Dokumen tersebut membahas tentang muara sungai dan estuari. Muara sungai dibedakan menjadi 3 kelompok berdasarkan faktor dominannya, yaitu gelombang laut, debit sungai, dan pasang surut. Estuari diklasifikasikan menurut struktur salinitasnya, seperti estuari sudut asin, tercampur sebagian, stratifikasi lateral, dan tercampur sempurna.
2. MUARA SUNGAI
Muara sungai adalah bagian hilir dari sungai
yang berhubungan dengan laut.
Muara sungai berfungsi sebagai pengeluaran/
pembuangan debit sungai ke laut, terutama
pada waktu banjir.
Mulut sungai adalah bagian paling hilir yang
langsung bertemu dengan laut.
Estuari adalah bagian dari sungai yang
dipengaruhi oleh pasang surut.
3. Pokok Pembahasan
1. Morfologi Muara Sungai
2. Prisma Pasang Surut
3. Sifat Morfologi Muara Sungai
4. Stabilitas Mulut Sungai
5. Strategi Pengelolaan Muara Sungai
6. Tinjauan Dampak Lingkungan
7. Sirkulasi Aliran di Estuari
8. Klasifikasi Estuari Menurut Struktur Salinitas
4. Morfologi Muara Sungai
Morfologi muara sungai dibedakan dalam 3 kelompok yang
tergantung pada faktor dominan yang mempengaruhinya.
a. Muara yang didominasi gelombang laut
Gelombang besar yang terjadi pada pantai berpasir
dapat menimbulkan angkutan (transpor) sedimen
(pasir), baik dalam arah tegak lurus maupun
sejajar/sepanjang pantai.
Transpor sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua
komponen yaitu transpor sedimen dalam bentuk mata
gergaji di garis pantai dan transpor sepanjang pantai di
surf zone.
7. Morfologi Muara Sungai
b. Muara yang didominasi debit sungai
Muara ini terjadi pada sungai dengan debit sepanjang
tahun cukup besar yang bermuara di laut dengan
gelombang relatif kecil. Sungai tersebut membawa
angkutan sedimen dari hulu cukup besar.
Saat air surut sedimen terdorong ke muara dan
menyebar di laut, sebagian suspensi mengendap. Saat air
pasang, kecepatan aliran bertambah besar dan sebagian
suspensi dari laut masuk kembali ke sungai bertemu
sedimen yang berasal dari hulu.
8. Morfologi Muara Sungai
Di alur sungai, saat surut sebagian sedimen yang telah
diendapkan tererosi kembali. Namun di depan muara,
aliran kecil sehingga tidak mampu mengerosi semua
sedimen yang telah diendapkan, sehingga terjadi
pengendapan di depan mulut sungai. Proses tersebut
terjadi terus menerus sehingga muara sungai akan maju
ke arah laut dan membentuk delta
9. Morfologi Muara Sungai
c. Muara yang didominasi pasang surut
Saat tinggi pasang surut cukup besar, volume air pasang
yang masuk ke sungai sangat besar dan berakumulasi
dengan air hulu sungai. Pada saat surut, volume air
mengalir keluar dalam periode waktu tertentu. sehingga
kecepatan arus selama air surut dapat membentuk
muara sungai.
Muara ini berbentuk corong atau lonceng.
11. Prisma Pasang Surut
Prisma pasang surut (tidal prism) yaitu volume air dari laut
yang masuk ke atau keluar dari sungai melalui mulut sungai
antara titik balik air surut (low water slack) dan titik balik air
pasang (high water slack) berikutnya atau sebaliknya.
Apabila tidak ada debit dari hulu sungai, maka volume air
yang masuk ke sungai pada saat air pasang dan yang keluar
pada saat air surut adalah sama
12. Sifat Morfologi Muara Sungai
Pada periode pasang muara sungai menerima debit aliran
yang ditimbulkan oleh pasang surut. Dalam satu periode
pasang (6 atau 12 jam), di estuari terkumpul massa air
dalam jumlah besar.
Pada periode surut volume air dikeluarkan ke laut sehingga
menyebabkan kecepatan aliran yang besar.
Proses ini berlangsung terus menerus sehingga morfologi
estuari akan menyesuaikan diri dengan gaya-gaya
hidrodinamis yang bekerja padanya.
Tampang aliran estuari menjadi lebih besar. Kedalaman dan
lebar estuari lebih besar daripada di daerah sebelah
hulunya (sungai).
13. Stabilitas Mulut Sungai
Faktor yang menentukan pembentukan mulut sungai adalah
prisma pasang surut dan transpor sedimen sepanjang
pantai total yang dinyatakan dalam bentuk P/Mtot.
Mtot adalah jumlah transpor sedimen netto dari berbagai
arah gelombang datang di pantai yang ditinjau dari berbagai
arah gelombang datang.
S = P/Mtot Stabilitas
S > 150 Kondisi relatif baik, bar kecil dan pengglontoran baik
100 < S < 150 Kondisi kurang baik, pembentukan offshore bar lebih berat
50 < S < 100 Bar dapat lebih besar, tetapi terdapat alur melalui bar
20 < S < 50 Mulut sungai tertutup pada musim kemarau dan terbuka
musim penghujan
S < 20 Mulut sungai tidak stabil dan sangat sering tertutup
14. Strategi Pengelolaan Muara Sungai
Pendangkalan mulut sungai banyak terjadi di sungai yang
bermuara di pantai berpasir dengan gelombang besar,
terutama jika variasi debit musimannya besar.
Masalah akibat pendangkalan:
a) Ketidaklancaran pembuangan debit banjir ke laut
sehingga terjadi luapan air di daerah hulu.
b) Terganggunya kapal-kapal yang memanfaatkan mulut
sungai sebagai pelayaran.
15. Strategi Pengelolaan Muara Sungai
Beberapa alternatif pengelolaan muara sungai:
a) Mulut sungai selalu terbuka
Agar mulut sungai selalu terbuka diperlukan dua buah
jetty panjang untuk menghindari sedimentasi di dalam
alur dan pembentukan sand bar. Jetty dibuat panjang
menjorok ke laut sampai ujungnya berada pada
kedalaman (diluar gelombang pecah) dimana tidak
terjadi gerak sedimen.
b) Mulut sungai boleh tertutup
Pada alternatif ini terdapat dua pilihan yaitu mulut
sungai tetap (tidak berbelok) atau boleh berpindah.
16. Strategi Pengelolaan Muara Sungai
Pembelokan muara sungai dapat menyebabkan sungai
bertambah panjang sehingga dapat mengurangi
kemampuannya untuk melewatkan debit. Selain itu dapat
mengerosi daerah yang berada pada alur sungai yang
berbelok tersebut.
Untuk menahan pembelokan muara sungai perlu dibuat
jetty sedang atau pendek, bangunan di tebing mulut sungai,
atau pengerukan rutin endapan menggunakan alat berat.
17. Tinjauan Dampak Lingkungan
a) Pengaruh pembangunan jetty terhadap pantai sekitar
Di pantai pesisir pembuatan jetty yang menjorok jauh
ke laut menyebabkan terhalangnya transpor sedimen
sepanjang pantai. Akibatnya sedimen yang bergerak
terhalang oleh jetty sehingga pengendapan akan terjadi
di daerah tersebut.
Di daerah yang lain gelombang yang datang membentuk
sudut terhadap garis pantai menyebabkan terjadinya
arus sepanjang pantai dengan mengangkut sedimen.
Akibatnya pantai mengalami erosi.
Untuk melindungi pantai tersebut dapat dibangun
revetmen, groin, pemecah gelombang sejajar pantai.
19. Tinjauan Dampak Lingkungan
b) Pengaruh pembangunan jetty terhadap sungai bagian hulu
Setelah dibangun jetty, mulut sungai bebas endapan
sehingga aliran menjadi lancar. Kedalaman di sepanjang
sungai berkurang dan kecepatan aliran semakin besar
sehingga terjadi degradasi dasar sungai akibat morfologi.
Hal tersebut membahayakan bangunan sepanjang sungai.
Dengan demikian perlu dilakukan antisipasi berupa
pembuatan ground sill di dasar sungai untuk mencegah
erosi dasar.
21. Sirkulasi Aliran di Estuari
Sirkulasi aliran di estuari dipengaruhi oleh sifat-sifat
morfologi estuari, pasang surut dan debit aliran dari hulu
(debit sungai). Sirkulasi tersebut meliputi penjalaran
gelombang pasang surut, pencampuran (mixing) antara air
tawar dan air asin, gerak sedimen, polutan (biologis,
kimiawi, dan fisis), dsb.
Pengaruh debit aliran lebih dominan di bagian hulu estuari
daripada sebelah hilir. Saat banjir debit sungai mendorong
polutan ke laut sehingga batas intrusi air asin dan
kekeruhan terdorong lebih ke hilir, sedang pada debit kecil
polutan bergerak lebih ke hulu.
22. Sirkulasi Aliran di Estuari
Pasang surut menyebabkan gerakan periodik air dan
menimbulkan debit aliran yang besar. Arus pasang surut
mempengaruhi pergeseran salinitas dan kekeruhan di
sepanjang estuari. Pada saat titik balik (slack), dimana
kecepatan aliran kecil, sebagian besar sedimen mengendap.
Saat setengah periode air surut dan air pasang, dimana
kecepatan aliran besar, sedimen yang tadinya mengendap
akan tererosi kembali.
23. Klasifikasi Estuari Menurut Struktur Salinitas
a. Estuari Sudut Asin
Apabila debit air tawar besar dibandingkan dengan
debit yang ditimbulkan oleh pasang surut, air tawar dan
air asin akan terpisah dengan air tawar yang mengalir
menuju laut berada di atas dan lapisan air asin mengalir
di bawah dengan membentuk sudut.
Salinitas di lapisan bawah sama dengan salinitas air,
sedangkan lapis atas merupakan air tawar.
Posisi sudut asin dapat berubah, yang bisa bergerak ke
hulu pada saat pasang dan ke hilir pada waktu surut.
24. Klasifikasi Estuari Menurut Struktur Salinitas
b. Estuari Tercampur Sebagian
Apabila pasang surut lebih besar, pencampuran yang
lebih baik terjadi antara air asin dan air tawar.
Salinitas bervariasi dalam arah memanjang dan vertikal.
Dalam arah memanjang salinitas berkurang dari mullut
sungai, sedang dalam arah vertikal berkurang dari dasar
ke permukaan.
25. Klasifikasi Estuari Menurut Struktur Salinitas
c. Estuari Dengan Stratifikasi Lateral
Pada estuari yang sangat besar, gaya Corilis dapat
menimbulkan gradien lateral dari salinitas. Salinitas
berubah dalam arah memanjang dan lateral.
Distribusi salinitas dalam arah vertikal dapat bervariasi
atau tidak, bergantung pada kedalaman estuari.
26. Klasifikasi Estuari Menurut Struktur Salinitas
d. Estuari Tercampur Sempurna
Apabila pasang surut besar dan debit sungai kecil, akan
terjadi percampuran yang lebih baik lagi. Tidak terjadi
batas antara air asin dan air tawar.
Distribusi salinitas dalam arah vertikal adalah sama.
Variasi salinitas hanya terjadi sepanjang estuari tanpa
stratifikasi vertikal dan lateral.