecahan konkoidal (Choncoidal): Pecahan yang memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol atau kulit bawang. b. Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang menunjukkan kenampakan seperti serat, contohnya asbes, augit. c. Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang memperlihatkan permukaan bidang pecanya tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet. d. Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan cukup halus. Contohnya mineral lempung. e. Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral kelompok logam murni.
  • 48. f. Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung. 3.2.8 Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity) Tenacity adalah suatu reaksi atau daya tahan mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan, pemecahan, pembengkokan, pematahan, pemukulan, penghancuran, dan pemotongan. Tenacity dapat dibagi menjadi: a. Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus. b. Sectile (Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong dengan pisau dengan tidak berkurang menjadi tepung. c. Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti kawat. Bila ditarik akan menjadi panang, dan apabila dilepaskan akan kembali seperti semula. d. Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih. e. Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan kembali seperti semula bila dilepaskan. f. Flexible ; apabila mineral dapat dilengkungkan dengan mudah. 3.2.9 Berat Jenis (Specific Gravity) Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama. Dalam penentuan berat jenis dipergunakan alat-alat seperti: piknometer, timbangan analitik, dan gelas ukur. Berat jenis dapat dirumuskan sebagai berikut: BJ = BERAT MINERAL VOLUME MINERAL 3.2.10 Kemagnetan Sifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum mineral fisik adalah sifat dari mineral yang diselidiki, apakah paramagnetik ataukah diamagnetik. a. Paramagnetik (magnetik): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tarik terhadap magnet. b. Diamagnetik (non-magnetik): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tolak terhadap magnet. 3.2.11 Rasa dan Bau Disamping dari sifat-sifat yang telah dibahas sebelumnya, beberapa mineral juga mempunyai bau dan rasa.
  • 49. 3.2.12 Derajat Ketransparanan Sifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada kemampuan mineral tersebut mentransmit sinar cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan hal ini, variasi mineral dibedakan atas: a. Opaque mineral; yaitu mineral-mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam bentuk lembaran tipis. Mineral-mineral ini permukaannya mempunyai kilauan metalik dan meninggalkan berkas hitam atau gelap. b. Transparant mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca. c. Translucent mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus cahaya tapi tidak tembus pandang. d. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang dalam bentuk pecahan-pecahan tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis. 3.3 DESKRIPSI MINERAL 3.3.1 Klasifikasi Mineral Klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari Dana yang mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya. Dana membagi mineral dalam 9 golongan ( Klein & Hurlburt, 1993), yaitu : 3.3.1.1 Silicate Class Silicate Class merupakan kelas terbesar, sering di sebut juga Silicon dioxide, gabungan dari 2 unsur yang paling melimpah yaitu Silicon kerak bumi dan oksigen (SiO2) dan dengan ion tambahan lainnya seperti aluminium, magnesium, besi dan calcium. Masa kerak bumi adalah 59 % Silika, konstituen utama lebih dari 95 % batuan diketahui. Contoh mineral kelas Silikat adalah Olivin (Mg,Fe)2 SiO4 , Kuarsa (SiO2), Serpentine (Mg6Si4O10(OH)4), Kaolinit (Al4Si4O10(OH)8). 3.3.1.2 Carbonate Class Carbonate class merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3)2- dan termasuk Calcite dan aragonite (keduanya merupakan Calcium Carbonate), Dolomit (Magnesium/Calcium Carbonate) dan Siderite (besi Carbonate).
  • 50. Carbonate terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonate juga terbentuk pada daerah evaporit dan pada daerah karst yang membentuk gua/caves, stalaktit, dan stalagmite. Carbonate Class juga termasuk mineral Nitrate dan Borate. Contoh mineral Carbonate class adalah Dolomit (CaMg(CO3)2), Aragonite (CaCO3), Siderit (FeCO3), Magnesit (MgCO3), Smithsonite (ZnCO3). 3.3.1.3 Sulfate Class Mineral kelas Sulfat terdiri dari anion Sulfate SO4 2- biasanya terbentuk di daerah evaporitic yang tinggi kadar airnya perlahan lahan menguap sehingga formasi sulfat dan Halida berinteraksi. Contoh mineral kelas sulfat adalah Anhydrite (CaSO4), Barite (BaSO4), dan Gypsum (CaSO42H2O). Termasuk juga Kromat, Molybdat, Selenat, Sulfite, Tellurate, dan Tungstate. 3.3.1.4 Halide Class Halide Class adalah kelas mineral yang membentuk garam alami dan juga termasuk Fluorit (Calcium Fluoride), Halite (Sodium Chlorida), Sylvite (Potassium Chlorida) dan Sal Ammoniac (Ammonium Chlorida). Sama halnya dengan Sulfat, Halida juga di temukan di daerah evaporit seperti danau playa dan laut yang terkurung daratan seperti laut mati dan danau garam besar. Contoh mineral kelas Halida adalah Fluorit (CaF2), dan Halite (NaCl). 3.3.1.5 Oxide Class Mineral kelas oksida biasanya terbentuk dekat permukaan bumi, teroksidasi dari hasil pelapukan mineral lain dan sebagai mineral pelengkap pada batuan beku yang terdapat di kerak dan mantel bumi. Mineral-mineral kelas oksida sangat penting dalam dunia pertambangan karena bijih (ores) terbentuk dari mineral-mineral kelas oksida, kelas mineral ini pun juga mempengaruhi perubahan kutub magnetic bumi. Contoh mineral kelas Oksida adalah Rutile (TiO2), Hematite (Fe2O3), Spinel (MgAl2O4), Magnetite (Fe3O4), Korundum (Al2O3), Pyrolusit (MnO2) 3.3.1.6 Sulfide Class Mineral kelas Sulfide merupakan kelas mineral yang juga pembentuk bijih (ores), juga merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan belerang (S). Contoh mineral kelas Sulfida adalah Pyrite (FeS2), Galena (PbS), Bornite (Cu5FeS5), Sphalerite (Zn,Fe)S.
  • 51. 3.3.1.7 Phosphate Class Mineral fosfat merupakan persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam dengan Phospate radical. Ribuan spesies dari golongan ini dapat dikenali, namun keadaannya tidak berlimpah. Sifat dari golongan ini berubah-ubah tetapi umumnya cenderung lunak, rapuh, sangat berwarna dan kristalisasinya baik. Mineral kelas fosfat termasuk mineral dengan unit AO4, A berupa phosphorus, antimony, arsenic atau vanadium. Contoh mineral fosfat adalah Apatit (Ca5(PO4)3(OH,F,Cl)), Zuenerite (Cu(UO2)2(AsO4)2-10-16H2O), Monasit ( (Ce, La, Y, Th)PO4 ), termasuk juga mineral Arsenat, Vanadat dan mineral-mineral Antimonit. 3.3.1.8 Native Elements Class Native elements merupakan unsur-unsur bebas, bukan merupakan unsure-unsur gabungan. Mineral kelas elemen terdiri dari metal dan elemen intermetalik (emas, perak dan tembaga), semi-metal dan non-metal (Antimony, Bismuth, Grafit, sulfur). Kelas ini juga termasuk campuran logam alam seperti electrum, fosfida, silisida, nitride dan carbida. Contoh mineral kelas elemen adalah Perak (Ag), Bismut (Bi), Intan (C), Grafit (C), Sulfur (S), Tembaga (Cu), Emas (Au). 3.3.1.9 Organic Class Mineral kelas organic terdiri dari substansi biogenic; Oxalates, Mellitates, Citrates, Cyanates, Acetates, Formats, Hydrocarbons, dan Sepsis Miscellaneous lainnya. Contoh mineralnya adalah Fichtelite (C19H34), Abelsonite (NiC31H32N4). 3.3.2 Laporan Mineral Dalam laporan mineral ini, meliputi deskripsi dari seluruh mineral dan terutama mineral yang dimiliki nilai ekonomis saja. Mineral dalam laporan ini hanya ada beberapa mineral saja. Deskripsi mineral-mineral ini meliputi beberapa sifat fisik, seperti:
  • 52. 1. Deskripsi mineral : yang berupa penamaan mineral itu sendiri dengan pengklasifikasiaannya yang didasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya pada golongannya masing-masing menurut Dana. 2. Warna : Warna daripada mineral itu sendiri (baik warna asli maupun warna yang di sebabkan oleh mineral pengotornya). 3. Sistem dan Perawakan kristal : Sistem kristal (penampangnya secara geometri, kenampakan bentuk luar maupun struktur dalamnya) dan bentuk khas yang di timbulkan dari mineral tersebut. Misalnya Hexagonal dan Meniang. 4. Kilap : Kilapan yang timbul oleh cahaya yang di pantulkan dari permukaan mineral. Misalnya kilap logam (Metallic luster). 5. Kekerasan : Daya tahan mineral terhadap goresan ( Berdasarkan Skala Mohs 1-10). 6. Goresan : Warna dalam bentuk serbuk halus. 7. Belahan dan pecahan : misalnya sempurna & choncoidal. 8. Tenacity : misalnya Brittle. 9. Berat Jenis : Dalam gram/cm2 10. Kemagnetan : untuk mengetahui sifat mineral apakah memiliki gaya tarik terhadap magnet (Paramagnetik) atau tidak (Diamagnetik). 11. Derajat transparan : kemampuan mineral mentransmit sinar cahaya (berkas sinar). Misalnya Transparant mineral. 12. Sifat khas : Sifat-sifat mineral yang dilihat setelah melihat dan mendeskripsikan mineral secara keseluruhan. 13. Nama dan rumus kimia : Penamaan mineral yang telah di kenal berikut rumus kimia rumus kimia. Misalnya Kuarsa (SiO2). 14. Kegunaan : manfaat dari mineral tersebut, baik dalam bentuk aslinya maupun sesudah di proses dan menjadi bahan konsumsi. 15. Genesa : Peristiwa geologis yang menyebabkan terbentuknya mineral tersebut. DESKRIPSI BEBERAPA MINERAL PENTING 1. Emas, Au
  • 53. Sistem Kristal : Isometrik Warna : Kuning Goresan : Kuning Kilap : Metalik Belahan dan pecahan : Tak – ada ; hakli ( pecahan bergerigi dengan ujung yang tajam ). Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs Berat jenis : 19,3 gr/cm3 Genesis : Kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui proses hidrotermal; dan sering bersama- sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang lain, telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat mengandung emas melapuk, maka emas-emas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai deposit aluvial, atau terangkut oleh aliran air dan mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan (placer deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal. Manfaat : sumber logam emas; dipakai untuk membuat perhiasan, instrumen-instrumen saintifik, lempengan elektrode, pelapis gigi dan emas lantakan. 2. Perak, Ag
  • 54. Sistem Kristal : Isometrik. Warna : Putih – Perak Goresan : Coklat, atau abu-abu sampai hitam. Belahan dan Pecahan : Tak – ada Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs Berat Jenis : 10,5 gr/cm3 Genesis : sejumlah kecil perak nativ dapat dijumpai dalam zona oksidasi pada suatu deposit bijih, atau sebagai deposit yang mengendap dari larutan hidrotermal primer. Ada 3 jenis deposit primer, yaitu: 1. Barasosiasi dengan sulfida, zeolit, kalsit, barit, fluorit dan kuarsa, 2. Berasosiasi dengan arsenide dan sulfida kobalt, nikel dan perak, dan bismuth nativ, dan 3. Berasosiasi dengan uranit dan mineral- mineral nikel-kobalt. Manfaat : sumber logam perak; dipakai untuk membuat perhiasan, alat-alat makan-minum, barang-barang kerajinan tangan, alat-alat elektronik, penyepuhan dan sebagai emulsi film fotografi. 3. Tembaga, Cu
  • 55. Sistem kristal : Isometrik. Warna : Merah-tembaga , atau merah-mawar terang. Goresan : Merah metalik. Belahan dan pecahan : Tak ada ; hakli Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs Berat Jenis : 8,94 gr/cm3 Genesis : sejumlah kecil tembaga native dijumpai pada zona oksidasi dalam deposit tembaga yang berasosiasi dengan kuprit, malakit dan azurit. Deposit primer umumnya berasosiasi dengan batuan beku basa ekstrutif, dan tembaga native terbentuk dari pengendapan yang dihasilkan dari reaksi antara larutan hidrotermal dan mineral-mineral oksidasi besi. Pada deposit tipe ini, tembaga nativ berasosiasidengan khalkosit, bornit, epidot, kalsit, prehnit,datolit, khlorit, zeolit dan sejumlah kecil perak native Manfaat : sumber minor bijih tembaga, banyak digunakan dalam kelistrikan, umumnya sebagai kawat, dan untuk membuat logam-logam campuran, seperti kuningan (campuran tembaga dan seng), perunggu (campuran tembaga dan timah dengan sedikit seng) dan perak Jerman (campuran tembaga seng dan nikel). 4.Sulfur,S
  • 56. Sistem kristal : Ortorombik. Warna : Kuning sampai coklat kekuningan. Goresan : Putih. Belahan dan pecahan : Tak ada ; Konkoidal sampai tidak rata. Kekerasan : 1,5 – 2,5 Skala Mohs Berat jenis : 2,07 gr/cm3 Genesis : Sulfur dapat terbentuk di daerah gunungapi aktif, di sekitar mata air panas, dan hasil aktivitas bakteri yang memisahkan sulfur dari sulfat. Dapat pula terbentuk karena oksidasi sulfida-sulfida pada urat- urat yang berasosiasi dengan sulfida-sulfida metal. Dijumpai juga pada batuan- batuan sedimen yang berasosiasi dengan anhidrit, gypsum dan batugamping. Manfaat : sulfur digunakan untuk membuat senyawa-senyawa sulfur, seperti asam sulfat (H2SO4); dalampembuatan insektisida, pupuk buatan, vulkanisasi karet, sabun; dalam industry tekstil, kulit, kertas, cat, pencelupan dan penggilingan minyak.
  • 57. 5. Grafit, C Sistem kristal : Hexagonal . Warna : Hitam. Goresan : Hitam. Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada Kekerasan : 1 – 2 Skala Mohs Berat jenis : 2,09 – 2,23 gr/cm3 Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan metamorf,baik pada metamorfisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada batu gamping kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf. Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batupermata. 6. Intan, C Sistem kristal : isometrik. Warna : putih kebiruan, hitam Goresan : putih Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 111 ) ; konkoidal. Kekerasan : 10 Skala Mohs Berat jenis : 3,50 gr/cm3
  • 58. Genesis : intan terbentuk pada pembentukan batuan beku ultrabasa, yaitu porfiri-olivin, atau porfiri kaya flogopit; batuan ini dikenal sebagai kimberlit. Dapat dijumpai dalam deposit aluvial, baik di sungai-sungai maupun di pantai. Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi;dan dijadikan batupermata. 7. Bornit , Cu5FeS5 Sistem kristal : Isometrik. Warna : Merah-tembaga sampai kecoklatan Goresan : Hitam keabuan. Belahan dan pecahan : ( 111 ) tidak jelas ; konkoidal sampai tidak jelas. Kekerasan : 3 Skala Mohs Berat jenis : 5,06 – 5,08 gr/cm3 Genesis : Terbentuk secara proses hidrotermal, dan berasosiasi dengan mineral-mineral sulfida yang lain ( Khalkosit, Khalkopirit, kovelit, pirotit, dan pirit) dalam deposit hidrogen. Bornit juga dijumpai dalam retas (dike), tubuh intrusi batuan basa, tersebar dalam batuan basa, deposit metamorfik kontak, dalam pegmatit dan urat -urat kuarsa. Manfaat : Mineral bijih sumber logam tembaga.
  • 59. 8. Galena, PbS Sistem kristal : Isometrik . Warna : abu – abu timbal Goresan : abu – abu timbal Belahan dan pecahan : ( 001 ) Sempurna. Kekerasan : 2,5 Skala Mohs Berat jenis : 7,58 gr/cm3 Genesis : Terbentuk dalam batuan sedimen, urat-urat hidrotermal dan juga pegmatit. Dalam urat-urat hidrotermal berasosiasi dengan mineral-mineral perak, sfalerit, pirit, markasit, khalkopirit, serusit, anglesit, dolomit, kalsit, kuarsa, baris, dan fluorit. Dapat pula ditemukan dalam deposit metamorfisme kontak. Manfaat : sumber logam timbal atau timah hitam ( Pb ). 9.Khalkopirit Sistem kristal : Tetragonal . Warna : kuning - kuningan
  • 60. Goresan : hitam kehijauan Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata Kekerasan : 3,5 – 4 Skala Mohs Berat jenis : 4,1 – 4,3 gr/cm3 Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal,terutama terdapat dalam deposit mesotermal dan hipotermal. Dalam deposit hipotermal, khalkopirit terdapat bersama pirit, turmalin, kuarsa dan kasiterit. Dijumpai juga dalam batuan beku, retas pegmatit dan dalam deposit metamorfisme kontak. Manfaat : mineral bijih sumber logam tembaga. 10. Khromit, ( Mg,Fe ) Cr2O4 Sistem kristal : isometrik . Warna : hitam – besi sampai hitam - kecoklatan Goresan : coklat gelap Belahan dan pecahan : tak ada ; tidak rata Kekerasan : 5,5 Skala Mohs Berat jenis : 5,09 gr/cm3 Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan beku ultra basa, seperti peridotit dan serpentit. Dapat pula pada lingkungan sedimen, yaitu terdapat dalam pasir Manfaat : mineral bijih sumber logam khrom
  • 61. 11. Realgar, AsS Sistem kristal : Monoklin. Warna : Merah-ungu Goresan : Merah sampai jingga Belahan dan pecahan : {010}baik Kekerasan : 1,5 – 2 Skala Mohs Berat jenis : 3,56 gr/cm3 Genesis : Terbentuk secara proses hidrotermal, dan terdapat dalam urat-urat sulfida bersama orpiment dan mineral arsenic lainnya, juga dengan stibnit, bijih timbal, perak, atau bijih emas. Kadang-kadang dijumpai pula dalam batugamping, dolomit, atau batuan lempungan, juga sebagai hasil sublimasi dari emanasi volkanik, atau sebagai deposit mata air panas. Manfaat : Sumber logam arsen. 12. Stibnit, Sb2S3 Sistem kristal : Ortorombik. Warna : Abu-abu timbal sampai kehitaman Goresan : Abu-abu timbal sampai kehitaman Belahan dan pecahan : {010} sempurna
  • 62. Kekerasan : 2 Skala Mohs Berat jenis : 4,52 – 4,63 gr/cm3 Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur rendah, terdapat dalam urat-urat atau deposit pengganti ; dapat juga terbentuk di lingkungan mata air panas. Sering berasosiasi dengan realgar,orpiment, galena, markasit, pirit, sinabar, kalsit, ankerit, barit, kalsedon, atau kuarsa Manfaat : Sumber logam antimony 13. Arsenopirit, FeAsS Sistem kristal : Monoklin . Warna : Putih-perak sampai abu-abu baja Goresan : Hitam keabuan Belahan dan pecahan : {101} tidak sempurna ; tidak rata Kekerasan : 5,5, - 6 Skala Mohs Berat jenis : 6,07 gr/cm3 Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur tinggi sampai menengah ; dan berasosiasi dengan bijih timah dan tungsten (pada deposit hidrotermal bertemperatur tinggi), bijih perak dan tembaga, galena, sfalerit, pirit, dan khalkopirit. Dijumpai juga dalam urat-urat kuarsa-emas, urat-urat kasiterit, pada deposit metamorfisme kontak, pegmatite, dan tersebar dalam batugamping kristalin. Manfaat : Sumber utama logam arsen 14. Hematit, Fe2O3
  • 63. Tempat Ditemukan : Ciater, Jawa Barat Sistem kristal : Hexagonal. Warna : Abu-abu baja, atau coklat kemerahan sampai hitam. Goresan : Merah atau coklat kemerahan Belahan dan pecahan : Tak ada; tidak rata. Kekerasan : 5,5 – 6,5 Skala Mohs Berat jenis : 5,26 gr/cm3 Genesis :Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, hidrotermal temperatur tinggi dan metamorfisme kontak; juga dalam lingkungan sedimen. Manfaat : sumber logam besi; juga digunakan sebagai bubuk pigmen, oker merah dan bubuk pengilap. Kristalnya yang berwarna hitam dapat dibuat batupermata. 15. Psilomelan,( Ba, H2O )2Mn5O10
  • 64. Tempat Ditemukan : Kliripan, Jawa Tengah Sistem kristal : Monoklin. Warna : Hitam besi sampai abu-abu baja gelap Goresan : Hitam kecoklatan sampai hitam. Belahan dan pecahan : Tak-ada Kekerasan : 5 – 6 Skala Mohs Berat jenis : 4,71 gr/cm3 Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen oksidat ; sebagai mineral sekunder yang sering berasosiasi dengan pirolusit, gutit, limonit, dan hausmanit. Dapat pula sebagai deposit residu, dari hasil pelapukan silikat atau karbonat mengandung mangan ; juga sebagai massa konkresi dalam lempung, dan dalam deposit danau atau rawa. Manfaat : Sumber logam mangan. 16. Pirolusit, MnO2 Tempat Ditemukan : Tasik, Jawa Barat Sistem kristal : Tetragonal.
  • 65. Warna : abu-abu baja terang sampai gelap, sampai abu baja, kadang-kadang kebiruan. Goresan : hitam Belahan dan pecahan : {110} sempurna ; tidak rata. Kekerasan : 6-6,5 (cristal-kristal), 2-6 (material masiv) Berat jenis : 4,75 gr/cm3 Genesis : terbentuk pada lingkungan sedimen oksida; sering ditemukan sebagai deposit rawa(bog), danau, atau deposit laut dangkal. Manfaat : sumber logam mangan 17. Kasiterit, SnO2 Tempat Ditemukan : Bangka Sistem kristal : Tetragonal . Warna : Kuning, atau coklat, kemerahan sampai hitam kecoklatan, dapat juga putih (jarang). Goresan : Putih, keabuan, atau kecoklatan. Belahan dan pecahan : {100} sempurna, {110} tidak sempurna ; konkoidal. Kekerasan : 6 – 7 Skala Mohs Berat jenis : 6,8 – 7,1 gr/cm3 Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperature tinggi dan terdapat dalam urat-urat, atau proses metamorfisme yang secara genetic berhubungan dengan batuan silica. Kasiterit sering berasosiasi dengan wolframit, turmalin, topas, kuarsa, fluorit, arsenopirit, muskovit, mika-Li,bismulinit, bismut dan molibdenit. Dapat juga terbentuk pada retas
  • 66. pegmatit, dan pada lingkungan sedimen sebagai mineral alluvial. Manfaat : sumber logam timah ( putih ) 18. Manganit, MnO(OH) Tempat Ditemukan : Padang, Sumatera Barat Sistem kristal : Monoklin. Warna : Abu-abu baja gelap sampai hitam-besi. Goresan : Coklat kemerahan sampai hitam. Belahan dan pecahan : {010} sangat sempurna, {110} dan {001} kurang sempurna Kekerasan : 4 Skala Mohs Berat jenis : 4,33 gr/cm3 Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperature rendah, terdapat dalam urat-urat, dan berasosiasi dengan barit, kalsit, siderit, dan hausmanit. Dijumpai juga dalam deposit yang terbentuk oleh aktivitas air meteorik, dan terdapat bersama pirolusit, gutit, psilomelan, dan mineral-mineral mangan yang lain. Manfaat : Mineral bijih sumber logam mangan. 19. Fluorit, CaF2
  • 67. Tempat Ditemukan : Garut, Jawa Barat Sistem Cristal : Isometrik. Warna : Sangat bervariasi, dapat tak-berwarna, kuning anggur, hijau, biru kehijauan, biru lembayung, putih, abu-abu, biru-langit, hitam kebiruan, atau coklat. Goresan : Putih. Belahan dan pecahan : {111} sempurna , subkonkoidal Kekerasan : 4 Skala Mohs Berat jenis : 3,18 gr/cm3 Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal, dan dijumpai dalam urat-urat, baik sebagai mineral utama maupun sebagai mineral yang bersama mineral-mineral bijih metalik, khususnya timbal dan perak. Umumnya dalam dolomit dan batugamping ; dan dapat pula terbentuk pada lingkungan batuan beku dan pegmatit. Berasosiasi dengan beberapa mineral, antara lain kalsit, dolomit, gipsum, selestit, barit, kuarsa, galena, sfalerit, kasiterit, topas, turmalin, dan apatit. Manfaat : Dipakai dalam industri kimia, peleburan besi baja, gelas, Kaca-serat (fiberglass ) dan tembikar. 20. Dolomit, CaMg(CO3)2
  • 68. Tempat Ditemukan : Sumatera Utara, Papua Sistem kristal : Trigonal. Warna : Tak-berwarna, putih, abu-abu, atau kehijauan, yang menjadi coklat kekuningan, atau coklat, dapat juga merah muda, atau merah-mawar Goresan : Putih. Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11} Kekerasan : 3,5 – 4 Skala mohs Berat jenis : 2,85 gr/cm3 Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan sedimen, melalui proses hidrotermal dan terdapat dalam urat-urat, serta berasosiasi dengan fluorit, barit, kalsit, siderit, kuarsa dan mineral-mineral bijih metalik.Dapat juga terbentuksecara metamorfisme. Manfaat : Sumber logam magnesium, atau kalsium, dan senyawa magnesium oksida yang digunakan untuk membuat batubara tahan api.dapat juga dibuat batu hias. 21. Malakhit, Cu2(CO3)(OH)2
  • 69. Tempat Ditemukan : Broken Hill, New South Wales, Australia Sistem Cristal : Monoklin. Warna : Hijau cemerlang. Goresan : Hijau pucat. Belahan dan pecahan : {201} sempurna, {010}baik ; tak-rata Kekerasan : 3,5 – 4 Skala Mohs Berat jenis : 3,9 – 4,03 gr/cm3 Genesis : Malakhit adalah mineral tembaga sekunder, umumnya terdapat dalam mintakat oksidasi atas pada suatu deposit bijih tembaga, khususnya pada daerah yang berbatugamping, dan sering berasosiasi dengan azurite, limonit, kalsit, kalsedon, khrisokola, dan mineral-mineral sekunder tembaga, timbal, atau seng, dan lainnya. Manfaat : Mineral bijih sumber minor logam tembaga, digunakan juga sebagai batu-hias, dan batupermata 22. Barit, BaSO4
  • 70. Tempat Ditemukan : Kalimantan Barat Sistem kristal : Ortorombik. Warna : Tak-berwarna sampai putih ; dapat pula kuning, coklat, kemerahan, abu-abu, kehijauan, atau biru. Goresan : Putih. Belahan dan pecahan : {001} dan {210} sempurna. Kekerasan : 3 – 3,5 Skala Mohs Berat jenis : 4,5 gr/cm3 Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperature rendah sampai menengah, dan terdapat dalam urat -urat bersama bijih perak, timbal, tembaga, kobalt, mangan, antimon. Dapat juga berasosiasi dengan fluorit, kalsit, siderit, dolomit dan kuarsa Manfaat : Digunakan sebagai van untuk membuat lumpur bor ( drilling mud ) yang dipakai pada pemboran minyak bumi dan gas. 23. Gipsum, CaSO42H2O Tempat Ditemukan : Besuku, Jawa Timur Sistem kristal : Monoklin. Warna : Tak-berwarna dan transparan, dapat pula putih, abu -abu,dan kekuningan bila masiv. Goresan : Putih
  • 71. Belahan dan pecahan : {010} sempurna ; {100} dengan permukaan konkoidal, dan {011} dengan pecahan yang fibrus. Kekerasan : 2 Skala Mohs Berat jenis : 2,32 gr/cm3 Genesis : Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan sering berselingan dengan batugamping, serpih, batupasir, lempung dan garam batuan. Manfaat : Digunakan dalam industri konstruksi, sebagai pembenah tanah dan pupuk. 24. Kuarsa, SiO2 Tempat Ditemukan : Sampit, Kalimantan Tengah Sistem Cristal : Hexagonal Warna : Tak-berwarna sampai putih, kadang-kadang berwarna karena pengotoran. Goresan : Putih. Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal. Kekerasan : 7 Skala Mohs Berat jenis : 2,65 gr/cm3 Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatit, hidrotermal, metamorfik dan sedimen. Manfaat : Dipakai dalam industri konstruksi, sebagai flux dalam industri metalurgi, pembuatan gelas, keramik, refraktori, amplas, filter, batupermata dan optik.
  • 72. 25. Opal, SiO2.nH2O Tempat Ditemukan : Kebumen, Jawa Tengah Sistem kristal : Tak-ada. Warna : Tak-berwarna, atau putih ; ada juga abu-abu, coklat, atau merah, yang biasanya disebabkan oleh kotoran berbutir halus. Goresan : Putih. Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal. Kekerasan : 5,5 – 6,5 Skala Mohs Berat jenis : 2,0 – 2,2 gr/cm3 Genesis : Terbentuk sebagai deposit mata air panas pada kedalaman yang dangkal, deposit air meteorik, atau deposit larutan hipogen temperatur rendah. Sering mengisi rekah-rekah atau rongga-rongga pada batuan, dan mengganti sel-sel kayu. Dapat juga dihasilkan oleh bunga-karang. (sponge), radiolaria dan diatomea dari sekresinya yang berupa silica. Manfaat : Dibuat batu permata, sedangkan diatomit digunakan
  • 73. untuk membuat amplas, filler, bubuk filtrasi dan isolator. 26. Muskovit, KAl2(AlSi3O10)(OH)2 Tempat Ditemukan : Sulawesi Selatan Sistem kristal : Monoklin . Warna : tak berwarna, atau hijau pucat, abu-abu, atau coklat pada lembaran tipis. Goresan : Putih. Belahan dan pecahan : {001} sempurna. Kekerasan : 2-2,5 Skala Mohs Berat jenis : 2,8-2,9 gr/cm3 Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatite ( dalam pegmatit granit ), lingkungan metamorfik berderajat rendah dan menengah ( dalam sekis dan genes ), atau pada lingkungan sedimen. Manfaat : Dipakai dalam pembuatan alat-alat listrik, bahan isian (filter), minyak pelumas dan material tahan panas. 27. Turmalin, Na(Mg,Fe)3Al6(BO3)3(Si6O18)(OH)4
  • 74. Tempat Ditemukan : Bengkayang, Kalimantan Barat. Sistem kristal : Trigonal. Warna : Biasanya hitam, dapat juga coklat, biru gelap,tak berwarna (jenis yang bebas Fe), merah muda, hijau, dan biru untuk varitas yang mengandung litium. Goresan : Putih Belahan dan pecahan : {11 20} dan {10 11} jelek ; konkoidal. Kekerasan : 7-7,5 Skala Mohs Berat jenis : 3,0-3,2 gr/cm3 Genesis : Terbentuk pada pegmatit, dan terdapat dalam pegmatite granit.dijumpai juga sebagai mineral asesori dalam batuan metamorf, khususnya pada sekis dan genes.Turmalin coklat kaya –Mg dapat dijumpai dalam batugamping termetamorfisme dan dalam urat-urat metaliferus bertemperatur tinggi. Manfaat : Dibuat batupermata dan dipakai dalam industry sehubungan dengan sifat piezoelektriknya.
  • 75. Berikut Adalah Gambar Kristal Perawakan Dan Deskripsi Dari Beberapa Mineral Dari Praktikum Mineralogi Pada Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi
  • 76. LABORATORIUM KRISMIN JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
  • 77. Deskripsi Kriistem Kristal : Proyeksi: Orthogona Jumlah unsur kristal : LABORATORIUM KRISMIN JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
  • 78. Deskripsi Kriistem Kristal : Proyeksi: Orthogona Jumlah unsur kristal : LABORATURIUM KRISMIN JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDAN LABORATORIUM KRISMIN JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
  • 79. Deskripsi Kriistem Kristal : Proyeksi: Orthogona Jumlah unsur kristal : LABORATORIUM KRISMIN JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
  • 80. Deskripsi Kriistem Kristal : Proyeksi: Orthogona Jumlah unsur kristal : LABORATORIUM KRISMIN JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
  • 81. Deskripsi Kriistem Kristal : Proyeksi: Orthogona Jumlah unsur kristal : LABORATORIUM KRISMIN JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
  • 82. Deskripsi Kriistem Kristal : Proyeksi: Orthogona Jumlah unsur kristal : LABORATORIUM KRISMIN JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
  • 83. Deskripsi Kriistem Kristal : Proyeksi: Orthogona Jumlah unsur kristal : LABORATURIUM KRISMIN
  • 84. JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA Sistem Kristal Perawakan mineral 31. Deskripsi mineral Silikat : Kuarsa 32. Warna : Tak berwarna 33. Sistem & Perawakan Kristal : Hexagonal & meniang 34. Kilap : Kilap kaca 35. Kekerasan : 7 Skala Mohs 36. Goresan : Putih 37. Belahan & Deskripsi pecahan Kriistem Kristal : baik dan choncoidal : 38. Tenacity Proyeksi: Orthogona : Brittle 39. Berat jenis : 2,65 gr/cm3 40. Kemagnetan : Diamagnetik Jumlah unsur kristal : 41. Derajat transparan : Translucent mineral (adanya mineral pengotor) 42. Sifat khas : Tidak berwarna, mengkilap kaca, menjadi LABORATORIUM KRISMIN mineral yang tembus cahaya tetapi tidak tembus pandang dikarenakan mineral pengotornya, dapat hancur menjadi tepung halus kekerasannya 7 Skala Mohs 43. Nama dan rumus kimia : Kuarsa (SiO2) 44. Kegunaan : Dipakai dalam industri konstruksi, sebagai flux dalam industri metalurgi JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA 45. Genesa : Terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatite, hidrotermal, metamorfik dan sedimen Nama : Juan Julio Wicaksono Tanggal : Nim : 0906102639 TTD : Jurusan : Teknik Pertambangan
  • 85. Deskripsi Kriistem Kristal : Proyeksi: Orthogona Jumlah unsur kristal :