SlideShare a Scribd company logo
1 of 89
KEGAWATDARURATAN
    ORTHOPEDI
PENDAHULUAN
• Saat ini penyakti musculoskeletal telah
  menjadi masalah yang banyak dijumpai di
  pusat pusat pelayanan kesehatan di seluruh
  dunia. Bahkan WHO menetapkan dekade ini
  (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan
  Persendian.
• Dengan bertambahnya jumlah kendaraan
  kemungkinan terjadinya kecelakaan juga akan
  meningkat drastis.
• Trauma yang paling sering terjadi adalah
  fraktur, yang nantinya akan mengakibatkan
  kejadian kejadian lainnya yang akan
  mengancam nyawa jika tidak segera ditangani,
  inilah yang disebut dengan kegawatdaruratan
  orthopedi.
• Yang termasuk kegawatdaruratan orthopedi
  antara lain : fraktur terbuka, compartment
  syndrome, osteomyelitis, dislokasi atau
  fraktur dislokasi serta traumatik amputation
OPEN FRACTURE
• Dikatakan fraktur terbuka jika terdapat
  hubungan adalah daerah yang fraktur dengan
  dunia luar, biasanya karena kulit di atasnya
  sudah tidak intak.
KLASIFIKASI MENURUT
          RAMON GUSTILLO
• Grade I
  Garis patah sederhana, luka kurang dari 1 cm,
  luka relatif bersih, kerusakan jaringan lunak
  minimal
• Grade II
  Garis patah sederhana, luka lebih dari 1 cm,
  luka relatif bersih, kerusakan jaringan lunak
  tidak banyak
• Grade III
  Disertai kerusakan jaringan lunak yang luas,
  yang kemudian dibagi lagi menjadi :
  Grade III A  apabila fraktur dapat ditutup
   dengan jaringan lunak
  Grade III B  apabila fraktur tidak dapat ditutup
   dengan jaringan lunak
  Grade III C  disertai kerusakan arteri yang
   membutuhkan perbaikan secepat mungkin tanpa
   menghiraukan luas kerusakan jaringan lunak
OPEN FRACTURE
DIAGNOSIS
• Anamnesa
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
ANAMNESA
• Apa yang menyebabkan terjadinya trauma 
  mechanism of injury
• Kapan terjadinya trauma  golden period
• Di mana terjadinya trauma  tempat kotor
  atau bersih
• Penyulit  fraktur patologis, usia tua
PEMERIKSAAN FISIK
• Look  kulit intak, pembengkakan,
  deformitas, kontusio
• Feel  nyeri, nadi dan sensori bagian distal
• Movement  krepitasi, range of movement
  (ROM), false movement
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
• Lokasi pasti dari fraktur
• Jenis fraktur
• Tingkat keparahan fraktur
• Kelaianan jaringan lunak di sekitar daerah
  fraktur
• Sebagai salah satu pertimbangan penanganan
  fraktur
PENATALAKSANAAN
• Life saving  resusitasi sesuai ATLS (ABC)
• Pencegahan atau penanganan infeksi 
  Antibiotika dan ATS / HTIG
• Debridement segera mungkin
• Perawatan luka  terbuka atau tertutup
• Stabilisasi fraktur  eksternal atau internal
  fiksasi
• Perawatan pasca tindakan
KOMPLIKASI
                      Early                          Late

Lokal         Osteomyelitis, arthritis,    Kontraktur dan kekakuan
            compartment syndrome,         sendi, penyakit degeneratif
           robekan otot, ligamen dan           sendi, non union,
             tendon, kerusakan saraf,      malunion, delayed union,
           pembuluh darah dan organ        miositis, tardy nerve palsy
            visceral, thrombosis vena,
                   nekrosis kulit




Sistemik   Emboli lemak, emboli paru,             Gagal ginjal
            syok, pneumonia, tetanus
COMPARTMENT SYNDROME
• Merupakan suatu sindrom yang terjadi karena
  peningkatan tekanan intrakompartmen yaitu
  kompartmen osteofasial yang tertutup
  sehingga mengakibatkan berkurangnya
  perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan.
• Kompartmen osteofasial berisi tulang,
  pembuluh darah, saraf dan otot yang
  dibungkus oleh suatu fascia.
• Paling sering terjadi pada :
  Fraktur elbow
  Fraktur antebrachii
  Fraktur tibia 1/3 proximal
RUANG INTRA KOMPARTMEN
ETIOLOGI
• Penurunan volume kompartmen penutupan defek
  fascia, traksi internal berlebihan pada fraktur
  esktrimitas
• Peningkatan tekanan eksternal  balutan yang
  terlalu ketat, berbaring di atas lengan, pemasangan
  gips
• Peningkatan tekanan pada struktur kompartmen 
  pendarahan atau trauma vascular, luka bakar,
  penggunaan otot berlebihan, gigitan ular, obstruksi
  vena
PATOFISIOLOGI
• Patofisiologi terjadinya kompartmen sindrom
  ini melibatkan hemostasis jaringan lokal yang
  menyebabkan peningkatan tekanan jaringan,
  penurunan aliran darah kapiler dan nekrosis
  jaringan lokal yang disebabkan hipoksia
• .Jika tidak segera ditangani akan
  menyebabkan kerusakan yang ireversibel
  pada otot dan saraf.
• Iskemia jaringan dimulai ketika tekanan
  intrakompartmen meningkat di atas 30
  mmHg.
• Sel otot akan mengalami nekrosis dan
  digantikan jaringan fibrosa, saraf akan diliputi
  kontriksi epineurium yang menebal dan sendi
  akan menabal serta menolak setiap gerakan
  pasif
COMPARTMENT SYNDROME
DIAGNOSIS
• Anamnesa
• Pemeriksaan fisik
• Pengukuran tekanan intra kompartmen
ANAMNESA
• Dari anamnesa dicari kira kira apa yang
  menyebabkan terjadinya kompartmen
  sindrom ini, misalnya adanya nyeri hebat yang
  terjadi setelah ada riwayat trauma (fraktur),
  setelah olahraga berlebihan atau karena
  pemasangan gips.
PEMERIKSAAN FISIK
• Painfull (nyeri)  gerakan ekstensi pasif,
  karena sel otot menjadi hipersensitif akibat
  kondisi hipoksia
• Pale / Pallor (pucat)
• Parestesia (kesemutan)
• Paralisis (kelumpuhan)
• Pulseless (nadi melemah atau hilang) 
  jangan ditunggu sampai keluar
PENGUKURAN TEKANAN INTRA
         KOMPARTMEN
• Dilakukan pada pasien pasien yang tidak sadar, tidak
  kooperatif, pada anak anak, pasien yang sulit
  berkomunikasi, pasien dengan trauma kepala,
  medulla spinalis atau saraf perifer, atau jika diagnosis
  dengan pemeriksaan fisik kurang jelas.
• Tekanan intrakompartmen normal adalah 0 mmHg.
  Di atas 30 mmHg mulai terjadi proses iskemia
  jaringan, jika di atas 40 mmHg langsung dilakukan
  tindakan segera
PENATALAKSANAAN
• Bedah  fasciotomy harus segera dilakukan
  jika tekanan intrakompartmen di atas 30 – 40
  mmHg. Tujuannya adalah untuk menurunkan
  tekanan intrakompartmen dengan segera
  sehingga memperbaiki perfusi otot.
• Non bedah  hindari elevasi, pemberian
  SABU, membuka gips atau bebat tekan, terapi
  cairan, diuretik dan manitol jika diperlukan
  untuk mengurangi tekanan intrakompartmen
FASCIOTOMY
KOMPLIKASI
• Nekrosis pada saraf dan otot dalam
  kompartmen, trauma vascular
• Volkman kontraktur
• Gagal ginjal akut
• Sepsis, ISK, pneumonia, ARDS
• Emboli lemak, DVT
• Wound infection
• Delayed union, malunion, non union
VOLKMANN CONTRACTURE
OSTEOMYELITIS
• Merupakan suatu proses inflamasi yang akut
  maupun kronis dari tulang dan strukturnya
  yang disertai secara sekunder oleh infeksi
  organism pyogenik
• Infeksi yang berkaitan dengan osteomyelitis
  bisa local atau menembus periosteum,
  korteks, sumsum tulang di jaringan cancellous.
• Bateri pathogen bervariasi berdasarkan umur
  penderita dan mekanisme infeksi.
OSTEOMYELITIS
EPIDEMOLOGI
• Osteomielitis sering ditemukan pada usia
  dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada
  bayi dan ‘infant’.
• Anak laki-laki lebih sering dibanding anak
  perempuan (4:1).
• Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang
  panjang seperti femur, tibia, radius, humerus,
  ulna, dan fibula.
ETIOLOGI OSTEOMYELITIS
• Hematogen osteomyelitis
  Biasanya terjadi pada anak anak, jika terjadi
  pada orang dewasa mungkin ada suatu
  imunokompromised misalnya diabetes
  melitus.
• Direct trauma atau contagious inoculation
  osteomyelitis  karena trauma atau
  pembedahan
OSTEOMYELITIS AKUT
• Keluhan utama yang muncul biasanya nyeri
  lokal, bengkak, dan rasa hangat pada daerah
  yang terinfeksi.
• Hal-ini sering muncul sehubungan dengan
  demam dan malaise.
OSTEOMYELITIS KRONIS
• Osteomielitis kronis dapat muncul pada
  presentasi awal sekalipun; tidak harus seorang
  pasien melalui tahap akut, sub akut, kemudian
  baru menjadi kronik
• Beberapa hal yang dapat mendahului
  terjadinya osteomyelitis kronik adalah terapi
  osteomyelitis akut yang tidak adekuat,
  trauma, osteomyelitis hematogen, iatrogenik
  seperti internal fiksasi atau infeksi tuberculosa
PATOFISIOLOGI
• Kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka
  penetrasi langsung, melalui penyebaran
  hematogen dari situs infeksi didekatnya ataupun
  dari struktur lain yang jauh, atau selama
  pembedahan dimana jaringan tubuh terpapar
  dengan lingkungan sekitarnya.
• Secara singkat, patofisiologi osteomielitis
  tergantung dari derajat kerusakan jaringan lunak
  dan ketidak mampuan suplai darah, instabilitas
  fragmen fraktur, inokulasi flora bakteri dan
  sistem imun dari penjamu (host).
TAHAP PERKEMBANGAN
            OSTEOMYELITIS
• Inflamasi tahap ini mewakili peradangan awal
  dengan kongesti vaskuler dan tekanan intraosseus
  yang meningkat. Obstruksi dari aliran darah mencul
  pada trombosis intravaskuler.
• Supurasi nanah di dalam tulang memaksakan
  jalannya menuju sistem havers dan membentuk abses
  subperiosteal dalam 2-3 hari.
• Sekuestrum  Meningkatnya tekanan, obstruksi
  vaskuler, dan trombus yang infektif di sekitar
  pembuluh darah periosteal dan endosteal,
  menyebabkan nekrosis tulang dan formasi sekuestrum
  sekitar 7 hari.
SEKUESTRUM
• Involukrum ini adalah formasi tulang baru
  dari permukaan periosteum.
• Resolusi atau progresi menuju komplikasi 
  dengan antibiotik dan terapi pembedahan
  pada awal dari penyakit, osteomielitis dapat
  sembuh tanpa komlikasi sama sekali.
OSTEOMYELITIS ANAK
• S.aureus adalah agen kausatif pada 70-90% kasus
  pediatri.
• Pada anak yang lebih tua, organisme yang menginfeksi
  selain S.aureus, dapat juga Grup A beta-Streptococcus
  hemolitikus, Mycobacterium, Salmonella, bakteri
  gram-negatif, sifilis, dan fungal, serta agen viral
  menjadi penyebab yang lebih jarang pada
  osteomielitis.
• Abses Brodie adalah bentuk terlokalisir dari
  osteomielitis yang muncul pada tahap subakut tanpa
  melewati gejala akut. Evaluasi histologi menunjukkan
  kavitas abses intraoseus tergaris oleh jaringan
  granulasi.
ABSES BRODIE
DIAGNOSIS
• Anamnesa dan pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan radiologis  foto rontgen, CT
  scan, MRI
• Pemeriksaan kultur darah atau jaringan tulang
ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN FISIK
• Riwayat trauma pada daerah yang
  bersangkutan, riwayat infeksi di tempat lain
  (paru paru, ISK dll), demam, malaise,
  anoreksia, nyeri, bengkak, pada anak anak
  dapat ditemukan ggn pertumbuhan
• Bengkak, nyeri tekan, kemerahan dan rasa
  hangat pada daerah yang terkena, kadang
  disertai limfodenopati regional
OSTEOMYELITIS TENGKORAK
OSTEOMYELITIS VERTEBRAE
OSTEOMYELITIS TULANG PANJANG
OSTEOMYELITIS PELVIS
PENATALAKSANAAN
            OSTEOMYELITIS AKUT
• MRS (tirah baring dan hidrasi)
• Splint  untuk mencegah kontraktur, pemasangan
  skin traksi
• Antibiotika intravena
• Drain  secara terbuka dengan general anastesi.
  Dilakukan jika ada gejala pus yang dalam yaitu
  swelling, edema, fluktuasi, pyreksia, toksemia, nyeri
  dan tidak ada perbaikan dengan pemberian antibiotika
  selama 3 hari
• Setelah tanda infeksi menurun dimulai rehabilitasi
  jalan dengan kruk, full weight bearing setelah 3-4
  minggu
PENATALAKSANAAN
         OSTEOMYELITIS KRONIS
• Antibiotika  Asam fusidat / Clindamycin /
  Chepalosporin
• Lokal dengan pasta colostomy untuk
  menghentikan ekskoriasi
• Insisi abses
• Operasi
  Eksisi sequester
  Eksisi soft tissue yang terinfeksi
KOMPLIKASI OSTEOMYELITIS AKUT
• Penyebaran infeksi ke tempat lain (bakteremia
  / sepsis)
• Athritis supuratif
• Bone growth arrested
• Osteomyelitis kronis
KOMPLIKASI OSTEOMYELITIS KRONIS
• Gangguan sirkulasi
• Kerusakan saraf (nervus medianus)
• Suddeck atrhophy
• Mal union, delayed union, non union
• Kekakuan sendi
• Terutama pada pergelangan akibat pemakaian
  bidai terlalu lama
• Suddeck atrhophy
• Rupture tendon
UNSTABLE PELVIS
• Sebagian besar fraktur pelvis bersifat stabil dan
  terjadi dengan mekanisme low-energy injury
• Yang paling umum/sering terjadi adalah
  kecelakaan kendaraan bermotor. Pasien dengan
  cedera ini tidak hanya memiliki cedera pada
  osseus tetapi seiring waktu juga sering kali
  mengancam kehidupan
• Kematian setelah luka ini biasanya disebabkan
  oleh perdarahan, kegagalan beberapa system
  organ, atau sepsis
• Fraktur pelvis dapat bersifat unstable apabila
  cincin pelvis mengalami kerusakan pada 2 tempat
  atau lebih, biasanya terjadi karena high energy
  injury.
• Pada daerah pelvis terdapat plexus plexus vena,
  jika ada trauma seringkali menyebabkan
  pecahnya pembuluh darah ini, dan pendarahan
  baru berhenti jika cavum pelvis terisi penuh
  dengan darah. Pada fraktur unstable, pendarahan
  tidak berhenti karena pelvis tidak terfiksasi
  dengan sempurna
• Yang paling sering karena kecelakaan kendaraan
  bermotor dan jatuh dari ketinggian.
UNSTABLE PELVIS
PENATALAKSANAAN
• Tujuan perawatan fraktur pelvis tidak stabil
  adalah sama dengan patah tulang yang lain
• Prioritas awal pada pasien dengan hemodinamika
  tidak stabil adalah dilakukan resusitasi agresif
  dan pencegahan perdarahan lebih lanjut.
• Fiksasi eksternal diindikasikan sebagai
  pengobatan langsung pada pasien yang
  hemodinamika nya tidak stabil dengan fraktur
  panggul yang tidak stabil.
• Buka reduksi dan fiksasi internal (ORIF) lebih
  disukai untuk pengelolaan definitif dan telah
  terbukti memberikan hasil yang lebih unggul.
• ORIF merupakan kontraindikasi untuk pasien
  yang tidak stabil dan sakit kritis atau mereka yang
  berat patah tulang terbuka dengan debridement
  luka yang tidak memadai, menghancurkan
  cedera, dan penempatan dari sebuah tabung
  suprapubik operasi di lapangan.
OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION
DISLOKASI DAN FRAKTUR DISLOKASI
• Keadaan dimana tulang-tulang yang
  membentuk sendi tidak lagi berhubungan
  secara anatomis  tulang lepas dari sendi
  (brunner & suddarth)
• Merupakan suatu kedaruratan yang
  membutuhkan pertolongan segera
• Dislokasi jarang terjadi pada anak-anak muda,
  anak-anak lebih rentan terhadap patah tulang
  daripada dislokasi.
PATOFISIOLOGI
• Dislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan
  sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari
  posisinya yang normal di dalam sendi.
• Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit
  atau trauma karena dapatan (acquired) atau
  karena sejak lahir (kongenital).
• Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi
  dapat menyebabkan patah tulang di-sertai luksasi
  sendi yang disebut fraktur dislokasi.
DIAGNOSIS
• Anamnesa  mencari faktor resiko atau
  penyebab terjadinya dislokasi dan fraktur
  dislokasi
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan radiologis  Xray dan MRI
ANAMNESA
• Sejak kapan terjadinya, untuk membedakan antara
  kelainan kongenital dengan kelainan yang didapat
• Riwayat terjadinya trauma, misalnya trauma olahraga
  atau karena kecelakaan
• Adanya riwayat fraktur dengan penyebab yang tidak
  jelas atau adakah penyakit kegananasan (fraktur
  patologis), perlu ditanyakan jika tidak ditemukan
  adanya riwayat terjadinya trauma
• Lokasi terjadinya dislokasi, perbedaan tempat
  terjadinya akan menentukan penatalaksanaan yang
  berbeda beda juga.
PEMERIKSAAN FISIK
• Nyeri pada daerah yang mengalami trauma
• Pembengkakan
• Kesulitan menggunakan atau memindahkan
  area yang terluka dengan cara yang normal
• Kecacatan pada daerah dislokasi
• Kehangatan, memar atau kemerahan pada
  daerah yang terluka
DISLOKASI RAHANG
• Seringkali terjadi ketika seseorang membuka
  mulut terlalu lebar dan biasanya tidak dapat
  tertutup kembali dengan bantuan otot otot
  wajah dan membutuhkan adanya tekanan
  dengan daya paksa yang cukup.
• Dapat menyebabkan terjadinya nyeri yang kronis
  pada kedua rahang dan kepala yang sangat hebat
  sehingga menyebabkan kesulitan berkonsentrasi.
  Gejala gejala ini bervariasi tergantung dari tingkat
  keparahan dislokasi dan berapa lama seseorang
  telah mengalami trauma tersebut.
DISLOKASI RAHANG
GEJALA KLINIS DISLOKASI RAHANG
• Gejala yang awal terjadi biasanya adanya sakit
  kepala dan spasme dan nyeri otot pada daerah
  wajah, rahang dan leher, kadang disertai juga
  dengan adanya suara seperti orang mengunyah
  (crunch noise) pada daerah yang mengalami
  dislokasi (sekitar telinga).
• Gejala jangka panjangnya dapat menyebabkan
  gangguan tidur, kelelahan, gejala frustasi, mudah
  marah, depresi dan lain lain akibat gangguan
  dalam melakukan aktivitas antara lain makan,
  minum, berbicara dan lain lain.
PENATALAKSANAAN
            DISLOKASI RAHANG
• Reposisi  rahang ditekan kebawah dengan
  mempergunakan ibu jari yang sudah dilindungi
  balutan, ibu jari tersebut diletakkan pada geraham
  paling belakang, tekanan tersebut harus mantap tetapi
  pelan-pelan bersamaan dengan penekanan jari-jari
  yang lain mengangkat dagu penderita keatas. Tindakan
  dikatakan berhasil bila rahang tersebut menutup
  dengan cepat dan keras.
• Pengobatan simptomatis dapat digunakan obat
  obatan analgesik (Paracetamol) untuk mengurangi rasa
  nyeri
REPOSISI DISLOKASI RAHANG
DISLOKASI BAHU
• Dikatakan dislokasi bahu bila os humerus
  terlepas dari scapula pada glenohumeral joint.
• Sendi pada bagian bahu adalah sendi yang
  memiliki area pergerakan (ROM) yang paling
  luas dibanding seluruh sendi yang ada di
  tubuh manusia. Sebagian besar dislokasi sendi
  yang terjadi adalah dislokasi pada sendi bahu.
• Berdasarkan arah dislokasinya, dapat terjadi
  kea rah anterior, posterior dan inferior
GEJALA KLINIS DISLOKASI BAHU
• Sendi bahu tidak dapat digerakan
• Korban menggendong tangan yang sakit
  dengan tangan yang lain
• Korban tidak bisa memegang bahu yang
  berlawanan
• Kontur bahu hilang
• Bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya
REPOSISI HENNIPEN
• Secara perlahan dielevasikan sehingga bongkol
  sendi masuk kedalam mangkok sendi. Pasien
  duduk atau tidur dengan posisi 45 derajat, siku
  pasien ditahan oleh tangan kanan penolong dan
  tangan kiri penolong melakukan rotasi arah
  keluar (eksterna) sampai 90 derajat dengan
  lembut dan perlahan, jika korban merasa nyeri,
  rotasi eksterna sementara dihentikan sampai
  terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan.
  Sesudah relaksasi eksterna mencapai 90 derajat
  maka reposisi akan terjadi.
REPOSISI STIMSON
• Pasien tidur tengkurap, kemudian tangan yang
  dislokasi digantung tempat tidur diberi beban
  10-15 pound selama 30 menit biasanya akan
  terjadi reposisi jika tidak berhasil
  dapatditolong dengan pergerakan rotasi dan
  kemudian interna.
DISLOKASI PANGGUL
• Bisa karena kongenital, bisa karena didapat
• Dislokasi panggul yang didapat biasanya terjadi karena
  tekanan dengan gaya yang hebat, paling sering terjadi pada
  kecelakaan kendaraan bermotor. Jatuh dari ketinggian,
  misalnya tangga, juga menimbulkan gaya tekan yang cukup
  besar untuk menimbulkan terjadinya dislokasi panggul.
• Karena gaya yang bekerja cukup besar, biasanya disertai
  juga dengan adanya kelaianan lain seperti adanya fraktur
  pada daerah pelvis.
• Pada orang tua resiko terjadinya dislokasi panggul
  meningkat mengingat kerapuhan tulang yang meningkat
  seiring bertambahnya usia.
PENATALAKSANAAN
• Reduction / Reposisi  Reposisi ini prinsipnya adalah
  menyatukan kembali caput femoris pada acetabulum.
  Dapat dilakukan secara terbuka maupun secara
  tertutup. Pada anak usia 6 bulan – 2 tahun dapat
  dilakukan dengan reposisi secara tertutup dengan
  menggunakan anastesi dan muscle relaxan. Jika
  reposisi secara tertutup ini gagal, dilakukan reposisi
  secara terbuka dengan operasi.
• Retain / Imobilisasi / Fiksasi  Dilakukan setelah
  reposisi. Penderita disaran memakai cast atau braces
  dengan tujuan untuk mempertahankan posisi sendi
  selama proses penyembuhan dari tulang.
• Rehabilitation  Dapat dilakukan selama 2-3
  bulan tergantung dari keadaan pasien. Tujuan
  dilakukan rehabilitasi ini adalah mengurangi
  pembengkakan, memelihara gerakan sendi,
  melatih kekuatan otot dan mempercepat
  kembalinya fungsi normal dari sendi dan tulang.
  5-7 hari setelah terjadinya trauma, pasien mulai
  diajarkan untuk melakukan gerakan pasif untuk
  meningkatkan flexibilitas pergerakan sendi.
  Penggunaan alat bantu berjalan perlu diberikan,
  antara lain kruk (tongkat).
TRAUMATIK AMPUTASI
• Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan
  memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
  bagian ekstremitas.
• Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan
  adalam kondisi pilihan terakhir manakala
  masalah organ yang terjadi pada ekstremitas
  sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan
  menggunakan teknik lain atau manakala kondisi
  organ dapat membahayakan keselamatan tubuh
  penderita secara utuh atau merusak organ tubuh
  yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi
  infeksi.
BEBERAPA KASUS AMPUTASI
• Fraktur multipel organ tubuh yang tidak mungkin
  dapat diperbaiki
• Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin
  diperbaiki
• Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang
  berat
• Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke
  anggota tubuh lainnya
• Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi
  secara konservatif
• Deformitas organ
JENIS AMPUTASI
• Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi
  infeksi yang berat dimana pemotongan pada
  tulang dan otot pada tingkat yang sama. Biasanya
  dilakukan pada kasus kasus yang gawat.
• Amputasi tertutup  dilakukan dalam kondisi
  yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif
  kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan
  memotong kurang lebih 5 cm di bawah potongan
  otot dan tulang.
• Amputasi semi terbuka / tertutup  selain kedua
  jenis amputasi di atas, dikenal juga dengan istilah
  amputasi semi open. Prinsip amputasi ini sama
  dengan amputasi tertutup, tapi jahitannya lebih
  jarang. Jika luka terjadi pada golden periode,
  jenis amputasi ini adalah yang cocok digunakan.
• Tujuan mengapa jenis amputasi ini dijahit
  situasional adalah :
    Jika masih ada kotoran, maka dapat keluar dengan
     sendirinya  fungsi drainage
    Jika sudah tidak ada kotoron, jahitan akan kering dan
     luka akan tertutup sehingga tidak perlu dilakukan
     operasi ulang
AMPUTASI TERBUKA
AMPUTASI TERTUTUP
INDIKASI AMPUTASI (3D)
• Dead
  Penyakit vaskular perifer menyebabkan hampir
  90% amputasi. Sebab lainnya yang menyebabkan
  kematian tulang adalah, luka bakar, trauma, dan
  frostbite.
• Dangerous
  Contohnya adalah tumor malignant, sepsis dan
  crush injury.
• Damn nuisance
PENATALAKSANAAN
• Fungsi vital penderita diperbaiki
• Hentikan pendarahan
• Luka dibungkus secara steril atau bersih lalu
  dimasukkan ke dalam kantong plastik kedap
  air lalu diikat. Selanjutnya dimasukkan ke
  dalam kantong plastik II yang berisi campuran
  air dan potongan es batu (4 derajat celcius)
• Penderita dibawa ke RS dengan fasilitas
  replantasi
• Pemotongan otot pada amputasi memegang
  prinsip otot bagian medial bertemu dengan otot
  lateral dan otot bagian anterior bertemu dengan
  otot posterior
• Kemudian dijahit membentuk bentukan klonus
  (bulat lancip), pemotongan dengan bentuk
  seperti ini bertujuan untuk pemasangan protese.
• Protese baru dipasang ketika pembengkakan dan
  tanda tanda infeksi sudah mereda, karena jika
  diukur pada saat masih bengkak maka ukurannya
  akan berubah, dan pada saat luka masih infeksi
  akan menimbulkan rasa sakit.
• Selama belum terpasang protese, harus
  dilakukan fisioterapi dulu.
PROTESE
KOMPLIKASI
•   Haematoma
•   Infeksi
•   Nekrosis
•   Kontraktur
•   Neuroma
•   Phantom limb
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Novi Y'uZzman
 
Trauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakangTrauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakangIrfan Hakim
 
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.RadImejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Raddr_kelana
 
Rbd fraktur edit
Rbd fraktur editRbd fraktur edit
Rbd fraktur editzxrickyjack
 
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)Farhan Hady Danuatmaja
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI Suharti Wairagya
 
151025700 case-radikulopati-lumbal
151025700 case-radikulopati-lumbal151025700 case-radikulopati-lumbal
151025700 case-radikulopati-lumbalhomeworkping4
 
Complete Spinal Transections
Complete Spinal TransectionsComplete Spinal Transections
Complete Spinal TransectionsImron Rosyadi
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCoassTHT
 
CBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotorCBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotorCoassTHT
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)Seascape Surveys
 
Prurigo hebra
Prurigo hebraPrurigo hebra
Prurigo hebraKindal
 

What's hot (20)

Wsd
WsdWsd
Wsd
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
Trauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakangTrauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakang
 
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.RadImejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
 
Rbd fraktur edit
Rbd fraktur editRbd fraktur edit
Rbd fraktur edit
 
Hnp
HnpHnp
Hnp
 
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
 
151025700 case-radikulopati-lumbal
151025700 case-radikulopati-lumbal151025700 case-radikulopati-lumbal
151025700 case-radikulopati-lumbal
 
Referat low back pain
Referat low back painReferat low back pain
Referat low back pain
 
Complete Spinal Transections
Complete Spinal TransectionsComplete Spinal Transections
Complete Spinal Transections
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
Luka Bakar
Luka BakarLuka Bakar
Luka Bakar
 
Invaginasi
InvaginasiInvaginasi
Invaginasi
 
Peritonitis generalisata
Peritonitis generalisataPeritonitis generalisata
Peritonitis generalisata
 
Torsio Testis.pdf
Torsio Testis.pdfTorsio Testis.pdf
Torsio Testis.pdf
 
CBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotorCBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotor
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
 
Prurigo hebra
Prurigo hebraPrurigo hebra
Prurigo hebra
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 

Viewers also liked

Osteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentationOsteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentationgapini
 
6. trauma musculoscletal
6. trauma musculoscletal6. trauma musculoscletal
6. trauma musculoscletalagus raharjo
 
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER TULANG
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER TULANGASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER TULANG
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER TULANGpjj_kemenkes
 
Laporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurLaporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurSMA NEGERI 8 BEKASI
 
Konsep instruktur skill lab yang efektif
Konsep instruktur skill lab yang efektifKonsep instruktur skill lab yang efektif
Konsep instruktur skill lab yang efektifAbdul Mughni Rozy
 
Kelainan kongenital & trauma
Kelainan kongenital & traumaKelainan kongenital & trauma
Kelainan kongenital & traumadadadony
 
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
Makalah atritis reumatoid pada lansia
Makalah atritis reumatoid pada lansiaMakalah atritis reumatoid pada lansia
Makalah atritis reumatoid pada lansiaKANDA IZUL
 
Askep amputasi
Askep amputasiAskep amputasi
Askep amputasif' yagami
 

Viewers also liked (20)

Osteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentationOsteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentation
 
6. trauma musculoscletal
6. trauma musculoscletal6. trauma musculoscletal
6. trauma musculoscletal
 
Paget's desease
Paget's deseasePaget's desease
Paget's desease
 
Tumor muskuloskletal
Tumor muskuloskletalTumor muskuloskletal
Tumor muskuloskletal
 
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER TULANG
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER TULANGASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER TULANG
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER TULANG
 
Laporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurLaporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femur
 
Konsep instruktur skill lab yang efektif
Konsep instruktur skill lab yang efektifKonsep instruktur skill lab yang efektif
Konsep instruktur skill lab yang efektif
 
Advancement in prostate cancer
Advancement in prostate cancerAdvancement in prostate cancer
Advancement in prostate cancer
 
Breastfeeding Supporting Health Care
Breastfeeding Supporting Health CareBreastfeeding Supporting Health Care
Breastfeeding Supporting Health Care
 
Kelainan kongenital & trauma
Kelainan kongenital & traumaKelainan kongenital & trauma
Kelainan kongenital & trauma
 
Maternal Conditions and Breastfeeding
Maternal Conditions and BreastfeedingMaternal Conditions and Breastfeeding
Maternal Conditions and Breastfeeding
 
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan PenatalaksanaannyaKB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
KB 2 Kedaruratan Obstetri pada Persalinan dan Penatalaksanaannya
 
Askep gadar
Askep gadarAskep gadar
Askep gadar
 
Makalah atritis reumatoid pada lansia
Makalah atritis reumatoid pada lansiaMakalah atritis reumatoid pada lansia
Makalah atritis reumatoid pada lansia
 
Askep amputasi
Askep amputasiAskep amputasi
Askep amputasi
 
Ppt. open fracture
Ppt. open fracturePpt. open fracture
Ppt. open fracture
 
Atresia esofagus
Atresia esofagusAtresia esofagus
Atresia esofagus
 
Askep pada pasien amputasi AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien amputasi AKPER PEMKAB MUNA Askep pada pasien amputasi AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien amputasi AKPER PEMKAB MUNA
 
Ilmu ajar penyakit mata
Ilmu ajar penyakit mataIlmu ajar penyakit mata
Ilmu ajar penyakit mata
 
Extremitas caudalis
Extremitas caudalisExtremitas caudalis
Extremitas caudalis
 

Similar to Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.ked

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdfASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdfLuisa Polanco
 
Prof_Dr_dr_Astawa_Sp_B_SpOT_K_Kegawatan.pptx
Prof_Dr_dr_Astawa_Sp_B_SpOT_K_Kegawatan.pptxProf_Dr_dr_Astawa_Sp_B_SpOT_K_Kegawatan.pptx
Prof_Dr_dr_Astawa_Sp_B_SpOT_K_Kegawatan.pptxFazaYuspaLiosha1
 
adam thromboangitis buerger's disease, medical faculty
adam thromboangitis buerger's disease, medical facultyadam thromboangitis buerger's disease, medical faculty
adam thromboangitis buerger's disease, medical facultyBrianYeremia1
 
Askep multipel fraktur
Askep multipel frakturAskep multipel fraktur
Askep multipel frakturf' yagami
 
dokumen.tips_ppt-osteomielitis-560711ac493b9.ppt
dokumen.tips_ppt-osteomielitis-560711ac493b9.pptdokumen.tips_ppt-osteomielitis-560711ac493b9.ppt
dokumen.tips_ppt-osteomielitis-560711ac493b9.pptHartomoBenx
 
Advanced wound dressing..pptx
Advanced wound dressing..pptxAdvanced wound dressing..pptx
Advanced wound dressing..pptxSitiPermataPutri
 
Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturYanto Physio
 
13. fraktur-patah-tulang
13. fraktur-patah-tulang13. fraktur-patah-tulang
13. fraktur-patah-tulangIqbal Abdillah
 
Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitisKANDA IZUL
 
Askep power poin
Askep power poinAskep power poin
Askep power poinFadin Fadin
 
Askep fraktur
Askep frakturAskep fraktur
Askep frakturSyam
 
PPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptx
PPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptxPPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptx
PPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptxshelladepari
 
ppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptxppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptxaishadhiyas
 
Trauma muskuloskeletal
Trauma  muskuloskeletalTrauma  muskuloskeletal
Trauma muskuloskeletalArmy Of God
 
Amputation extremity
Amputation extremityAmputation extremity
Amputation extremityAnneSaputra
 
DM_K39_Dafa Azmi Syauqi Shihab_ Laporan kasus.pptx
DM_K39_Dafa Azmi Syauqi Shihab_ Laporan kasus.pptxDM_K39_Dafa Azmi Syauqi Shihab_ Laporan kasus.pptx
DM_K39_Dafa Azmi Syauqi Shihab_ Laporan kasus.pptxDafaAzmiSyauqiShihab
 

Similar to Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.ked (20)

Surgical nursing iv 2
Surgical nursing iv 2Surgical nursing iv 2
Surgical nursing iv 2
 
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdfASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
 
Prof_Dr_dr_Astawa_Sp_B_SpOT_K_Kegawatan.pptx
Prof_Dr_dr_Astawa_Sp_B_SpOT_K_Kegawatan.pptxProf_Dr_dr_Astawa_Sp_B_SpOT_K_Kegawatan.pptx
Prof_Dr_dr_Astawa_Sp_B_SpOT_K_Kegawatan.pptx
 
adam thromboangitis buerger's disease, medical faculty
adam thromboangitis buerger's disease, medical facultyadam thromboangitis buerger's disease, medical faculty
adam thromboangitis buerger's disease, medical faculty
 
Askep multipel fraktur
Askep multipel frakturAskep multipel fraktur
Askep multipel fraktur
 
dokumen.tips_ppt-osteomielitis-560711ac493b9.ppt
dokumen.tips_ppt-osteomielitis-560711ac493b9.pptdokumen.tips_ppt-osteomielitis-560711ac493b9.ppt
dokumen.tips_ppt-osteomielitis-560711ac493b9.ppt
 
Advanced wound dressing..pptx
Advanced wound dressing..pptxAdvanced wound dressing..pptx
Advanced wound dressing..pptx
 
Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis Fraktur
 
13. fraktur-patah-tulang
13. fraktur-patah-tulang13. fraktur-patah-tulang
13. fraktur-patah-tulang
 
Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitis
 
Askep power poin
Askep power poinAskep power poin
Askep power poin
 
Askep fraktur
Askep frakturAskep fraktur
Askep fraktur
 
7 Trauma Muskuloskeletal
7 Trauma Muskuloskeletal7 Trauma Muskuloskeletal
7 Trauma Muskuloskeletal
 
PPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptx
PPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptxPPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptx
PPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptx
 
Askep trauma muskuloskeleta1
Askep trauma muskuloskeleta1Askep trauma muskuloskeleta1
Askep trauma muskuloskeleta1
 
ppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptxppt kompartemen sindrom.pptx
ppt kompartemen sindrom.pptx
 
7 artritis-rhematoi-67-73
7 artritis-rhematoi-67-737 artritis-rhematoi-67-73
7 artritis-rhematoi-67-73
 
Trauma muskuloskeletal
Trauma  muskuloskeletalTrauma  muskuloskeletal
Trauma muskuloskeletal
 
Amputation extremity
Amputation extremityAmputation extremity
Amputation extremity
 
DM_K39_Dafa Azmi Syauqi Shihab_ Laporan kasus.pptx
DM_K39_Dafa Azmi Syauqi Shihab_ Laporan kasus.pptxDM_K39_Dafa Azmi Syauqi Shihab_ Laporan kasus.pptx
DM_K39_Dafa Azmi Syauqi Shihab_ Laporan kasus.pptx
 

Recently uploaded

materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 

Recently uploaded (18)

materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 

Kedaruratan ortoped by andreas chandra s.ked

  • 1. KEGAWATDARURATAN ORTHOPEDI
  • 2. PENDAHULUAN • Saat ini penyakti musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. • Dengan bertambahnya jumlah kendaraan kemungkinan terjadinya kecelakaan juga akan meningkat drastis.
  • 3. • Trauma yang paling sering terjadi adalah fraktur, yang nantinya akan mengakibatkan kejadian kejadian lainnya yang akan mengancam nyawa jika tidak segera ditangani, inilah yang disebut dengan kegawatdaruratan orthopedi. • Yang termasuk kegawatdaruratan orthopedi antara lain : fraktur terbuka, compartment syndrome, osteomyelitis, dislokasi atau fraktur dislokasi serta traumatik amputation
  • 4. OPEN FRACTURE • Dikatakan fraktur terbuka jika terdapat hubungan adalah daerah yang fraktur dengan dunia luar, biasanya karena kulit di atasnya sudah tidak intak.
  • 5. KLASIFIKASI MENURUT RAMON GUSTILLO • Grade I Garis patah sederhana, luka kurang dari 1 cm, luka relatif bersih, kerusakan jaringan lunak minimal • Grade II Garis patah sederhana, luka lebih dari 1 cm, luka relatif bersih, kerusakan jaringan lunak tidak banyak
  • 6. • Grade III Disertai kerusakan jaringan lunak yang luas, yang kemudian dibagi lagi menjadi : Grade III A  apabila fraktur dapat ditutup dengan jaringan lunak Grade III B  apabila fraktur tidak dapat ditutup dengan jaringan lunak Grade III C  disertai kerusakan arteri yang membutuhkan perbaikan secepat mungkin tanpa menghiraukan luas kerusakan jaringan lunak
  • 8. DIAGNOSIS • Anamnesa • Pemeriksaan fisik • Pemeriksaan penunjang
  • 9. ANAMNESA • Apa yang menyebabkan terjadinya trauma  mechanism of injury • Kapan terjadinya trauma  golden period • Di mana terjadinya trauma  tempat kotor atau bersih • Penyulit  fraktur patologis, usia tua
  • 10. PEMERIKSAAN FISIK • Look  kulit intak, pembengkakan, deformitas, kontusio • Feel  nyeri, nadi dan sensori bagian distal • Movement  krepitasi, range of movement (ROM), false movement
  • 11. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS • Lokasi pasti dari fraktur • Jenis fraktur • Tingkat keparahan fraktur • Kelaianan jaringan lunak di sekitar daerah fraktur • Sebagai salah satu pertimbangan penanganan fraktur
  • 12. PENATALAKSANAAN • Life saving  resusitasi sesuai ATLS (ABC) • Pencegahan atau penanganan infeksi  Antibiotika dan ATS / HTIG • Debridement segera mungkin • Perawatan luka  terbuka atau tertutup • Stabilisasi fraktur  eksternal atau internal fiksasi • Perawatan pasca tindakan
  • 13. KOMPLIKASI Early Late Lokal Osteomyelitis, arthritis, Kontraktur dan kekakuan compartment syndrome, sendi, penyakit degeneratif robekan otot, ligamen dan sendi, non union, tendon, kerusakan saraf, malunion, delayed union, pembuluh darah dan organ miositis, tardy nerve palsy visceral, thrombosis vena, nekrosis kulit Sistemik Emboli lemak, emboli paru, Gagal ginjal syok, pneumonia, tetanus
  • 14. COMPARTMENT SYNDROME • Merupakan suatu sindrom yang terjadi karena peningkatan tekanan intrakompartmen yaitu kompartmen osteofasial yang tertutup sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan. • Kompartmen osteofasial berisi tulang, pembuluh darah, saraf dan otot yang dibungkus oleh suatu fascia.
  • 15. • Paling sering terjadi pada : Fraktur elbow Fraktur antebrachii Fraktur tibia 1/3 proximal
  • 17. ETIOLOGI • Penurunan volume kompartmen penutupan defek fascia, traksi internal berlebihan pada fraktur esktrimitas • Peningkatan tekanan eksternal  balutan yang terlalu ketat, berbaring di atas lengan, pemasangan gips • Peningkatan tekanan pada struktur kompartmen  pendarahan atau trauma vascular, luka bakar, penggunaan otot berlebihan, gigitan ular, obstruksi vena
  • 18. PATOFISIOLOGI • Patofisiologi terjadinya kompartmen sindrom ini melibatkan hemostasis jaringan lokal yang menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah kapiler dan nekrosis jaringan lokal yang disebabkan hipoksia • .Jika tidak segera ditangani akan menyebabkan kerusakan yang ireversibel pada otot dan saraf.
  • 19. • Iskemia jaringan dimulai ketika tekanan intrakompartmen meningkat di atas 30 mmHg. • Sel otot akan mengalami nekrosis dan digantikan jaringan fibrosa, saraf akan diliputi kontriksi epineurium yang menebal dan sendi akan menabal serta menolak setiap gerakan pasif
  • 21. DIAGNOSIS • Anamnesa • Pemeriksaan fisik • Pengukuran tekanan intra kompartmen
  • 22. ANAMNESA • Dari anamnesa dicari kira kira apa yang menyebabkan terjadinya kompartmen sindrom ini, misalnya adanya nyeri hebat yang terjadi setelah ada riwayat trauma (fraktur), setelah olahraga berlebihan atau karena pemasangan gips.
  • 23. PEMERIKSAAN FISIK • Painfull (nyeri)  gerakan ekstensi pasif, karena sel otot menjadi hipersensitif akibat kondisi hipoksia • Pale / Pallor (pucat) • Parestesia (kesemutan) • Paralisis (kelumpuhan) • Pulseless (nadi melemah atau hilang)  jangan ditunggu sampai keluar
  • 24. PENGUKURAN TEKANAN INTRA KOMPARTMEN • Dilakukan pada pasien pasien yang tidak sadar, tidak kooperatif, pada anak anak, pasien yang sulit berkomunikasi, pasien dengan trauma kepala, medulla spinalis atau saraf perifer, atau jika diagnosis dengan pemeriksaan fisik kurang jelas. • Tekanan intrakompartmen normal adalah 0 mmHg. Di atas 30 mmHg mulai terjadi proses iskemia jaringan, jika di atas 40 mmHg langsung dilakukan tindakan segera
  • 25. PENATALAKSANAAN • Bedah  fasciotomy harus segera dilakukan jika tekanan intrakompartmen di atas 30 – 40 mmHg. Tujuannya adalah untuk menurunkan tekanan intrakompartmen dengan segera sehingga memperbaiki perfusi otot. • Non bedah  hindari elevasi, pemberian SABU, membuka gips atau bebat tekan, terapi cairan, diuretik dan manitol jika diperlukan untuk mengurangi tekanan intrakompartmen
  • 27. KOMPLIKASI • Nekrosis pada saraf dan otot dalam kompartmen, trauma vascular • Volkman kontraktur • Gagal ginjal akut • Sepsis, ISK, pneumonia, ARDS • Emboli lemak, DVT • Wound infection • Delayed union, malunion, non union
  • 29. OSTEOMYELITIS • Merupakan suatu proses inflamasi yang akut maupun kronis dari tulang dan strukturnya yang disertai secara sekunder oleh infeksi organism pyogenik • Infeksi yang berkaitan dengan osteomyelitis bisa local atau menembus periosteum, korteks, sumsum tulang di jaringan cancellous. • Bateri pathogen bervariasi berdasarkan umur penderita dan mekanisme infeksi.
  • 31. EPIDEMOLOGI • Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada bayi dan ‘infant’. • Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). • Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula.
  • 32. ETIOLOGI OSTEOMYELITIS • Hematogen osteomyelitis Biasanya terjadi pada anak anak, jika terjadi pada orang dewasa mungkin ada suatu imunokompromised misalnya diabetes melitus. • Direct trauma atau contagious inoculation osteomyelitis  karena trauma atau pembedahan
  • 33. OSTEOMYELITIS AKUT • Keluhan utama yang muncul biasanya nyeri lokal, bengkak, dan rasa hangat pada daerah yang terinfeksi. • Hal-ini sering muncul sehubungan dengan demam dan malaise.
  • 34. OSTEOMYELITIS KRONIS • Osteomielitis kronis dapat muncul pada presentasi awal sekalipun; tidak harus seorang pasien melalui tahap akut, sub akut, kemudian baru menjadi kronik • Beberapa hal yang dapat mendahului terjadinya osteomyelitis kronik adalah terapi osteomyelitis akut yang tidak adekuat, trauma, osteomyelitis hematogen, iatrogenik seperti internal fiksasi atau infeksi tuberculosa
  • 35. PATOFISIOLOGI • Kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka penetrasi langsung, melalui penyebaran hematogen dari situs infeksi didekatnya ataupun dari struktur lain yang jauh, atau selama pembedahan dimana jaringan tubuh terpapar dengan lingkungan sekitarnya. • Secara singkat, patofisiologi osteomielitis tergantung dari derajat kerusakan jaringan lunak dan ketidak mampuan suplai darah, instabilitas fragmen fraktur, inokulasi flora bakteri dan sistem imun dari penjamu (host).
  • 36. TAHAP PERKEMBANGAN OSTEOMYELITIS • Inflamasi tahap ini mewakili peradangan awal dengan kongesti vaskuler dan tekanan intraosseus yang meningkat. Obstruksi dari aliran darah mencul pada trombosis intravaskuler. • Supurasi nanah di dalam tulang memaksakan jalannya menuju sistem havers dan membentuk abses subperiosteal dalam 2-3 hari. • Sekuestrum  Meningkatnya tekanan, obstruksi vaskuler, dan trombus yang infektif di sekitar pembuluh darah periosteal dan endosteal, menyebabkan nekrosis tulang dan formasi sekuestrum sekitar 7 hari.
  • 38. • Involukrum ini adalah formasi tulang baru dari permukaan periosteum. • Resolusi atau progresi menuju komplikasi  dengan antibiotik dan terapi pembedahan pada awal dari penyakit, osteomielitis dapat sembuh tanpa komlikasi sama sekali.
  • 39. OSTEOMYELITIS ANAK • S.aureus adalah agen kausatif pada 70-90% kasus pediatri. • Pada anak yang lebih tua, organisme yang menginfeksi selain S.aureus, dapat juga Grup A beta-Streptococcus hemolitikus, Mycobacterium, Salmonella, bakteri gram-negatif, sifilis, dan fungal, serta agen viral menjadi penyebab yang lebih jarang pada osteomielitis. • Abses Brodie adalah bentuk terlokalisir dari osteomielitis yang muncul pada tahap subakut tanpa melewati gejala akut. Evaluasi histologi menunjukkan kavitas abses intraoseus tergaris oleh jaringan granulasi.
  • 41. DIAGNOSIS • Anamnesa dan pemeriksaan fisik • Pemeriksaan radiologis  foto rontgen, CT scan, MRI • Pemeriksaan kultur darah atau jaringan tulang
  • 42. ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN FISIK • Riwayat trauma pada daerah yang bersangkutan, riwayat infeksi di tempat lain (paru paru, ISK dll), demam, malaise, anoreksia, nyeri, bengkak, pada anak anak dapat ditemukan ggn pertumbuhan • Bengkak, nyeri tekan, kemerahan dan rasa hangat pada daerah yang terkena, kadang disertai limfodenopati regional
  • 47. PENATALAKSANAAN OSTEOMYELITIS AKUT • MRS (tirah baring dan hidrasi) • Splint  untuk mencegah kontraktur, pemasangan skin traksi • Antibiotika intravena • Drain  secara terbuka dengan general anastesi. Dilakukan jika ada gejala pus yang dalam yaitu swelling, edema, fluktuasi, pyreksia, toksemia, nyeri dan tidak ada perbaikan dengan pemberian antibiotika selama 3 hari • Setelah tanda infeksi menurun dimulai rehabilitasi jalan dengan kruk, full weight bearing setelah 3-4 minggu
  • 48. PENATALAKSANAAN OSTEOMYELITIS KRONIS • Antibiotika  Asam fusidat / Clindamycin / Chepalosporin • Lokal dengan pasta colostomy untuk menghentikan ekskoriasi • Insisi abses • Operasi Eksisi sequester Eksisi soft tissue yang terinfeksi
  • 49. KOMPLIKASI OSTEOMYELITIS AKUT • Penyebaran infeksi ke tempat lain (bakteremia / sepsis) • Athritis supuratif • Bone growth arrested • Osteomyelitis kronis
  • 50. KOMPLIKASI OSTEOMYELITIS KRONIS • Gangguan sirkulasi • Kerusakan saraf (nervus medianus) • Suddeck atrhophy • Mal union, delayed union, non union • Kekakuan sendi • Terutama pada pergelangan akibat pemakaian bidai terlalu lama • Suddeck atrhophy • Rupture tendon
  • 51. UNSTABLE PELVIS • Sebagian besar fraktur pelvis bersifat stabil dan terjadi dengan mekanisme low-energy injury • Yang paling umum/sering terjadi adalah kecelakaan kendaraan bermotor. Pasien dengan cedera ini tidak hanya memiliki cedera pada osseus tetapi seiring waktu juga sering kali mengancam kehidupan • Kematian setelah luka ini biasanya disebabkan oleh perdarahan, kegagalan beberapa system organ, atau sepsis
  • 52. • Fraktur pelvis dapat bersifat unstable apabila cincin pelvis mengalami kerusakan pada 2 tempat atau lebih, biasanya terjadi karena high energy injury. • Pada daerah pelvis terdapat plexus plexus vena, jika ada trauma seringkali menyebabkan pecahnya pembuluh darah ini, dan pendarahan baru berhenti jika cavum pelvis terisi penuh dengan darah. Pada fraktur unstable, pendarahan tidak berhenti karena pelvis tidak terfiksasi dengan sempurna • Yang paling sering karena kecelakaan kendaraan bermotor dan jatuh dari ketinggian.
  • 54. PENATALAKSANAAN • Tujuan perawatan fraktur pelvis tidak stabil adalah sama dengan patah tulang yang lain • Prioritas awal pada pasien dengan hemodinamika tidak stabil adalah dilakukan resusitasi agresif dan pencegahan perdarahan lebih lanjut. • Fiksasi eksternal diindikasikan sebagai pengobatan langsung pada pasien yang hemodinamika nya tidak stabil dengan fraktur panggul yang tidak stabil.
  • 55. • Buka reduksi dan fiksasi internal (ORIF) lebih disukai untuk pengelolaan definitif dan telah terbukti memberikan hasil yang lebih unggul. • ORIF merupakan kontraindikasi untuk pasien yang tidak stabil dan sakit kritis atau mereka yang berat patah tulang terbuka dengan debridement luka yang tidak memadai, menghancurkan cedera, dan penempatan dari sebuah tabung suprapubik operasi di lapangan.
  • 57. DISLOKASI DAN FRAKTUR DISLOKASI • Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis  tulang lepas dari sendi (brunner & suddarth) • Merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera • Dislokasi jarang terjadi pada anak-anak muda, anak-anak lebih rentan terhadap patah tulang daripada dislokasi.
  • 58. PATOFISIOLOGI • Dislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. • Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital). • Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di-sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.
  • 59. DIAGNOSIS • Anamnesa  mencari faktor resiko atau penyebab terjadinya dislokasi dan fraktur dislokasi • Pemeriksaan fisik • Pemeriksaan radiologis  Xray dan MRI
  • 60. ANAMNESA • Sejak kapan terjadinya, untuk membedakan antara kelainan kongenital dengan kelainan yang didapat • Riwayat terjadinya trauma, misalnya trauma olahraga atau karena kecelakaan • Adanya riwayat fraktur dengan penyebab yang tidak jelas atau adakah penyakit kegananasan (fraktur patologis), perlu ditanyakan jika tidak ditemukan adanya riwayat terjadinya trauma • Lokasi terjadinya dislokasi, perbedaan tempat terjadinya akan menentukan penatalaksanaan yang berbeda beda juga.
  • 61. PEMERIKSAAN FISIK • Nyeri pada daerah yang mengalami trauma • Pembengkakan • Kesulitan menggunakan atau memindahkan area yang terluka dengan cara yang normal • Kecacatan pada daerah dislokasi • Kehangatan, memar atau kemerahan pada daerah yang terluka
  • 62. DISLOKASI RAHANG • Seringkali terjadi ketika seseorang membuka mulut terlalu lebar dan biasanya tidak dapat tertutup kembali dengan bantuan otot otot wajah dan membutuhkan adanya tekanan dengan daya paksa yang cukup. • Dapat menyebabkan terjadinya nyeri yang kronis pada kedua rahang dan kepala yang sangat hebat sehingga menyebabkan kesulitan berkonsentrasi. Gejala gejala ini bervariasi tergantung dari tingkat keparahan dislokasi dan berapa lama seseorang telah mengalami trauma tersebut.
  • 64. GEJALA KLINIS DISLOKASI RAHANG • Gejala yang awal terjadi biasanya adanya sakit kepala dan spasme dan nyeri otot pada daerah wajah, rahang dan leher, kadang disertai juga dengan adanya suara seperti orang mengunyah (crunch noise) pada daerah yang mengalami dislokasi (sekitar telinga). • Gejala jangka panjangnya dapat menyebabkan gangguan tidur, kelelahan, gejala frustasi, mudah marah, depresi dan lain lain akibat gangguan dalam melakukan aktivitas antara lain makan, minum, berbicara dan lain lain.
  • 65. PENATALAKSANAAN DISLOKASI RAHANG • Reposisi  rahang ditekan kebawah dengan mempergunakan ibu jari yang sudah dilindungi balutan, ibu jari tersebut diletakkan pada geraham paling belakang, tekanan tersebut harus mantap tetapi pelan-pelan bersamaan dengan penekanan jari-jari yang lain mengangkat dagu penderita keatas. Tindakan dikatakan berhasil bila rahang tersebut menutup dengan cepat dan keras. • Pengobatan simptomatis dapat digunakan obat obatan analgesik (Paracetamol) untuk mengurangi rasa nyeri
  • 67. DISLOKASI BAHU • Dikatakan dislokasi bahu bila os humerus terlepas dari scapula pada glenohumeral joint. • Sendi pada bagian bahu adalah sendi yang memiliki area pergerakan (ROM) yang paling luas dibanding seluruh sendi yang ada di tubuh manusia. Sebagian besar dislokasi sendi yang terjadi adalah dislokasi pada sendi bahu. • Berdasarkan arah dislokasinya, dapat terjadi kea rah anterior, posterior dan inferior
  • 68. GEJALA KLINIS DISLOKASI BAHU • Sendi bahu tidak dapat digerakan • Korban menggendong tangan yang sakit dengan tangan yang lain • Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan • Kontur bahu hilang • Bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya
  • 69. REPOSISI HENNIPEN • Secara perlahan dielevasikan sehingga bongkol sendi masuk kedalam mangkok sendi. Pasien duduk atau tidur dengan posisi 45 derajat, siku pasien ditahan oleh tangan kanan penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi arah keluar (eksterna) sampai 90 derajat dengan lembut dan perlahan, jika korban merasa nyeri, rotasi eksterna sementara dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan. Sesudah relaksasi eksterna mencapai 90 derajat maka reposisi akan terjadi.
  • 70.
  • 71. REPOSISI STIMSON • Pasien tidur tengkurap, kemudian tangan yang dislokasi digantung tempat tidur diberi beban 10-15 pound selama 30 menit biasanya akan terjadi reposisi jika tidak berhasil dapatditolong dengan pergerakan rotasi dan kemudian interna.
  • 72.
  • 73. DISLOKASI PANGGUL • Bisa karena kongenital, bisa karena didapat • Dislokasi panggul yang didapat biasanya terjadi karena tekanan dengan gaya yang hebat, paling sering terjadi pada kecelakaan kendaraan bermotor. Jatuh dari ketinggian, misalnya tangga, juga menimbulkan gaya tekan yang cukup besar untuk menimbulkan terjadinya dislokasi panggul. • Karena gaya yang bekerja cukup besar, biasanya disertai juga dengan adanya kelaianan lain seperti adanya fraktur pada daerah pelvis. • Pada orang tua resiko terjadinya dislokasi panggul meningkat mengingat kerapuhan tulang yang meningkat seiring bertambahnya usia.
  • 74.
  • 75. PENATALAKSANAAN • Reduction / Reposisi  Reposisi ini prinsipnya adalah menyatukan kembali caput femoris pada acetabulum. Dapat dilakukan secara terbuka maupun secara tertutup. Pada anak usia 6 bulan – 2 tahun dapat dilakukan dengan reposisi secara tertutup dengan menggunakan anastesi dan muscle relaxan. Jika reposisi secara tertutup ini gagal, dilakukan reposisi secara terbuka dengan operasi. • Retain / Imobilisasi / Fiksasi  Dilakukan setelah reposisi. Penderita disaran memakai cast atau braces dengan tujuan untuk mempertahankan posisi sendi selama proses penyembuhan dari tulang.
  • 76. • Rehabilitation  Dapat dilakukan selama 2-3 bulan tergantung dari keadaan pasien. Tujuan dilakukan rehabilitasi ini adalah mengurangi pembengkakan, memelihara gerakan sendi, melatih kekuatan otot dan mempercepat kembalinya fungsi normal dari sendi dan tulang. 5-7 hari setelah terjadinya trauma, pasien mulai diajarkan untuk melakukan gerakan pasif untuk meningkatkan flexibilitas pergerakan sendi. Penggunaan alat bantu berjalan perlu diberikan, antara lain kruk (tongkat).
  • 77. TRAUMATIK AMPUTASI • Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. • Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan adalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh penderita secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
  • 78.
  • 79. BEBERAPA KASUS AMPUTASI • Fraktur multipel organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki • Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki • Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat • Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya • Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif • Deformitas organ
  • 80. JENIS AMPUTASI • Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Biasanya dilakukan pada kasus kasus yang gawat. • Amputasi tertutup  dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 cm di bawah potongan otot dan tulang.
  • 81. • Amputasi semi terbuka / tertutup  selain kedua jenis amputasi di atas, dikenal juga dengan istilah amputasi semi open. Prinsip amputasi ini sama dengan amputasi tertutup, tapi jahitannya lebih jarang. Jika luka terjadi pada golden periode, jenis amputasi ini adalah yang cocok digunakan. • Tujuan mengapa jenis amputasi ini dijahit situasional adalah :  Jika masih ada kotoran, maka dapat keluar dengan sendirinya  fungsi drainage  Jika sudah tidak ada kotoron, jahitan akan kering dan luka akan tertutup sehingga tidak perlu dilakukan operasi ulang
  • 84. INDIKASI AMPUTASI (3D) • Dead Penyakit vaskular perifer menyebabkan hampir 90% amputasi. Sebab lainnya yang menyebabkan kematian tulang adalah, luka bakar, trauma, dan frostbite. • Dangerous Contohnya adalah tumor malignant, sepsis dan crush injury. • Damn nuisance
  • 85. PENATALAKSANAAN • Fungsi vital penderita diperbaiki • Hentikan pendarahan • Luka dibungkus secara steril atau bersih lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik kedap air lalu diikat. Selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong plastik II yang berisi campuran air dan potongan es batu (4 derajat celcius) • Penderita dibawa ke RS dengan fasilitas replantasi
  • 86. • Pemotongan otot pada amputasi memegang prinsip otot bagian medial bertemu dengan otot lateral dan otot bagian anterior bertemu dengan otot posterior • Kemudian dijahit membentuk bentukan klonus (bulat lancip), pemotongan dengan bentuk seperti ini bertujuan untuk pemasangan protese. • Protese baru dipasang ketika pembengkakan dan tanda tanda infeksi sudah mereda, karena jika diukur pada saat masih bengkak maka ukurannya akan berubah, dan pada saat luka masih infeksi akan menimbulkan rasa sakit. • Selama belum terpasang protese, harus dilakukan fisioterapi dulu.
  • 88. KOMPLIKASI • Haematoma • Infeksi • Nekrosis • Kontraktur • Neuroma • Phantom limb