Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Jaringan pos hidrologi ditentukan berdasarkan beberapa faktor seperti luas daratan pulau, kondisi geologi dan hidrologi, kepadatan penduduk, kebutuhan proyek, dan biaya. Kerapatan pos hidrometri menurut pedoman WMO untuk daerah tropis adalah 300-1000 km2/pos. Pos hidrometri harus memenuhi syarat seperti lokasi yang stabil, mudah diakses, arus yang seragam
1. PETUNJUK UMUM PEMBELAJARAN
Program pembelajaran disusun dalam bentuk 1 modul. Modul ini terdiri dari 2
bagian yaitu Petunjuk Umum dan Kegiatan Belajar. Kegiatan belajar terdiri dari :
kegiatan belajar 7 topik, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus pembelajaran, uraian
dan contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, unpan balik dan tindak lanjut, referensi dan
kunci jawaban. Kegiatan belajar di tulis kompetensi dan sub kompetensi, diuraikan
petunjuk belajar, kegiatan dan latihan yang akan dilakukan, dan dilengkapi dengan
rangkuman . Setelah semua kegiatan dilakukan dan rangkuman telah dibaca, maka
mahasiswa dapat mengerjakan tes formatif yang telah disediakan. Mahasiswa harus
mengikuti urutan kegiatan yang harus dilakukan. Setelah tes formatif selesai dikerjakan
mahasiswa, pekerjaan diperiksa sendiri dengan menggunakan kunci jawaban. Jika
memenuhi syarat maka mahasiswa dapat pindah ke kegiatan belajar lain, jika tidak maka
mahasiswa mengulangi lagi bagian-bagian yang belum dikuasai.
2. KEGIATAN BELAJAR
Kegiatan Belajar 2
JARINGAN HIDROLOGI
1. Tujuan Umum Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar metode penempatan pos
jaringan hidrologi.
2. Tujuan Khusus Pembelajaran
a. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara penempatan pos hidrologi untuk
curah hujan
b. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara penempatan pos hidrologi untuk
aliran air permukaan
c. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara penempatan pos hidrologi untuk air
tanah
4. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara penempatan pos hidrologi untuk pos
klimatologi
3. BAB II
JARINGAN HIDROLOGI
1.Pengertian
Jaringan hidrologi diartikan sebagai suatu rangkaian pos pengamatan data
hidrologi yang dapat menggambarkan karakteristik hidrologi dari suatu daerah aliran
sungai atau satuan wilayah sungai untuk menentukan potensi sumberdaya air. Pos
pengamatan hidrologi, antara lain:
1. Pos duga air sungai, untuk menentukan potensi aliran sungai: debit, tinggi muka
air dan muatan sediment.
2. Pos duga air waduk, danau, dan rawa.
3. Pos klimatologi ( hujan, intensitas sinar matahari, kecepatan angin, penguapan
dan curah hujan.)
2. Jumlah dan Kerapatan Pos Hidrologi
Membangun pos hidrologi khususnya di Indonesia umumnya berdasarkan
pada dua pendekatan yaitu
a. Pendekatan hidrologis, dimaksudkan untuk mendapat data dasar untuk menyusun
buku publikasi hidrologi (debit, sedimen, curah hujan, air tanah, intensitas
penyinaran dll).
b. Pendekatan teknis, dimaksudkan untuk analisis hidrologi secara khusus dalam
pelaksanaan proyek teknis, seperti pembangunan waduk, pengendalian banjir,
konservasi tanah dan air, penyediaan air irigasi, air minum dan sebagainya.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan kerapatan pos hidrologi
dan jenis pos hidrologi di Indonesia, antara lain:
a. Luas daratan setiap pulau
b. Kondisi geologi dan geografi
c. Kondisi hidrologi misal variasi curah hujan, aliran sungai dan tipe sungai.
d. Kepadatan penduduk
e. Kebutuhan proyek
4. f. Biaya yang tersedia
g. Penelitian dan rekayasa hidrologi.
Di Indonesia belum ada kesepakatan tentang kerapatan pos hidrologi yang ideal.
3. Jaringan Pos Hidrometri.
Jaringan pos duga air sungai (gauging station) atau pos hidrometri.
Pengumpulan data secara langsung dari pos duga air disebut pengukuran aliran sungai
(stream gauging) antara lain meliputi: pengukuran tinggi muka air, pengukuran debit, dan
pengukuran sedimen.
Dilapangan lokasi pos hidrometri dipilih dengan mempertimbangkan
ketentuan:
1. Di temukan penampang kendali alam (natural control) yang stabil untuk memudahkan
pembuatan dan analisis lengkung debit (discharge rating curve)
2. Lokasi mudah dicapai dalam segala kondisi.
3. Alur sungai lurus, bagian lurus minimal 4 x lebar sungai.
4. Aliran mendekati seragam.
5. Aliran tidak terpengaruh arus balik.
6. Aliran tidak melimpah saat banjir.
7. Kecepatan aliran berkisar antara 0,1 – 0,3 ≤ V ≤ 3,0 – 5,0 m/det.
8. Mudah ditemui pengamat yang jujur dan bertanggungjawab.
9. Sungai yang berbatu-batu harus dihindari.
10. Kemungkinan untuk membangun penampang kendali buatan untuk sungai yang
kurang atau tidak stabil
11. Arus sungai yang bervegetasi harus dihindari.
Umumnya pos hidrometri dari suatu DAS dapat dibedakan menjadi 3 jenis:
a. Pos duga air utama
Pos ini dioperasikan secara permanen dalam jangka waktu tidak terbatas agar
dapat dipelajari karakteristik aliran sungai yang bersangkutan.
b. Pos duga air pembantu
5. Pos ini dioperasikan dalam jangka waktu terbatas untuk mengetahui sifat aliran
dari sub DAS dan berfungsi sebagai pos pembantu pos duga air utama, umumnya
jangka waktu 25-30 tahun.
c. Pos duga air kajian khusus
Pos ini digunakan untuk keperluan khusus misalnya untuk pemanfaatan
sumberdaya air.
Pedoman yang dikeluarkan oleh WMO, menyebutkan bahwa untuk daerah
tropis, seperti Indonesia diperlukan kerapatan minimum sebesar 300-1000 km2
setiap pos
untuk keadaan normal, dan 1000-1500 km2
untuk pos keadaan sulit.
Bila dilihat per pulau di Indonesia kerapatan pos hidrologinya: Jawa 295
km2
/pos, Bali 101 km2
/pos, Sumatra 1334 km2
/pos, Kalimantan 2738 km2
/pos, Sulawasi
1334 km2
/pos, Maluku 4382 km2
/pos, Irian Jaya 20.095 km2
/pos.
4. Jaringan Pos Hujan
Hujan merupakan input untuk DAS. Hujan sangat berpariasi menurut ruang
dan waktu. Banyak faktor yang berpengaruh dalam menentukan jaringan pos hujan di
antaranya:
a. Kondisi iklim DAS (homogen atau tidak)
b. Topografi daerah, daerah pegunungan umumnya mempunyai sifat hujan yang cepat
berubah walaupun jaraknya relatif dekat.
c. Ketersediaan tenaga pencatat
d. Dana yang tersedia
e. Tujuan dari penelitian atau perekayasaan hidrologi.
Mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh WMO, menyebutkan bahwa untuk
daerah tropis seperti Indonesia, diperlukan kerapatan minimum 600-900 km2
/pos
untuk daerah dataran, sedangkan untuk daerah pegunungan sebesar 100-250 km2
/pos
6. 5. Jaringan Pos Klimatologi
Pos klimatologi untuk pengamatan unsur-unsur cuaca seperti: temperatur,
kelembaban, radiasi matahari, kecepatan angin, evaporasi, curah hujan. Ini sangat
diperlukan dalam analisis hidrologi, unsur hujan sebagai input DAS dan evapotranspirasi
sebagai unsur kehilangan dari DAS.
Unsur cuaca sangat dipengaruhi oleh faktor ketinggian, lokasi geografis, dan
kondisi fisiografis DAS. Karena itu diusulkan minimal dalam satu DAS ada 3 pos
pengamatan yaitu dihulu, tengah dan hilir DAS.
6. Jaringan Pos Air Tanah
Tujuan utama melaksanakan penelitian air tanah adalah untuk identifikasi
potensi sumberdaya air tanah dari suatu akifer, menentukan sifat hidrolis akifer dan
monitoring fluktuasi muka air tanah. Jumlah pos pengamatan air tanah belum ada
ketentuan yang standar. Perbedaan akifer akan menentukan jumlah pos pengamatan air
tanah . Sebagai contoh di Inggris untuk akuifer yang permeabilitas sangat berpariasi akan
lebih padat pos pengamatannya, misalnya untuk batuan yang heterogen setiap 5 km2
terdapat pos pengamatan, sedangkan untuk akifer dari batuan pasir yang homogen cukup
setiap 260 km2
sebuah pos pengamatan air tanah.
7. Jaringan Hidrologi Pulau Kecil
Indonesia memiliki pulau kurang lebih 12.667 buah pulau, dengan pulau yang
terbesar adalah Kalimantan, Sumatra, Irian Jaya, Sulawesi dan Jawa, di samping pulau
Bali, Lombok, Sumbawa., Sumba, Plores dll. Untuk pulau-pulau kecil; disarankan
dipasang pos hujan. Dengan alasan air hujan dapat dimanfaatkan langsung untuk berbagai
kebutuhan .
Rangkuman
Penentuan kerapatan jaringan pos hidrologi didasarkan pada beberapa faktor:
luas daratan setiap pulau, keadaan geologi dan geomorfologi, kondisi hidrologi (variasi
7. curah hujan, aliran sungai dan tipe sungai), kepadatan penduduk, kebutuhan proyek,
biaya yang tersedia, penelitian dan rekayasa hidrologi.
Soal-soal
1. Jelaskan mengapa jaringan hidrologi sangat penting untuk penelitian hidrologi dan
untuk kepentingan pembangunan?
2. Berapa ketentuan luas menurut WMO untuk setiap satu pos hujan di daerah tropis?
3. Sebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menempatkan pos hidrometri pada
Daerah Aliran Sungai di Indonesia ?
Daftar Pustaka
1. Asdak. C. 2001. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press
2. Seyhan. E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press.
3. Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional. PT Citra Aditya Bakti Bandung.
4. Soewarno. 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai
(Hidrometri). Nova Bandung.
5. Wilson. 1990. Hidrologi Teknik. Penerbit ITB Bandung.