1. GEOMORFOLOGI DALAM SURVEY HIDROLOGI
Restu Apriantini A. | Revi Mainaki | Ricky P. Ramadhan | Ririn Surini
2. PENGANTAR
• Peran geomorfologi ini, yaitu mengenai hubungan umum yang ada antara
variabel hidrologis dan geomorfologis. Ketika hubungan ini digunakan, ciri-
ciri hidrologis dari wilayah lain, yang secara geomorfologi serupa, dapat
diperkirakan. Hal ini berlaku pada sumber air permukaan maupun sumber
daya airtanah. (Meijerink 1974),
• Sebuah pengelompokan tanah seringkali diperlukan untuk menilai
keadaan lingkungan, untuk itulah penelitian geomorfologis perlu
dilakukan. Hal ini mendukung anggapan mengenai untuk tidak
memisahkan hubungan antara geomorfologi dan sumber air di bawah
permukaan maupun di permukaan karena kedua komponen ini saling
terkait (Hesters, 1981).
4. Air permukaan
• Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa dan
badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah
yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheads atau
drainage basins.
5. Klasifikasi air permukaan
• danau, kolam, waduk, rawa dan sebagainya.
• khususnya danau. Biasanya men galami stratifikasi
Badan Air Tergenang secara vertikal akibat perbedaan intensitas cahaya dan
perbedaan suhu pada kolam air yang terjadi secara
(Standing Waters atau vertikal.
Lentik)
• Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif
kencan g, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0
Badan Air Mengalir m/detik serta sangat dipengaruhi oleh
waktu, iklim, dan pola drainase.
(Flowing Waters atau • Kecepatan arus, erosi, dan sedimentasi merupakan
Lotik). fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga
kehidupan flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh
ketiga variabel tersebut.
6. Tipe sungai berdasarkan geomorfologi
• Sungai Konsekuen Lateral : Sungai yang arahnya menuruni lereng-lereng asli yang ada di
permukaan bumi seperti dome, block, mountain, atau daratan yang baru terangkat.
• Sungai Konsekuen Longitudinal : Sungai yang alirannya sejajar dengan antiklinal ( bagian
puncak gelombang pegunungan).
• Sungai Subsekuen : Sungai yang terjadi jika pada sebuah sunga konsekwen lateral terjadi
erosi mundur akhirnya akan sampai ke puncak lerengnya, sehingga sungai tersebut akan
mengadakan erosi ke samping dan memperluas lembahnya. Akibatnya akan timbul aliran
baru yang mengikutiarah strike ( arah patahan )
• Sungai Superimposed : Sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang menutupi
lapisan batuan di bawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat mengikis
lapisan-lapisan penutup dan memotong formasi batuan yang semula tertutup, sehingga
sungai itu menempuh jalan yang tidak sesuai denga struktur batuan.
• Sungai Anteseden : Sungai yang arah aliurannya tetap karena dapat mengimbangi
pengangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya terjadi bila pengangkutan tersebut berjalan
dengan lambat
• Sungai Resekuen : Sungai yang mengalir menuruni dip slope ( kemiringan patahan) dari
formasi-formasi daerah tersebut dan searah dengan aliran sungai resekwen lateral. Sungai
resekwen ini terjadi lebih akhir sehingga lebih muda dan sering merupakan anak sungai
subsekwen.
7. • Sungai Obsekuen : Sungai yang mengalir menuruni permukaan
patahan, jadi berlawanan dengan dip dari formasi-formasi patahan.
• Sungai Insekuen : Sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab-sebab
yang nyata. Sungai ini mengalir tidak mengikuti perlapisan batuan atau
dip. Singai ini mengalr dengan arah tidak tertentu sehingga terjadi pola
aliran dendritis.
• Sungai Reserve : Sungai yang tidak dapat mempertahankan arah alirannya
melawan suatu pengangkatan, sehingga mengubah arahnya untuk
menyasuaikan diri.
• Sungai Komposit : Sungai yang mengalir dari daerah yang berlainan
struktur geologinya. Kebanyakan sungai yang besar merupakan sungai
komposit.
• Sungai Anaklinal : Sungai yang mengalir pada permukaan yang secara
lambat terangkat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan
arah arus sungai.
• Sungai Compound : Sungai yang mambawa air di derah yang berlawanan
geomorfologinya.
8. Sumberdaya air tanah
• (Anon, 1973; Fisk, 1951; Freers, 1970) Untuk mengevaluasi sumber daya air
tanah, geomorfologi klasifiksi lahan menggarisbawahi unit-unit
hidromorfologi yang dapat dimanfaatkan, mengambil faktor-faktor morfologi
dan litologi dalam pertimbangannya
• Kadar air tanah juga merupakan faktor utama, laju infiltrasi tanah kering
adalah rendah karena ketegangan kapiler menghambat penetrasi air.
• Air tanah dangkal Relatif dapat terjadi dimana endapan aluvial dan / atau
colluvial menutupi batuan dasar.
9. GEOMORFOLOGI DARI CEKUNGAN DRAINASE
• (Chorley, et al, 1969;. Cooke dan Doornkamp, 1974). Sub-Bagian
berhubungan dengan studi geomorfologi DAS dari bagiannya, untuk tujuan
hidrologi.
• (Chiang dan Peterson, 1970; Popp, 1969) Penelitian kualitatif sifat DAS
geomorfologi dan lainnya untuk tujuan hidrologi dapat diterapkan untuk
mengevaluasi sumber daya air dari DAS yang diteliti.
• pemetaan fitur air permukaan, khususnya drainase rawa, mencairnya
salju, identifikasi salinitas tanah, dll, itu pada dasarnya adalah sebuah
pendekatan multi-disiplin, di mana geomorfologi memiliki peran
utama, terutama ketika foto udara dan citra penginderaan jarak jauh
lainnya yang digunakan.
10. • contoh bagaimana gangguan geomorfologi tanah ke unit utama, evaluasi karakteristik
hidrologi mereka, dan pemetaan fitur air permukaan yang relevan dapat berkontribusi
untuk penilaian tanah dan potensi air permukaan. Hal ini terkait dengan area Borunda
kering dan semi-arid. Rajasthan, India. (Meijerink, 1974).
11. Analisis Morfometrik DAS
• (Morisawa, 1969) Dalam studi kuantitatif dari aliran sungai, parameter
morfometrik dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori utama: ukuran,
bentuk dan bantuan (sudut dan aspek lereng, dimensi vertikal).
• Schumm (1964) mengatakan bahwa ukuran cekungan rata-rata urutan tertentu
memiliki hubungan eksponensial dengan ukuran rata-rata cekungan dari
tatanan yang lebih tinggi.
• Bentuk cekungan adalah faktor lain yang mempengaruhi karakteristik
morfometri debit sungai sebagaimana tercermin dalam kurva hidrograf seperti
ini:
12. Strahler (1956) mengembangkan metode untuk persiapan peta lereng dengan
menggunakan peta fotogrametri, tergantung pada batuan dan panjang
lereng. Peta-peta topografi tidak diperlukan karena kecuraman dari lereng
dapat diukur secara langsung dari foto udara.
Untuk mengurangi persiapan peta lereng, langkah yang dapat digunakan
adalah
• Lereng daerah dibagi ke dalam beberapa kelas gradien. Lebar kelas
tergantung pada perbedaan nilai maksimum dan minimum kecuraman
lereng
• Aspek lahan yang memiliki kecuraman lereng sama ditentukan dan
digambarkan dari gambar stereoskopik.
• Dalam setiap lahan yang digambarkan, beberapa pengukuran kecuraman
lereng yang dibuat digunakan untuk memeriksa ketepatan gambaran dan
menghitung rata-rata kecuraman lereng.
Hasil pengukuran lereng dapat disajikan dalam bentuk peta kemiringan atau
sebagai histogram distribusi frekuensi. Ketika peta kontur yang
digunakan, luas permukaan antara dua garis kontur yang berdekatan dapat
dibangun.
13. JARINGAN DRAINASE pola aliran sungai
Anastomotik Dataran banjir (flood pain) yang bermeander dapat berkembang
menjadi anastomotik yang mengandung oxbow lake, mander cutoffs dan point bar
deposit. Ini berasosiasi dengan floodplain yang banyak mengalami proses erosi-
deposisi.
Dataran Rendah
Yazoo Pola yazoo terjadi karena sungai sering mengalami banjir lewat pinggian
sehingga terbentuk tanggul alam yang menghambat pengairan balik dari flood plain
ke sungai. Oleh karenanya anak sungai mengalir sejajar sepanjang induk sungai
sampai mencapai suatu tempat yang memungkinkan tersambung kembali
Dikotomik Pola ini dijumpai pada aluvial dan mempunyai aliran yang “berjalin”.
Bentuk ini dan pencabangannya menunjukkan pola lahan aluvial yang sedang
berkembang.
14. JARINGAN DRAINASE pola aliran sungai
Braided Pola aliran ini sangat mencirikan daerah aluvial di iklim arid (kering). Pada
suatu saat pola aliran ini membawa muatan yang sangat besar sehingga aliran
tersumbat dan mencari jalan keluar yang lebih efesien. Biasanya berasosiasi dengan
tanah bertekstur sangat kasar. Pola ini kadang-kadang dijumpai pada bagian bawah
Dataran Rendah
dari aliran yang lebih besar.
Deranged Pola ini menunjukkan sistem aliran yang tidak terpadu, biasanya terdapat
pada land form yang masih mudah dengan topografi datar atau undulating dengan
water table yang tinggi. Di tempat rendah akan terbentuk rawa, kolam atau
sungainya mungkin bermeander akan tetapi tidak banyak mempengaruhi drainase.
Biasanya terdapat pada dataran banjir atau marines.
Dataran tinggi
Dendritik Merupakan pola yang sangat umum berbentuk percabangan pohon. Anak
sungai menyambung induknya ndengan sudut miring secara berpasangan. Pola ini
menunjukkan tanah yang homogen dan seragam atau dicirikan oleh batuan
sedimen yang lunak tuf vulkanik atau dataran pantai yang telah teiris tua sekali.
15. JARINGAN DRAINASE pola aliran sungai
Subdendritik merupakan kombinasi dari dua pola. Pola umumnya dapat
berbentuk rectangular dan sedikit paralel, sedangkan ordo pertamanya berbentuk
Dataran tinggi terbangun secara bebas
percabangan yang dendritis. Ini menunjukkan bahwa percabangan pada order lebih
tinggi terdapat pengaruh batuan yang kuat. Contohnya suatu lapisan mendatar dari
batu liat bertumpu diatas batu pasir.
Pinnate Merupakan modifikasi dendritik dimana kadar debu dari tanahnya sangat
menonjol. Biasanya dijumpai didaerah loes atau floodplain yang bertekstur halus.
Aliran mengikuti pola pencabangan bulu burung pada mana pencabangan
memotong sungai induk dengan sudut agak runcing arah kehulu.
Parallel Tipe pola aliran parallel berkembang pada permukaan yang
homogen, berlereng landai dengan sudut miring yang seragam. Sungai pengumpul
merupakan sesaran atau retakan (fracture). Anak sungai menyambung induknya
dengan arah yang hampir tegak lurus. Land form seperti ini merupakan dataran
pantai yang mudah atau aliran lava.
16. JARINGAN DRAINASE pola aliran sungai
Dataran tinggi
Radial (Sentrifugal) Pola jaring berlingkar, dengan anak sungai yang hampir sejajar
mengalir kearah luar dari suatu pusat yang letaknya tinggi merupakan ciri tipe ini.
Aliran pengumpul biasanya melengkung terletak dibagian bawah suatu topografi
yang tinggi, gunung api, bukit dan dome meninjukkan tipe pola ini.
Dataran tinggi terstruktur
Annular Pola ini berkembang terutama pada daerah bertopografi dimana pola
radial dapat terbentuk, akan tetapi pada tipe ini jointing atau fracturing dari batuan
sangat mempengaruhinya sehingga mengarah pada percabangan yang paralel. Pola
seperti ini dijumpai pada doma bersifat sedimen atau batuan granitis.
Trellis Merupakan modifikasi dari dendritik karena pencabangan yang bersifat
sejajar dan memotong saluran induk secara tegak lurus. Tipe pola ini lebih
menunjukkan struktur dari bed rock daripada tipe batuannya, biasanya
menunjukkan batuan sedimen yang letaknya miring dengan perlapisan yang jelas.
Arah dari aliran utama sejalan dengan arah dari strike.
17. JARINGAN DRAINASE pola aliran sungai
Angular Merupakan variasi dari dendritic atau trellis dimana sesar, retak atau joint
telah mempengaruhinya. Kelikan yang tajam pada sungai induk sangat
biasa, sedangkan anak sungai lebih dipengaruhi oleh sifat batuan. Tipe dan arah
sudut dapat memberi petunjuk jenis batuan. Misalnya batupasir cenderung akan
menunjukkan pola joint yang paralel
Dataran tinggi terstruktur
Rektangular Juga merupakan variasi dari jenis dendritik. Disini anak sungai
menyambung pada aliran induk secara tegak lurus, sebagai akibat pengaruh kuat
dari joint, foliasi, fraktur dari bed rick. Semakin kuat rektangularitasnya makin tipis
lapisan tanahnya. Pola ini biasanya terbentuk pada batuan sekis (schist), batusabak
atau gneis atau didaerah tropis terutama pada batupasir dimana tanahnya belum
berkembang.
Contorted adalah pola pengaliran dimana berasosiasi dengan drainase bawah
tanah, sebagai akibat adanya pelarutan pada batuan induk. Terdapat banyak
sinkholes, gullies dengan sungai yang pendek-pendek dan berujung pada sinkhole.
18. Pengaruh hidrologi pada geomorfologi
pedataran dan bentuk saluran
• Karakteristik dan perubahan temporal sungai membentuk kelompok
geomorfologis lain dari data hidrologi yang relevan (Allan, 1968, Carey
1969, Coleman 1969, Martinec 1967) khususnya sehubungan dengan
pelepasan dan transportasi sedimen.
• Bentuk-bentuk saluran dapat diklasifikasikan menjadi meander
(kelokan), braided (kepangan), dan kelurusan. kekasaran bantalan batuan
dapat ditentukan, dilihat lereng saluran yang didirikan, jejak-jejak
geomorfologis tanda-tanda air terdeteksi dan penampang sungai-tempat
bantalan diukur. Perbedaan berbagai jenis sungai yang terjadi di dalam
satu area menunjukkan perbedaan hidrologi dalam bantalan batuan.
19. Delta Area dan Perkiraan Sedimen
serta Debit Sungai
• Merupakan satu-satunya area yang terlihat jelas menyatu
antara unsur hidrologi dan morfologi.
• Terbentuk karena sedimen yang dipengaruhi oleh aliran
sungai dan kondisi air laut.
• Kecepatan arus merupakan hal penting dalam pembentukan
delta.
• Penting bagi pembuatan tanggul dan berbagai teknik irigasi
agar lebih tahan lama.
28. TANYA JAWAB
Aji : sebaiknya dijelaskan secara skematis
agar lebih mudah dipahami
Norma : bagaimana pengaruh jenis bentang
alam terhadap pola aliran sungai
Nenden : contoh tipe sungai yang secara
nyata ada di Indonesia