Laporan praktikum geomorfologi tentang peta bentuk lahan asal denudasional. Menguraikan proses denudasi yang menghasilkan berbagai bentuk lahan seperti pegunungan, perbukitan, peneplain, dan lereng akibat erosi, pelapukan, dan gerakan massa batuan yang dipengaruhi gravitasi.
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Laporan denudasional
1. LAPORAN PRAKTIKUM
GEOMORFOLOGI
ACARA: PETA BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL
DISUSUN OLEH:
Nama : OKE AFLATUN
NIM : 03071181320010
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TATA LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
2. HALAMAN PENGESAHAN
ACARA: PETA BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TATA LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
PENYUSUN:
NAMA : OKE AFLATUN
NIM : 03071181320010
HARI/JAM : Selasa/08:00-09.40 WIB.
INDRALAYA, April 2014
PRAKTIKAN DISAHKAN OLEH
(OKE AFLATUN) Harnani S.T;M.T
3. BAB I
MAKSUD, TUJUAN DAN LATAR BELAKANG
I.1 Maksud dan Tujuan
1) Praktikan dapat mengenal dan menganalisa morfologi bentuk lahan
denudasional.
2) Praktikan dapat mengenal dan mampu menganalisa macam-macam bentuk
lahan denudasional beserta faktor pengontrolnya.
I.2 Latar Belakang
Bumi kita ini bukanlah benda yang statis karena Permukaan bumi selalu
mengalami perubahan dari waktu ke waktu sebagai akibat dari tenaga dan proses
geomorfologi, baik yang berasal dari luar bumi (eksogen bersifat degradasi dan
agradasi) maupun berasal dari dalam dalam bumi (endogen mencakup diastrofisme
dan vulkanisme). Dalam membicarakan perubahan muka bumi yang bersifat degradasi
(destruktif) dan agradasi (konstruktif), terlebih dahulu dikemukakan mengenai
pengertian mengenai tenaga dan proses geomorfologi. Tenaga geomorfologi
merupakan kekuatan yang menyebabkan permukaan bumi mengalami perubahan.
Sedangkan proses geomorfologi yang maksud adalah kelangsungan perubahan
sebagai akibat dari tenaga geomorfologi.
Bentuk lahan yang ada di permukaan bumi berdasarkan proses asalnya dibagi menjadi
9, salah satunya adalah Bentuk lahan asal denudasional. Bentuk lahan ini terjadi akibat
pengaruh dari gaya eksogen. Gaya tersebut menyebabkan permukaan bumi mengalami
“perusakan” dan pengelupasan permukaan sehingga terbentuk permukaan yang
berbeda dari sebelumnya. Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang
sehingga denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi.
Selain itu denudasi adalah kumpulan proses yang mana jika dilanjutkan cukup jauh,
akan mengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi menjadi tingkat dasar
seragam. Dalam hal ini, proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan
4. pelepasan material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan oleh
berbagai proses erosi dan gerakan tanah. Kebalikan dari degradasi adalah agradasi,
yaitu berbagai proses eksogenik yang menyebabkan bertambahnya elevasi permukaan
bumi karena proses pengendapan material hasil proses degradasi.
5. BAB II
BENTUKAN ASAL DENUDASIONAL
II.1 DASAR TEORI
Denudasi berasal dari kata “nude” yang berarti telanjang, sehingga denudasi
dapat diartikan sebagai proses penelanjangan permukaan bumi atau proses pengikisan
permukaan bumi. Untuk pengertian selengkapnya, proses denudasional adalah semua
proses yang mengakibatkan terjadinya pengikisan permukaan bumi sehingga akan
menjadi bentukan yang lebih rendah dan proses tersebut akan terhenti apabila
permukaan bumi telah mencapai level dasar yang sama dengan permukaan
disekitarnya (baselevel). Proses denusional sangat terkait oleh ketiga proses yaitu
pelapukan (weathering), erosi (erosion) dan gerak massa batuan (mass wasting).
Pelapukan merupakan pecahnya batuan menjadi batuan menjadi fragmen-fragmen
yang lebih kecil akibat adanya proses yang bekerja pada batuan tersebut baik proses
mekanis, biologis maupun proses kimiawi. Pelapukan batuan merupakan proses awal
terjadinya denudasional, material hasil proses pelapukan batuan merupakan sumber
bagi proses erosi maupun gerak massa batuan.
Selengkapnya, pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan
material tanah pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses
fisik, kimia dan biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan
sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk ketahui bahwa proses pelapukan akan
menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian
menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen klastik. Sebagian
dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk mineral baru. Inilah
sebabnya dalam studi tanah atau batuan klastika mempunyai komposisi yang dapat
sangat berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada
batuan induk (asal) nya, tetapi juga dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama
(duration) pelapukan dan proses jenis pembentukan tanah itu sendiri.
Di alam pada umumnya ke tiga jenis pelapukan (fisik, kimiawi dan biologis) itu bekerja
bersama-sama, namun salah satu di antaranya mungkin lebih dominan dibandingkan
6. dengan lainnya. Walaupun di alam proses kimia memegang peran yang terpenting
dalam pelapukan, tidak berarti pelapukan jenis lain tidakpenting. Berdasarkan pada
proses yang dominan inilah maka pelapukan batuan dapat dibagi menjadi pelapukan
fisik, kimia dan biologis. Pelapukan merupakan proses proses alami yang
menghancurkan batuan menjadi tanah. Jenis pelapukan:
Pelapukan biologi: merupakan pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup.
contoh: tumbuhnya lumut
Pelapukan fisika: merupakan pelapukan yang disebabkan oleh perubahan suhu
atau iklim .contoh : perubahan cuaca
Pelapukan kimia: merupakan pelapukan yang disebabkan oleh tercampurnya
batuan dengan zat - zat kimia . contoh: tercampurnya batu oleh limbah pabrik yang
mengandung bahan kimia
Dalam kehidupan sehari-hari, proses pelapukan sering terjadi. batu kecil yang terus
ditetesi oleh air hujan maupun air biasa lama kelamaan akan melapuk dan
menjadi tanah. peristiwa itu sering disebut dengan pelapukan fisika. batu yang
ditumbuhi lumut lama kelamaan akan pecah dan hancur. peristiwa tersebut sering
disebut pelapukan biologi.Dan masih banyak lagi contoh-contoh pelapukan.
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen,tanah, batuan,
dan partikel lainnya)akibat transportasiangin,air ataues,
karakteristik hujan,creeppada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi,
atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang,dalam hal ini
disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang
manamerupakan proses penghancuran mineral batuan dengan
proses kimiawi maupun fisik, ataugabungan
keduanya.Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah di
kenali , namun di kebanyaka ntempat kejadian ini diperparah oleh
aktivitasmanusiadalam tata guna lahan yang
buruk, penggundulanhutan, k e g i a t a n pertambangan, perkebunandanperladangan
, k e g i a t a n konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan
pembangunan jalan. Tanahyang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian
7. biasanya mengalami erosi yang jauhlebih besar dari tanah denganvegetasialaminya.
Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanianmeningkatkan erosi, karena struktur
akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikandengan struktur
akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik
tata gunalaha n yang maju dapat membatasi erosi , menggunak a n te
kni k semi salterrace-building, praktik konservasi ladang dan penanaman pohon..
Jenis Jenis Erosi Erosi ada beberapa macam menurut proses terjadinya
yaitu:Erosi oleh Air
Erosi ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk:
•Splash erosion:
erosi oleh butiran air hujan yang jatuh ke tanah. Karena benturan butiran air
hujan, partikel-partikel tanah yang halus terlepas dan terlempar ke udara.
•Sheet erosion:
erosi oleh ai r yang jatuh dan mengali r di permukaan tanah
secaramerata sehi nggtanah yang hi lang merata di permukaan tan
ah.Permukaan tanah menjadi lebih rendah secara merata. Erosi ini terjadi bila
permukaantanah memiliki ketahanan terhadap erosi yang relatif seragam.
8. •Riil erosion
: erosi oleh air yang mengalir di permukaan tanah dengan membentuk
a l u r k e c i l d e n g a n k e d a l a m a n b e b e r a p a s e n t i m e t e r . E r o s i i
n i t e r j a d i p a d a permukaan tanah yang landai dan memiliki daya tahan yang
seragam terhadap erosi
Secara garis besar Gerak Masa Batuan (Mass Movement) dapat diartikan
sebagai perpindahan material batuan di permukaan bumi akibat gaya grafitasi yang
dimiliki bumi. Perpindahan ini dapat terjadi dalam waktu yang singkat maupun waktu
yang lama. Satu ciri yang dapat digunakan sebagai acuan bahwa bentuklahan yang
ada akibat adanya pergerakan masa batuan adalah tidak adanya sortasi/pemilahan
material. Seluruh material baik kasar maupun halus akan tercampur aduk menjadi satu.
Perpindahan Masa Batuan ini sendii dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, antara
lain :
a. Tipe Creep (Rayapan)
Rayapan merupakan gerak masa batuan yang sangat lambat, sehingga proses
rayapannya hampir tak dapat diamati. Perpindahan Masa Batuan bertipe Creep ini
hanya bisa diketahui dengan gejala-gejala seperti menjadi miringnya tiang listrik atau
dengan melihat ketidakteraturan permukaan tanah. Jika dilihat dari kecepatannya maka
tipe Creep ini memiliki kecepatan antara 1 mm hingga 10 m pertahun.
9. b. Tipe Luncuran (Slides)
Tipe Luncuran ini lebih sering dikenal orang awam dengan bencana tanah lonsor.
Gerakan masa batuan seperi inilah yang sering menimbulkan korban jiwa. Secara
umum luncuran batuan dapat diartikan sebagai pepindahan material permukaan bumi
menuruni lereng dengan cepat. Berdasar bidang luncurannya maka tipe pepindahan
masa batuan ini dapat dibedakan menjadi transisional dan rotasional. Untuk luncuran
yang memiliki bidang luncur lurus disebut dengan transitional slide, sedangkan luncuran
yang memiliki bidang luncur melengkung disebut sebagai rotational slide contoh:
Slump.
c. Tipe Aliran
Gerak Masa Batuan tipe aliran ini dicirikan dengan adanya bidang geser (shear plan).
Tipe aliran ini dapat dibedakan dengan rayapan dari batas yang tegar dan material
yang terpindahkan. Menurut Vames (1978) alirm masa batuan dapat dibedakan menjadi
aliran kering, suliflaction, aliran tanah, aliran debris, dan debris avelanche. Dari
kesemua tipe tersebut tipe suliflaction adalah gerak masa batuan tipe aliran yang paling
lambat bergerak. Hal ini terjadi karena lapisan tanah memiliki kejenuhan yang tinggi
terhadap air. Tipe suliflaction dapat berlangsung pada medan dengan kemiringan hanya
1° dan dapat pula terjadi pada lingkungan periglasial.
d. Tipe Heave
Gerak masa batuan bertipe Heave ini terjadi karena adanya proses kembang kerut
tanah. Tanah yang banyak mengandung lempung smectile biasa mengalami kembang
kerut. Ketika tanah ini mengembang maka volume akan bertambah kearah tegak lurus
bidang lereng. Oleh sebab itu akan terjadi desakan kearah lereng bawah. Tipe heave
sendiri masih dapt dibagi menjadi rayapan tanah dan rayapan talus. Tipe heave ini
dikendalikan oleh kuanitas kandungan tanah terhadp lempung jenis smectile atau illit
dan relief mikro akibat adanya proses kembang kempis.
e. Tipe Jatuhan
Gerak masa batuan bertipe jatuhan ini dicirikan oleh pegerakan melalui udara. Pada
10. umumnya fragmen batuanlah yang seolah terbang. Didalm kenyataannya sangat sulit
menemui tip pergerakn masa batuan seperti ini. Suatupengecualian pada tebing sungai
yang runtuh dan sering diistilahkan dengan bank calving.
f. Tipe Runtuhan (Subsidence)
Satu ciri utama dri pergerakan masa batuan ini adalah tak kuatnya lagi penopang
batuan yang ada. Ketika penopang sudah tak kuat atau bahkan sudah hilang maka
masa batuan diatasnya akan jatuh secara cepat yang disebut dengan runtuh.
Dari kesemua jenis gerak massa dapat diketahui tingkat resiko terhadap jenis material
yang dipengaruhi pada gambar dibawah
Akibat adanya proses denudasional akan menghasilkan bentuklahan asal
denudasional. Adapun bentuklahan tersebut antara lain:
1. Pegunungan denudasional
2. Perbukitan denudasional
3. Perbukitan terisolasi
4. Peneplain
11. 5. Lereng kaki rombakan lereng
6. Dinding terjal (cliff)
7. Kipas koluvial
8. Kerucut koluvial
9. Lahan rusak (bad land)
Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:
1. Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
2. Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
3. Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain.
4. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama.
5. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi
terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.
1. Pegunungan
Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat
curam (55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500
m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng
dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).
2. PerbukitanDenudasional
12. Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 >
55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga kecil
tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna
lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen pulau tersebut
merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan yang berada di pulau tersebut
adalah perbukitan denudasional terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang air
laut serta erosi sehingga terbentuk lereng-lereng yang sangat curam.
3. Dataran Nyaris (Peneplain)
Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus,
maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk
permukaan yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris
dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila
batuan penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi,
maka disebut permukaan planasi.
4. Perbukitan sisa Terpisah (inselberg)
Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses
denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan
bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg
tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan
(outcrop(. Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun
pada sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila
bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.
13. 5. Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)
Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara
individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada
besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada
bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan
terendapkan di bagian bawah kerucut talus.
6. LerengKaki(Footslope)
Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu
pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki
terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan
lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki
terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga
air ke daerah yang lebih rendah.
14. 7. Lahan Rusak (Bad land)
Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat
curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang
dalam dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi
parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke
permukaan (rock outcrops).
Dampak Proses Bentuk Lahan Asal Denudasional
Proses bentuk lahan denudasional adalah erosi, mass wasting, dan juga pelapukan.
Ketiga proses tersebut memberikan dampak atau pengaruh bagi lahan di permukaan
bumi. Selain, menyebabkan terbentuknya lahan baru seperti yang telah dijelaskan di
atas (contoh satuan bentuk lahan asal denudasional), ketiga proses tersebut juga
membawa dampak lain.
15. II. Pembahasan
II.1 PERBUKITAN DENUDASIONAL
Pada peta Plumbon dan sekitarnya, terdapat bentuk lahan asal denudasional
yaitu perbukitan denudasional. Perbukitan ini merupakan perbukitan yang telah tererosi
dan sebagian batuannya telah lapuk. Kemiringannya curam dengan morfostruktur
aktifnya dinamik dan pasifnya resisten. Perbukitan ini terletak pada barat laut daerah
Plumbon, dengan kontur yang rapat pada peta dan di lambangkan dengan simbol D1
II.2 BUKIT SISA
Merupakan bukit hasil proses denudasional yang terkikis cukup kuat, namun
batuannya resisten sehingga hanya lereng-lereng bukit yang tererosi. Ini dilambangkan
dengan symbol yang ada di peta dengan D3
II.3 BUKIT TERISOLASI
Merupakan bukit hasil proses denudasional yang terkikis cukup kuat, namun
batuannya resisten sehingga hanya lereng-lereng bukit yang tererosi. Namun batuan
disekitarnya bersifat tidak resisten sehingga membuat bukit terlihat sendiri pada peta
denudasi daerah plumbon dan sekitarnya dilambangkan atau diberi symbol D4.
II.4 DATARAN NYARIS
Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus
menerus, maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan
membentuk permukaan yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain).
Dataran nyaris dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis
(layer). Apabila batuan penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang
datar akibat erosi, maka disebut permukaan planasi. Dataran ini dilambangkan dengan
D5.
16. II.5 LERENG KAKI
Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu
pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki
terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan
lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki
terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga
air ke daerah yang lebih rendah.
II.6 DATARAN BANJIR
Dataran banjir terbentuk akibat dari peristiwa banjir. Dataran banjir merupakan
derah yang terbentuk akibat dari sedimentasi (pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi,
tidak hanya air yang di bawa tapi juga tanah2 yang berasal dari hilir aliran sungai.
Dataran banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan2 sungai. Akibat dari peristiwa
sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah yg subur bagi pertanian, mempunyai
air tanah yang dangkal sehingga cocok sekali bagi pemukiman dan perkotaan.
II.7 GOSONG SUNGAI
Merupakan kenampakan morfologik yang umum pada sungai yang sedang
mengalami meandering dan pada saat yang bersamaan pengendapan point bar
merupakan proses sedimentasi yang terjadi di dalam alur sungai tersebut. Bentuk dan
ukuran sedimentasi bervariasi tergantung pada besarnya alur sungai serta berkembang
pada bagian lengkung dalam (inner band) alur sungai. Tekstur dari material point bar
tergantung pada keadaan sedimen yang terangkut pada saat banjir terjadi. Kelerengan
umumnya miring kea rah aliran menuju lengkung luar.
17. Bab III KESIMPULAN
1. Bentang alam denudasional dipengaruhi gaya eksogen
2. Morfostruktur aktif nya dinamik
3. Indeks Kontur tertinggi 250 meter diatas permukaan laut.
4. Pada sayatan penampang ini kita akan melewati salah satu dari daerah fluvial
yang beupa daerah dataran banjir.
5. Pada peta Plumbon ini yang banyak bentang alam denudasional yang berupa
daerah perbukitan Denudasional serta terdapat daerah yng lainnya.
18. Daftar Pustaka
Boby, Hendrik. 2012. http://geoenviron.blogspot.com/2012/10/sedimentologi-dan-s
Edimentasi.html. Diakses 5 April 2014.
Modul Praktikum Geomorfologi Universitas Sriwijaya
Reski. 2012. http://reskiayumagfira.blogspot.com/. Diakses 5 April 2014.
Modul Praktikum Geomorfologi. Universitas Sriwijaya. Palembang.