Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Prof_Dr_dr_Astawa_Sp_B_SpOT_K_Kegawatan.pptx
1.
2. Pendahuluan
Buku saku ini diperuntukkan kepada semua
tenaga medis terutama yang bertugas di unit
gawat darurat. Buku ini penting untuk dibaca
dan diingat untuk menghindari terlewatkannya
kasus gawat orthopaedi ini.
INGAT! Kasus Orthopaedi
“High Morbidity but Low Mortality”
3. DEFINISI
KEGAWAT DARURATAN ORTHOPAEDI
Cedera atau kondisi muskuloskeletal yang,
jika terlewatkan dan tidak mendapat
penanganan, dapat mengakibatkan
komplikasi YANG LEBIH BERAT,
gangguan fungsi atau bentuk anatomi yang
jelek bahkan menimbulkan kematian
extremitas atau nyawa
4. TUJUAN
Keadaan gawat darurat harus dikenal dengan baik
karena bila terlewatkan akan menyebabkan:
• Tambahan Komplikasi
• Bertambahnya Kerusakan atau kecacatan
• Menyebabkan Kematian
Catatan: hal ini bisa menimbulkan sengketa medis
bila tidak dikomunikasikan dengan baik
6. PRIMARY SURVEY PADA
KEGAWATAN ORTHOPAEDI
– Airways : jalan nafas harus lapang
– Breathing : pernafasan harus ada dan adekuat, bila
tidak ada maka harus dilakukan
pernafasan buatan, bila tidak adekuat
harus dibantu.
– Circulation: tekanan darah dan nadi harus diperiksa,
diperhatikan tanda shock. Pemberian cairan
awal 2 liter ringer laktat. Observasi dengan
baik
– Disabilities: kesadaran/GCS
– Exposure : pemeriksaan dari ubun - ubun ke ujung jari
INGAT!! A B C D E
8. TUJUAN PRIMARY SURVEY
• MENGENAL DENGAN CEPAT
“LIFE THREATENING INJURY”
• MENGENAL DENGAN CEPAT
“LIMB THREATHENING INJURY
9. Patah Tulang Terbuka
Adalah patah tulang yang kulit di atasnya rusak
(luka), sehingga memungkinkan adanya
hubungan antara patah tulangnya dan
lingkungan luar
10. Klasifikasi patah tulang Terbuka
• Patahan tulang menusuk dari dalam keluar
- Ujung Tulang yang Rusak Menembus Kulit
• Adanya kerusakan karena gaya dari Luar
- laserasi jaringan karena cedera dari luar
mengakibatkan kerusakan sampai terjadi patah
tulang
- menyebabkan Lebih tinggi kemungkinan
kontaminasi kuman
11. Gradasi patah tulang Terbuka
(Melihat dengan cepat)
• Tipe I :
- Luka kecil (<1 cm ) , biasanya bersih; energi penyebab yang
rendah
• Tipe II :
- Luka yang cukup lebar (>1cm sp 2 cm ) kerusakan jaringan
minimal
• Tipe III :
- kerusakan jaringan hebat , luka lebar dan kadang-kadang
kotor
Catatan : untuk klasifikasi lengkap dapat dibaca klasifikasi Gustillo dan Anderson,
BERDASARKAN BESARNYA LUKA/JARINGAN DAN BERATNYA
PATAH TULANG
13. Komplikasi yang terjadi pada
patah tulang - terbuka
• Komplikasi sistemik:
– Perdarahan sampai menimbulkan shock
– SIRS bahkan sampai sepsis
– Kematian
• Komplikasi lokal:
– Infeksi Jaringan Lunak
– Gas gangren
– Tetanus
– Crush syndrome
– Kehilangan kulit
– Non-union
– Osteomielitis
14. Pengelolaan
patah tulang terbuka
Harus Segera dilakukan !
Mengontrol terjadinya perdarahan
Menutupi luka dengan kasa steril
Bidai (splint)
Antibiotik Intravena
Tetanus profilaksis
Gas gangren anti serum
(mengatasi clostridium perfringes )
15. Apa yang dilakukan di tempat kejadian?
Jangan dilakukan atau tidak boleh dilakukan :
Dokter berteriak-teriak dan bingung
Mereposisi tulang yang menonjol
Mengeksplorasi luka
Menjepit pembuluh darah
16. Perlu diingat !!
Setiap luka terbuka di atas atau dekat sendi harus
dianggap mengenai sendi sampai dibuktikan
tidak.
17. Pengobatan
Dilakukan Debriment (mencuci luka dan jaringan sekitar dari
luka yang kotor menjadi bersih)
Eksisi jaringan yang mati
Dilakukan reposisi dan dipertahankan dengan immobilisasi
baik eksternal maupun internal bila memungkinkan
Pemberian antibiotika spektrum luas
19. Etiologi cedera Neurovascular
• Patah Tulang
- Lengan atas, tulang paha dekat pembuluh
darah besar
• Dislokasi
- Siku, lutut
• Penetrasi trauma langsung
• Emboli
• Kompresi langsung
- Oleh karena pemasangan bidai, gips atau
balutan yang ketat
- KOMPARTMENT SYNDROME
20. • Cedera atau kondisi yang menyebabkan tekanan
jaringan interstisial meningkat dalam kompartemen
tertutup fascial
• Tekanan yang meningkat menyebabkan gangguan
perfusi
• Perfusi berkepanjangan menyebabkan iskemia dan
kerusakan sel yang menyebabkan peningkatkan
permeabilitas /kebocoran plasma menyebabkan
penambahan tekanan jaringan di dalam kompartemen
sehingga menyebabkan kematian otot dan saraf
Komparment SindromE akut
21. Etiologi KompartmenT sindrome
akut
• Kontusio atau trauma langsung
• Crush injury.
• Luka bakar
• Gigitan ular.
• Patah tulang
• Lebam
• Tekanan yang berkepanjangan
22. Keluhan dan tanda fisik
• 5 P
- Pain (Nyeri)
- Paresthesias
- Pulslessness
- Palpasi dingin
-Paralisis (kelumpuhan)
• Sakit hebat, sakit dengan meregangkan otot yang ada
dalam kompartemen,
• Kulit tegang, mengkilap, dingin
• Paresthesi, kelumpuhan, kehilangan nadi
23. LOKASI KOMPARTMENT
TUNGKAI ATAS
• Deltoid
• Brachium
– Anteroir
– Posterior
• Antebrachium
– Volar
– Dorsal
– Mobile wad
• Hand
– Thenar
– Hypothenar
– Adductor
– Interosseous
– Carpal canal
– Jari
• Gluteal
– Tensor fascia lata
– Gluteus medius and
minimus
– Gluteus maximus
• Thigh
– Anterior
– Posterior
• Leg
– Anterior
– Posterior (Superficial and
Deep)
– Lateral
TUNGKAI BAWAH
24. LOKASI KOMPARTMENT
PADA KAKI (LEG)
• Anterior
– Extensor hallucis longus
– Extensor digitorum
longus
– Peroneus tertius
– Tibialis anterior
– Deep peroneal nerve
– Anterior tibial artery
• Lateral
– Peroneus longus
– Peroneus brevis
– Superficial peroneal
nerve
27. Yang harus diingat dalam
kompartmen sindrom
• Selalu memeriksa status neurovascular pasien
setelah pindah , memanipulasi luka , sebelum
dan sesudah melakukan pembidaian , dan
pemeriksaan berkala dalam interval waktu
yang sering.
28. Dislokasi
• Bergesernya atau displacement dari tulang
sendi dari posisi normal.
• Mungkin berhubungan dengan cedera
neurovascular.
29. Dislokasi lutut
• Anterior (31%)
–Disebabkan oleh hyperextensi
lutut
–Cedera ACL, PCL atau keduanya
–MCL, LCL kadang-kadang cedera
–Artery popliteal dengan - intimal
robek
31. Dislokasi lutut
• Cedera arteri popliteal , pembuluh darah sering
menyertai
• Cedera N.peroneal 20-40 % cedera di lutut
• Jika ada cedera saraf peroneal, curigai cedera
pembuluh darah
32. Penanganan
• Reposisi secepatnya
• Perhatikan status neurovaskuler
• Bila ada gangguan neurovaskuler, cepat
dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut:
– Lesi vaskuler
• Arteriografi
• Kalau perlu explorasi secepatnya.
33. Dislokasi siku
• Kedua tebanyak dari dislokasi sendi
• Biasanya ke posterior
• Jatuh dalam siku extensi.
• Complex- dislocation dengan fracture (35-40%)
– Radial head fracture yang paling sering
• Simple- dislocation tanpa fracture
– Rupture of capsule, rupture of MCL dan lateral
ligaments, rupture of flexor pronator mass,
possible injury to brachialis muscle and rupture of
brachial artery
34. Dislokasi siku
• Cedera serat saraf
– Neuropraxia melibatkan saraf median atau
ulnaris di sekitar 20 persen dislokasi siku
– Lesi saraf ulnar sering terjadsi pada anak -
anak
–Biasanya bersifat sementara
35.
36. Penanganan
• Dilakukan reposisi secepatnya
• Evaluasi gangguan neurovaskuler
• Rujuk secepatnya untuk:
– Evaluasi neurovaskuler
– Dilakukan arteriografi
– Kalau perlu explorasi pembuluh darah
37. Dislokasi- SENDI Sternoclavicular
• Anterior
– Lebih sering
– Traumatik or atraumatik
• Posterior
– Jarang
– Adanya pembengkakan jaringan lunak
– Sampai 25% memberikan komplikasi
• Hemorrhage, tracheal or esophageal injuries,
pneumothorax
38. Dislokasi- panggul
• Biasanya high-energy trauma
• Sering ter jadi pada umur muda
• Dislokasi Anterior- ada exorotasi
• Dislokasi Posterior- ada endorotasi
• Dislokasi Central terjadi fraktur acetabular
• Komplikasi avascular nekrosis sering terjadi
• Lesi saraf ischiadicus 10-35 %
39.
40. Dislokasi Bahu
• Dislokasi yang paling sering
• Sering disertai dengan
– Bankart lesion
– Fracture dislocation
– Hill sachs lesion
– SLAP lesion
– Rotator cuff tear
– Nerve injury- axillary, posterior cord,
musculocutaneous
41. DISLOKASI BAHU
• Anterior (95%)
– Lengan abduksi dan eksorotasi
• Posterior (2-4%)
– Lengan adduksi dan endorotasi
– Terjadi pada penderita yang mengalami Electro Shock
therapy, seizure
• Inferior (1%)
– Hyperabduction
– Sering disertai suatau trauma lain
42.
43. Penanganan
• Dilakukan reposisi secepatnya
• Evaluasi gangguan neurovaskuler
• Rujuk secepatnya untuk:
– Evaluasi neurovaskuler
– Dilakukan arteriografi
– Kalau perlu eksplorasi pembuluh darah
44. Septic arthritis
• Peradangan dari membran sinovial purulent dengan
efusi ke dalam kapsul sendi.
• biasanya monoarticular
• 2-10 kasus per 100 ribu populasi
• Umumya bisa disebabkan oleh gonococcal atau
nongonococcal
• 80 persen berasal dari gram positif aerobes (S.aureus
gram positif , beta-hemolytic streptokokus , dan
streptococcus pneumoniae )
46. Lokasi septic arthritis
• Knee- 40-50%
• Hip- 20-25%
– Hip is the most common in infants and very young
children
• Wrist- 10%
• Shoulder, ankle, elbow- 10-15%
47. Faktor risiko septik arthritis
• Prosthetic joint
• Skin infection
• Joint surgery
• Rheumatoid
arthritis
• Elderly
• Diabetes Mellitus
• IV drug use
48. KELUHAN DAN GEJALA
ONSET CEPAT
• Joint pain
• Joint swelling
• Joint warmth
• Joint erythema
LAIN-LAIN
• Febris
• Menurun gerakan
sendi
• Nyeri gerak sendi
aktif maupun
pasif.
50. MANAGEMENT ATHRITIS SEPTIK
• Indikasi Drainase bedah
– sulit aspirasi bersama gigih dan
– gejala demam > 24 jam
– leukocytosis tetap >; 48-72 jam
– Positip pada culture berulang> 48 jam
– Infeksi prostesis yang persisten